Announcement
tw: drama
Pria tinggi nan tampan dengan sepasang kemeja berbahan velvet berwarna hitam yang melapisi kemeja putih dan dasi hitam yang senada dengan suit-nya itu menuruni tangga yang melingkar di dalam rumah megah, Arka sedang menatap ponsel-nya ketika pria itu sudah berada di hadapannya.
“Hai!” sapa pria tinggi itu, seketika Arka segera mengangkat kepalanya dengan sedikit terkejut, dan segera menyimpan ponselnya.
“Sudah siap, Tuan Muda?” tanya Arka segera berbalik badan.
“Hey!” kata Tuan Muda itu menarik tangan Arka untuk kembali menghadapnya dan segera merengkuh tubuhnya.
“Saka, please jangan kaya gini.” kata Arka dengan berbisik.
Saka segera menarik pria manis itu ke salah satu ruangan yang terdapat di lantai bawah rumah milik keluarga Aditya Bumi Putradinata dan segera memeluk tubuh ramping Arka ketika sudah yakin menutup pintunya dengan rapat. Pria bermanik rubah itu berusaha berontak namun Saka jauh lebih kuat darinya dan tetap memeluk tubuh Arka dengan posesif.
“Saka, I can't breathe!” omel Arka memukul pelan punggung kokoh milik Saka.
“Ngga mau, I wont let you go.” kata Saka.
“Ngga gini caranya, ini di rumah kamu.” kata Arka masih dengan suaranya yang berbisik karena takut didengar oleh orang yang berada di dalam rumah.
Saka meregangkan pelukannya dan menatap lekat pria yang ada di hadapannya. “Kaya mimpi.” kata Saka.
“Pretend you're dreaming, I'm on duty now.” kata Arka dengan nada yang dia buat sedemikian hingga agar tak goyah lagi dan lagi. “Tuan Muda, please jangan bikin yang sudah rumit ini semakin rumit.” lanjutnya.
“Aku bilang, aku bisa tinggalin Bian untuk kamu.” kata Saka.
“Tapi, aku ngga bisa merelakan apapun untuk kamu saat ini.” kata Arka. “Dan yang aku tahu, aku harus antar kamu ke headquarter Adi-Bumi Corp sekarang.” lanjutnya.
“Arka, please aku ngga bisa kalau ngga ada kamu, serius.” kata Saka dengan nada sedikit merengek.
“Inget ucapan aku terakhir kita ketemu?” tanya Arka. “Kalau perasaan kamu masih sama, aku yang akan menghampiri kamu Saka. Ini yang terbaik, yang sakit bukan cuma kamu.” cicitnya.
Saka jelas mendengarnya, kalimat itu lagi, “Aku ngga suka kalimat 'ini yang terbaik' atau 'semuanya untuk kita'.” omel Saka.
“But that's the right sentences for our situation, Pak Saka.” jawab Arka sembari memberikan senyum terbaiknya, membuka pintu ruang yang penuh dengan buku seperti library dan meninggalkan Saka yang masih terdiam di balik daun pintu itu. Saat ini yang Arka rasakan adalah dada yang sangat sakit terasa seperti ditusuk-tusuk. Selalu seperti ini setelah bertemu dengan Saka.
'Kenapa Semesta, kok lagi jahat banget sama Arka?' gumamnya dalam hati sembari memegang dadanya, berjalan lunglai ke luar rumah megah itu dan masuk ke dalam mobil mewah milik keluarga Putradinata untuk mengantarkan Tuan Muda yang selalu mengisi pikirannya. Menenangkan perasaannya.
Tak lama Saka membuka pintu penumpang dan duduk dengan tenang, tanpa bersuara. Arka yang hanya melihat pria tampan itu melalui kaca spionnya tanpa bertanya apapun segera menghidupkan mesin mobil tersebut dan segera membawa kuda besi itu melintasi kota Jakarta, dengan tenang. Tanpa suara. Tanpa racauan. Hening.
Benar kata para sepupu Arka bahwa malam ini semua orang penting yang berpengaruh untuk perkembangan dan pertumbuhan business Adi-Bumi Corporation sudah berkumpul di sini, di aula besar milik perusahaan ayahnya yang berada di lantai 16 sebuah gedung pencakar langit di Jakarta.
“Sudah sampai?” tanya Bumi ketika melihat anak satu-satunya yang tampak lebih tampan malam ini, Saka hanya menganggukkan kepalanya.
“Arkanya?” tanya Bumi ketika melihat ke belakang namun anaknya hanya datang sendirian, Saka mengendikkan bahunya, dan meninggalkan sang ayah untuk menghampiri pria berumur yang sudah ia panggil grandpa seumur hidupnya.
“Si Bungsu, sudah sampai?” tanya kakeknya sembari memeluk sayang sang cucu terakhir. Lagi-lagi Saka hanya menganggukkan kepalanya, di dalam pikirannya dia hanya ingin acara pokerface bodoh ini cepat selesai karena dia ingin kembali ke rumah, mengunci kamarnya, mendengarkan playlist lagu galaunya untuk Arka hingga tertidur.
“Eh, ganteng sudah sampai? Itu lho Bian lagi ngobrol sama sepupu kamu, samperin gih!” kata wanita dengan gaun cantik berwarna dark purple berbahan velvet dan rambut yang bergelombang, sangat cantik, sangat elegan Ibu Ratu — Yuna.
“Ya.” jawabnya singkat dan pergi meninggalkan Yuna dengan kakeknya yang sedang berbicara entah tentang apa.
Saka hanya berdiri di ujung ruangan ballroom besar itu sembari memegang gelas champagne-nya yang sedari tadi tidak tersentuh.
“Hai, ganteng.” sapa pria yang sudah melingkarkan tangannya dipinggang Saka, Saka hanya tersenyum dan membiarkan pria yang lebih muda itu memeluknya dari belakang.
“Mikirin apa?” tanya pria itu.
“Pemandangannya bagus, bebas.” jawab Saka, kemudian pria tampan itu membalikkan badan dan meletakkan gelasnya yang masih utuh di meja bundar yang sedari tadi sudah ada di sana.
“Hmm?” tanya pria itu, seakan bertanya ‘ada apa?’ dengan nada suaranya sembari mendongak.
“Ngga apa-apa, cuma lagi mikir.” kata Saka.
“Mikirin apa?” tanya pria manis itu.
“Sejak kapan kamu ngga pernah ada dipikiran dan di hati aku?” tanya Saka. “Maafin kakak ya, Bian.” lanjutnya, pria di hadapannya sedikit terkejut dan segera tersenyum, mencoba untuk tidak mengindahkan kalimat yang mampu meremukkan hatinya.
“Sejak ada dia, yang aku bahkan ngga tau siapa.” jawab Bian, sedikit bergetar. “But, I feel sorry for him karena dia ngga ada di sini sama kamu untuk di show off ke keluarga besar kamu.” lanjutnya dengan nada menang yang angkuh.
“Iya, kasian juga akunya harus pura-pura terus.” kata Saka dengan nada sarkastik-nya. “Aku jadi suka mikir, aku kasian sama diri aku sendiri yang emang ngga bisa ngap-ngapain, kasian ke kamu yang berusaha sendiri untuk aku.” kata Saka mengeluarkan senyum smirk-nya untuk calon tunangannya.
“It's okay, Ka, aku yakin kok, ada waktunya untuk kamu balik lagi ke aku. Kamu ngga akan kemana-mana walaupun pikiran kamu entah ada di mana.” kata Bian, masih terlihat tenang.
“Raga aku cukup buat kamu?” tanya Saka sinis.
“Ya satu-satu, yang pergi akan pulang satu persatu.” jawab Bian dengan tenang. Pria muda yang menggemaskan itu melihat ke arah jam tangan yang ia gunakan, mengaitkan tangannya dengan jemari Saka, dan mengajaknya masuk lagi ke dalam keramaian.
Saka menemukan sepupu-sepupunya sedang berkumpul, mata mereka tertuju pada salah satu sudut di panggung, di sana sudah ada Pakde Dylan, Kakek dan ayahnya.
“Joy.” sapa Saka.
“Hey, gue baru liat lo. Dari tadi?” tanya Joya, adik kandung dari Andrian yang hobby-nya travelling ke luar negri sembari membawa brondong-brondong kesayangannya.
“Dari tadi kok. Ada apa? Kok fokus banget ke stage?” tanya Saka, ini acara pertamanya, wajar bila dia tidak tahu apa yang sedang terjadi di ballroom itu.
“Liat aja! Gue sih ngga heran kalau ada pengumuman aneh.” celetuk Karina, adik kandung dari Dimas yang hobby-nya membeli barang limited edition dari brand-brand mahal. Tak usah heran bila dia berpacaran dengan salah satu cucu dari mantan presiden negara ini.
“Kaget gue.” kata Saka ketika mendengar suara Karina, wanita cantik itu seketika melihat ke arah tangan Saka yang masih berpengan dengan Bian.
“Harus banget pegangan? Kaya lagi nyebrang!” goda Karina.
“Biar ngga ilang.” jawab Bian sembari membalas godaan Karina, sepupu Saka itu hanya tersenyum menggoda Saka.
Semua sepupu Saka tahu siapa yang Saka sukai, tentu saja senyum penuh dengan cibiran terpancar jelas dari wajah Joya dan Karina melihat Bian memegang Saka posesif.
“Good evening, ladies and gentleman. Thank you to each every one of you for being here today at this wonderful day. Perkenalkan, saya Adi Putradinata. It's such a honor for me to speak on behalf my sons. Haha, serius sekali ya saya?” kata pria tertua di antara 2 pria paruh baya lainnya, pria itu masih terlihat tampan walaupun umurnya sudah sangat tua. Pria yang biasa dipanggil grandpa itu masih terlihat sangat sehat, bahkan sesekali masih sering bertanya bagaimana keadaan unit bisnis yang dia dan ketiga putranya bangun.
“Sangat senang akhirnya saya bisa mengumumkan ini di umur tua saya setelah menikahkan cucu ke dua beberapa bulan lalu.” lanjutnya, sembari menatap deretan cucunya. “Sama dengan hari ini, saya juga akan mengumumkan pernikahan dan pertunangan cucu-cucu saya, si sulung dan si bungsu.” katanya lagi dengan wajah yang sangat bahagia.
“Andrian Seungcheol yang akan menikahi cucu dari Salim Group pada bulan Maret dan Nisaka Mingyu yang akan bertunangan dengan keluarga Soemarto pada bulan April nanti. Semoga kerja sama kita semakin lancar dengan adanya hubungan keluarga di antara kita. Haha.” katanya lagi.
Saka hanya dapat membuka mulutnya lebar-lebar, dia tidak menyangka akan seperti ini jadinya, pertunangannya sudah diumumkan, tidak hanya kolega sang ayah dan kakek, bahkan di ruangan ini sudah ada banyak media yang sedari tadi meliput acara besar keluarga Putradinata ini.
“Lo ngga pingsan aja gue syukur.” kata Andrian yang seakan sudah siap menerima takdirnya yang akan menikahi cucu dari Salim Group. “Yuk, Sak! Naik ke stage.” ajak Andrian, Bian sudah berjalan mengikuti Andrian dengan senyuman yang lebar, sedangkan Saka masih memproses apa yang tadi diucapkan oleh kakeknya di atas panggung.