Daddy’s Talk
Malam ini jalanan cukup sunyi, tidak seperti Jakarta biasanya, mungkin semua orang lelah sama halnya dengan 3 pria paruh baya yang sedang duduk di mobil sedan mewah serta limited edition itu.
Pria tampan berumur 55 tahun yang duduk manis di samping supir sedang tersenyum melihat layar ponselnya yang sedari tadi berbunyi karena anaknya yang jauh di seberang benua sana sedang mengiriminya banyak foto anak anjing jenis Bichon Frise dan tidak lupa memberikan selca-nya kepada sang ayah.
Pria di jok belakang yang sedari tadi memperhatikan akhirnya membuka suara. “Apakah itu Arka, Jeon?” tanyanya, membuyarkan perhatian pria yang dipanggil itu, tak lama pria dengan nama panggilan Jeonny itu mengangguk sembari tersenyum.
“Bagaimana? Apakah sudah sehat?” tanya pria paruh baya itu lagi.
“Sudah, Pak. Terima kasih untuk obat yang sudah Anda berikan. Sekarang bahkan anak nakal itu sedang di Barcelona bersama temannya. Apakah Anda mau lihat?” tanya pria yang dipanggil Jeon itu.
Pria yang dipanggil Pak itu mengambil benda pipih yang ditawarkan, mengamati serta melihat beberapa hasil foto dari lensa yang Arka bidik dan tentu saja Arka-nya.
“Dia tampak sangat bahagia.” katanya sembari memberikan ponsel itu kembali pada pemiliknya.
“Iya, sangat bahagia.” jawab Jeon yang memiliki nama panjang Jeonny Rahamardja itu. “Dia pergi berlibur setelah mendapatkan pengumuman karena diterima untuk full tuition dari universitasnya terdahulu.” lanjutnya.
“Arka memang anak yang cerdas ya, saya tidak pernah salah menilai orang, Jeon. Sayang sekali kemarin dia harus resign.” kata Aditya Bumi Putradinata, pria yang duduk gagah di kursi penumpang belakang.
“Iya, karena suatu serta lainnya, dan memang anak itu sedikit keras kepala.” kata Jeonny, asisten pribadi Aditya Bumi.
“Justru anak seperti itu yang dibutuhkan di Adi-Bumi Corporation untuk menemani Saka, seharusnya.” dibalas senyum manis oleh ayah dari 2 anak itu. Senyum manis banyak arti, dapat berarti ’Iya, betul sekali.’ atau senyum kekhawatiran ’Bagaimana bila Pak Bumi tahu bahwa Saka dan Arka saling menyukai? Apa yang akan beliau lakukan pada anaknya?’ Pilihan kedua sangat menakutkan dan Jeonny tidak ingin membayangkannya.
“Bagaimana dengan pernikahan Dhika, Jeon?” tanyanya lagi.
“Semua persiapan lancar, Pak. Semoga akan sesuai hingga hari H.” jawab Jeonny. Bumi hanya mengangguk, suasana di dalam mobil kembali hening.
Tak lama Bumi mulai membuka suaranya lagi, “Jeon?” panggilnya.
Pria yang duduk di sebelah kursi supir segera membalikkan tubuhnya ke belakang, memastikan pria paruh baya di bangku penumpang nyaman dan tidak terjadi apa-apa saat dia sedang berbincang dengan kedua putra dan satu calon mantunya di group chat.
“Jisoo?” tanya Bumi. “Nama calon menantumu, Jisoo betul?” tanyanya lagi, sembari membulak balikkan kertas tebal yang tidak dapat dia lihat dengan jelas karena mereka masih di mobil dan di luar sudah gelap.
“Betul, Pak.” jawab Jeonny sedikit ragu.
“Bagaimana kamu tahu kalau dia layak menjadi menantumu, Jeon?” tanya Bumi.
“Sebenarnya, menurut saya tidak ada seorangpun yang tidak layak untuk putra saya, semua layak.” jawabnya. “Namun, kebahagiaan anak saya nomor satu diantara semua-semuanya. Bila Dhika bahagia dengan pasangan yang ia pilih, maka saya akan ikut merasakan bahagia yang sama.” lanjutnya.
“Karena pernikahan tidak hanya melibatkan 2 insan yang sedang jatuh cinta bukan?” kata Jeonny sembari tersenyum. “Kita akan menikahkan keluarganya juga, dua keluarga menjadi satu, walau keluarga Jisoo berada jauh di Solo.” ungkap Jeonny.
“Dan ini adalah hal yang selalu saya ingat, Pak Bumi.” lanjut Jeonny, pria yang sedang duduk rapih itu melanjutkan bicaranya. “Menerima dan menikahkan anak itu artinya kita menambah satu personil baru di dalam keluarga, bukankah lebih baik bila orang itu adalah orang yang anak kita pilih dan kita juga belajar untuk menyayanginya?” tanyanya.
“Lalu bagaimana menurutmu dengan Saka dan Bian?” tanyanya. “Saya mulai khawatir dengan Saka, belakangan ini dia selalu menurut.” lanjutnya.
“Bukankah menjadi penurut adalah hal yang baik?” tanya Jeonny, raut wajahnya terlihat bingung.
“Kamu kenal dia sedari dia masih kecil Jeonny, dia tidak mungkin sepenurut ini.” kata Bumi mengelus dagunya yang bersih.
“Ada apa dengan Saka, Pak?” tanya Jeonny, anggap saja dia tidak tahu apapun. Anggap saja dia tidak pernah mendengar cerita anak sulungnya betapa Saka sangat merindukan anak bungsunya dan beberapa kali nekat mencarinya entah kemana. Bahkan sore ini Dhika sudah heboh memberikan pesan bertubi kepada dirinya saat diceritakan oleh Saka yang melihat Arka dengan seorang pria di bandara sore tadi.
“Tampaknya Saka tidak menyukai perjodohan ini ditambah lagi dengan Yuna yang selalu mengikutsertakan Bian di setiap waktu kosong Saka sejak anak itu tiba di Indonesia.” kata Bumi.
“Mungkin Anda harus bicara heart to heart dengan Tuan Muda, Pak.” Jeonny memberi saran. “Apa yang diinginkan oleh Tuan Muda, selama ini Tuan Muda sudah menjadi sangat penurut dengan jodohnya yang sudah ditentukan, tapi apakah dia bahagia? Itu yang harus kita pikirkan sebagai orang tua, Pak Bumi.” lanjut Jeonny.
“Karena menurut saya menikah hanya satu kali, mengapa tidak kita berikan kesempatan untuk Tuan Muda memilih cinta dalam hidupnya untuk menjadi pendampingnya kelak? Tuan Muda mirip seperti Anda, Pak Bumi. Dia pasti bisa menilai orang yang terbaik untuknya.” lanjut Jeonny.
“Semua omongan saya, harap dipertimbangkan kembali, bagaimanapun Nisaka adalah manusia yang memiliki hati dan perasaan, mungkin juga rapuh namun terlihat tegar.” kata Jeonnya.
Mobil sedan mewah itu sudah berhenti di salah satu rumah besar dengan arsitektur Eropa Modern, Jeonny segera turun dan membukakan pintu untuk Bumi dan membiarkan Bumi turun, masuk ke dalam rumah dengan pikirannya yang entah kemana dan Jeonny yang masih setia mengikuti langkah boss-nya itu.