Is Anything Going to Change?
Cupid — Narasi 2
Cast: Wonwoo/Mingyu/Soonyoung
POV: Wonwoo/Soonyoung
Tepat jam 2.30 gue yang sedang asyik bertelfon dengan pacar gue diganggu oleh suara ketukan pintu dengan beberapa kali orang itu memanggil nama gue.
“Ka, bentar deh, kayaknya si Migu udah dateng. Ini aku matiin atau —” kata gue yang sambil berdiri menghampiri daun pintu, “Ga usah dimatiin deh.” kata gue lagi sambil membuka pintu.
Pria di ambang pintu itu gue minta masuk dengan menggunakan kode lambaian kedua jari gue. Gue ngga merhatiin sih gimana wajah itu, yang pasti pria tinggi di sana tampak tidak senang karena gue sibuk bertelfon saat dia baru datang.
“Haha. Terus, Kak?” tanya gue pada pria di seberang sana.
“Ya, ngga ada terusannya, ntar nabrak!” kata dia, jayus sih kadang becandaannya, tapi entah kenapa gue sayang dan seneng aja ngeliat tingkah laku si kakak angkatan yang terpaut satu tahun lebih tua dari gue ini.
“Ngga nabrak dong, yang. Jayus banget astaga.” kata gue yang sudah kembali ke tempat tidur dan berguling-guling disana.
“Itu Mingyu udah dateng kamu mau cuekin aja?” tanya si dia.
“Biarin aja, lagi megang handphone tuh.” kata gue laporan. “Paling laporan sama ceweknya, diakan bucin banget.” hina gue sambil menatap ke arah pria yang gue bicarakan, mata kami bertemu. Wajah Mingyu bener-bener asem dan kembali melihat layar ponselnya.
“Udahan kali telfonnya! Gue ke sini mau ngerjain tugas, bukan cosplay jadi batu!” teriaknya masih memandang layar pipih yang ada digenggamannya dan didengar jelas oleh pacar gue di seberang sana.
“Udahan dulu aja, Nu. Nanti malem aku nyanyiin nina bobo.” kata pacar gue setelah mendengar celotehan kurang ajar Mingyu.
“Hmm... Yaudah deh, ini bayi buto ijo nya juga udah makin cemberut, yang. Nanti malem telfon aku ya!” pinta gue.
“Yes, baby! Jangan macem-macem kamu sama Mingyu!” katanya sambil bercanda.
“Yeeeu, kamu mah! Mau ngapain aku tuh!”
“Haha. Ya pokoknya jangan khilaf. Love you!”
“Love you too, Kak.”
Gue langsung memutuskan panggilan dan menghampiri pria yang sedang menekukkan wajahnya sembari mengerucutkan bibirnya sambil scroll-scroll timeline Instagram dengan jempolnya di karpet dan duduk di sebelahnya. Dih, kenapa ni pria?
“Udah pacarannya?” Tanya pria itu, masih melakukan kegiatannya.
“Udah! Lo udah izinkan ke cewek lo?” tanya gue bangkit, mengambil beberapa keperluan untuk mengerjakan tugas ini, seperti leptop, binder yang berisi catatan, modul, catatan dan pulpen.
“Ngga, gue ga izin.” katanya memperhatikan langkah gue yang sedang ke sana-sini mencari modul, catatan, charger leptop dan kebutuhan lainnya.
“Lah? Lo lupa semester kemaren dia jambak rambut gue di sini?” tanya gue dengan nada yang cukup tinggi. “Tobat deh gue berurusan sama cewe lo, Gu!” kata gue lagi.
“Salah paham kan.” kata dia sembari mengambil leptop dari tasnya. Kini kita sudah duduk bersebelahan di atas karpet yang berada di tengah kamar gue ini.
“Yeu, pokoknya—” kata-kata gue terpotong dengan Mingyu menutup mulut gue dengan telapak tangannya.
“Kalau ga ada yang bilang, dia ngga tau. Jadi, stop protes. Kerjain aja tugasnya biar cepet beres, Nu.” kata Mingyu dengan nada suaranya yang serius. Sorry, gue kaget karena ini kali pertamanya gue denger dia dengan nada seserius itu. Gue kaya terhipnotis dan mengangguk yang akhirnya dia melepaskan bekapannya.
“Kita mulai dari sini aja, Gu!” kata gue memecah keheningan, karena sudah lebih dari lima menit kita bergelut dengan pikiran masing-masing, ngga ada yang memulai untuk membuat pendahuluan atau hanya iseng google modul online untuk menguatkan teori yang akan kita gunakan di proposal.
“NU!” teriak seorang yang sangat gue hafal dari depan daun pintu kamar gue, menerobos masuk.
“Nyong! Kebiasaan banget ih! Ketok pintu!!” omel gue pada pria yang sudah berada dihadapan gue dan Mingyu.
“Sorry, urgent! Gue ga bisa!” Soonyoung langsung berlari ke kamar mandi yang berada di dalam kamarku dan berteriak, “Gue numpang boker! Kebelet!” ucapnya.
Jawab ngga boleh juga orangnya udah masuk kamar mandi, jadi yaudahlah pasrah aja guemah punya temen kurang ajar gitu. Untung temen deket dari SMA, kalau ngga beneran gue masukin kandang macan.
Gue berdiri dan menutup kembali pintu kamar gue yang dibiarkan Soonyoung terbuka tadi, lalu kembali ke tempat duduk gue lagi — sebelah Mingyu.
“Sampe mana Gu?” tanya gue, seinget gue tadi kita emang lagi ngga ngobrol sih, kenapa gue nanya sampai mana pembicaraan kita coba?
“Kita belum bahas apa-apa.” kata Mingyu datar, menyenderkan badannya pada pinggiran tempat tidur gue.
“Oh, okay. Kita harus mulai bahas sesuatu, I hate this air. Awkward anjir!” kata gue mulai melemaskan sendi-sendi gue yang sempat menegang. Mingyu tersenyum menyeringai.
“Lagian lo bahas cewe gue mulu dari kemaren. Capek tau!” suara Mingyu mencicit.
“Iya, maap. Gue watir aja, kalau botak yang mau tanggung jawab siapa? Kalau Kak Rowoon kabur yang gantiin dia siapa?” tanya gue, menyenderkan badan gue di pinggiran kasur, tepat di sebelahnya. Mingyu tertawa mendengar penuturan asal gue.
***
Gue keluar dari kamar mandi, abis numpang buang hajat besar di kamar mandi Wonwoo yang terletak di dalam kamar. Melihat Mingyu dan Wonwoo sedang menyenderkan badannya dipinggir kasur bersebelahan. Mingyu sedang tertawa sedangkan wajah Wonwoo sedikit memerah. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi tampaknya ngga penting.
“Heh! Tawa-tawa aja lo berdua, orang ketiganya setan!” kata gue iseng, menghampiri mereka.
“Ya elu ini setannya!” kata Wonwoo, si meng emang biadap deh mulutnya, gue heran kenapa Rowon mau aja sama dia dan brengseknya lagi hal itu disetujui oleh anggukan dari Mingyu.
“Wah, anying! Guekan penengah, biar gue yang sama setannya.” kata gue dan merebahkan badan gue di atas karpet Wonwoo yang super lembut.
“Sedih banget sih, saking jomblonya mau sama setan.” Kata Wonwoo tersenyum picik ke gue. Dia tau banget tuh guenga suka bahas-bahas status. Kali ini gue sumpahin beneran putus sama Rowoon. Mingyu lagi ketawa aja pas Wonwoo ngomong gitu, sama dia juga gue doain putus sama pacarnya.
“HEH, kenapa jadi betah?” Tanya Wonwoo ke gue. Gue cuma menggindikkan bahu.
“Si Cimol tuh sekelompok sama siapa tugas ini, Won?” Tanya Mingyu tiba-tiba menyebutkan satu nama sapaan yang selalu menggelitik perut gue. Entah mengapa, gue belum tahu alasannya.
“Sama Reine kalau ga salah.” Jawab Wonwoo singkat, si Wonwoo sekarang sudah sibuk dengan leptopnya, sedangkan Mingyu menatap gue sekilas, dengan senyum piciknya. Gue sumpahin mereka karena memberikan senyuman picik ke gue. Sumpahin apa ya? Kalau jadian, artinya dakjal sudah dekat.
“Si Soonyoung kenal ga sih sama yg namanya Cimol, Nu?” Tanya Mingyu santai.
“Unyoung bikin malu di depan dia pernah sih.” Kata Wonwoo dengan tenangnya menghina gue.
“Enak aja!” Elak gue, mengingat kejadian tempo hari. “Ngga sengaja gue!”
“Ajak aja si Unyoung Nu, mingdep kan kita mau ke museum sama group anak arsi.” Ajak Mingyu. Wah, gue mau salim sih sama si akhlakless ini kalau emang dibolehin ikut, siapa tau bisa kenalan, gue malu kalau sok kenal. Iya, gue masih punya malu.
“Emang lo mau Nyong, ke Musium Nasional?” Tanya Wonwoo, menatap gue sebentar.
“Tergantung sama siapa aja, gue anaknya kan ga gaul.” Kata gue, gue masih berharap nama-nama yang gue denger dari jawaban mereka adalah nama yang gue kenal.
“Cuma gue, Hao, Dika, Wonu sama Cimol.” Jawab Mingyu, “Lo kenal semua sih, harusnya ya kalau lo ikut juga mereka ga keberatan. Kebetulan kita mau momotoran nyambi poto-poto.”
“Oh iya, jadi kita bonceng-boncengan aja ga sih bawa 3 motor?” Kata Wonwoo.
“Gue belom jawab iya, Meng!” Kata gue.
“Hmm.. jujur gue ga butuh persetujuan lo sih, Nyong. Soalnya gue geret lo juga pasti ikut.” Kata Wonwoo semena-mena, ya tapi memang itu sih kenyataannya.
Gue mana pernah menolak paksaan Baginda Putra Mahkota, bahkan Bang Cheol, yang notabene adalah dedengkot kossan ini aja takut sama dia.
“Nanti gue kabarin lagi, Nyong. Santai, masih minggu depan.” Jawab Wonwoo, berdiri membuka pintu dan berdiri di hadapan gue, “Sekarang lo enyah! Gue mau bikin tugas ga kelar-kelar.” Katanya lagi menarik tubuh gue untuk bangun dan mendorong gue keluar. Mingyu hanya tertawa melihat apa yang dilakukan Wonwoo pada gue.
Wonwoo menutup pintu brak dan gue cuma berteriak “Hati-hati khilaf, entar keenakan.” Yang dibalas dengan suara tawaan Mingyu dan sapaan kebun binatang dari Wonwoo, “Soonyoung anjing!”
Gue menaiki tanggga, memasuki kamar gue yang berada di atas, kembali tidur di atas karpet yang sama dengan punya Wonwoo — maklum, beli di IKEA bareng. Dan gue mulai menerawang, wah, minggu depan bisalah ya gue kenalan yang bener sama adek gemes setelah gue bikin malu nyelonong masuk kamar, bikin dia kaget. Hehe.
Gue rogoh ponsel gue dari celana training abu-abu yang gue pakai dan langsung menyalakan lagu kesukaan gue belakangan ini.
I just wanna know you better, know you better, know better now. 'Cause all I know if we said, “Hello” And your eyes look like comin' home All I know is a simple name Everything has changed
Menyanyikan lagu itu dengan suara pas-pas-an dan gue ngga perduli kalau itu akan mengganggu populasi manusia di kossan gue. Bentar lagi paling Wonwoo chat gue ngamuk. Kan bener!!!