a Letter to Heaven
minor character death, angst, hurt, hallucination
Hi Igyu,
Hari ini hujan turun lagi, suaranya sangat memekakan telingaku.. And today is exactly the third year I haven't seen you. Aku ingin bilang ke kamu kalau aku baik-baik saja di sini, tapi aku bohong. Aku tidak baik-baik saja, Igyu. Aku dan hatiku sedang sakit, I miss you so much and it hurts. Kamu gimana di sana? Apakah kamu bahagia atau kamu juga merasakan hal yang sama?
Igyu,
Sudah 1.095 hari dan 26.298 jam tanpa kamu di sampingku. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sangat merindukanmu. Rasanya aku ingin ikut kamu, tapi selalu gagal.
Igyu,
Aku ngga mau sendirian di sini. I'm tired of being alone here, Babe. Aku boleh ikut kamu ya? Aku rapuh tanpa kamu, Gyu. Aku kehilangan arah.
Igyu,
Minggu lalu aku gagal lagi ketemu kamu. Malah berakhir dengan aku yang terbangun tanpa kamu, dengan jarum infus yang tertancap di punggung tangan yang selalu kamu kecup saat berada di sampingku. I'm angry with this situation. Marah karena aku masih bernafas dengan balutan perban ada di mana-mana. Dan lagi-lagi aku bernafas tanpa kamu, Gyu.
Igyu,
Semalam aku mimpi kamu, tapi kenapa kamu malah maksa aku untuk bangun? Kok kamu jahat? Apa kamu udah ngga mau lebih lama berdua denganku? Apa kamu yang ngga mau ketemu aku lagi? Aku rindu, sayang. For God's sake I'd rather die than feel this heavy longing.
Igyu,
Beberapa hari yang lalu, hujan lagi-lagi turun. Aku duduk di toserba tempat pertama kali kita ketemu. Kamu inget ngga? Toserbanya masih sama, biasanya selalu ada kamu dan aku yang sedang bercanda memakan ramen di cup setiap hujan turun. Tapi kemarin, I was alone and felt lonely.
Igyu,
Saat itu ada yang aneh.. Aku melihat seorang yang mirip kamu di bawah hujan. Dia tersenyum ke arahku yang sedang menatap hujan yang turun semakin deras. Atau aku hanya berhalusinasi karena rindu yang teramat menyiksa ini?
Igyu,
Pria itu ngga mungkin kamu kan? Karena kalau memang dia adalah kamu, dia pasti berlari ke arahku dan memelukku bukan? Dan kamu ngga mungkin membiarkan aku sendirian di sana. Satu lagi, kita hanya senang memandang hujan, tapi tidak bisa kehujanan. Pasti pria itu bukan kamu, aku tahu.
Igyu,
Ingat pertama kali kita kehujanan? Keesokan harinya kita saling berbagi peluk dan mencoba untuk saling mengobati. Lucu sekali rasanya. Tidak mungkin bila dibayangkan, but it turns out we did it together. Aku kamu kita, hebat ya?
Igyu,
Pagi ini aku mendengar suara Bunda menangis memanggil namaku. Anehnya pagi ini duniaku gelap, Gyu. Aku ngga bisa melihat matahari masuk ke dalam retinaku.
Igyu,
Aku memang tidak dapat melihat lagi atau kini aku ada di dunia kamu? Bila memang dunia kamu segelap ini, pulang yuk Gyu.. Di sini terlalu hitam, terlalu dingin. You don't deserve to be here.
Igyu,
Ternyata aku masih di sini, belum ke dunia kamu. Karena kata orang, di luar masih cerah. Kenapa Tuhan tidak mengambil nyawaku dan mempertemukan kita saja ya?
Igyu,
Sore ini, aneh. Seseorang datang menghampiriku. Suaranya manis dan tutur katanya lembut sepertimu. Kata Bunda, dia seperti kamu. Aku yakin, lagi-lagi itu hanya halusinasi yakan? Kali ini, aku tidak akan percaya indra pendengaranku. Bunda pasti sedang bercanda untuk menenangkanku. Kali ini aku tidak akan percaya Bunda. Karena kamu cuma satu, tidak mungkin ada yang sepertimu.
Igyu,
Kata dokter, aku tak bisa melihat lagi. Untungnya, video kita yang terakhir kali aku lihat sebelum semua duniaku menjadi gelap gulita seperti ini. Setidaknya, aku tak akan melupakan suara bariton lembutmu, senyum manismu, hidung mancungmu, tatapan hangatmu dengan manik berbinar ketika memandangku, serta moles on your left cheek and the tip of your nose.
Igyu,
Untuk terakhir kalinya, di dalam gelapnya duniaku kini. Aku harap, kamu akan datang sekedar memberiku sedikit cahaya. Untuk terakhir kalinya, biarkan aku merasakan direngkuh dalam hangat pelukmu. Aku harap, itu dapat menghangatkan jiwaku yang mulai membeku. Untuk terakhir kalinya, di dalam ketulian ini. Aku harap, aku dapat mendengar kata rindu dan ungkapan cintamu.
Igyu,
Aku sayang kamu. Sangat-sangat menyayangimu.
Yours, Wonu-nya Igyu