Day 1 – Working Together

“Lo taukan jam berapa sekarang?” kata seorang pria yang udah pasang wajah super jelek banget waktu aku masuk ke dalam ruangan meeting yang bertuliskan “Badarawuhi’s Room”.

Yes, namanya Marcelio Mingyu panggil aja dia Celo, cowo itu salah satu Senior Manager Planning Hybrid di kantorku selain Mas Theo yang sekarang udah jadi Associate Manager Planning Hybrid. Kalau ada yang mau tau Planning Hybrid tuh apa, jadi dia tuh bisa ngerjain planning buat offline dan digital untuk suatu brand, dan sialnya brand yang si Celo pegang ini FMCG atau kepanjangannya food moving consumer goods, alias produk-produk yang bergerak cepat, contohnya brand yang sudah aku lihat logonya ada di layar LED 42 inch di ruangan meeting ini. Oh iya, aku sama Celo kerja di salah satu media agency periklanan multinational yang memang bergengsi dan terkenal disepanjang sejarah peragnecy-an karena terkenal sering banget dapet award periklanan tiap tahunnya. Termasuk Celo, cowok ini tuh udah dapet 2 kali berturut-turut selama 2 tahun sebagai The Best Strategic Planner se Asia karena strategi iklan yang bikin sales kliennya meningkat 5 kali lipat selama 6 bulan. Keren sih ini orang, tapi galaknya najis!

Balik lagi ke ruang meeting, aku cuma diam waktu dia nodong pertanyaan sekarang jam berapa, pengen jawab tapi asli serem banget, jadi aku cuma duduk di salah satu kursi di seberang kursi yang persis berhadapan dengan macbook pro-nya berada dan tanpa basa-basi aku buka macbook air kerja ku serta catatan yang aku bawa.

“Lo taukan gue pegang brand apa?” aku ngangguk tau, yaiya tau, orang sekantor juga tau, si paling pekerja keras!

“Brand gue tuh fast banget phase-nya, termasuk semua sistem kerjanya, ngga kaya brand lo yang kemaren-kemaren. No offense.” loh, kok dia malah ngebandingin brand yang bahkan belum aku serah terimakan ke Winter sih?

“Gue istirahat jam 12 teng, balik ke meja jam 1 siang. Gue ngga mau ya liat lo jam 2 siang masih haha hihi sama temen-temen lo, dan lupa kewajiban lo.” wah, sumpah sih ini cowo mau banget aku cakar, tapi aku masih butuh gaji. “Jam istirahat lo, sama kaya jam istirahat gue, no debate!” lanjutnya.

Is there anything you want to argue? Sebelum kita mulai hand over dan perkenalan produk, no?” tanya dia, ngga nanya sih gue tau banget dari nadanya dia kaya hanya sekedar basa-basi aja. Udahlah, diemin aja aku, biar dia yang ngomong sampe mulutnya berbusa, terus dehidrasi, terus pingsan.

“Kalau ngga ada, gue mulai kenalin beberapa produk yang akan lo pegang mulai sore ini dan beberapa tools yang harus lo bisa pake, karena tiap Jumat kita selalu share weekly report.” katanya melanjutkan.

Di detik itu, dia mulai panjang lebar ceritain tengang produknya, jujur kalau aku ngga salah liat, mata dia berbinar-binar kaya anak anjing yang ketemu sama majikannya setelah ditinggal mudik, dan jangan tanya kenapa aku malah sibuk merhatiin mukanya yang ternyata ngga jelek-jelek banget.

“Bisa bedainnya kan lo?” tanya dia tiba-tiba. Walaach, pas banget dia nanya gitu, akunya lagi merhatiin canine tooth di kanan-kiri jajaran gigi atasnya, lucu. Sial. Hari ini bukan hari Senin terbaikku.

Aku ngapain? Ya ngangguk, pura-pura merhatiin ke produk yang dia bahas, please please jangan suruh aku ngulang apa yang dia bilang. Asli, ngga denger!

“Jadi, apa komunikasi Pantene Mircle Hair?” tanya Celo ke aku, oke, ya Tuhan, mana sih slide-nya? Asli aku ngga denger! Nangis ajalah huhu…

“Bengong lo ya?” todongnya, karena bener aku ga boleh marah. “Niat kerja ngga sih lo?” oke, aku boleh marah ngga sih sekarang?

“Kalau ngga niat kerja, yaudah, kita udahin aja meeting-nya, buang waktu.” kata Celo balik ke tempat leptonya dan nutup benda persegi panjang gede pipih ituuu. Oke, aku tarik kata-kataku yang bilang dia ngga jelek-jelek banget, DEMI TUHAN CELO JELEK BANGET GUE BENCI!

“Lo ngga perlu marah-marah kali, mas.” kataku dengan suara yanh sedikit bergetar, aku marah! Celo menghentikan kegiatannya. “Gue tau lo ngga suka kerja sama gue, tapi ngga usah dibawa ke ranah kerjaan, rasa benci lo ke gue itu subjective.” aku langsung bangun dari tempat dudukku dan berjalan menuju pintu ruang meeting untuk pergi.

Tapi, sebelum aku pergi aku berbalik badan dan menatapnya tajam dengan manik rubahku, “Gue harap lo bisa lebih professional ke depannya.” kata gue dan berlalu meninggalkan dia di ruang meeting, bodo amat deh, pecat ya pecat aja. Siapa yang mau sih kerja digituin? Udah gila kali!