Failed Plan
❤︎ Ex-WB – Narasi 2 ❤︎ Mingyu/Wonwoo ❤︎ 1.5k+ words
Wonwoo keluar dari mobil SUV miliknya dengan wajah yang sedikit panik. Pria manis berkacamata itu berjalan cepat dari parkiran memasuki gedung salah satu sekolah swasta di bilangan Jakarta Selatan. Kakinya yang jenjang itu langsung melangkah ke lift yang tersedia di gedung tersebut menuju ke lantai 3, sesuai dengan arahan dari wali kelas anaknya dan berjalan menuju ke arah plang yang bertuliskan Counseling Room. Langkahnya terhenti sebelum ia sampai ke depan pintu ruangan tersebut ketika ia melihat mantan suaminya sedang duduk di kursi panjang yang terdapat tepat di depan ruangan tersebut, seolah pria tampan itu memang sedang menunggunya.
“Finally, you made it.” kata pria itu berdiri dari duduknya sembari merapihkan jasnya saat Wonwoo sudah berjalan perlahan menghampirinya.
“Lho? What are you doing here?” tanya Wonwoo kepada pria yang sudah berada di hadapannya. Wonwoo menatap pria yang siang ini menggunakan kemeja putih dengan setelan jas slim fit berwarna hitam dihiasi dasi senada yang melingkar di kerah kemejanya dari atas sampai bawah.
“Bagaimanapun aku kan juga walinya Chan, Nu,” jawab Mingyu dengan singkat, “Ayo, kita masuk! Wali kelas Kakak udah nunggu.” lanjutnya dengan gestur tangan yang meminta Wonwoo untuk mendekat agar mereka bisa masuk ke dalam ruangan kantor Guru Bimbingan Konseling yang sudah berada di hadapan mereka.
Kini, pintu ruangan tersebut sudah terbuka perlahan, di sana sudah terdapat wali kelas Chan di kelas XI yang juga merangkap menjadi Guru BK di sekolah internasional itu. Saat ini, Wonwoo dan Mingyu sudah mengambil tempat duduk setelah dipersilahkan oleh Miss Daniela. Kedua orang tua Chan duduk berdampingan di dalam ruangan tersebut. Ayah Chan tidak terlihat gelisah karena ia sudah tahu apa yang terjadi pada anaknya, namun, berbeda dengan sang Papa, ekspresi wajah Wonwoo memperlihatkan kegelisahannya. Wonwoo tidak tahu mengapa siang ini ia dihubungi untuk datang ke tempat yang hampir tidak pernah ia kunjungi ini, sehingga ia masih bertanya-tanya apa yang sudah Chan lakukan sampai mereka berdua ada di ruangan tersebut.
Miss Daniela yang ramah itu sudah memberikan segelas teh hangat untuk kedua orang tua muridnya, kemudian, duduk di hadapan Mingyu dan Wonwoo.
“Silahkan untuk diminum terlebih dahulu Pak Jeon dan Pak Kim.” kata Miss Daniela sopan mempersilahkan kedua pria tampan di hadapannya itu menyesap teh hangat yang ia buatkan agar lebih tenang saat ia menyampaikan alasan mengapa kedua orang tua Chan dipanggil ke ruangannya.
Wonwoo mengangguk, mengambil gelas itu dan meminumnya sedikit sebelum ia mendengarkan kalimat yang akan dilontarkan oleh sang wali murid anaknya.
“Sebelumnya, terima kasih karena sudah datang secara mendadak hari ini. Saya sangat mengerti bahwa kedua orang tua Chan adalah orang yang sibuk,” kata Miss Daniela memulai percakapannya dengan nada yang sangat sopan. “Namun, saya tidak ada pilihan lain karena ini merupakan hal yang begitu mengejutkan juga untuk saya dan juga terlalu sensitif apabila tidak dibicarakan secara langsung, jadi menurut saya penting bagi kita untuk dapat menanganinya bersama.” lanjut wanita muda itu sembari sedikit berdehem lembut.
Wonwoo dan Mingyu mengangguk.
Miss Daniela melanjutkan, “Hari ini, untuk pertama kalinya Chan terlibat dalam pertengkaran dengan teman sekelasnya saat jam kosong, tadi.”
Wonwoo terkejut dengan apa yang ia dengar, pria manis bermanik rubah itu menghela nafasnya berat, “Sorry, Miss, gimana? How could it be?” tanya Wonwoo. “Dia ga pernah berantem atau bikin masalah sebelumnya lho!” lanjut Wonwoo, suaranya dipenuhi dengan kebingungan dan kekhawatiran terhadap anak satu-satunya. Dengan refleks, Mingyu dalam diamnya mengambil salah satu tangan Wonwoo yang mengepal ke pahanya dan menggenggam jemari lentik itu sembari mengelusnya lembut. Mencoba menenangkan Wonwoo.
“It seems he stepped in to defend his friend who was being bullied, Pak Jeon.” Miss Daniela tersenyum sambil menatap Wonwoo dan Mingyu secara bergantian. “Saya sangat mengerti atas kekhawatiran bapak-bapak di hadapan saya ini sebagai orang tua, namun, yang terpenting saat ini adalah menemukan solusi bersama untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana kita bisa membantu Chan melalui situasi ini.” lanjut wali kelas sekaligus Guru BK Chan itu.
Mingyu mengangguk setuju, “Lalu, gimana dengan anak yang membully itu? Kalian sudah menghukum dia juga?” tanya pria tampan berkulit tan itu.
Wonwoo menatap sinis ke arah mantan suaminya itu, “Gyu, kayaknya saat ini harusnya kita lebih baik fokus ke Chan dulu.” tegur Wonwoo.
“Iya, Papa Chan, I know, aku cuma mau make sure kalau Chan baik-baik saja dan ngga akan mengalami kesulitan lagi kalau di sekolah karena anak itu. Nanti, kalau anak itu berulah ke Chan, gimana?” kata Mingyu sembari tersenyum lembut menjawab kalimat Wonwoo, sedangkan pria manis itu memutar bola matanya, ia sudah mulai kesal. Walaupun demikian, sentuhan di punggung tangannya saat ini tidak dapat ia dustai, bila gestur sederhana itu masih mampu menenangkan hatinya yang sedang kacau karena tingkah anak semata wayangnya.
“Saat ini Chan dan anak-anak yang terlibat pada kejadian tersebut sedang kami interogasi di ruangan terpisah, Pak Jeon dan Pak Kim tidak perlu khawatir, pihak kami akan mendalami kasus ini.” jawab Miss Daniela sembari tersenyum. Mingyu kembali mengangguk dan Wonwoo masih terlihat khawatir.
“Actually, what I want to talk about is Chan’s action, he showed loyalty and stood up against injustice. Namun, sebagai orang tua yang dekat dengannya, sangat penting bagi bapak-bapak untuk memberinya bimbingan dan dukungan, terutama dalam situasi seperti ini.” jelas Miss Daniela. “Saya sangat yakin, Pak Jeon dan Pak Kim pasti memiliki perbedaan dalam cara mengasuh Chan, namun, ada baiknya bila anda memprioritaskan kesejahteraan Chan terlebih dahulu, mengingat bahwa pada umurnya saat ini memang sedang tidak stabil. He needs to feel the love and stability of a united family, bahkan jika itu berarti menempatkan perbedaan pribadi, hal ini tidak lain adalah untuk perkembangan dan kepentingan Chan di masa pubertasnya.” lanjut wali kelas Chan sembari tersenyum kepada kedua orang tua anak muridnya itu.
Wonwoo dan Mingyu bertukar pandang, keduanya baru menyadari bahwa mereka masih belum menempatkan kebutuhan Chan di atas segalanya, mereka masih lebih mementingkan ego masing-masing. Kedua pria dewasa itu juga baru tersadar bahwa di tengah konflik mereka yang rumit, anak semata wayang merekalah yang kini menjadi korbannya. Maybe this is Chan's way of rebelling against his parents.
“Mungkin untuk saat ini Chan boleh dibawa pulang terlebih dahulu, mengingat ia juga kena beberapa pukulan pada wajahnya,” kata Miss Daniela. “Akan lebih baik jika ia segera dirawat dan beristirahat di rumah.” lanjut wali kelas Chan itu.
“Pukulan? On his face?” Wonwoo membelalakkan matanya. Terus terang ia sangat terkejut dengan apa yang saat ini ia dengar. Anak manisnya semata wayang itu pasti kesakitan.
“The one who bullied, what happened? Did Chan hit them too?” tanya Mingyu penasaran.
“Mingyu, Chan got hit in his face!” kata Wonwoo sembari melepaskan tangannya dari genggaman Mingyu.
“Aku tahu, tapi at least Chan bisa bales pukulannya.” kata Mingyu masih santai. Wonwoo menatap mantan suaminya itu dengan tatapan kesal. Sebenarnya, Mingyu sudah dijelaskan oleh Miss Daniela sebelumnya, ia tidak sekaget Wonwoo.
“Terus, Chan sekarang ada di mana, Miss?” tanya Wonwoo kepada wali kelas Chan itu, tidak menggubris kalimat Mingyu.
“Saat ini Chan sedang merapihkan bukunya di ruangan kelas, setelah selesai ia akan menunggu bapak-bapak di lobby ya, Pak Jeon dan Pak Kim.” jawab Miss Daniela.
“Kalau begitu, excuse us, we will immediately take Chan home and talk to him.” kata Wonwoo berdiri dari tempat duduknya dan menarik jas Mingyu untuk mengikutinya.
“Sure, Pak Jeon.” senyum Miss Daniela, “Terima kasih atas waktunya yang sudah diberikan kepada saya siang ini, orang tua Chan.” lanjutnya.
“Sama-sama, Miss. Selamat siang.” kata Wonwoo yang diikuti oleh Mingyu, meninggalkan ruangan BK tersebut dan berjalan perlahan menuju ke lift.
Wonwoo masih berjalan dengan wajahnya yang mengernyit sembari menatap ke arah mantan suaminya.
“Kenapa?” tanya Mingyu santai saat berjalan dengan kedua tangannya yang sudah berada di dalam saku celana bahan yang ia gunakan siang itu.
“Kok bisa-bisanya sih kamu santai banget when your child already able to hit his friend and his face also got punched?” tanya Wonwoo.
“Just to be fair, yang Chan pukul itu pembully,” kata Mingyu, “Harusnya kamu bangga karena anak kamu nolongin temennya yang di bully.” lanjut sang ayah menghentikan langkahnya tepat di depan lift sembari menekan tombol yang terdapat di sana.
“What? Chan is clearly wrong, there’s no need to act like a hero. Dia masih kelas XI, Mingyu, dan tugasnya dia itu cuma belajar!” kata Wonwoo menggebu-gebu sembari masuk ke dalam ruangan kecil berbentuk tabung itu. “Ngga usah sok jagoan! Kalau kejadian ini mempengaruhi nilai-nilainya gimana?” lanjut sang Papa yang suaranya menggema di dalam ruangan yang bergerak ke bawah itu.
“Cowok berantem diumurnya yang masih remaja itu wajar, Wonwoo.” jawab Mingyu membela pendapatnya. “Chan itu lagi masa pubertas, kan kamu denger sendiri tadi.” lanjut Mingyu masih tenang.
“Wajar kamu bilang? Kamu mana sih pernah peduli sama nilai dan masa depan Chan, Gyu?” Wonwoo sudah sangat emosi siang itu.
“Gimana? Aku? Ngga peduli sama masa depan Chan?” Mingyu menyeringai. “Kamu yang sibuk kerja until you can’t control your son’s anger issue.” tuduh pria tampan itu.
“YOUR SON? Kalau udah kaya gini cuma aku yang kamu salahin? Kamu ngga pernah ada niat buat nyalahin diri kamu sendiri? HE IS OUR SON!” teriak Wonwoo, ia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Ia menyibakkan surai gelapnya yang mulai memanjang itu ke belakang. “Kamu bilang apa tadi? Aku sibuk kerja? Kamu apa? Sibuk sama orang-orang yang kamu ajak one night stand?” lanjut Wonwoo kemudian menggigit bibirnya karena kesal seolah tak ada hari esok untuk marah-marah kepada mantan suaminya itu.
Mingyu tersenyum menyeringai sembari membuang mukanya, begitupun dengan Wonwoo yang wajahnya sudah merah karena marah. Lift berhenti di lantai ground dan ada Chan yang sudah menunggu mereka di sana sembari menundukkan wajahnya.
Wonwoo meninggalkan Mingyu, “Kamu pulang sama Papa!” kata pria manis berkacamata itu dengan manik rubahnya yang memicing.
“Lho? Barang-barangku masih di rumah Ayah,” tolak Chan. Sesungguhnya itu bukanlah hal yang penting bagi Chan, yang terpenting saat ini ia harus kabur dari omelan sang Papa.
Wonwoo terdiam, ia sudah malas melihat mantan suaminya itu.
“Come to me now, or you don’t need to come home to me anymore.” kata Wonwoo dengan tegas.
“Kamu pulang aja sama Papa dulu ya? Nanti malam Ayah ke rumah Papa bawa laptop kamu.” rayu Mingyu, kalau Chan bisa, ia pasti sudah menggelengkan kepalanya, jujur, ia takut sekali dengan sang Papa. Namun, Chan mengangguk, menuruti kata Ayahnya dan ikut Wonwoo pulang ke rumah.
Wonwoo melengos pergi tanpa menatap Mingyu dan meninggalkan pria tampan itu sendirian di lobby sekolah anak mereka. Pria bermanik elang itu pun memegang kepalanya sambil memijatnya pelan. Tak ia sangka akan kena amukan Wonwoo seperti itu siang ini. Mingyu menarik nafasnya panjang dan berat.