BEST PART
Kota Jakarta di hari Senin cukup padat pagi ini, seorang pria yang pagi itu bangun lebih pagi karena hari ini adalah hari pertamanya bekerja setelah lulus sarjana di awal tahun ini sedang mengendarai mobilnya sendiri ditemani playlist dari Spotify-nya sembari menyenandungkan beberapa lirik lagu yang dia hafal. Setelah perjalanan tiga puluh menit, pria itu memasuki salah satu gedung perkantoran di kawasan Jakarta Pusat itu. Berjalan ke arah receptionist dengan navy long-sleeved shirt, black skinny jeans dan sepatu kets berwarna putih untuk menukarkan tanda pengenalnya karena belum memiliki akses untuk naik-turun di Gedung ini.
Lantai 35 tujuannya, dia berjalan masuk ke lobby kantor barunya itu dengan senyum yang tersungging di wajahnya. Setelah berbicara dengan seorang yang berada di meja depan lobby kantor itu, pria tersebut dipersilahkan duduk disalah satu sofa yang terdapat di sana. Tak lama, seorang wanita datang menghampirinya dengan langkah yang anggun dan tersenyum ke arah pria yang memiliki surai berwarna coklat gelap tersebut.
“Jeon Wonwoo?” Tanyanya ke arah pria yang sedang melihat ponselnya sembari menunggu di salah satu kursi yang ada di tempat itu. Pria yang merasa terpanggil memalingkan wajahnya ke arah suara itu berasal.
“Iya, saya Jeon Wonwoo.” Jawabnya sembari menyunggingkan senyum termanisnya, berdiri dan menjabat tangan wanita tersebut.
“Gue Lee Anantari, panggin gue Anan aja ya!” pintanya. “Kita udah kenalankan ya pas interview kemarin?” tanyanya kepada pria yang biasa dipanggil Wonu itu dan dijawab dengan anggukan dari pria tersebut.
“Follow me, kita kenalan sama anak-anak di dalem ya. Di dalem anaknya berisik-berisik, jadi sabar ya. Lo tuh fresh grad kan?” tanya wanita itu lagi sembari melihat ke Wonwoo dan dijawab dengan anggukan yakin.
Ketika pintu kaca besar yang menjadi sekat antara lobby dan kantor utama itu terbuka, mereka disambut dengan hiasan daun-daun serta bunga yang terdapat lampu neon bertuliskan DIGIFT di dalam ruangan yang dipinggirnya terdapat kursi yang terbuat dari kayu dan beberapa beanbag yang terdapat di sudut tempat tersebut, tidak lupa terdapat aquarium berukuran medium yang diisi oleh berbagai macam ikan hias. Mereka masih berjalan menyusuri ruangan itu, hingga wanita yang minta dipanggil Anan itu menghentikan langkahnya.
“Nah, sampe deh. Di area meja ini adalah team planning dan strategist ya, Wonwoo. Di sini ada empat team, kita ga punya nama team khusus sih.” Katanya dengan ditanggapi anggukan untuk kesekian kalinya oleh Wonwoo.
“Paling kita pake nama Senior atau Manager aja buat nama teamnya kalau ngga ya paling pake nama brand yang dipegang.” Lanjutnya.
“Sekarang kita kenalan ya. Ini anak-anak lagi sok mode serius, biasanya ngga kaya gini. Gue biasanya jarang banget main ke sini.” Bisiknya. Wonwoo hanya membalas dengan senyumnya.
Kebetulan memang jabatan wanita di sampingnya ini adalah Head Digital di kantor tersebut. Jadi, sudah pasti dia punya ruangan sendiri dan sangat sibuk dengan kerjaannya, yaitu mencari new business.
“Guys, attention dong! Kita punya personil baru nih, buat teamnya Kiming!” kata wanita yang berumur sekitar 30 tahunan itu membuyarkan fokus orang-orang yang ada di jejeran itu. Mejanya seperti kubikel dengan sekat pendek di depan kayu yang dilapisi busa dibalut kain agar bisa ditempeli paku payung, pin atau sticky notes di situ. Sedangkan tidak ada sekat yang menghalangi pandang dari satu meja samping dengan yang lainnya. Saat itu ada Sembilan pasang mata dari sepuluh yang mulai terfokus pada kedua manusia yang sedang berdiri di sana.
“Kiming! Ga usah sok sibuk!” panggil Anan, pria yang dipanggil Kiming itu langsung mengalihkan pandangannya dari leptop ke arah suara Anan dan menyunggingkan senyumnya dengan jejeran gigi putih dengan gigi taring yang mengintip dari bibirnya.
“Ini anak baru, Namanya Jeon Wonwoo, panggil aja Wonwoo katanya. Dia gue taro di team Kiming ya, buat handle brand sepatu yang kemaren baru menang pitching! Kebetulan, anaknya fresh grad, jadi, ajarin yang bener ya!” kata Anan menjelaskan.
“Halooo Jeon Wonwoo~” kata orang-orang yang ada di area itu dengan kisruh.
“Kita kenalan dari ujung sana ya, yang pake kacemata kebalik itu Namanya Kim Mingyu, biasa dipanggil Kiming atau Mingyu. Boleh panggil dia Mas, gue yakin dia lebih tua dari lo! Start from today, dia yang akan jadi supervisor lo, jadi semua kerjaan lo akan dipertanggung jawabkan ke dia. Terus, di sebelahnya ada Seungkwan, dia masih magang di sini.” Kata Anan menjelaskan. “Kwannie, nanti lo ke meja gue ya. Mau ngobrol gue.” Pinta wanita itu dan dijawab okay serta acungan jempol oleh orang yang bersangkutan.
“Di depan Kwannie ada Lee Chan. Panggil dia Dino, terus, yang di seberang kubikel itu, ada Jeonghan yang rambutnya merah, Han ini tolong dibantu ya kalau Kiming mulai aneh-aneh.” Pinta Anan lagi. Yang disebut namanya hanya tertawa, seakan sudah tahu apa yang akan dilakukan pria bernama Kiming itu ke Wonwoo sambil mengangguk yakin.
“Terus, ada Jiso, Sejeong, Dikey, Hao, Lia, Jihyo, Yugi sama Cuyu. Nanti kenalan aja ya.” Katanya. “Lo bisa ngobrol santai di sini, ga harus formal, santai aja. Lo bebas kerja di mana aja, asal kerjaan lo terdelivery in time, meja sebelah Dino kosong, depan Kiming. Itu bisa lo jadiin meja hak milik. Jadi, duduk di sana aja!” pinta Anan.
“Ming, ga usah keluarin jurus mata Cyclops lu ya, nanti jidat Wonwoo bolong.” Kata Anan lagi sambil mempersilahkan Wonwoo duduk di tempat yang tadi dia tunjuk. Pria itu mulai jalan perlahan dan melemparkan senyum ke orang-orang yang dia lewati.
Leptop yang difasilitasi kantorpun sudah dia buka, tanpa dia tau harus ngapain di hari pertamanya kerja. Masih canggung. Ingin bertanya rasanya masih sungkan.
“Ka Wonwoo.” Sapa seorang pria dengan suara yang imut yang berada di sampingnya, dari nadanya sih sedikit meragu. Wonwoo langsung melepaskan pandangannya pada layar leptopnya yang sedang menyala bertuliskan logo DIGIFT.
“Ya?” tanyanya menjawab dengan bingung.
“Mau ikut lunch ngga?” ajak pria yang tadi sempat dikenalkan bernama Kwannie itu.
“Oh, aku… emang udah boleh lunch ya?” tanya Wonwoo sembari melihat jamnya yang masih menunjukkan pukul 11.40 siang itu. Ternyata dia sudah menghabiskan waktu 1 jam lebih bengong memandangi layar leptopnya.
“Haha.. kalau ngga ada kerjaan kaya aku, mending kita lunch duluan aja.” Bisiknya, sambil melihat ke arah Mingyu.
“Gue denger!” kata pria di depan Wonwoo membuka mulutnya untuk pertama kalinya sejak kedatangan pria manis itu. Wonwoo membelalakkan matanya kaget.
“Yeeu lu mah ngga jelas deh, bang. Tadi anaknya lu cuekin!” kata Kwannie protes. Masih berdiri di samping Wonwoo.
“Gue lagi mikir. Apa yang lo bisa?” tanya pria bernama Kim Mingyu itu ke arah Wonwoo yang masih membelalakkan matanya kaget, semakin kaget ketika disodorkan pertanyaan.
“Mmmm… excel, words, power point, using Google, Instagram, Twitter, Youtube. Kayaknya aku bisa akses itu semua.” Jawab Wonwoo kurang yakin kalau jawaban dia memuaskan managernya itu.
“Hmm.. impressive. Lo belum pernah sama sekali bersentuhan sama yang namanya media? Atau denger tentang digital media planner?” tanya pria yang hari ini hanya menggunakan kaos hitam polos dengan celana robek-robek dan sepatu converse belel kebanggaannya.
“Pernah denger, tapi ngga pernah spesifik tau karena belum pernah terjun langsung.” Jawab Wonwoo menatap dalam-dalam mata Mingyu dengan mata rubah cantiknya. ‘Wow, matanya bagus juga.’ Kata Kim Mingyu dalam hati yang teralihkan sebentar oleh manik rubah Wonwoo yang hari ini menggunakan softlense berwarna caramel.
“Okay, kita harus start over from the first step kalau gitu. Lo lunch dulu aja, cowo di sebelah lo kalau cemberut jelek banget.” Kata Mingyu sambil menatap Seungkwan yang sudah memanyunkan bibirnya. Wonwoo hanya membalas perkataan Mingyu dengan senyuman dan beranjak berdiri mengajak Seungkwan menjauh dari mejanya dan managernya itu. Seungkwan sudah mengajak Jeonghan dan satu perempuan yang baru dikenal bernama Sejeong, panggil Jeong aja katanya.
*****
“Gimana, Wonwoo? Udah betah?” tanya Jeonghan mulai berbasa-basi.
“Belum juga sehari, Kak Han.” Jawab Seungkwan yang disambut senyum oleh Wonwoo.
“Kak Mingyu itu orangnya emang sedingin itu ya?” tanya Wonwoo, mulai membuka suara. Dia ingin tau seperti apa managernya itu, sehingga dia bisa coba mulai mencoba untuk memecah kekauan mereka. Soalnya, dia canggung bgt di deket Mingyu Mingyu itu.
“Hahaha.. sok cool aja dia. Ga usah dibeli, aslinya mah ngawur banget kok orangnya. Tenang aja.” Jawab Jeonghan. “Gue kenal banget sama dia soalnya.” Lanjutnya.
“Gimana ga kenal sih, calon adek ipar?” tanya Sejeong sambil mengunyah sisa sayuran yang ada dimulutnya dan dibalas anggukan oleh pria dengan rambut merah itu.
“Hahaha.. masuk juga barengankan? Berarti dia udah 3 tahun ya di sini?” kata Seungkwan.
“Iya, haha. Panggil dia mas aja, Won. Seneng banget dia dianggep mas-mas.” kata Jeonghan dengan nada jailnya. “Jangan deh, nanti dia kesenengan, hahaha.” lanjutnya.
“Ngakak banget pas dia minta anak-anak manggil dia mas, tapi ngga ada yang mau, terus dia ngambek ngga mau ikut makan malem kantor.” Cerita Sejeong.
“Itu begok sih, sampe harus Dino yang maju manggil 'Mas' dengan jijiknya saking ngga ada yang rela manggil dia mas.” timpal Jeonghan atau biasa dipanggil Hannie itu. Wonwoo hanya mengangguk, mencoba memahami apa yang disampaikan oleh teman-teman barunya. Lumayanlah, dapet informasi walaupun baru sehari.
“Nanti juga keliatan aslinya, selow aja, ka.” sahut Kwannie. “Sama gue juga baru bisa santai pas udah semingguan magang.” lanjtunya.
'Hmm.. kayaknya manager gue ini agak tricky deh ngadepinnya. Gimana ya?' kata Wonwoo di dalam hati sedikit khawatir.
******
“Wah, anjing! Kalah taruhan muluk gue sama Seokmin! Taiklah!” gerutu seorang pria yang sedang bermain dengan beberapa orang lainnya di taman dalam ruangan ketika Wonwoo, Jeonghan, Seungkan dan Sejeong kembali dari makan siangnya, yang Wonwoo hafal di sana ada Dikey, Mingyu, Yugi, dan Hao.
“Lo mah, mau makan aja kaya orang miskin deh! Pake taruhan segala. Kakak lo tuh Director, Ming! Malu-maluin deh!” ucap Jeonghan sambil melewatkan pria-pria yang sedang bermain itu. Wonwoo mengikuti jalan teman-temannya menuju meja kerjanya.
“Heran gue sama si Mingyu! Kebiasaan banget, bukannya makan siang malah taruhan. Nanti kalau mati ngerepotin kan, gue yang diomelin kakaknya.” kata Jeonghan menggerutu di mejanya.
“Kakaknya dia...?” tanya Wonwoo mengarahkan pandangannya ke Jeonghan.
“Cowok gue, namanya Kim Seungcheol. Orangnya lagi ke Jepang buat meeting, nanti kalau pulang lo pasti ketemu kok, ruangannya di sana tuh, sebelah Anan.” jawab Jeonghan sambil menunjuk ruangan kaca yang tertutup rapat dan gelap. Wonwoo lagi-lagi hanya menggeleng.
Untuk hari pertama bekerja, Wonwoo benar-benar tidak dihiraukan oleh managernya. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Mingyu mengetuk sekat yang memisahkan dia dan Wonwoo dengan jari panjangnya. “Lo ga balik?” Tanya Mingyu.
“Emang pulang jam 5?” Tanya Wonwoo bingung.
“Biasanya, anak-anak kalau ga ada gawean jam 5 udah kelar, liat deh groupnya Jiso.” Katanya sambil mengalihkan perhatiannya ke daerah kubikel belakang Wonwoo. Kosong. 'Lah, kosong? Kapan pada pulangnya manusia?' Tanya Wonwoo.
“See?” Tanyanya, Wonwoo pun mengangguk mengerti.
“Tapi, aku belum ngapa-ngapain, kak.” Ungkap Wonwoo polos.
Mingyu masih memasang wajah datarnya, “Pulang aja, gue lagi siapin hand over kerjaan sama data-data buat kebutuhan lo. Besok aja kita ngobrol.”
“Mmm.. gue selalu masuk jam 10, btw. Kalau bisa, sekitar jam segitu gue udah liat lo.” Katanya lagi. “Sama, besok bawa catetan daaaann....” katanya menggantung. Wonwoo memasang wajah penuh tanya.
“Tadi, gue juga kirim basic modules dari beberapa referensi buat lo pelajarin sebelum planning dan lain-lain. At least, besok lo udah paham dasarnya. Modul 1 sampe halaman 20.” Tutur Mingyu. 'Loh bawel juga. Gue pikir cool gitu. Haha' kata Wonwoo dalam hati.
“Jadi pulang nih?” Tanya pria yang memakai kemeja navy panjang yang digulung sampai siku kepada managernya.
“Boleh aja. Kalau mau buka email check modul yang tadi gue bilang juga boleh.” Jawabnya datar, masih memandang leptopnya lagi.
“Kak Mingyu pulang jam berapa?” Tanya Wonwoo, sedikit pelan, namun masih terdengar.
“At least at 7 o'clock, kalau ini kelar. Tapi, kalau belum kelar ya jam 9 an lah.” Jawab Mingyu, masih membulak-balikkaan kertas dan menatapi layar leptopnya.
“Kak Won, ga mau pulang?” Tanya Kwannie yang sedang bersiap-siap. Dijawab gelengan oleh Wonwoo, “Aku mau cek e-mail dulu. Kamu duluan aja, Kwan.” Tuturnya.
“Okay. Gue duluan, Kak Won, Bang Ming! Tinggal kalian berdua by the way. Yang lain udah balik.” Kata Kwannie yang mengundang pandangan Wonwoo mengitari kantor barunya. Mingyu tidak bergeming. 'Wah masa beneran tinggal berdua.'