ANOTHER Day, ANOTHER Misunderstanding

Mobil Toyota Alphard tahun 2021 berwarna hitam mulus sudah melewati pagar hitam dan memasuki pekarangan rumah 2 tingkat berwarna putih yang sangat luas, dengan bangunan rumah bergaya Eropa dan berhenti di pintu utama yang terbilang sangat tinggi, berwarna senada.

Wanita paruh baya, turun dengan pasangannya dari pintu penumpang belakang mobil dan seorang pria dewasa lain yang hari ini berdandan rapih dengan menggunakan t-shirt putih yang tertutup oleh oversized cardigan bermotif kotak-kotak berwarna khaki, cokelat, hitam, putih itu dengan celana bahan berwarna khaki dan sepatu kets slip on berwarna cokelat dan clutch bag cokelat yang turun dari pintu penumpang di depan sembari membawa loyang yang cukup lebar.

Tidak perlu mengetuk pintu, seorang wanita paruh baya yang seumuran dengan wanita yang baru saja turun dari salah satu mobil keluarga mewah itu membuka pintu dan menyapa mereka bertiga dengan ramah — Mommy, ibunda dari Chan dan Wonwoo yang menjadi tuan rumah acara makan siang kali ini.

“Eh, udah dateng, Bunda, Ayah sama Inggu.” jawabnya, membuka pintu lebar untuk ketiga tamunya. “Yuk, masuk, Papski sama Abang lagi di jalan pulang dari Pondok Indah Golf. Mas Woozi sama Bang Soonyoung-nya mana?” tanyanya.

“Nyusul, Moms, kan sekarang udah beda rumah, katanya sih tadi ke adek udah on the way.” jawab wanita paruh yang elegan itu tersenyum. “Paling setengah jam lagi sampai.” lanjutnya.

“Oh ya? Ngga apa-apa, sampai makan malam di sini juga ngga apa-apa, aku seneng banget malah.” jawab Mommy Chan itu. “Eh ini, si manis Inggu bawa apa?” kata beliau lagi ketika melihat Mingyu mendekatinya dan menyodorkan loyang yang ia bawa malu-malu.

Desert, Mom.” jawab pria itu malu-malu, pipinya yang sudah diolesi blush on berwarna peach sudah semakin merona.

“Ngga usah repot-repot lho, Inggu.” kata ibu 2 anak itu kepada anak bontot dari keluarga Kim yang berjalan beriringan dengannya.

“Ngga apa-apa, Mommy. Aku kan suka ngerepotin Mommy.” kata Inggu mengikuti Mommy Chan ke arah dapur. “Itu Inggu sama bunda yang bikin lho, Mommy, semoga keluarga mommy suka ya.” jawab Inggu ketika wanita yang dipanggil mommy itu tersenyum melihat isi loyangnya dan memasukkannya ke kulkas.

“Inggu bikin Fries Ice Cream? Wow, Abang Wonwoo dan Chan pasti suka banget, soalnya, mommy gagal terus.” jujur mommy yang dijawab senyuman tulus oleh pria yang dipanggil Inggu itu.

“Duduk yuk, bareng sama Mommy, Bunda dan Ayah, sambil kita nungguin abang sama papski pulang.” kata Mommy, merangkul tangan Inggu ke ruang tengah dan bergabung dengan orang tuanya.

Benar perkiraan bunda, sekitar 30 menit Mas Woozi dan Bang Soonyoung datang, Chan turun setelah dipanggil oleh salah satu asisten rumah tangga keluarga Jeon itu, ia langsung menyalami punggung tangan kanan Ayah dan Bunda Inggu, lalu duduk di sebelah mommy-nya. Mereka masih menunggu kepulangan abang dan papski sembari berbincang hangat, entah apa saja yang dibicarakan, dari pekerjaan Bang Soonyoung, Mas Woozi, hingga kuliah Inggu dan Chan.

“Jadi, batal dong ya Mommy jodohin Inggu sama Bang Wonwoo?” tanya Mommy dengan nada yang sedikit kecewa, ketika mereka sudah sampai pada pembahasan pernikahan Mas Woozi dan Bang Soonyoung.

Inggu membelalakkan matanya terkejut dengan pertanyaan Mommy Chan yang tertuju padanya, ia bahkan tidak tahu masalah perjodohan yang orang tuanya lakukan. ‘Batal? Sejak kapan mulai?’ tanya Inggu dalam hatinya, jujur, ini adalah pertanyaan yang asing untuknya.

“Nda?” tanya Inggu kepada bunda yang sedari tadi duduk di sebelahnya.

“Inget ngga waktu kamu tiba-tiba chat Nda minta nikah? Nda tuh langsung ngobrol sama Mommy Chan, terus, ngga lama Nda sampe bilang ke Ayah, kata Ayah terserah kamu. Waktu bunda mau bilang kamu, kamu bilang lagi ke bunda kalau suka sama orang, jadi Nda bilang sama mommy, kalau ngga jadi jodohin kamu sama abang, soalnya kamu lagi suka sama orang.” jawab ibunda polos.

“Ih, ngga gitu—” kata Inggu sembari memanyunkan bibirnya yang diikuti gelak tawa orang tuanya, mommy, Chan, serta kedua kakaknya.

“Ya kalau ngga gitu, apa dong, dek?” tanya Mas Woozi setelah menyesap teh hangat yang disajikan oleh asisten rumah tangga mommy saat ia sampai.

“Mau—” jawab Inggu malu-malu, kini tidak hanya pipinya, namun, telinganya sudah memerah, wajahnya kini mirip dengan tomat.

“Mau apa?” pancing Chan. Chan tahu, ia tahu sesuatu, bahwa tampaknya abangnya sudah mulai menyukai teman seangkatannya yang manja ini.

“Anu—” suara Inggu yang mencicit itu menggantung ketika mendengar suara berat yang datang dari pintu utama.

Assalammualikum.” suara berat itu memasuki indera pendengaran semua orang yang berada di ruang tengah, saat mereka sedang asyik menertawakan tingkah laku Inggu yang sudah salah tingkah.

Wa’alaikumsalam” jawab seluruh orang yang ada di ruangan itu, termasuk Inggu walaupun suaranya masih mencicit.

“Oh, abang udah pulang. Sini dulu sayang, kenalin sahabat mommy sama keluarganya. Belum pernah ketemu sama Tante Kim kan, panggil aja Bunda.” kata sang ibunda, menghampiri anak sulungnya dan memeluk lengan sang anak, memaksa pria itu untuk mengikuti sang penguasa rumah itu, diikuti oleh seorang pria yang setiap hari selalu dipanggil Papski di rumah.

“Tapi aku belum mandi lho, mom.” jawab pria tampan, tinggi itu ketika sang mommy menyeretnya untukk bertemu dengan sahabatnya.

“Ngga apa-apa, abis kenalan, kamu langsung mandi, terus turun, biar kita semua bisa makan siang.” jawab mommy.

Sesampainya ia di hadapan para tamu, Wonwoo segera memberi salim kepada kedua orang tua Inggu dan bersalaman dengan kakak-kakak dari pria manis itu, lalu dengan yakin mengulurkan tangannya kepada Inggu. Pria 21 tahun itu berdiri lalu dengan ragu-ragu menjabat tangan pria yang lebih tua dengan wajahnya merona.

“Sehat, Mingyu?” tanya Wonwoo.

Pria yang dipanggil Mingyu itu mendongakkan wajahnya dan mengerucutkan bibirnya, melepaskan jabatannya, tak menghiraukan pertanyaan Wonwoo, sedangkan pria tinggi yang tadi bertanya kini dibuat bingung karena melihat tamu manisnya sedang cemberut dan terlihat kesal padanya.

“Mandi gih, bang! Jangan lama-lama ya, langsung turun.” pinta sang mama kepada Wonwoo, membuyarkan pikirannya.

“Oh ok. Permisi.” kata Wonwoo berpamitan kepada tamu dari mamanya itu dan naik ke lantai 2 menuju kamarnya.


“Ini buatan Inggu sama Bunda lho, Bang Won, ice cream goreng. Kan kamu penasaran banget karena ngga pernah nemuin ice cream goreng enak.” kata mommy memberikan Wonwoo desert dengan mangkuk berisi bola cokelat dengan wip cream dan buah cherry untuk topingnya.

“Ini sih cemilan favorite-nya si abang.” celetuk Chan, Wonwoo mengangguk pelan, menyendokkan makanan penutup itu dan membuka lebar matanya, saat ice cream goreng itu telah meleleh dimulutnya saat suapan pertama. Ini adalah pertama kalinya ia sangat menikmati memakan ice cream goreng, karena rasanya lebih enak dari pada makanan sejenis yang sebelumnya pernah ia cicipi.

“Enak.” Wonwoo berujar yakin, sedangkan pria yang sudah berusaha membuat makanan penutup itu tersipu malu. Inggu yang sedari tadi duduk di seberang meja Wonwoo memperhatikan cara makan pria yang kemarin membalas kaku chatnya. Tidak mendapati kebohongan pada mata bermanik elang itu, yang ia temukan justru ketulusan dari satu kata yang keluar dari bibir tipis pria tampan itu.

“Tuh, Nggu, Bang Wonwoo nya suka.” celetuk Mas Woozi dengan santai sembari menjahili adik bungsunya.

“Tapi, nanti kalau udah tinggal serumah, Bang Wonwoo ngga dikasih ice cream goreng setiap harikan, dek?” sambung Bang Soonyoung yang disambut gelak tawa para orang tua serta Chan — Selain Wonwoo yang masih mencerna ucapan Soonyoung.

Inggu tersedak mendengar ucapan kakak iparnya, Wonwoo dengan segala refleks yang ia miliki, memberikan gelas air putih miliknya, karena saat ini, gelas Inggu sudah kosong. Tanpa berfikir panjang Inggu mengambilnya dan meminum air dari gelas itu saat mommy sedang meminta kepada kepala asisten rumah tangganya untuk mengisi kembali gelas pria manis itu.

“Emang nanti kalau udah tinggal bareng, adek mau masakin apa buat abangnya?” tanya mommy masih menggoda pria manis yang sedari tadi sampai di rumah itu salah tingkah.

Wonwoo baru menyadari arah pembicaraan mereka, pria tampan itu terlihat sangat kikuk, namun, ia lebih memilih untuk tetap tenang dan menghabisikan makanan penutupnya, lalu ia bisa melakukan kegiatan apa saja asal tidak terhimpit pada pembicaraan ini.

'Kasian kan anak orang.' keluh Wonwoo dalam hatinya. “Mommy, jangan diisengin, kasian anaknya udah punya pacar juga.” Wonwoo kelepasan, seharunya kalimat ini ia simpan di dalam hatinya, bukan untuk ia utarakan.

Semua orang di ruang makan besar itu terdiam ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut anak sulung si tuan rumah. 8 pasang mata tertuju pada Wonwoo yang sedang mematung dan merutuki kebodohannya dalam hati.

“Kata siapa, bang?” tanya Chan, menyenggol kaki kakak semata wayangnya itu.

“Apa?” tanya Wonwoo, pura-pura tidak mendengar apa yang ia sendiri lontarkan, tadi.

“Tadi lo bilang Inggu punya pacar? Gue baru tau, emang iya, Gu?” tanya Chan kepada teman sekampus dan sefakultasnya itu. Inggu menggeleng ribut, karena memang dasarnya dia tidak memiliki kekasih, namun, memang benar apa yang ia katakan kepada bundanya, bahwa kini ia sudah memiliki tambatan hati, namu Wonwoo kini tampak sedikit acuh.

“Mmmm—” Wonwoo masih tampak dingin, tapi tidak di dalam hatinya. Pria tampan itu berdiri, menghindari suasana awkward yang baru saja ia ciptakan.

“Mom, Paps, dan yang lainnya, Wonwoo pamit sebentar ya, ada deadline kerjaan soalnya.” Wonwoo berjalan tenang menuju ke kamarnya.

“Wah!!! GOBLOK!” rutuk Wonwoo sesaat setelah ia mendaratkan tubuhnya pada tempat tidur queen berbalutkan seprai berbahan satin itu.

Sedangkan di lantai bawah, saat orang tua mereka masih berbincang sembari menonton televisi dengan kedua kakak Inggu.

“Maafin ya, Abang Wonwoo emang suka gitu kalau ketemu orang baru.” kata mommy kepada sahabatnya itu.

“Ih, ngga apa-apa, wajar. Lagian kan kita hanya casual lunch aja, lagi ngga mau lamaran.” kata bunda. “Tapi, aku berharap banget cowo yang Inggu suka itu abang, ya yah ya?” tanya sang bunda kepada suaminya itu, ayah mengangguk yakin.

“Abang Soonyoung juga belum ngobrol ya sama Bang Wonwoo, padahal kalau kalian deket pasti seru.” kata Bunda kepada mantunya.

“Kalau ngga salah itu Wonwoo yang kuliah di ITB bukan sih, bunda, mommy?” tanya Soonyoung kepada kedua ibu-ibu yang ada di hadapannya.

“Iya, Wonwoo emang kuliah jurusan Arsitertur di ITB, nak Soonyoung.” jawab papski.

“Oh, aku anak Teknik Arsi Paramadina, Om. Kita tuh punya Paguyuban Arsi Jakarta, pasti beberapa kali ketemu sih.” jawab Soonyoung.

“Oh gitu, sering ketemu ngga sih setahun sekali di Jakarta?” tanya Mommy.

“Iya, Mommy, bener. Kita baru ngumpul bulan lalu.” jawab Soonyoung.

“Owalah, pasti udah ketemu, tapi kayaknya ngga ngeuh ya.” kata sang mama anak sulung yang sedang dibicarakan itu.

Sedangkan Inggu, saat ini pria manis itu mengikuti kemanapun Chan berjalan. “Lo mau apa deh ngintilin gue?” tanya pria remaja itu kepada teman seumurannya.

“Ngga tau, yang penting ngga ngumpul sama ibu-ibu, nanti gue diledekin terus sama abang lo.” jawab Inggu ketus.

“Bukannya seneng?” tanya Chan jahil.

“Guenya seneng, kalau kakak lo yang denger kan risih.” jawab Inggu.

“Hahaha lo punya 2 kepribadian ya, Gu?” tanya Chan.

“Maksud lo?” tanya pria manis itu sembari nyisir lembut bulu mata lentiknya dengan pinggir buku-buk jari telunjuknya.

“Giliran sama orang tua manjanya kaya apa tau, coba lo bandingin kalau ngobrol sama temen-temen lo.” kata Chan.

“Masa sih? Kayaknya ngga gitu deh, gue biasa aja.” Inggu memanyunkan bibirnya tanda sebal. Chan hanya menertawakan teman seangkatannya itu.

“Lo mau nyamperin abang ngga di kamarnya?” tanya Chan ketika ia beberapa kali memergoki Inggu sedang menatap ke arah tangga.

“Ngga ah, lo ngga liat dia dingin banget sama gue?” tanya Inggu.

“Dingin sih, tapi lo keselek dia ngasih gelasnya ke elo tau!” Chan mengingatkan kejadian saat makan siang tadi.

“Ya, emang kalau lo ada di depan gue kaya abang lo tadi, lo ngga akan kaya gitu?” tanya Inggu kepada Chan yang sedang mengambil air putih dan beberapa camilan.

“Mau liat kolam ikan KOI di taman belakang ngga?” tanya Chan, berjalan ke arah kolam ikan yang terdapat di halaman belakang rumah kediaman keluarga Jeon itu. Inggu mengangguk.

Inggu mengikuti Chan yang berjalan di depannya tanpa sepatah kata, pria dengan model rambut mullet dan tundikkan di bibir bawah kanannya itu kemudian duduk kursi panjang kayu yang tersedia di halaman belakang rumahnya.

“Lo ngga kepanasan kan?” tanya Chan kepada pria yang sudah duduk di sampingnya dan membuka sekaleng cola yang sudah Chan siapkan.

“Ngga sih, semoga aja gue ngga mendadak jadi Khalid.” celetuk Inggu yang tentu saja bercanda, Chan hanya tertawa. “Lo mau?” tanya pria manis itu menyodorkan kaleng minumannya kepada teman sebangkunya itu.

“Ngga, gue ngga suka cola, lebih suka root beer.” kata Chan mengacungkan kaleng berwarna hitam dengan merk yang berwarna cokelat keemasan itu. Inggu tertawa.

Thanks ya, ngga nyuekin gue.” jawab Inggu.

Why should i?” tanya Chan. “Kalau lo bilang gitu karena si abang, dia aslinya ngga secuek itu, Gu, tapi emang kalau sama orang baru suka kaya gitu, kayak kanebo.” jelas Chan. “Ngga pernah maksud jahat, orangnya sebaik itu, nanti kalau udah kenal deket sama dia, lo pasti makin-makin mleyot.” lanjut Chan yang masih menjelaskan tentang abangnya yang hari ini terlihat dingin.

“Lo suka abangkan?” tanya Chan, lagi-lagi Inggu di kejutkan dengan pertanyaan dari temannya itu yang membuat ia tersedak.

Chan menepuk pelan punggung pria cantik yang hari ini berdandan all out karena ingin bertemu dengan pria yang beberapa hari ini ia pikirkan. Inggu masih terbatuk dan memegang lengan Chan, sama halnya dengan yang dilakukan oleh orang lain ketika sedang tersedak, tapi berbeda dengan pandangan pria yang sedari tadi menyesap vape-nya dan melihat ke arah 2 remaja 21 tahun yang sedari tadi terlihat sangat akrab sedang bercanda gurau di sana.