COULD IT BE...


Saat ini Mingyu yang bertindak sebagai tuan rumah dan kekasihnya — Wonwoo — sudah berada di tengah Grand Opening Private Party SVTStar Melbourne yang sangat ramai dihadiri oleh para undangan, dan investor besar yang membantu pembangunan cabang hotel berbintang 5 plus itu. Acara tentu saja terselenggara dengan lancar, dapat dilihat dari awal terselenggaranya acara tersebut, seperti kalimat sambutan yang Mingyu berikan mendapatkan standing applause dari para tamu undangan dengan Wonwoo yang selalu menemaninya, dimanapun CEO itu berada. Sama halnya dengan saat ini, Mingyu dengan tenang menggeret dan membawa Wonwoo bersamanya untuk dikenalkan kepada para tamu undangannya.

Hi Mr. Forrest, thank you for coming and fulfilling our invitation. Have you enjoyed our dinner? Our chefs already hold a Michelin star, and there will never disappoint your taste buds.” kata Mingyu dengan senyuman ramahnya kepada salah satu investor yang hadir, investor itu menyambut ramah sambutan secara langsung dari CEO SVTStar Melbourne itu dan berbincang-bincang, membahas hal lainnya.

Pria manis yang sedari tadi berada di samping host grand opening hotel berbintang 5 tersebut kini sudah membawa dua gelas untuk wine ditangannya, dan menghampiri dua pria dewasa yang sedang berbincang asik dengan bahasa asing yang dapat ia pahami, “Excuse me,” katanya dengan ramah dan sopan kepada kedua pria itu.

“Ya, sayang?” tanya pria tampan yang berumur matang itu ketika mendengar suara lembut kekasihnya, menghentikan sejenak pembicaraannya dengan pria asing di hadapannya, dan memalingkan wajah kepada Wonwoo.

Here, for you.” kata Wonwoo memberikan salah satu gelas wine yang dia bawa.

You're still underage, cantik.” bisik Mingyu menggoda dan mengambil kedua gelas yang berada ditangan Wonwoo.

It's mine, Daddy, apple juice.” goda Wonwoo sembari berbisik, mengambil kembali gelas berisi air yang memiliki warna kuning sedikit lebih gelap dibandingkan dengan gelas satunya.

“Pinter.” balas Mingyu lalu mengecup pipi pria muda kesayangannya itu. Lalu, kembali pada lawan bicaranya, “Oh, Mr. Forrest, have you met Wonwoo Kim?” kata Mingyu kembali berbicara dengan pria asing yang berada di hadapannya dan Wonwoo. Pria muda manis yang disebut namanya itu mengulurkan jemari lentiknya, tersenyum dan menyebutkan namanya dengan yakin.

Hello Mr. Kim, so, this Mr. Kim is right, his lover is very beautiful.” kata Mr. Forrest sembari tersenyum jahil kepada Mingyu, dan menjabat jari jemari lentik Wonwoo sembari memujinya, begitupun Wonwoo yang hanya bisa tersenyum malu-malu.

Tidak hanya satu tamu, namun, tamu lainnya pun beranggapan hal yang sama saat Mingyu dengan bangganya memperkenalkan kekasih gelapnya itu dipublik malam ini — Wonwoo sangat cantik dan tampak serasi berada di sebelah sang CEO hotel. Mingyu gegabah? Tentu saja tidak, dia sudah mempertimbangkan matang-matang untuk hal ini, di grand opening party yang bersifat private malam ini Wonwoo harus dikenal sebagai miliknya. Karena tidak akan ada yang mengenal Karina di sini, dia dan Joshua sudah sangat teliti memilih para tamu undangan.

Wonwoo dan Mingyu sedang asyik berkeliling, menyapa satu persatu tamu yang hadir, dan berbincang ringan selayaknya host acara. Sedangkan, Joshua sedari tadi hanya berbincang sepintas dengan para investor dan celingak-celinguk kesekelilingnya, untuk memastikan tidak ada tamu yang tak diundang masuk ke dalam ballroom hotel bintang 5 itu. Entah apa yang merasuki pikirannya, namun dari semalam, firasatnya tidak terlalu bagus. Walaupun demikian, ia mencoba untuk positif dan tidak terlalu menghiraukannya.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lewat di Melbourne, dan tak ada yang terjadi, tak ada hal janggal yang ia temukan, sehingga membuat Joshua merasa lebih tenang, ia pun mulai mencoba kembali mingle dengan tamu yang masih meramaikan salah satu ballroom terbesar di hotel yang baru saja buka itu.

“Kak Jo,” panggil Wonwoo ketika menemukan Joshua yang sedang mengambil beberapa dessert di prasmanan yang tersedia penuh dengan hidangan penutup dari berbagai negara.

Yes, manis?” jawab Joshua tenang.

“Aku ke kamar mandi dulu ya, aku ngga menemukan daddy, mungkin dia lagi ngobrol entah di mana sama tamunya.” kata Wonwoo. “If daddy asks where I am, please tell him I'm in the bathroom, okay?” pintanya.

Sure, take your time. Tapi, jangan lama-lama di kamar mandi. Ok?” jawab Joshua sembari menatap ke arah anak manis itu, dan dibalas anggukan oleh Wonwoo.

Dengan tenang Wonwoo berjalan ke arah toilet untuk menyelesaikan urusannya, setelah ia tersenyum manis melewati seorang wanita yang menjadi penjamu tamu yang masih dengan ramahnya berdiri di depan pintu ballroom yang menjadi tempat pembukaan private Hotel SVTStar Melbourne itu.

Tidak terlalu jauh di belakangnya, Wonwoo sempat mendengar wanita yang baru saja tersenyum padanya itu, sedang menyambut tamu yang baru datang di penghujung waktu acara.

Excuse me, is there anything I can help you with, Miss?” kata seorang penjamu tamu kepada wanita tinggi semampai dengan rambut panjang hitam legam bergelombang, yang diikuti wanita berwajah Asia berambut blonde di belakangnya.

This is the venue for the grand opening for SVTStar Hotel, right?” jawabnya dengan tenang, sembari membawa sebuket bunga mawar merah didalam pelukannya dan tersenyum manis. Satu kata, wanita bergaun merah maroon itu cantik dan sangat all out dengan gayanya, seolah ia salah satu tamu undangan di acara tersebut.

Can you show me the invitation card for this event, Miss? Because only people who bring invitation card can enter this party. I'm very sorry.” kata wanita berseragam itu kepada wanita yang baru saja datang tersebut.

I don't need an invitation, I'm the wife of the CEO.” jawab wanita tinggi semampai berbaju merah itu masih dengan suara tenang sedikit angkuh. “Coba kamu deh, suruh Mingyu keluar.” kata wanita itu lagi, namun bukan kepada wanita asing di hadapannya, melainkan kepada personal asistennya yang sedari tadi berdiri di belakang. Wanita Asia yang menggunakan setelah jas abu-abu itu tanpa berfikir panjang, langsung menganggukan kepalanya, dan maju satu langkah, melewati wanita elegan bergaun merah.

Sorry, Miss, can we meet the host of this Grand Opening or meet the secretary of Mr. Kim?” tanya wanita bejas abu dan memiliki rambut blonde itu. “*He must have recognized who we are.” lanjutnya dengan penuh percaya diri.

Oh, there's Mr. Kim, Miss.” kedua wanita itu langsung mengarahkan pandangan mereka berharap yang ditunjuk oleh penjamu tamu ini adalah Mr. Kim yang mereka maksud. Penjamu tamu menunjuk pria yang sedang berjalan ke arah lokasi acara itu, ia terlihat sangat serius sedang menatap layar ponsel-nya. Kedua wanita itu kecewa karena saat mereka melihat pria tersebut, ia bukan lah Mr. Kim yang mereka maksud.

Sorry who is that guy?” tanya wanita cantik bergaun merah maroon dengan wajah yang mendadak berubah penuh dengan tanda tanya.

“*He's the host, Miss, the lover of the owner of this hotel, Mr. Wonwoo Kim. You can meet him, maybe he can help you to meet Mr. Mingyu Kim.” jawab wanita muda itu dengan nada yang sangat meyakinkan. Tentu saja ia sangat yakin, karena memang sebelum acara berlangsung, para staff hotel sudah dikenalkan dengan pria manis yang sedang berhenti sejenak untuk menatap ke arah ponsel itu adalah kekasih dari pemilik hotel tersebut yang bernama Kim Wonwoo.

Mr. Wonwoo Kim? Not Wonwoo Jeon?” tanya wanita cantik itu mengulang pertanyaannya.

I'm sure he is Mr. Wonwoo Kim, lover of Mr. Mingyu Kim, Miss.” jawab penjamu tamu itu dengan percaya diri.

“Bu, dia bukannya—” Wanita berbadan bak model tinggi semampai itu menghentikan kalimat personal asisten yang sedari tadi berada di sampingnya.

“Kita pulang, sekarang!” kata wanita bergaun merah itu dengan wajah yang memerah menahan amarah, hampir melemparkan kumpulan bunga mawar yang sudah ditata rapih yang ia bawa sedari tadi kepada wanita di sebelahnya yang menggunakan blazer abu-abu berambut blonde itu.

Wanita dengan pakaian formal segera memberikan buket bunga yang sudah berada di tangannya kepada penjamu tamu yang berada di hadapannya, “Please give this to Mr. Mingyu Kim, thank you.” sembari menunduk tanda permisi dan meninggalkan tempat itu, berjalan dengan cepat untuk mengikuti wanita bergaun merah yang sudah berjalan lebih dulu.

Sedangkan, Wonwoo kini sudah kembali berjalan ke arah aula tempat acara Grand Opening yang diadakan oleh Mingyu sebagai pembukaan Hotel berbintang 5 miliknya di negara Kangguru itu, tempat kedua wanita tadi mencoba memaksa untuk masuk.

Mr. Kim, I'm sorry, there were two women who came and didn't have invitation cards, they gave you this bouquet of roses and left.” kata penjamu tamu mencegat Wonwoo yang ingin masuk kembali ke ballroom.

Women?” tanya Wonwoo melihat ke berbagai arah, mengharapkan masih bisa melihat dua wanita yang dimaksudkan oleh karyawan hotel ini, tapi, ia tidak menemukan apapun, wanita asing di hadapannya hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman. Wonwoo hanya mengendikkan bahunya, tanda ia tidak tahu siapa yang dimaksud, lalu mengambil bunga mawar itu dengan sopan, kemudian mengucapkan terima kasih, serta merta membawa kumpulan bunga cantik itu ke dalam untuk melanjutkan acara yang tersisa.

“Kamu bawa apa?” tanya Joshua ketika menemukan Wonwoo yang baru kembali dari toilet sedang membawa sebuket bunga mawar merah.

Wonwoo menggeleng, namun memberi senyuman kepada pria manis berkulit putih di hadapannya, “Don't know, tadi ada yang dateng ngga bawa kartu invitation and left, leaving this flowers.” jawab Wonwoo masih dengan tenang.

“Siapa?” tanya Joshua, nadanya sudah was-was, ia takut apa yang ia khawatirkan akan terjadi.

Two women, I really don't know who, tadi aku liat ke sana ke mari ngga ada siapa-siapa.” jawab Wonwoo. “Tapi ada kartunya, wait, siapa tau ada di sini namanya.” lanjutnya, mengambil selembar kertas dengan tulisan cantik, bertuliskan, “Congratulations, My Lovely Hubby.” dengan gambar hati setelah kata Hubby.

Buket bunga itu terjatuh, Wonwoo menutup mulut dengan kedua tangannya secara refleks, “Kak—” Wonwoo menggantungkan kalimatnya. Suaranya mencicit, ada rasa takut, ada rasa bingung, ada rasa khawatir yang semuanya bercampur menjadi satu kesatuan yang berkecamuk di dada Wonwoo. Pria muda itu membeku, tak mampu berfikir.

Joshua mengambil bunga yang sudah tergeletak dengan kelopak yang sedikit bececeran di lantai beralaskan karpet itu, dan segera bergegas meninggalkan ballroom, mencoba mencari keberadaan dua wanita misterius yang memberikan bunga ditangannya.

'Not now, Karina! Bukan waktunya untuk ngasih surprise ke Mingyu!' rutuk Joshua dalam hati.