EFEK RINDU
tw: NSFW, explicit sexual content with too much details, mature scene, kissing, petting, rimming, moaning, licking, foreplay, handsjob, blowjob, doggy style, bodyguard style, smutt, etc.
Mingyu sudah keluar dari kamar utama dengan menggunakan bathrobe yang disediakan Wonwoo sebelum pria manis itu meninggalkan ruang tidurnya, dan kini pria tinggi besar yang sebelumnya menumpang mandi langsung bisa menemukan sang pemilik apartemen yang sedang duduk di sofa berwarna abu-abu, serius menatap layar TV 42 inch yang ada di ruang tengah tempat tinggalnya dengan meletakkan kaki jenjang putih itu ke atas meja marmer di hadapannya, menyilangkan kakinya cantik.
‘Why he always look so hot and sexy no matter what he does? I want sleep next to him, I want to hug that guy right away.’ kata Mingyu dalam hatinya, ia berdiri tak jauh dari tempat Wonwoo duduk dan memperhatikan pria itu dari jari kakinya yang sedang bermain-main hingga ke wajah cantik pria di sana.
‘Kulit putihnya yang mengilap, look at that plum wet pink lips, cute cheeks, manik rubah yang super cantik. Hmm, look at his smooth thighs, tulang selangka yang tegas, so sexy, reminds me when he cries and shout me “deeper, Gyu”. His hot hips, His moans can make me going crazy, oh, that pink nipples too. Wow, something hard here! Goblok!’ rutuk Mingyu dalam hati ketika melihat dan memperhatikan Wonwoo.
“Ehem?” goda Mingyu, mengalihkan perhatian pria yang lebih muda itu.
“Oh, udah beres mandinya?” tanya Wonwoo beranjak dari sofa empuknya, dan berjalan ke arah dapur. “Aku ngga masak banyak, soalnya ngga tau kamu ke sini. Is it okay?” tanya Wonwoo ketika membuka tudung saji yang terdapat di meja makannya.
“Iya, cukup kok.” kata Mingyu, mengikuti Wonwoo masuk ke dapur saat pria itu ingin mengambil piring dan nasi untuk makan malam mereka.
Mingyu memeluk perut ramping pria manis itu dari belakang, mendekapnya erat, menghirup wanginya melalui perpotongan leher bebas tidak tertutup bahan, wangi yang selalu membuatnya hilang akal, mengecupnya berkali-kali hingga Wonwoo mendongakkan lehernya untuk memberi akses lebih kepada pria yang lebih tua di belakangnya.
“Hhngg—” desah Wonwoo tanpa disadari terlepas dari bibir manisnya saat tangan Mingyu sudah menarik naik ujung oversized kemejanya, lalu mengelus selangkangan Wonwoo yang bebas dan memijat lembut kejantanannya yang masih terlapisi kain sutra tipis, sedangkan satu tangan lainnya sudah memilin puncak dada Wonwoo dari dalam kemejanya. Kali ini Wonwoo yang kehilangan akalnya.
“Tumben kamu masak?” tanya Mingyu tepat di daun telinga Wonwoo, membuat pria yang lebih muda itu merasakan bulu halusnya berdiri, suara baritone lembut itu sangat sexy untuk ia dengar.
Wonwoo can't resist Mingyu’s touch, he was carried away. He could feel the scalding heat of Mingyu’s breath whisper in his ears.
“Hm?” jawab Wonwoo sembari menahan desahannya.
“Hmm— kok kamu tumben masak, Kitty?” tanya Mingyu lagi, mengulang pertanyaannya. Wonwoo tidak bisa menjawab karena konsentrasinya sudah hilang saat Mingyu memasukkan tangannya ke dalam celana g-string yang ia kenakan. “Suka?” tanya Mingyu lagi, menggodanya, Wonwoo pasrah, mengangguk lemah karena sentuhan pria tampan yang sangat memabukkan itu.
“Kalau gini?” tanya Mingyu, ibu jarinya kini sudah mengelus kepala kejantanannya dengan lembut di bawah sana, Wonwoo kini juga merasakan jari-jemari Mingyu yang bergerak dan mengelus lembut miliknya. Jari-jemari gendut itu menggoda Wonwoo.
Wonwoo mengangguk, “Hnggg, Gyu,” desahnya ketika melihat wajah Mingyu berada di bahunya, pria yang lebih tinggi itu melumat bibir si tipisnya, lalu kembali menghirup bahu yang terbuka sedari tadi karena 3 kancing kemeja yang sengaja pemiliknya lepaskan.
Pria itu dengan sensual menjilat bahu Wonwoo, “Sabun kita sama kan, but why is the one you use sweeter than mine?” tanya Mingyu berbisik, lalu menciumi daun telinga pria manis di depannya, dan kembali menjilati leher Wonwoo, mengisapnya perlahan dengan seductive hingga menyisakan tanda merah jambu di sana. Wonwoo sudah tak berdaya dengan sentuhan pria itu, ia hanya mengelus surai gelap pria di belakangnya dan mendesah berantakan. Ia suka sentuhan itu, ia merindukannya, ia ingin melakukannya lagi hanya dengan pria di belakangnya ini. Pria dengan sejuta afeksi yang hingga terkadang tak sanggup untuk ia layani. Seperti saat ini.
“Nghhh— Gyu.” desahan pelan milik Wonwoo memanggil nama Mingyu, pria yang saat ini sudah melepaskan kedua tali g-string-nya secara bersamaan hingga terjatuh ke lantai, lalu ia memijat kembali pelan kejantanannya.
Sekelebat, tiba-tiba perkataan Mingyu mengganggu pikirannya, ‘What he mean by “you’re mine and i’m yours”? Are we really do this? Mingyu and me as a couple?’ Wonwoo bergumam dalam hatinya.
Mingyu membalikkan tubuh Wonwoo untuk menghadap ke arahnya. Wonwoo pasrah dengan wajah sayunya, tangan Mingyu tak bisa diam karena dalam posisi inipun pria tampan itu masih meremat kedua benda sintal Wonwoo dan mendekatkan tubuh mereka lebih dalam lagi. Lagi-lagi pria manis itu kembali terbuai dalam sentuhan Mingyu saat pria dengan canine tooth itu menatap manik rubah yang sudah sayu hanya karena sentuhannya, “Gyu, Kiss me—” pinta Wonwoo, hasratnya membuat napasnya menderu, dadanya naik turun acak. Ia meremat bathrobe yang Mingyu gunakan.
“Can I?” tanya Mingyu menggoda pria di hadapannya sembari tersenyum miring.
“Don't you feel this?” tanya Wonwoo membawa salah satu tangan Mingyu dari pantatnya untuk menyentuh kejantanan yang sudah mengeluarkan sedikit pre-cum akibat dari sentuhan-sentuhan pria itu.
“Me too.” kata Mingyu membiarkan Wonwoo menyentuh miliknya, tanpa berpikir panjang Wonwoo membuka simpul tali pada bathrobe yang menutupi tubuh kekar pria di hadapannya, menanggalkannya hingga kain putih itu terjatuh ke lantai dan merasakan kembali benda berurat yang mulai terbangun. Pria berkulit sedikit tan kini tak menggunakan sehelai kainpun. Tak dapat dipungkiri, tubuh Wonwoo semakin memanas, tubuh atletis yang selalu ingin ia rengkuh.
Mingyu menyatukan dua bilah bibir mereka dan membawa Wonwoo ke dalam ciuman penuh gairah, pria ramping membalasnya, udara di dapur sudah semakin memanas dengan kegiatan yang mereka lakukan.
Tak ingin menikmati surga dunia itu sendiri, Wonwoo mengecup leher Mingyu, turun ke bawah tulang selangka milik pria tampan itu, memberika tanda yang ingin sekali ia jadikan teritorial — milik Jeon Wonwoo — dan memijat kejantanan pria di hadapannya, Mingyu mendesah, lalu menghentikan kegiatan mereka. Pria yang lebih tua lalu menggendong Wonwoo hingga si dia membelalakkan matanya, terkejut.
“Ahkk!” teriak Wonwoo refleks kakinya sudah melingkari pinggang Mingyu. “Don't blame me, Kitty, you're too seductive right now.” kata Mingyu. “I want to eat you slowly.” lanjutnya.
Mingyu menggendong Wonwoo dan kembali ke ruang tengah di dalam apartemen pria manis itu, dengan tak sabar Wonwoo menangkup kedua rahang kekasihnya saat mereka sudah setengah perjalanan ke tempat yang ingin Mingyu tuju. Pria manis itu membawa bibir basahnya ke dalam lumatan yang dalam dengan ciuman yang penuh gairah dan hawa napsu yang memuncak, lebih dari ciuman mereka sebelumnya. Lidah yang saling bersilat mencoba untuk mendominasi. Wonwoo ingin mereka seperti ini, saling bertaut.
“Hnggg,” erang Wonwoo manja di dalam ciuman dalam mereka saat Mingyu dengan jahil bermain-main dengan pinggiran lubangnya yang berkerut tanpa sehelai kainpun menutupinya di bawah sana. Mingyu hanya tersenyum menyeringai.
Pria yang lebih tua berhenti di depan sofa abu-abu besar dengan meja berlapiskan marmer berkaki pendek sebagai pasangannya. Mingyu mendudukan Wonwoo dengan pelan di sana, berlutut di depan Pria manis yang sudah duduk di atas meja.
“Do i have to take my clothes off too?” tanya pria yang lebih muda itu menatap Mingyu sayu. Gairah sexualnya sudah tak mampu ia tahan lagi, ia ingin sekali pria di hadapannya menyentuh seluruh tubuhnya tanpa ada sisi yang terlewat, mengacak-acak dunianya dengan memberinya rangsangan demi rangsangan. Ia ingin Mingyu juga menginginkannya.
“No need, Kitty, gitu aja.” kata Mingyu berbisik, mengecup pipi kenyal pria di hadapannya. Wonwoo tersenyum manis, senyuman yang membuat Mingyu tidak dapat lagi menahan keinginannya untuk mendengar desahan dan erangan pria itu. Mingyu ingin semakin merusaknya.
Si dia yang tampan itu memulai permainannya dengan mengambil salah satu kaki jenjang Wonwoo, menciuminya dari mata kaki hingga lutut bersih Kitty-nya, “Kamu abis waxing ya, Kitty?” tanya Mingyu yang dijawab anggukan dari si dia, sangat menggemaskan. “You’re so incredible.” puji Mingyu menjilati paha dalam Wonwoo dan menghisapnya, meninggalkan bekas kemerahan, tidak hanya sekali, namun juga berkali-kaki, pria itu hanya melenguh pasrah, darahnya mengalir deras, suhu tubuhnya terasa semakin memanas. Kejantanannya pun tak kalah ingin dimanja.
Mingyu memanjakannya, memijat kejantanan Wonwoo sebentar, “Do you miss me when I’m not around?” tanya Mingyu memasukkan kejantanan Wonwoo ke dalam mulutnya membuat Wonwoo dapat berkata-kata, pria itu hanya membuka lebar bibir tipisnya, suara hisapan, desahan dan jilatan keluar dari mulut Mingyu — dan Wonwoo yang sangat menikmati benda hangat itu.
Si dia yang tampan mengangkat satu kaki Wonwoo ke atas meja, agar ia bisa mengakses lubang anus kekasihnya itu. Tubuh Wonwoo menjadi lebih lembab, hawa dingin memasuki lubangnya yang sudah terbuka lebar.
Mingyu memasukkan kedua jarinya ke mulut Wonwoo dan meminta pria manis itu mengulumnya, si dia yang sudah dibawa terbang entah kemana oleh kenikmatan yang diberikan Mingyu pun menurutinya dan mengemut jari-jari gemuk itu dengan erotis, tidak bohong bila kejantanan Mingyu semakin mengeras karena ter-stimulus oleh desahan sexy dan jilatan pria manis pada jarinya, seakan lidah itu sedang memanjakan miliknya.
“Nghhh—” desah Wonwoo saat sedang menikmati kedua jari Mingyu di dalam mulutnya, ia membayangkan sedang mengulum kejantanan pria yang juga sedang memanjakan miliknya.
Mingyu mendorong pelan tubuh si dia yang kejantanannya masih ia manja hingga pria itu membaringkan tubuhnya di meja yang tidak terlalu besar itu, setengah tubuhnya yang sudah menggantung menatap langit-langit tempat tinggalnya dengan kedua kaki yang sudah berada di atas meja. Wonwoo membukanya lebar agar kedua jari gemuk Mingyu yang sudah basah lebih mudah mengaksesnya untuk masuk satu-persatu ke dalam lubang Wonwoo.
Tak perlu menjahili lubang berkerut itu, Mingyu sudah menumbuk titik prostat si pria cantiknya berulang kali — ia sudah hapal letaknya — pria tampan itu mengeluarkan jarinya, kemudian memasukannya lagi, ia ulang gerakan itu berkali-kali. Wonwoo mendesah tak karuan mendapatkan sentuhan yang begitu nikmat pada tubuhnya.
“Aahh! Gyu — I missed — agh — you so nghhh much — ngghh—” Wonwoo mengutarakan isi hatinya saat Mingyu sedang merasakan tubuhnya harus terbata-bata karena sedang menikmati perlakuan Mingyu pada kejantanan dan lubangnya. Desahan nikmat terdengar jelas di ruang tengah itu, menggema bagaikan melodi latar untuk dua insan itu saling mengaitkan.
‘I wonder if he knew how much I love him. Betapa jantungku menggila membayangkan waktu-waktu yang akan aku habiskan bersama dengannya.’
Si dia yang masih mendesah itu mengelus surai Mingyu dengan tangannya lembut, sesekali mendorong kepala kekasihnya untuk semakin melahap kejantanannya. Pria di bawah sana masih memaju mundurkan wajahnya di antara selangkangan putih mulus itu dengan jarinya yang masih mengaduk-aduk lubang Wonwoo yang sudah sedikit lembab dan basah, sesekali memberikan gestur menggunting, lalu tanpa ragu menumbuknya lagi. Wonwoo berantakan, desahannya semakin membuat kejantanannya mengeras.
Milik Wonwoo mulai membesar, dan berkedut, ia sudah sangat ingin mengeluarkan muatannya sedangkan Mingyu masih melumatnya, kaki dan badan si pria manis bergetar hebat, gemetar, keringat tipis melapisi beberapa bagian tubuhnya. Wonwoo dalam posisinya yang hampir sit up itu menarik rambut prianya yang tidak ingin menyudahi kegiatan di bawah sana, malah semakin menghisapnya menjadi-jadi dan membuat seluruh tubuh Wonwoo terasa semakin ngilu, “Deeper— ahhh!! Gyu hnggg coming! Comiiiiing!! Aaaaaaaahhhhhng—” akhirnya, ia sampai pada pelepasan pertamanya dengan erangan panjang, sedangkan Mingyu masih menerima cairan putih kental itu di dalam rongga mulutnya.
Semua pelepasan Wonwoo ditelan Mingyu. Pria manis itu menangkup pipi kekasihnya, melepaskannya perlahan karena bagian itu masih terasa ngilu, ia terduduk di atas meja dan langsung mencium bibir pria berkulit tan itu, memberinya ciuman dalam, menggigit bibir tebal bawahnya, dan memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut si dia seolah ingin membersihkan tempat itu dari semen-nya yang keluar bebas di sana.
“Jangan ditelen lagi, Gyu, jorok.” kata Wonwoo mengelap bibir pria yang lebih tua itu, mengecupnya sekilas.
“It’s okay, I want to see you masturbate, anyway, Kitty.” jawab Mingyu.
“Why do you want to see that?” tanya Wonwoo, kalimat Mingyu memang mengejutkannya, namun gairahnya masih menggebu, matanya semakin sayu, suaranya pun begitu menggoda Mingyu.
“Why not? Saya selalu mikirin kamu while masturabating, cantik.” jawab Mingyu, membawa tubuh Wonwoo kembali tertidur di atas meja marmer itu, menumpu tubuh besarnya dengan salah satu tangannya, menghimpit Wonwoo. “Kamu tau ngga kalau kamu stunning saat kamu mendesah dan orgasme? I like it, that’s my favorite view.” kata Mingyu, mengangkat seluruh kemeja oversized Wonwoo hingga menunjukkan kedua nipples merah jambu yang mengeras. Mingyu menjilati salah satu gundukan di dada Wonwoo, memilinnya, menggoda pria manis itu, membawa tangan Wonwoo untuk memijat kejantanannya.
“Aaahhh— Mingyu, what image ahhh!! of me did you have in your nghh mind?” desah Wonwoo ketika mendengar pernyataan Mingyu barusan.
“Hmmph—” desah Mingyu masih menghisap tonjolan Wonwoo saat pria itu dengan jari lentiknya bermain dengan testicles milik Mingyu di bawah sana. “Mine. Ahhh!!” jawab Mingyu sembari berbisik dengan desahannya di telinga Wonwoo, kembali menggodanya. Bulu halus Wonwoo kembali berdiri.
‘Fill me, Gyu. Love me like I love you.’ pinta Wonwoo dalam hatinya.
Mingyu masih memanjakan nipples Wonwoo, berganti tempat. Pria yang lebih muda 10 tahun dari Mingyu itu semakin mendesah, kejantanannya mulai kembali menegang.
“Angghhh — jangan gigit — Oh shit, it’s good.” kata Wonwoo, menggesekkan milikknya dengan milik Mingyu. Wonwoo menggelinjang cantik di dalam kungkungannya.
Mingyu sudah berdiri membawa Wonwoo yang sudah semakin berantakan di depannya, duduk, mengambil posisi yang sudah bersejajar dengan kejantanan si pria tampan, benda yang sudah semakin menegak sedari tadi.
“Suck me, Kitty.”
Wonwoo menggenggam lembut kejantanan itu dengan jari lentiknya, menjilati benda tak bertulang yang cukup besar itu, bermain dengan gaya sensual yang tak bisa Mingyu temukan dimanapun. Memijat kedua testicle Mingyu yang meggantung dan melumat benda yang sedikit lebih besar dari pria lainnya, penis itu sudah mengisi penuh dimulut kecilnya, bunyi slurp dan desahan keluar dari bibir manisnya. “Haa— it feels so good, Nu. Hngghh — I think I’m going crazy.” kata Mingyu menggoyangkan pinggulnya, agar lebih dalam lagi Wonwoo mengulum miliknya.
“Hmph—” desah Wonwoo, Mingyu memekan kepala pria di bawah itu pelan, memintanya untuk melahap semua miliknya.
“Fuck, Jeon Wonwoo, anghhh, you’re so pretty.” kata Mingyu, semakin memasukkan kejantanannya, Wonwoo menerimanya dengan baik. Tidak sekali ini saja dia mengulum milik Mingyu, bukan?
Benda besar itu sudah berkedut di dalam mulut Wonwoo, ia tahu pria di hadapannya sudah ingin melepaskan muatannya, namun dengan sengaja ia malah menggoda ujung kepala kejantanan pria tampan itu dengan lidahnya, memainkan kedua testicles-nya, memanjakannya. “Won, aaahhh, I’m com— iiiiiiiinggggggg ngggghhhhhhhh.” satu hentakan yang Wonwoo berikan membuat cairan putih kental keluar di dalam rongga Wonwoo hingga berceceran keluar melalui sela bibirnya.
Pelepasan pertama mereka sudah keluar, Mingyu segera menggendong Wonwoo kembali dan membawa pria itu kembali ke dalam ciuman berantakan yang dapat Wonwoo kendalikan. Jari Mingyu kembali bermain di lubang berkerut Wonwoo yang kosong, memasukkan jari-jemarinya satu demi satu ke lubang yang kembali berkedut. Wonwoo melepaskan ciuman mereka dan membusungkan dadanya, “Hhannhh—” desahnya manja.
“Your sucking is the best in the world, baby boy. I should reward you.” kata Mingyu yang masih melonggarkan lubang Wonwoo.
“Then, give me hngghhh the best reward, big daddy ahhh.” jawab Wonwoo sembari mendesah, Mingyu menurunkan Wonwoo dari gendongannya. Wonwoo naik ke atas meja marmer itu dan menungging, memamerkan bahwa lubangnya sudah siap menerima kejantanan pria besar yang sudah kembali menegang sempurna itu. Mingyu tersenyum miring dengan sexynya yang menggoda mengangkat satu kaki Wonwoo ke perpotongan sikunya, dan menjilati lubang Wonwoo yang menurutnya addictive itu, lubang yang membuatnya tak bisa menyentuh lubang lain. Pria itu menghisapnya acak.
“Gyu, enough, nghhh ganteng. I’m — ahh — ready.” kata Wonwoo menggodanya dengan desahan yang semakin lama semakin menggoda, Mingyu lagi-lagi tidak bisa dan tidak mau menolaknya.
Pria yang lebih tua mengurut miliknya sebentar dan memasukkan kejantanannya pada lubang yang berada di hadapannya, “Aaaaah— wait, wait.” Wonwoo menahan Mingyu untuk bergerak saat kepala kejantanan pria memasuki gate-nya, Mingyu belum masuk semua.
“Breathe, inhale — exhale, repeat it.” pinta Mingyu saat Wonwoo merasa lubangnya sedikit perih saat ini.
Wonwoo menuruti perintah Mingyu, namun, pria itu memasuki semua kejantanannya yang membuat si dia histeris. “Aaaaaaaaanghhhh— sakit, Gyu!!” omelnya.
“You've never been in my position, Kitty. How can I standing still when I see your sexy body breathing.” goda Mingyu saat punggung Wonwoo yang masih terlapisi kemeja dengan dada telanjangnya menyatu. “Saya goyang ya, hottie.” Mingyu semakin menggodanya, semakin turn on Wonwoo dibuatnya.
Nipples yang sudah ia habisi itu kembali ia manjakan saat Mingyu sudah menelusupkan salah satu tangan bebasnya ke bawah kain putih itu. Si dia memilin, mencubit, menekan dari belakang benda menonjol yang sudah menegang itu sembari memaju-mundurkan pinggulnya.
“Hnggh— ahh— Mingyuhh—” desahan demi desahan keluar lagi tanpa ragu, dalam kenikmatan mereka saling memanggil nama satu salam lain, mengisi ruang tengah apartemen Wonwoo, suara terengah, desahan, bunyi kulit basah saling bertabrakan seakan menjadi melodi erotis yang tiada hentinya malam itu.
“Faster — Oh my God, that aaahh spot— please more deep — peerrr — Oh shit, Kim Mingyu.” desahan Wonwoo membuat Mingyu semakin bernapsu menumbuk dan memporak-porandakan lubang pria berkulit putih di hadapannya.
“Yes, suck it up, hottie. Nghhh, shake it faster aaahhh—, Nuuu — Hmmph,” desah Mingyu saat Wonwoo menggoyangkan pinggulnya maju dan mundur berlawanan dengan tumbukan pria di belakangnya, memperdalam tautan mereka. Bunyi kulit basah saling bertabrakan terdengar jelas di ruangan itu.
Mingyu membawa tubuh pria manis itu yang masih menungging itu berlutut membelakanginya, punggung mulus terlapisi kain putih itu menyentuh dada bidangnya, tangan lembut sang kekasih ia bawa ke lehernya, mengalunginya, hingga kini dada Wonwoo sudah semakin membusung dan memperlihatkan kejantanannya yang sudah menegang, Mingyu menyukainya, “Oh my cutie kitty.” katanya memegang kejantanan Wonwoo dari belakang sana. Pria yang lebih tua mengikat ujung depan kemeja Wonwoo yang sedikit mengganggu pemandangannya. “Your dick so cute, I like something cute.” goda Mingyu di telinga Wonwoo, wonwoo membalasnya dengan desahan.
“Wreck me, come in, gyu. Feel me. I can't hold it anymore.” rengek pria di depannya. Wonwoo sudah tak sabar merasakan benda besar itu ke dalam lubangnya.
“Tahan ya, Kitty. I will rock your world, hold me tight.” pinta Mingyu, dan benar apa yang dikatakan pria di belakangnya, Mingyu memaju-mundurkan pinggulnya, keluar masuk lubang Wonwoo yang sedikit sempit karena posisi mereka saat ini. Perasaan perih yang terlapisi oleh nikmat, Wonwoo mendesah enak, dan membantu Mingyu dengan memijat kejantanan pria itu di lubangnya yang menyempit. Mingyu hampir gila, tubuhnya panas dingin menerima rangsangan ini, Wonwoo effortless membuatnya hilang kendali.
Mingyu mengocok kejantanan Wonwoo yang sudah menegang tak tersentuh dengan tempo sedikit cepat, sesuai dengan gerakan pinggulnya yang semakin berantakan, “I’m coming, Nu, heenggggg—” erangan Mingyu yang disahut dengan erangan Wonwoo, kali ini mereka mengeluarkannya bersama, cairan semen Wonwoo yang berceceran ditangan dan permukaan meja marmer di alasnya, sedangkan Mingyu mengeluarkannya di dalam lubang pria manis yang berada di depannya, sembari meremat pinggul ramping pria itu.
Wonwoo mengambil tangan penuh dengan cairan putihnya dari samping tubuhnya, membersihkan tangan itu dengan lidahnya, ia lumat tangan itu dengan penuh puja, seakan ia tidak ingin tangan pria kesayangannya itu kotor. Tautan mereka di bawah sana belum mereka lepaskan, bahkan Wonwoo masih merasakan cairan hangat mengisi perutnya.
Mingyu kembali menelusupkan tangannya yang bersih ke dalam kemeja Wonwoo, meletakkan tangannya di perut pria manis itu, mengeratkan pelukan mereka, begitupun dengan Wonwoo yang memegang lembut tangan berurat kekar itu. “Jangan pake baju kaya gini di depan orang ya, Kitty. You see the effects, right?” kata Mingyu. “Pakenya di depan saya aja, I will bring heaven to you, like always.” bisiknya dari belakang. Wonwoo tersenyum dan menatap wajah pria yang sudah bersandar di bahunya, mengecup bibir itu.
“Iya, Mingyu. Cuma sama kamu.” jawab Wonwoo. “And I can’t wait to feel your other paradise.” Goda Wonwoo, jari mereka saling mengait, Mingyu melumat bibir itu semakin dalam, menghantarkan perasaannya, begitupun Wonwoo yang membalas lumatan itu dengan lumatan lainnya. Lidah yang kembali saling bersilat, hingga napas mereka kembali tersenggal dan sesuatu di dalam tubuh Wonwoo terasa mengeras kembali.
“Want to see another one, Kitty?” bisik Mingyu menggoda.
“Bring it to me, Big Daddy.” jawab Wonwoo sembari terkekeh cantik. Kedua pria dewasa itu tahu apa yang akan mereka lakukan setelah ini.
Wonwoo dan Mingyu kembali ke dalam ciuman panjang lainnya. Makan malam yang seharusnya adalah lauk pauk dan nasi yang Wonwoo buat, berubah menjadi kegiatan bersenggama mereka setelah satu minggu tidak bertemu. Melepas rindu dengan satu ronde lainnya yang berubah menjadi ronde berikutnya. Dari sofa abu-abu besar, dapur, kembali ke ruang tengah, tempat tidur, kamar mandi, dari malam berubah hingga sepertiga malam. Mingyu tidak melepaskan Wonwoo sedetikpun, Wonwoo pun tak ingin Mingyu melepasnya. Walaupun lelah yang demikian, mereka saling menikmatinya, lagi dan lagi.