ADDICTED TO YOU 💫 ———————‐—————————————————————————————
Tepat jam 9.00 pagi, seorang pria ramping, putih dan lumayan tinggi yang hari ini menggunakan celana skinny jeans hitam dipadu dengan kemeja biru muda polos, tidak lupa lengan baju dilipat hingga siku, melayangkan senyumnya kepada security saat memasuki lobby area perkantoran itu. Jeon Wonwoo namanya, siapa security yang tidak tahu dia, pria dari lantai 35 yang selalu ramah kepada orang yang dijumpainya. Dia kerja di gedung ini sudah hampir 3 tahun, di salah satu agency media multi international.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, pria bermarga Jeon yang dipanggil Wonwoo itu akan absen di kantor, menaruh tasnya, menghidupkan leptopnya dan meninggalkan cubical utuk membeli secangkir kopi untuk mengawali harinya. Hari ini jatahnya membeli kopi latté di kedai Starbucks lantai 1 dan membelikan teman dekatnya – Jun – double shot ice americano coffee.
“Jeon!” Panggil seseorang yang suaranya sangat dia kenali, orang yang dipanggil Jeon itupun malas memalingkan wajahnya, dia hafal sekali dengan suara itu.
“Don't call me Jeon, you dumbass!” omelnya ketika pria yang bernama Jun itu duduk di hadapannya.
“TGIF nih, Won.” kata Jun sambil menaikkan kedua menaikkan kedua alisnya dan mengambil gelas ice americano yang dari tadi sudah bertengger di situ. “Ikut gue yok! Party party!” sambungnya.
“Ngga ah! Lo kan tau gue bukan orang yang into party gitu.” kata Wonwoo sambil menyisir kebelakang suarainya menggunakan jari jemari lentiknya.
“Ah, sekali aja sumpah! Kalau lo ga suka, kita balik. Bahkan gue akan ikut balik.” kata Jun yang dibalas dengan mata Wonwoo yang membulat. Tawaran yang sangat menarik karena Jun pulang di tengah pesta merupakan hal yang tidak akan pernah terjadi seumur hidupnya. Jun adalah sahabatnya dari SMA, dia kenal betul teman dekatnya ini, dia tidak pernah ingkar janji memang tapi tidak juga pernah meninggalkan pesta di tengah-tengah acara. 'Impressive' gumam Wonwoo dengan wajah yang masih mempertimbangkan tawaran Wonwoo.
“Acaranya Private Party kok, lo seharusnya akan lebih nyaman.” kata pria tinggi yang hari ini menggunakan kemeja hitam dengan celana jeans skinny robek-robek di area lututnya. Mereka sudah berdiri meninggalkan meja kedai kopi itu dan mulai berjalan ke arah lift untuk naik kembali ke kantor.
“Private Party justru lebih ga nyaman.” Kata pria berkacamata bundar itu sambil memijit tombol lantai kantor mereka.
“Ya lo ga harus joget?” ucap Jun santai.
“Ya bukan masalah jogetnya, Tuyul! Tapi, masalah ini acara siapa? Kan gue ga kenal.” jelas Wonwoo perlahan sebelum dia menggencet Jun diantara pintu lift.
“Temen gue pas kuliah di Aussie, nanti gue kenalin deh. Biar lo kenal, terus lo nyaman. Jadi, gue tetep party dan lo ga minta pulang.” ucap Jun santai.
“Udah tau gue anaknya ga suka pesta-pesta, masih aja disuruh ikutan sama gaya lo!” kata Wonwoo berjalan keluar dari lift dan berjalan ke arah mejanya.
“Yaelah, lo tuh punya tampang cakep, dipergunakanlah untuk memancing jenis kelamin yang lo suka! Jangan disia-siain. 25 tahun hidup lo terbuang sia-sia, Won.” ucap Jun sambil menaruh tasnya di meja depan milik cubical Wonwoo. Wonwoo ga pernah ambil pusing dengan ucapan Jun, dia memang typical pria yang suka meracau dan Wonwoo sangat hafal itu.
“Okay, tapi ada 3 syarat!” ucap Wonwoo.
“Shot!”
“Satu, gue ga boleh mabok, lo harus mengingatkan gue untuk sober, eventhough you're drunk!” kata Wonwoo, Jun menautkan kedua alisnya bingung 'Gimana gue mau ngasih tau dia, gue aja mabok kali.' kata Jun dalam hati. Dan Wonwoo menaikkan satu alisnya sambil bertanya dalam diam dengan menatap Jun 'Bisa ga lo?'
“Okay, cool! Next!” Kata Jun setelah terdiam beberapa detik, dia tidak yakin, tapi baiklah dia akan mencoba berusaha pikirnya.
“Kenalin gue dulu sama yang punya party-nya, at least gue tau di kandang macem apa gue berada.” kata Wonwoo lagi, kali ini Jun menjawab mantap, “Pasti pasti! Singanya Soft, namanya Joshua.” senyum disunggingkan di sana.
“Yang ketiga, lo pulang sama gue, in the middle of the party or not! Kaya janji lo barusan.” kata Wonwoo sambil kembali duduk di mejanya dan mulai menghidupkan kembali laptopnya yang daritadi ditinggal dengan mode sleep.
“Easy!” kata Jun yakin.
Seperti yang sudah mereka sepakati, di sinilah Wonwoo dan Jun, di depan rumah super mewah dengan arsitekur modern eropa, pintu kayu entah mahagoni atau jati yang terpampang tinggi di hadapan mereka.
“I never know you have this kinda friends, like crazy rich?” gumam Wonwoo masih terbengong-bengong melihat bangunan di depan matanya.
“I am. Gue tajir juga gila! Lo ga tau siapa yang punya Wenwen Corp?” tanyanya. Wenwen Corp adalah perusahaan konstruksi terbesar ketiga di Cina saat ini dan ya itu memang punya ayahnya Jun.
“Kebanyakan main sama gue, gaya lo jadi ga ada kaya-kayanya.” ucap Wonwoo, sambil mengikuti Jun yang sudah masuk ke dalam rumah itu.
Dibandingkan dengan Jun, keluarga Wonwoo terlihat biasa saja, Papa Jeon membangun bisnis antar paket yang sekarang sudah ada seribu lebih cabang di Indonesia dan Mama Jeon hanya ibu rumah tangga. Wonwoo anak sulung dengan satu adik bernama Jeon Seungkwan.
“Woy, bro! You're here!” sapa Jun kepada pria tinggi tegap, berkulit sedikit lebih gelap darinya dan tersenyum ke arah Jun sambil menampilkan sederetan gigi rapih dengan taring itu, sedikit membuyarkan lamunannya.
“I've arrived two weeks ago, I guess.” kata pria tampan itu.
“Won, let me introduce my friend, Mingyu, Kim Mingyu.” kata Jun sambil menepuk pundak Wonwoo. Pria yang disebut bernama Kim Mingyu itu mengulurkan tangannya, dan dibalas oleh Wonwoo dengan senyum manisnya. 'Cute' gumam Mingyu dalam hati.
“Yuk, Won. Masuk lagi kita.” rangkul Jun, “Talk to you later, bro!” meninggalkan Kim Mingyu yang masih menatap ke arah Wonwoo. Wonwoo tetap mengikuti Jun.
“Inget 3 syaratnya!” gumam Wonwoo. “Iya, Meng! Inget!” jawab Jun yang sekarang sudah memegang gelas beer.
“Mau ga?” tawar Jun. “Inget syarat pertama, anjir!” jawab Wonwoo sedikit kesal. Jun sudah meminum gelas yang dipegangnya seteguk demi seteguk. Wonwoo masih berada di dekat Jun saat itu, sampai seseorang pria dengan perawakan kurus, rambut blonde berkilau datang ke arah mereka, “Hai, Jun!” sapa pria manis yang saat itu menggunakan kemeja berbahan silk merah maroon, 'Pasti host party nih. Paling niat soalnya.' pikir Wonwoo.
“Hai Joshua! Here we go! Syarat ke dua lo, Won. Ini host partynya Joshua Hong!”
“Just call me Josh, and you?” tanya host party ini sambil menjulurkan tangannya, 'So far, temen-temen Jun ramah sih, belum ada yang gimana-gimana. Mungkin karena masih sore? Baru jam setengah 9 malam gitu.' pikir Wonwoo.
“Wonwoo.” jawab sahabat Jun itu sambil membalas uluran tangan Joshua untuk bersalaman.
“Okay, Wonwoo. Nice to meet you! Enjoy the party!” kata Joshua ramah sambil meninggalkan mereka berdua – Jun dan Wonwoo – entah ke arah mana.
Malam semakin larut, Wonwoo sudah memegang gelas beernya yang kedua dan berdiri di balkon lantai atas sambil menghirup udara malam dan semilir angin menerpa surai hitamnya. Jun entah sudah ada di mana, Wonwoo tidak mau ambil pusing saat ini, yang dia tau kini sudah mulai sedikit mabuk. High tolerance alcohol Wonwoo terbilang sangat rendah, dia bisa melakukan apa saja, dan melupakannya saat sadar nanti. Makanya, dia memberikan syarat pertama ke Jun.
“Sendirian?” tanya pria di sampingnya yang sedang menghirup alat vape miliknya. Pria itu Kim Mingyu, pria yang pertama kali dikenalkan Jun saat mereka menginjakkan kaki di rumah ini.
“Hmm..” gumam pria manis itu sambil menyesapi beer yang masih tersisa digelas yang sedang dipegangnya. “Lo?” tanyanya kepada pria tampan di sampingnya, sebagai tata krama dalam conversation saja, pikirnya.
“Haha. Everyone who's here is my friend.” jawabnya sambil memandangi wajah pria manis yang diahiasi dengan semburat pipi merah merona muncul dikedua pipinya. Wonwoo langsung jalan menuju ke arah berdirinya Mingyu, “Okay, then.” kata pria yang sudah setengah tidak sadar itu mengedarkan pandangannya ke arah lain.
“Mau temenin gue ngga? I don't like this kinda party.” kata Wonwoo lagi sambil menatap Mingyu tajam dengan manik rubahnya. Mingyu membalas tatapan itu dengan senyuman, “Boleh, lo mau kemana di rumah ini? Gue hafal.” kata pria yang bernama Mingyu itu dengan yakin, “Gue sepupu Josh by the way, ini rumah tante gue.” lanjutnya.
“Lo boleh tunjukkin gue ke arah kamar aja ngga? Gue udah mulai pusing.” kata Wonwoo sambil memegang tulang hidung. “Kamar yang mana?” tanya Mingyu.
“Yang mana aja, as long as gue bisa baring.” jawab Wonwoo.
“With my pleasure. Follow me!” kata Mingyu diikuti oleh Wonwoo di belakangnya, Minggu sesekali melihat ke belskang takut Wonwoo hilang atau tersesat di rumah besar ini. Lagu keras mengalun kencang di semua sudut ruangan. Orang-orang mabuk menikmati pesta, berjoged mengikuti alunan, ada yang kissing di dapur, ada yang mulai grepe-grepe di bawah tangga. Yang sudah pasti yakin, orang-orang itu 80% mabuk.
Mingyu menghentikan langkahnya di salah satu pintu lantai 2, tempat balkon itu berada. Mereka menyusuri lorong, ada beberapa orang berciuman di sana dan menghiraukan mereka yang jalan melewatinya. Mingyu membuka pintu putih itu, dan mulai masuk ke kamar tersebut, mengajak Wonwoo yang sedang memegang batang hidung menahan sakit kepala untuk segera masuk. Wonwoo pun mengikutinya.
Dia duduk di pinggir ranjang, dan Mingyu ikut duduk di sebelahnya, ingin memastikan bahwa pria ini akan berbaring. Wonwoo melihat ke arah Mingyu, sakit kepalanya mulai mereda, dan merekapun saling menatap obsidian masing-masing, Pria yang berkulit lebih gelap itu membuka kacamata pria dihadapannya lalu menarik badan Wonwoo lebih mendekat, pria manis itu teruhuyung ke depannya, kaget, namun tidak melakukan perlawanan.
Dari dekat sini, Mingyu menatap obsidian Wonwoo dalam-dalam, tangan kanan Wonwo mulai membelai paha Mingyu dengan jari lentiknya, dari atas paha hingga ke dalam pahamnya pria tinggi itu, awalnya, dia sedikit kaget dengan apa yang dilakukan pria manis di depannya. “Lo mabok?” tanya Mingyu. Wonwoo hanya mendekatkan wajahnya ke daun telinga Mingyu dan berkata, “Gue horny!” katanya sambil kembali melihat manik mata Mingyu dan melingkarkan kedua tangannya ke leher pria dengan dada bidang yang dibalut kemeja bahan silk berwarna hitam dengan motif polkadot itu. Mingyu melihat ranum merah bibir Wonwoo, dan mengikis jarak antara mereka berdua, menciumnya perlahan, melumat bibir bawah milik pria di depannya, dan Wonwoo membelai halus surai belakang Mingyu. Sepupu dari host party ini mulai melumat penuh nafsu dan dibalas oleh Wonwoo, mulut mereka berpagut, menyatu. Lidah Mingyu mulai menjelajahi rongga mulut Wonwoo, mengabsen semua yang ada di dalam sana, menyatukan lidahnya dan lidah Wonwoo, memainkannya hingga mereka berdua merasakan kehabisan oksigen dan perlahan melepaskannya. Setelah mengambil nafas secukupnya, Wonwoo mengemut lagi bibir atas Mingyu, Mingyu pun membalas dengan mencium dengan sedikit gigitan kecil di bibir bawah pria yang entah sejak kapan sudah naik kepangkuannya, melingkarkan kakinya di pinggang Mingyu, Mingyu pun mulai memasukkan tangannya ke dalam kemeja biru Wonwoo, dan mulai menggerayanginya, dari pinggang, kemudian ke punggung Wonwoo, mengelusnya di sana. Bibir mereka masih berpagut penuh nafsu. Wonwoo mulai menggesekkam kepunyaannya di depan perut Mingyu, Wonwoo mulai mendesah di dalam ciumannya.
Bibir mereka terlepas, masih ada benang saliva di antara keduanya. Mingyu memutuskan benang itu dan mengelus bibir ranum milik Wonwoo sambil tersenyum. Wonwoo membalas senyumannya, dengan perlahan tangannya menggerayangi dada Mingyu yang masih berbalut kemeja dan membuka kancing tersebut satu persatu, dijilatinya daun telinga Mingyu hingga pria itu sedikit mendesah. Wonwoo turun ke leher Mingyu, menyesapnya pelan, menjilatinya, sedangkan Mingyu sudah mulai melepas kemeja Wonwoo, sambil sesekali mencium telinganya yang ada di bahunya ketika pria dipangkuannya ini sedang menghisap area bahunya. Baju Wonwoo dan Mingyu pun sudah ditanggalkan, kini giliran pria yang memiliki gigi taring itu untuk menyesap leher jenjang milik Wonwoo, Wonwoo pun menengadahkan kepalanya dan memberi ruang kepada sang dominan untuk mengakses leher jenjangnya. Mingyu memberinya bercak-bercak merah sedikit keunguan di leher, ceruk leher, bahu, collarbone dan dada milik Wonwoo sambil memilin dua buah tonjolan di dada Wonwoo secara bergantian. Wonwoo hanya mendesah, desahan pria di hadapannya ini bagaikan alunan yang mengajak Mingyu untuk berbuat lebih, kini, bibir Mingyu sudah ada di tonjolan dada sebelah kanan milik Wonwoo.
“Ngghhh...” desahnya, sambil memegang kepunyaan Mingyu di bawah sana, pria itu mendesah lirih, “Nghh..” desahnya. Desahan demi desahan mereka mengisi kamar itu saling bersahutan.
Kini Wonwoo dan Mingyu sudah ada di kasur tanpa sehelai benangpun di badan mereka, mereka sudah berganti posisi dengan Mingyu yang masih menjilati bagian perut dan pusar pria berkulit pale itu sambil mengurut kejantanan Wonwoo secara perlahan.
“Nghhhhh..” tanpa perlawanan, Wonwoo hanya mendesah. Kini 2 jari, jari telunjuk dan tengah Mingyu sudah ada di depan mulut Wonwoo.
“Emut, Won!” perintah Mingyu yang dituruti oleh pria yang ada dibawahnya. Wonwoo mengulum, menjilati dan mengemut jari-jari Mingyu penuh nafsu sambil sedikit desahan keluar dari mulutnya. “hhhh..” sambil memilin kedua putingnya sendiri. Mingyu yang melihat itu semakin merasakan kejantannya ikut tambah mengeras. 'Oh, shit! Sexy banget orang ini.' gumamnya dalam hati, hormonnya sudah sampai dipuncak saat ini. Semakin panas udara di ruangan ini, padahal Mingyu sudah menyalakan ACnya tadi sore.
Mingyu menarik jari-jarinya, terlihat semburat rasa kecewa di wajah Wonwoo. Kemudian, dia mengolesi pinggir lubang milik Wonwoo yang tampaknya kini sedikit berkedut. Dia masukkan jari tengahnya terlebih dahulu, memasuk-keluarkan perlahan, Wonwoo masih memilin putingnya sambil mendesah kencang, terus mendesah, kemudian Mingyu nemambah dengan jari telunjuknya, kini sudah ada 2 jari di lubang itu, Wonwoo semakin merasa dia akan menjadi gila karena sudah mulai meracau dan mendesah sejadi-jadinya. Dan sekarang Mingyu memasukkan jari manisnya, masih melakukan hal yang sama, memasuk-keluarkan jarinya, menekan sweet spot milik Wonwoo yang sudah dia lakukan berkali-kali.
“Ohhhh... Minghhhh.. Ahhh.. Iyahhhh.. disituuuhhh.. Nghhh...” desah pria bermata rubah itu, Mingyu mulai mempercepat ketiga jarinya, “Ngghhhhh.. I come..” hingga Wonwoo merasakan pelepasannya malam ini, dan cairan putih itu menyembur ke perut Mingyu.
“Baby, you came before I even touch it..” kata Mingyu tersenyum jahil, Wonwoo melingkarkan tangannya ke tengkuk leher Mingyu, “Yes, and it's not over yet, Daddy.” kata Wonwoo berbisik menggoda Mingyu yang ada di atasnya.
Sekarang Wonwoo sudah berdiri dengan bertopang lutut di depan Mingyu, Mingyu memperbaiki posisi untuk Wonwoo dapat langsung melihat kearah alat kelaminnya yang semakin mengeras. Pria yang ada dibawah itu mulai menggenggam kejantanan Mingyu dan memasukkannya ke dalam mulutnya, memainkannya dari mulai mengocok pangkalnya.
“Nghhhhhh... Wonhhhhh... Oh My God, babyyhhh..” desah pria yang sedang berdiri itu ketika lidah Wonwoo mulai mengulum miliknya seperti sedang mengemut lolipop dan menghisapnya. Mingyu menahan nafsunya untuk tidak mendorong kepala Wonwoo untuk lebih dalam lagi.
“Sayanghhhh... Nghhh.. muluthh kamuuhhh angethhh...” desahnya ketika Wonwoo masih memasuk dan mengeluarkannya. Last touch, Wonwoo memberikan deep throat untuk pria tampan itu. Sekali, “Ngghhhh... shit...” erang Mingyu. Yang kedua, “Owhhhh... Wonwoohhhh... fuck!” dan yang ketiga, “Nggghhhhhhhhh...” erangan Mingyu tanda pelepasan cairan putih miliknya kini ada dirongga mulut Wonwoo. Setelah selesai, Wonwoo melepaskan penis milik Mingyu dan menelan cairan itu.
Wonwoo berdiri dan langsung digendong koala style oleh Mingyu, dia sedikit memutari ranjang yang lumayan besar itu untuk meletakkan pria dipelukannya ke atas ranjang. Saat itu juga kejantanan Wonwoo yang mulai mengeras lagi bergesekkan dengan perut Mingyu, Wonwoo mendesah, “Ahh..”
Pria yang lebih tinggi dari Wonwoo itu menurunkan Wonwoo di atas ranjang miliknya, “Nungging sedikit ya, Won.” pintanya lembut, Wonwoo pun menurutinya, dijilatnya lubang basah milik pria dengan pantat sintal itu, sambil memasukkan dua jarinya beserta dengan lidahnya, keluar masuk lubang itu. Wonwoo mengerang, mendesah keenakan. Mencengkeram seprai yang berada di sampingnya, semakin lama semakin cepat gerakan Mingyu di bawah sana, semakin gila Wonwoo dibuatnya. Wonwoo mulai meracau sambil mendesah. Pelepasan kedua Wonwoo pun keluar, cairan kental itu membasahi bagian seprai dan perutnya. Mingyupun membalikkan tubuh Wonwoo yang mulai kelelahan, dia naik ke atas ranjang dan mengambil tempat di samping Wonwoo, mengelap peluh keringat bagian leher Wonwoo.
Wonwoo menghadap ke samping, ke arah Mingyu dan mengurut penis pria yang memiliki harum citrus dengan campuran keringat yang membuat Wonwoo ingin menghirupnya lagi dan lagi, saat yang bersamaan Wonwoo menciumi dada bidang pria itu, ototnya sangat pas ditubuh Mingyu sehingga terlihat sangat sexy di mata Wonwoo, darah Wonwoo mulai berdesir, menginginkan pria ini untuk bermain bersamanya lebih lama lagi. Sedangkan Mingyu mendesah merasakan nikmatnya tangan Wonwoo sambil menyisir surai pria dipelukannya itu dan sesekali mengecup kening Wonwoo.
Dikecupinya dada Mingyu dan masih mengurut kejantanannya lembut, “I want this inside my hole, Daddy!” ucapnya berbisik sambil mengulum bibir Mingyu berantakan dan penuh nafsu. Mingyu membalas ciuman itu, kini tangan yang tadi menyisir halus rambut Wonwoo kini turun, membuat lingkaran di pinggil lubang itu, kemudian memasukkannya lagi untuk mempersiapkan lubang itu agar bisa dia masukkan dengan kejantanannya yang cukup dibilang lebih dari kata standard. Wonwoo mendesah lagi, Mingyu membuat gaya scissor di dalam sana, dan mulai memposisikan diri di antara selangkangan kaki Wonwoo. Mengambil bantal, menaruhnya dipinggul di hadapannya ini agar lebih nyaman dan memasukkan kejantanannya secara perlahan.
Wonwoo mengerang, “Tell me if you're ready, Baby.” pinta Mingyu, kini kepala penisnya sudah masuk, tapi Wonwoo tampak kesakitan, jadi dia biarkan di sana, sampai Wonwoo siap untuk ditambah lagi.
“Yes, Daddy. Please!” rengeknya, Mingyupun mulai memasukkannya perlahan, kini sudah setengah, “Hold on Baby, it will be good!” kata Mingyu mendorong semua alat kelaminnya memenuhi tubuh bawah Wonwoo.
“Babe, Tell me if I can move.” kata Mingyu lagi, penuh consent. Sebenarnya Mingyu ingin sekali mengocoknya, tapi melihat Wonwoo yang merintih dia jadi ngga tega.
“Please move now, Daddy- Ahhh.. Nghhhh... Mingyuuuhh.. ini enakhhh..” belum selesai Wonwoo mengatakan dia siap, Mingyu sudah menggempurnya, memasuk keluarkan kejantanannya, menumbuk di sana.
“Aaahhh.. iyaa disituuhhh.. Ooohhh my God, Daddyyhhh.. punya kamuuhhh gedeeh bangethhh..” desahnya sambil meracau dirty talk yang sebenarnya sangat disukai Mingyu.
“Your asshh.. so tight, Baby.” kata Mingyu semakin menumbuk sweet spot Wonwoo, hingga pria yang di bawah ini keenakan seperti sedang pergi ke langit ke 7. Wonwoo menggapai tengkuk Mingyu, menariknya, dan menciumnya lumat-lumat, Mingyu membalasnya sambil tetap menggoyangkan pinggulnya di bawah sana.
Kini Mingyu mempercepat temponya “Won, your ass very clenchinghh..” Mingyu memegang pinggul Wonwoo possessive.
Wonwoo dibawah itu memilin putingnya sendiri, merasakan nikmat yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan, “Daddy, akuhhh ngga kuatthhh!” katanya, satu tangannya mulai mengurut kejantanannya.
“Bentar lagi, Sayang.. Ini aku..” Mingyu semakin mengencangkan goyangannya.
“Minghh.. akuuhhh.. aaahhhhhhh....” cairan putih yang ketiga keluar lagi dari kejantanan Wonwoo yang menyembur ke perutnya dan Mingyu, kakinya bergetar. Mingyu masih bekerja di bawah sana. Hingga dia mendapatkan pelepasannya yang kedua di dalam lubang milik Wonwoo. Perut pria itu terasa sangat penuh, hingga cairan-cairan itu menetes keluar dan Mingyu dengan perlahan menarik kamaluannya, lalu mengistirahatkan tubuhnya di samping Wonwoo.
“Kamu sexy banget, Won.” ucap Mingyu sambil mengecup bibir Wonwoo, Wonwoo membalas kecupannya.
Pria di sisi kanannya itu tampak sangat mengantuk, diambilnya selimut yang tadi terjatuh, dipeluknya pria ramping di sebelahnya. Dikecupinya kening pria tersebut dan diapun ikut terlelap.
‐———————-‐-‐———————
Paginya, Wonwoo terbangun di tempat yang asing baginya, kepalanya tidak terlalu pusing, sangat berat sedikit akibat beer yang ia konsumsi tadi malam. Dia mimpi aneh, making love dengan seseorang yang berbadan bagus, tampan dan wangi, kini dia merasakan kini penisnya menegang kembali 'Should I go to Solo?' rutuknya dalam hati. Dan seketika ia terkejut melihat ke dadanya, penuh tanda kemerahan dan pinggulnya terasa sakit, ketika dia ingin duduk, pantatnya terasa panas. 'What did I do last night?' gumamnya dalam hati. Yang dia tau dia mabuk setengah tidak sadarkan diri. Di nakas ada ponselnya dan sepucuk notes.
“Kalau udah bangun, turun ya.. Let's grab some breakfast.” tulisan tangan di post-it itu rapih.
Ponselnya pun berdering, unknown number, dia masih melihat ke layar kaca itu. Kemudian tak lama, ia pencet tombol hijau, dan
“Halo..” sapa Wonwoo
“Hai, are you awake?” tanya pria di seberang sana, suaranya seperti yang dia kenal, 'tapi di mana?'
“Yes, and to whom I'm speaking?” tanya Wonwoo sedikit bingung.
“Mingyu, Kim Mingyu. Haha.” jawab pria itu sambil tertawa karena dia tau Wonwoo sedang bingung sekarang.
“Are you drunk last night?” tanya Mingyu, karena sejujurnya Mingyu juga bingung, apakah semalam Wonwoo mabuk atau tidak, karena pria manis itu tidak tampak mabuk berat, selain semburat merah yang muncul di kedua pipinya ketika di balkon.
“Maybe a little bit? Gue cuma minum 2 gelas beer, if I'm not mistaken?” jawab Wonwoo.
“Do you remember what happened after you ask me to stay?” tanya Mingyu lagi, Wonwoo sedikit bingung.
“Am I asked you to stay?” tanya Wonwoo balik.
“Yes, you told me that you didn't like the party, jadi lo minta gue nemenin lo?” jawab Mingyu santai, terdengar suara orang sedang menyeruput minum di seberang sana.
“I think i have drunk before that.” kata Wonwoo.
“Ah, I see.” ada suara kekecewaan di sana. “Hmm.. You can go downstairs for breakfast anyway. Gue mau pergi dulu.” sambung Mingyu.
“See you when I see you, Wonwoo.” kata Mingyu menutup teleponnya. Wonwoo masih bertanya-tanya, ada di manakah dia sekarang?