Good Morning

Baby, Yugyeom itu siapa?” tanya Mingyu kepada Wonwoo dari meja makan yang tersedia di caravan itu, pria manis dengan t-shirt oversized berwarna putih itu sedang membuat kopi espresso untuk pria tampannya dan teh hangat dengan sedikit gula untuk dirinya sendiri.

“Kenapa?” tanya Wonwoo menghampiri pria yang sudah duduk dan memberikan secangkir kopi yang biasa ia minum pagi hari — Wonwoo tentu saja sudah hafal dengan kebiasaan Mingyu. Wonwoo segera duduk di kursi yang berada di sebelah Mingyu.

“Ada chat dari dia tuh, ngajak ke festival musik.” jawab Mingyu dengan wajahnya yang sudah sedikit mengencang, tentu saja Mingyu cemburu ketika pria yang dia tidak tahu siapa itu mengajak kekasih manisnya untuk pergi ke acara hingar bingar yang selalu ia larang Wonwoo untuk menghadirinya.

“Yah, sayang banget aku lagi sama kamu.” jawab Wonwoo sembari tersenyum dan menyeruput tehnya, ia tahu sugar daddy-nya itu sedang cemburu.

“Maksud kamu?” tanya Mingyu, meletakkan cangkirnya. “Kamu mau pergi sama dia lagi kalau kamu sedang tidak bersama saya?” Mingyu menatap Wonwoo, pria berkacamata itu meletakkan cangkirinya, dan mengalihkan tatapannya ke arah om-om yang berada di sampingnya.

Who knows? Kayaknya seru, aku ngga pernah ke acara kaya gitu.” kata Wonwoo. “Selalu kamu larang karena takut aku diculik.” lanjutnya sembari mengelus rahang tegas kekasih tuanya itu.

“Ngga akan ada yang nyulik aku, daddy.” kata Wonwoo sembari mengecup bibir yang sudah wangi kopi paginya itu.

I know, tapi tetep aja saya khawatir.” jawab Mingyu, mengambil jemari lentik Wonwoo dan mencium punggung tangannya.

“Waktu sama Om Jeonghan, kamu juga gitu ngga?” tanya Wonwoo, masih membahas tentang mantan kekasih Mingyu.

Mingyu terdiam sejenak, ia sedang membayangkan dirinya saat itu, “Hmm, I was young back then, jadi sometimes saya ikut menonton juga.” jawab Mingyu seolah ingatannya berjalan ke 15 tahun yang lalu.

“Om Jeonghan so lucky, I'm si jealous on him.” kata Wonwoo sembari menunjukkan wajah sedihnya, Mingyu menarik kekasih mudanya untuk duduk di atas lahunannya. Mingyu membiarkan Wonwoo duduk menyamping agar dapat melihat kekasihnya itu.

Don't be, sayang.” jawab Mingyu, mengecup bahu kekasihnya yang masih terlapisi t-shirt kebesaran yang ia gunakan itu. “Kan kamu yang nyatanya sekarang ada di samping saya.” lanjut Mingyu, sembari memberi elusan lembut pada paha mulus kekasihnya yang sudah terdapat cetakan merah muda ke unguan bekas semalam.

“Terus, kalau di samping kamu? Ngga akan kamu tinggal?” tanya Wonwoo menatap tajam mata Mingyu dengan manik elangnya yang cantik di balik kacamata frame hitamnya.

“Ngga, I dare to leave everything for you.” jawab Mingyu dengan yakin. “At the right time, asalkan kamu selalu di samping saya.” lanjut Mingyu sembari membuka kacamata yang Wonwoo gunakan, dan mendekatkan wajahnya kepada pria manis dilahunannya.

Wonwoo tersenyum bahagia manis pagi itu, seolah ia hanya satu-satunya manusia yang memiliki Mingyu di dunia ini. “Kalau gitu, kiss and use me as you please then, karena aku mau kamu bikin ngga bisa bangun hari ini.” jawab pria manis itu.

Pleasuring you this morning will be my honor, baby.” jawab Mingyu dengan senyum tampan yang memperlihatkan taring gemasnya di sana. “I’m going to make you moan for hours, Jeon Wonwoo.” lanjut pria yang lebih dewasa itu.

“*You know I’m yours, Daddy.” jawab Wonwoo dengan mengerlingkang satu matanya, menggoda Mingyu untuk membawa pria yang lebih muda di lahunannya itu ke dalam kungkungannya dan mengerang memanggil namanya.

Merekapun saling menyatukan bilah bibir mereka, memulai kegiatan liburan mereka hari ini dengan lumatan-lumatan, serta ciuman yang semakin lama semakin dalam, dan semakin intens.

Mingyu membawa tubuh pria manisnya kembali ke kamar utama, dan menanggalkan semua fabric yang mereka gunakan pagi hari itu, membuangnya sembarang,