Being in Your Arms


tw: fluff content, hugging, kissing.

Hari sudah siang, Saka terbangun dan menemukan dirinya sendirian di atas tempat tidur yang seharusnya ada dia dan kekasihnya.

“Ka?” tangan Saka meraba tempat tidur kosong di sebelahnya.

“Arka?” pria itu reflex duduk di atas tempat tidur.

“Yang?” panggilnya lagi sembari berjalan ke arah tumpukan baju di atas meja belajar yang terdapat di ruangan itu. Mencari baju yang semalam ia gunakan tapi nihil, dengan pasrah ia mengenakan baju kekasihnya yang pas di badannya serta celana boxer yang semalam ia gunakan dan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan milik Arka.

“Sayangku?” Saka mulai mencari kekasihnya lagi hingga menjelajahi apartemen yang dihuni oleh Arka dan Arya itu. Masih tidak ada jawaban, yang membuat pria itu tersadar bahwa ia sendirian di tempat asing.

“Arka di mana? Kok gue sama sekali ngga ngerasa orangnya pergi?” katanya bermonolog.

Saka kembali melangkahkan kakinya ke kamar kekasihnya dan hendak membersihkan diri, namun benda pipih di atas nakas sisi tempat tidur Arka menyala dan getarannya mengalihkan perhatian pria tinggi itu. Ternyata, itu adalah pesan yang datang dari pria yang ia cari, setelah mendapat kabar dari si dia, pria dengan tinggi 187 sentimeter itupun kembali melangkahkan kakinya ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.


Saka kini sudah berada di sekitaran apartemen Wonwoo dengan menggunakan sweatshirt abu-abu, celana bahan santai hitam dan topi biru dongker, menanti sekitar 5 menit di pinggir trotoar, tak lama pria tinggi itu tersenyum sumringah, memamerkan deretan gigi atasnya dengan taring yang mengintip di sana saat melihat sesosok pria di seberang jalan sedang bermain smartphone-nya sembari tersenyum dan wajahnya yang memerah. Tak lama pria di seberang sana menatap wajah Saka dan tersenyum manis ke arah pria dengan topi berlogo ceklis putih.

‘He’s so beautiful, semoga pemandangan indah seperti ini bisa gue rasakan sampai gue tua.’ gumam Saka dalam hati, sembari berdoa ketika melihat Arka di ujung sana.

Pria itu mendekat, senyuman yang tak luntur dari wajahnya dan terasa menenangkan siapapun yang melihatnya. “Hai!” sapa pria itu ketika sudah tiba di depan Saka.

“Hai!” kata Saka membalas sapaan pria itu dan mengecup bibir kenyal berwarna pink milik si dia, lalu mengambil belanjaan pria di hadapannya.

Arka masih menebarkan senyumnya dan mendekap sebelah lengan Saka menariknya agar mereka berdua dapat berjalan beriringan untuk kembali ke dalam apartemen.

Sesampainya di apartemen, Saka segera meletakkan belanjaan kekasihnya di counter top table. “Mas, aku mandi dulu ya. Gerah banget ternyata.” izin Arka, dibalas dengan anggukan oleh Saka.

Sementara Saka membuka sweatshirt-nya, dan menyisakan white sleeveless shirt yang melapisi tubuh kekarnya. Pria tampan itu dengan sabar menunggu Arka dengan menonton TV di ruang tengah, memaikan ponselnya, browsing tempat di Inggris yang bisa ia dan kekasihnya jelajahi, berkirim pesan dengan sepupu, teman-teman dan juga ayahnya. Tak membutuhkan waktu lama, pria yang dia tunggu-tunggu sudah turun dengan black t-shirt dan celana boxer pendeknya.

“Aku masak dulu ya.” izinnya dan langsung melipir ke dapur untuk membuatkan makan siang yang diminta oleh Saka — nasi goreng. Arka segera cek ricecooker-nya, melihat sesuatu di kulkas yang dapat ia gunakan sebagai bahan, kemudian ke lemari bumbu, mengeluarkan yang ia butuhkan, lalu membuka belanjaannya, dan menata serta memasukkan beberapa bahan-bahan yang tak ingin pria itu gunakan ke refrigerator, lalu mendekatkan beberapa bahan seperti sosis dan bakso untuk topping nasi gorengnya.

Mendengar grasak-grusuk dari dapur, Saka bangun dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya ke tempat Arka berada, lalu memeluk tubuh pria yang kini sudah menggunakan apronnya itu dari belakang.

“Hmm, aku lagi mau masak?” tanya Arka, sedikit kaget jantungnya berdegup kencang seakan siap loncat ke luar, begitu juga yang dirasakan Saka.

“Lanjutin aja, aku cuma mau peluk.” kata Saka dengan nada yang sangat santai, sedangkan Arka merasakan ruang geraknya yang terbatas karena badan besar Saka kini sudah mengukungnya.

“Mas, jujur kamu berat.” kata Arka menghentikan kegiatannya. “Maaf ya Tuan Muda, ini aku mau gerak gimana caranya kalau kamu gelendotan gini?” tanya Arka, Saka dengan tidak sopannya hanya tersenyum dan mengecup perpotongan leher pria yang ada dipelukannya dengan perlahan, tak menghiraukan kalimat kekasihnya.

“Aku ngga usah masak ya?” ancam Arka ketika bibir Saka sudah mulai mengecup bagian bawah telinganya, bulu halus di tubuh Arka meremang, jantungnya masih berdegup tak karuan, ditambah lagi kini Saka malah menggigit daun telinga bawahnya pelan. “Saka, geli!” omel Arka, pria yang dipanggil hanya tersenyum jahil di sana.

“Kita makan di luar aja kalau gitu.” Arka mengerucutkan bibirnya, Saka masih tidak perduli dan menelusupkan tangannya ke dalam apron yang Arka gunakan, mengelus pelan perut berotot milik kekasihnya. Kini kupu-kupu seperti berterbangan di dalam perutnya. Geli, itu yang Arka rasakan.

“Saaynghh — Stop.” kata Arka, dia lagi-lagi merasakan ada yang aneh pada tubuhnya, darahnya mengalir hebat, karena sentuhan lembut Saka di sana. “Geli, Mas! Nanti ada yang tegak tapi bukan keadilan!” kata Arka, masih sempat bercanda untuk mengalihkan pikirannya yang sudah hampir berjalan-jalan ke tadi malam.

Saka tertawa mendengar kalimat terakhir kekasihnya, kemudian membalikkan tubuhnya. “Hehe, lucu banget sih. Kamu belajar dari siapa? Pasti Arya?” tanya Saka mengecup pipi putih mulus milik pria yang ada di hadapannya. “Kalau emang ada yang berdiri, aku bantuin buat tidur lagi, sayang.” goda Saka.

“Aku tanggung jawab.” bisik Saka genit.

Seriously? Nisaka, aku ngga bohong, dan ini masih siang!” dumel Arka kepada kekasihnya karena malu selalu digoda.

Make love ngga ada waktunya, Arkadia.” jawab Saka lantang.

No no no, aku belum terbiasa, dan please kurangin mesumnya.” kata Arka yang sudah membuka apronnya dan berniat untuk meninggalkan kekasihnya, namun, sia-sia karena lengan kekar pria itu sudah memeluk pinggangnya, kini wajah mereka berhadapan, Saka dapat jelas melihat bibir Arka yang plum dengan pipi merona.

“Aku ngga mesum, sayang.” jawab Saka, menyatukan kening mereka. “Cuma ngga bisa menyia-nyiakan kesempatan karena kamu sekarang ada dipelukan aku.” lanjutnya.

“Pengennya sama kamu terus.” katanya lagi.

Revenge?” tanya Arka.

“Hahaha, bukan revenge. Tapi, seneng aja, rasanya kaya setelah berlayar kemana-mana, akhirnya ketemu tempat berlabuh.” jawab Saka. “Mau menetap.” lanjutnya. Arka tersenyum manis mendengar analogi yang Saka berikan padanya.

Mereka bagaikan dua insan yang sedang mendayung berlawanan arah selama 3 tahun ini, namun mereka lupa bahwa bumi itu bundar dan sejauh apapun mereka mendayung, garis khatulistiwa pasti akan menemukan mereka kembali.

Saka dengan tubuh athletic-nya menggendong Arka ke ruang tengah. Si dia yang digendong sempat terpekik kaget dan segera mengalungkan tangannya di tengkuk leher Saka agar tidak terjatuh dan menenggelamkan kepalanya di bahu Saka, menahan senyumnya.

Pria tinggi itu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa yang ada di ruang tengah dengan TV yang masih menyala, entah apa yang ditontonnya sedari tadi. Sang pria berkulit putih itu kini menjauhkan wajahnya dari bahu Saka sedang menatap manik elangnya begitu dalam.

“Kenapa?” tanya pria yang ditatap.

“Ngga apa-apa—” kalimat Arka menggantung. “Pantesan Bian bisa terobsesi sama kamu, kamunya kaya gini.” lanjutnya sembari tersenyum dan menangkup pipi Saka, mencubit pelan pipi tirus pria di hadapannya serta memainkannya gemas.

“Kok jadi Bian?” tanya Saka menghentikan tangan Arka yang sedang menguwel pipinya. Arka hanya menggeleng sembari tersenyum.

With no context, tiba-tiba kepikiran aja.” jawabnya, duduk menyamping dipangkuan Saka dan meletakkan kepalanya di dada bidang pria itu.

Bila Arka ingat lagi apa yang terjadi pagi menuju siang tadi, Bian yang muncul di depan apartemen dan memintanya untuk meninggalkan pria yang kini sedang memeluknya erat. Entah apakah dia harus memberitahukan Saka atau malah menyimpannya sendiri, 'Untuk kali ini, biarin aja deh!' gumamnya dan mengusak-usakkan kepalanya manja di dada Saka.

“Lagi mikirin apa?” tanya Saka, membuyarkan lamunannya, mendongakkan wajah sang kekasih dengan ibu jari dan telunjuknya agar dapat menatap manik rubah milik Arka.

Nothing.” Arka tersenyum dengan Saka yang membalas senyum kekasihnya dan mendekatkan wajah mereka secara perlahan sembari saling menatap, kemudian beralih ke bibir, Arka memejamkan matanya tanda mempersilahkan Saka untuk menciumnya. Dengan perlahan Saka mencium ranum merah jambu itu, kemudian melumatnya dengan perlahan sembari memeluk Saka yang kini berada di lahunannya.

I love you.” kata Saka setelah tautan mereka terlepas dengan berbisik, namun sangat jelas terdengar oleh Arka.

I love you too.” jawab Arka sembari tesenyum, mencubit hidung pria yang lebih tua, lalu menangkup wajah tampan Saka, mencium bibir pria yang semakin erat memeluknya dan memperdalam ciuman mereka, diakhiri dengan Arka yang membalas pelukan erat sang kekasih.

Arka sudah merubah posisi dengan menyenderkan punggungnya di dada Saka, duduk di antara kedua kaki pria itu yang terbuka lebar, dan kini sudah mengganti channel TV menjadi Disney+, memainkan ke-5 jari kanan Saka yang melingkar di perutnya, terkadang mengecupi punggung tangan itu.

“Kita Makan di luar aja yuk? Kata google Michaelhouse Café enak.” kata Saka memecah keheningan mereka.

“Ya terus ngapain aku belanja dong tadi?” tanya Arka mengaitkan tangannya dengan Saka, matanya masih terfokus pada tontonannya.

“Kan bisa dimasak nanti, kita ngga pulang besok.” jawab Saka. “So, we still have plenty of time to make out in your apartment, Sayang.” lanjutnya berbisik dengan tersenyum jahil yang membuat wajah Arka perlahan merona merah.

“Kan mau jalan-jalan juga sama pacar di Inggris.” kata Saka, lalu mencium tengkuk kekasihnya

“Yaudah, aku siap-siap.” kata Arka, berdiri dari posisinya, Saka segera menarik Arka kembali ke dalam pangkuannya dengan satu tangan.

“Nanti sorean aja, aku kan masih mau cuddle dulu, katanya ada yang pengen Netflix and chill?” kata Saka dengan santainya. Arka ingat isi tweet-nya siang tadi saat berbelanja, Saka pasti sedang menyindirnya, lalu pria itu mencubit gemas punggung tangan kekasihnya yang kini sedang bermain di paha mulusnya.

“Lagi apa sih, Mas? Sibuk banget.” kata Arka membalikkan tubuhnya, melihat apa yang kekasihnya lakukan saat dia sibuk menonton.

“Nyari tempat romantis di Cambridge.” jawab Saka singkat, menunjukkan hasil browsing-nya.

“Di sini.” kata Arka mengambil benda pipih yang mengalihkan perhatian Saka, meletakkannya di meja dan memeluk pria yang menggunakan t-shirt putih tanpa lengan itu.

“Tempat romantisnya di sini?” tanya Saka yang di balas anggukan oleh Arka. Kini Saka sedang tersenyum melihat kejadian langka dimana Arka yang biasa terlihat kuat dan tegar menjadi clingy di hadapannya dan meletakkan kedua tangannya dipinggang pria yang berbadan lebih kecil darinya itu.

Arka melingkarkan pinggang Saka dengan kakinya, dan mengelus tengkuk Saka dengan kedua ibu jarinya. “You know, I love when you hug me, it's the best feeling in the world.” kata Arka dengan wajahnya yang bersemu merah dibalas dengan kecupan di bibirnya.

I know.” jawab Saka.

Because, You are the one for me After all the waiting I can finally breathe I feel at home whenever you're around I feel so secure, so safe and sound