Bimbingan Pertama


Pria manis berkacamata itu melangkahkan kakinya memasuki ruangan dosen setelah menerima pesan dari dosen pembimbingnya. Salah satu pintu frosted glass dari ruangan persegi dengan frosted glass di setiap sisinya itu terbuka, memperlihatkan Mingyu yang sudah berdiri di depan sana dengan tangan disilangkan di depan dada, menunggunya.

‘Oh, so you're wearing glasses today?’ kata Mingyu dalam hatinya. Selama dua tahun terakhir, ia hanya mengenal Bj Baby dengan menggunakan softlense, dan tidak pernah membayangkan pria cantik yang selalu membangkitkan gairah seksualnya itu memakai kacamata dalam kesehariannya.

“Selamat siang, Prof!” sapa Wonwoo, pria berkacamata yang merupakan salah satu mahasiswa bimbingan skripsi Mingyu.

“Siang, Wonwoo. You made it right on time. Please come in.” jawab Mingyu, mempersilakan pria yang 15 tahun lebih muda darinya itu masuk ke ruang konseling pribadi yang terdapat di dalam ruang dosen, lalu menutup pintu frosted glass tersebut.

Entah kenapa, jantung Wonwoo berdebar sangat cepat. Ia merasa grogi berada di ruangan seluas 13 meter persegi ini bersama dengan seorang dosen yang beberapa jam belakangan ini mulai mencuri pikirannya.

Mingyu setengah duduk dengan posisi miring di atas meja, satu tangannya tersimpan di saku, dan tangan lainnya mulai melepas beberapa kancing kemeja yang tampak sesak. Wonwoo secara refleks mengalihkan pandangannya ke arah pria yang lebih tua darinya yang sudah duduk tepat di depannya, melihat setiap gerakan pria tersebut.

Can you take off your glasses?” Mingyu bertanya dengan tatapan tajam yang seolah menembus kacamata Wonwoo, mengamati setiap detail dari manik rubah pria manis yang berada di hadapannya.

What for? Bukannya seharusnya kita membahas skripsi saya, Prof?” jawab Wonwoo dengan tenang, membalas tatapan Mingyu tanpa menunjukkan rasa takut.

Take off your glasses and put this on, then we’ll talk about your thesis,” kata Mingyu sambil memberikan masker kain yang digunakan sebagai penutup mulut dan hidung kepada Wonwoo. Dia kemudian berdiri dan duduk di seberang tempat duduk pria manis yang tampak bingung dengan perintah yang diberikan oleh dosennya itu.

‘I just wanna check if he’s Bj Baby or not. That’s it.’ pikir Mingyu dalam hati, sementara ia terus mengamati mahasiswa di depannya. Semakin lama ia memperhatikan Wonwoo, semakin berdebar jantungnya. Semakin cantik pria manis itu, terlihat semakin memikat baginya.

Okay!” kata Wonwoo dengan santai, tanpa curiga. Ia menanggalkan kacamata minusnya dan mengenakan masker kain yang Mingyu berikan. “Kaya gini?” tanya pria manis itu sambil menatap Mingyu dengan manik rubahnya.

Jantung Mingyu berdebar dengan sangat tidak teratur, seolah pria cantik yang hanya bisa ia nikmati dan membawanya ke dalam malam-malam bergairah muncul dari layar komputernya, benar-benar berada di hadapannya. Bj Babycatpussy, yang selama ini hanya menjadi fantasi virtualnya, kini ada di depannya.

Mingyu mencondongkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke arah pria cantik yang berada di hadapannya. “Coba kamu ngomong lagi?” pinta Mingyu sambil sedikit berbisik dengan suaranya yang sedikit berat.

“Mmmmm, ngomongin apa?” tanya Wonwoo, matanya bergerak gelisah, merasa salah tingkah dengan kedekatan wajah Mingyu yang kini berjarak kurang satu jengkal dari wajahnya. Sangat dekat. Terlalu dekat.

Wonwoo mengepalkan tangannya di atas paha rampingnya. Ia bahkan dapat mencium harum tubuh Mingyu dari balik masker tipis yang digunakannya, serta merasakan hembusan napas dosennya yang hangat dengan jarak sedekat ini.

“Prof, isn’t this a bit too close?” tanya Wonwoo, matanya tak bisa berpaling dari pria di depannya yang tampak serius, sedang mengamati wajahnya dengan seksama.

‘Finally, I found you, baby,’ gumam Mingyu dalam hati, jantungnya berdebar. Dia menemukan pria cantik yang selama dua tahun ini tidak hanya membantunya menghilangkan kepenatan, tapi juga mengisi hari-harinya dengan konten-konten erotisnya.

Sambil tersenyum, Mingyu membuka satu sisi karet masker yang Wonwoo gunakan, dan mengangguk pelan. Seolah tidak mendengar pertanyaan dari mahasiswanya itu, dan kembali ke posisi duduknya, sambil melipat kedua tangannya di dada. Memamerkan otot-otot kekar di balik kemeja panjang yang sudah terangkat hingga siku, dan juga urat-urat pada tangannya yang membuat Wonwoo menelan saliva-nya sedikit kasar. Seperti tadi malam.

“Kamu boleh pakai kacamata kamu lagi,” kata Mingyu sambil memberikan kacamata minus yang Wonwoo gunakan. “Kamu mau bahas skripsi kamu mulai dari mana?” tanya Mingyu sambil berdiri, berjalan ke salah satu lemari di ruangan tersebut, dan mengambil tumpukan kertas yang merupakan skripsi atas nama Jeon Wonwoo.

“Masalah skrips saya sebelumnya, Prof, Isn’t it a bit too much, kalau saya mengganti judul and completely overhaul my thesis?” tanya Wonwoo, berusaha mempertahankan skripsinya yang sudah susah payah ia buat dengan pembimbing skripsi sebelumnya.

“Ngga,” jawab Mingyu singkat sembari meletakkan kertas-kertas penuh tulisan itu di hadapan Wonwoo. “You can still find another title dan mulai mengerjakan abstrak, pendahuluan dan tinjauan pustaka lagi,” kata pria yang lebih tua itu dengan nada yang ringan, membuat Wonwoo ingin sekali menjambak surai hitam legam yang masih rapi milik pria tampan di hadapannya.

“Tapi kan itu artinya saya harus ngulang dari awal, Prof,” keluh Wonwoo, menarik nafasnya berat.

Mingyu menjawab dengan santai, “Iya, dan saya akan bantu kamu,” sambil berjalan menuju kursi belakang tempat Wonwoo duduk.

“Tapi, Prof…” kalimat Wonwoo terhenti saat Mingyu dengan lembut memegang kedua bahunya, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Wonwoo. Pria manis itu bahkan dapat merasakan lagi napas hangat dari profesor muda yang baru saja menjadi dosen pembimbingnya itu.

I said I can help you. Don’t worry, Jeon Wonwoo,” bisik Mingyu tepat di telinga Wonwoo, lalu kembali berjalan ke tempat duduknya di hadapan pria manis itu.

‘Damn, not only is your body all toned and hot, but you’re also kinda handsome, tall, and smell amazing. Terus sekarang maksud lo apa tadi pegang-pegang bahu gue and whispering in my ear?’ rutuk Wonwoo dalam hati sambil menatap wajah Mingyu yang masih tersenyum, dengan satu taring yang mengintip di bibirnya.

Why? Is something on your mind?” tanya Mingyu kepada pria manis di hadapannya yang tampak sedang berpikir. “Mari kita selesaikan judul skripsi untuk kamu hari ini, dan kamu bisa mulai pelan-pelan nyicil isinya dari sekarang,” lanjut Mingyu sambil berdiri dari tempat duduknya.

Wait here!” pinta Mingyu, berjalan keluar dari ruangan konseling. Ia sempat memegang salah satu pundak Wonwoo, membuat pria cantik tersebut merasa seperti dosen tampan itu sedang mengelus pundaknya dengan lembut.

Wonwoo bernafas lega sambil memegang dadanya setelah memastikan Profesor muda itu sudah keluar dari ruangan.

‘Shit lah! Kalau kaya gini terus sih, I’m gonna be typing my thesis while asking him to lick my wety pussy, oh my stress banget!’ rutuk Wonwoo dalam hatinya sambil merapatkan kedua pahanya.

Mingyu's scent still lingers in Wonwoo’s senses, and even the professor's breath feels warm against his ear.

***

Mingyu kembali duduk di mejanya setelah meninggalkan Wonwoo di ruang konsultasi sendirian. Ia sedang menenangkan jantungnya yang berdebar begitu cepat saat berada di satu ruangan kecil bersama dengan mahasiswanya itu. Wajahnya merona, perasaan campur aduk saat akhirnya ia dapat menemukan sosok asli Bj Babycatpussy yang selama ini ia puja. Aroma manis Wonwoo yang masih tercium di hidungnya membuat darahnya berdesir, menambah rasa tak karuan yang memenuhi dirinya.

‘He’s so gorgeous, and I absolutely love his scent—it’s exactly how I always imagined, even more exciting than I thought,’ pikir Mingyu sambil mengusap wajahnya sedikit kasar, berusaha menenangkan diri. ‘Shit! I’m really, really craving to have him inside me, to feel every inch of his body.’ lanjutnya dalam hati, matanya menatap plafon ruangan dosen dengan tatapan kosong yang penuh gejolak.

“DOOOORRR!!!!” seseorang datang dan membuyarkan lamunannya.

“Anjir!” Mingyu sedikit terperanjat.

“*What are you doing here? Mahasiswa lo kan yang ada di ruang konseling?” tanya Soo Hyuk, salah satu professor muda yang juga merupakan teman dekatnya.

“Iya, Jeon Wonwoo,” jawab Mingyu sambil berdiri dari tempat ia duduk, mengenakan kacamata, dan menutup laptopnya. Pria tampan itu menumpuk benda pipih tersebut bersama buku-buku modul, buku cetak, dan catatan yang telah ia persiapkan untuk bimbingan skripsi Wonwoo.

Ya, dia telah mempersiapkan semuanya untuk membantu skripsi Wonwoo, jika pria cantik yang lebih muda itu memang benar-benar Bj Baby yang selama ini ia tunggu-tunggu.

“Lo ngga lunch?” tanya Soo Hyuk lagi, masih penasaran dengan apa yang terjadi kepada temannya.

Nope, gue ada bimbingan. Lo duluan aja, kalau masih lama, nanti gue nyusul,” jawab Mingyu sambil melangkah meninggalkan temannya, kembali memasuki ruangan konseling dengan perasaan campur aduk.

***

Sorry for keeping you waiting,” kata Mingyu saat sudah memasuki ruang konseling, lalu meletakkan barang bawaannya di atas meja.

Mata Wonwoo kembali terpaku, manik rubah cantik itu tidak lepas dari tatapannya kepada dosen pembimbingnya dan mengikuti setiap gerak-gerik Mingyu yang kini sudah duduk di sampingnya.

“Itu ada beberapa buku tentang Digital Media Marketing, kamu bisa lihat-lihat dulu. Who knows, maybe you’ll get an idea for what kind of thesis you want to write,” kata Mingyu yang sudah duduk santai sambil bersandar di kursi tepat di samping Wonwoo. Ia menyelipkan satu tangannya di saku, semantara tangan lainnya yang terhias jam tangan mahal diletakkan di atas meja, jemari gendutnya mengetuk meja tersebut sambil menunggu jawaban mahasiswanya.

“Coba kamu liat dulu, Wonwoo,” pinta Mingyu sekali lagi dengan suara yang sedikit berat, membuat Wonwoo sedikit terkejut dibuatnya.

Pria manis itu segera mulai memeriksa beberapa buku tentang Media Marketing Digital yang telah dibawa profesor tampan itu.

Brand awareness di sosial media sudah dengan Doyoung, so you can skip that one,” kata Mingyu sambil memeriksa catatan di atas kertas skripsi Wonwoo yang sudah ia coret-coret sebelumnya. “Penggunaan SEO dan peringkat website di mesin pencari sudah milik Jheonny,” lanjutnya, sembari sesekali mencuri pandang kepada pria muda di hadapannya yang semakin lama semakin mengganggu konsentrasinya.

“Konten terhadap tingkat konversi di e-commerce sudah diambil Yuta, you can look for another title from the books in front of you instead of theirs,” kata Mingyu dengan tegas, sambil duduk tegap dan ikut memeriksa buku-buku yang sedang dibaca Wonwoo.

Ruangan konseling hening, hanya ada Mingyu yang sudah membuka laptopnya dengan suara ketikan laptop pria tampan yang sesekali terdengar. Kemudian, ia menghentikan pekerjaannya dan menopang dagunya dengan telapak tangan sambil menatap Wonwoo yang masih tenggelam dalam pencarian teori untuk calon skripsinya yang baru.

“Ini ada yang menarik sih, Prof,” kata Wonwoo, sambil memalingkan wajahnya dari buku-buku ke arah Mingyu. Ia sedikit terkejut saat menemukan Mingyu yang sudah menatapnya, meskipun jarak wajah mereka tidak sedekat sebelumnya.

“Mana yang menarik?” tanya Mingyu, mencondongkan tubuhnya untuk melihat buku yang sedang dibaca Wonwoo.

Wonwoo merasa gugup dengan tingkah laku dosen pembimbingnya itu. “Mmmm, ini,” kata pria manis itu sambil menunjuk bagian yang ia rasa bisa Mingyu terima sebagai topik skripsinya.

Rating di e-commerce?” tanya Mingyu, lalu menatap wajah Wonwoo yang kini sudah merah merona. “Terus? Udah kepikiran mau dibikin apa?” tanya dosen pembimbing itu dengan tatapan lembut.

“Mmmm, mungkin bisa ke ‘Pengaruh Ulasan dan Rating Pengguna Platform E-commerce terhadap Keputusan Pembelian Konsumen’?” tanya Wonwoo dengan ragu, berharap Mingyu menyetujui pilihannya.

Nice, you can totally grab that one right away!” puji Mingyu sambil tersenyum, membuat Wonwoo merasa sedikit lebih tenang. “See, kamu bisa kan langsung nemu pengganti analisis statistik kamu?” lanjut dosen pembimbing itu.

‘Iya, cari judul kan sangat mudah ya, gue bikin abstrak, pendahuluan, tinpusnya gimana, anjing? lo mau bantuin gue emang?’ keluh Wonwoo dalam hatinya, walaupun di wajahnya sedang tersenyum membalas senyuman dosen pembimbingnya.

“Tapi, Prof, untuk tinjauan pustakanya selain Teori Keputusan Konsumen, Psikologi Konsumen dan Persepsi Produk, tuh gimana ya?” tanya Wonwoo, sedikit ragu, dan langsung meminta saran dosen pembimbingnya.

“Kamu buat saja dulu abstrak, pendahuluan, dan kerangka tinjauan pustakanya. Teori apa saja yang menurut kamu dibutuhkan, nanti kita diskusikan untuk sisanya,” kata Mingyu sambil tersenyum. “That's what I'm here for, to help with your thesis,” lanjut pria tampan itu, sambil tanpa sadar mengelus pipi lembut mahasiswanya.

Not only was Wonwoo surprised, but Mingyu was also taken aback by the impulsive thing he did. Dengan cepat, Mingyu menarik tangannya kembali, membiarkan Wonwoo meminjam beberapa buku miliknya, dan mengakhiri sesi bimbingan pertama mereka.

If you need anything, you can just contact me, Jeon Wonwoo. Or knock on my door, tempat tinggal saya di seberang apartemen kamu juga,” kata Mingyu ketika Wonwoo berdiri untuk pamit.

“Iya, Prof. Terima kasih,” kata Wonwoo dengan segera membuja pintu ruang konsuling itu dan berjalan meninggalkan ruang dosen dengan jantung yang berdegup tak karuan.

Tidak hanya Wonwoo yang berdebar, Mingyu pun merasakan hal yang sama. “FUCK!!! He’s so cute!” teriak Mingyu dari dalam ruang konseling setelah Wonwoo keluar. “I really want to devour him,” lanjutnya sambil memijat keningnya, terpesona oleh pesona pria manis yang baru saja keluar dari ruangannya itu.