Red Flower Headband


part of Backstage 🔞 Universe
cw: informal & harsh word, matured explicit content, romance, fluff, friendship.
tw: detailed naration, Kinky kinda sex, blowjob, fingering, licking, foreplay.

Wonwoo masuk ke apartemennya bersama dengan adik kandungnya sembari menenteng beberapa kresek makanan yang akan menjadi makan malam untuk semua orang yang ada di ruangan itu. Pria tinggi berkulit sawo matang langsung dengan sigap menghampirinya, mengambil kresek bening yang ada ditangannya dan mengecup bibir pria berkacamata itu sekilas, berlalu menuju meja makan yang diikuti oleh Wonwoo.

Mingyu mengeluarkan satu persatu styrofoam yang ada diplastik bening tersebut. “Genks! Makan dulu!” Ucap Wonwoo memanggil teman-temannya untuk datang.

Acara makan malam sederhana di tengah ruang TV itu berjalan seperti biasanya, ada Jihoon dan Seungkwan yang selalu dijahili oleh Soonyoung, Hao yang bergossip dengan Jun tentang selebriti yang baru melahirkan dan entah ada hot news lainnya, ada juga Seokmin yang dengan pergerakan kecilnya menunjukkan perhatian-perhatiannya kepada Jeonghan. Seperti halnya sekarang, Jeonghan tersedak dengan jokes Pak RW yang dilontarkan Soonyoung, Seokmin langsung berdiri menuju dapur dan mengambil segelas air untuk kakak tingkatnya itu. Jeonghan hanya mengucapkan terima kasih disela-sela batuknya, tidak hanya itu, tepukan-tepukan haluspun diberikan Seokmin di punggung Jeonghan untuk mengeluarkan sisi-sisa batuknya. Dan sekali lagi, Jeonghan hanya mampu mengucapkan terima kasih dan melanjutkan makannya. Serta, ada Wonwoo dan Mingyu yang sedang makan malam dengan tenangnya.

“Big Guy, nanti fotoin akukan?” Tanya Wonwoo disela makanannya, yang dijawab oleh anggukan oleh Wonwoo.

“Should I naked?” Tanya Wonwoo jahil yang dibalas suara batuk dari Mingyu, gantian kini Mingyu yang tersedak oleh makanan. Wonwoo tertawa sembari berlari kecil ke dapur untuk mengambil minum, dan menyerahkan segelas air putih untuk kekasihnya.

“Ehem.. jail bgt sih, keselek aku!” kata Mingyu membersihkan kerongkongannya.

“Haha. Sorry, harusnya kamu udah terbiasa ngga sih? Kaya baru jadian sama aku.” kata Wonwoo.

“Ngga pernah siap aku sama nakalnya kamu.” Jawab Mingyu yang dijawab kedipan Wonwoo.

“Abis makan kita set up kamar kamu ya?” Ajak Mingyu dalam sebuah pertanyaan yang tentu dijawab Wonwoo dengan anggukan.

Setelah makan malam selesai, mereka semua merapihkan bekas-bekasnya yang berserakan, dari mulai membuang sampah dan mencuci gelas. Wonwoo mengeluarkan PSnya dan beberapa mainan lain agar tamunya tidak rewel saat dia tinggalkan nanti.

“Gue mau bikin tugas dulu, lo semua maen aja!” Izin Wonwoo yang sudah berdiri dan mengaitkan jemarinya dengan Mingyu.

“Sejak kapan bikin tugas disuruh ngewe? Nyobain kondom?” Tanya Soekmin sambil memasang PS dan mengatur mainan itu agar dapat disambungkan ke TV dengan santainya.

“Ih, asli beneran gue bikin tugas. Kenapa sih? Iri aja.” Jawab Wonwoo.

“Udah udah, sana kerjain tugasnya! Tugas kita bertiga mah udah kelar, tinggal cetak.” Kata Hao. Karena mereka sekelas untuk mata kuliah fotografi, jadi Hao memaklumi tugas temannya itu.

“Oh, beneran!” Timpal Jeonghan yang sedari tadi diam.

“Suudzon aja sih lo! Udah sana main. Have fun!” Kata Wonwoo yang menarik tangan Mingyu untuk masuk ke dalam kamarnya dengan membawa tas besar yang berisi kamera dan dua lensa andalan Mingyu.


“Ini coba aku singkirin dulu.” Kata Mingyu menyingkirkan beberapa benda yang berada di tengah kamar utama apartemen itu. Kamarnya cukup luas, ada beberapa bagian kosong yang dapat dijadikan backdrop untuk foto, jadi tidak sulit saat mengeditnya.

“Aku ganti baju dulu.” Kata Wonwoo. “Kamu balik badan, jangan liatin, malu.” Kata Wonwoo lagi sembari membalikkan badan kekasihnya.

“Ngapain malu sih? Biasanya juga aku liat semuanya.” Kata Mingyu menghampir kekasihnya yang sudah menanggalkan t-shirt oversized-nya. Meletakkan kamera nya di dalam lemari yang terbuka dan memeluk tubuh kekasihnya.

Memeluknya dari belakang dan mulai mengecupi bahu yang tak terhalang sehelai kainpun. Sembari membisikkan kalimat-kalimat sayang di daun telinga Wonwoo yang membuat bulu halusnya meremang. Bagaikan mantra yang dapat meluluh lantahkan semua pertahanan Wonwoo — yang memang tidak pernah dia buat sedari awal.

“Nghh..” desah Wonwoo ketika bibir kenyal Mingyu sudah berada diperpotongan lehernya dan tangan Mingyu sudah mengelus puncak pada dadanya, memilinnya.

“Mingyu sayang.” Panggil Wonwoo halus yang hanya dijawab deheman dari bibir Mingyu yang masih sibuk dengan leher jenjang kekasihnya.

“Mau ciumph..” pinta Wonwoo, mencoba meminimalisir desahannya.

Mingyu membalikkan badan Wonwoo, menggendong kekasihnya, membiarkan kedua kaki sang kekasih melingkar dipinggangnya, dengan kedua tangan yang sudah menglingkar manis di lehernya. Wonwoo menundukkan wajahnya yang kini sudah lebih tinggi dari Mingyu dan mengecupi benda kenyal itu penuh sayang — awalnya, yang kemudian sepersekian detik lainnya, berubah menjadi lumatan-lumatan menuntut dari Mingyu juga Wonwoo. Mengaitkan lidah masing-masing dan bertukar saliva di sana.

Pria tinggi dengan badan bulky itu menggendong kekasihnya ke tempat tidur yang ada di sana dan mengukungnya. Wonwoo mengelus surai yang menutupi wajah sang kekasih. Mingyu menciumi acak wajah kekasih yang kini sudah terkurung di bawahnya dan meletakkan kepalanya dicuruk leher sang kekasih.

“Mau dilanjutin ngga?” Tanya Mingyu, menciumi kulit putih orang yang ada di depannya. Dijawab dengan anggukan yakin oleh Wonwoo. Mingyu berdiri, melucuti semua kain yang menutupi badannya, termasuk jeans yang dia gunakan. Meletakkannya secara berserakan di lantai kamar Wonwoo, dan melepaskan celana training yang digunakan Wonwoo sedari tadi dan membiarkan tonjolan yang sedikit berdiri di sana tertutup oleh celana dalam berbahan katun itu. Kembali memeluk sang kekasih.

Mulai dari menciumi kening sang kekasih, turun ke pelipisnya, kemudian kedua pipinya, ciuman yang lama kelamaan terasa sangat sensual untuk Wonwoo, sampai pada bibir Mingyu yang berada disudut bibir Wonwoo. Pria itu mulai menciumnya perlahan, kemudian menjilati bibir sang kekasih dan seakan sedang memakan bibir kekasihnya itu. Mingyu melucuti satu-satunya kain yang masih menempel di tubuh Wonwoo.

“Headband bunga merah yang tadi siang kamu pake mana?” Bisik Mingyu sembari mengecup daun telinga Wonwoo.

“Di atas meja.” Jawab Wonwoo lirih. Mimgyu berdiri dan menghampiri tempat yang ditunjuk Wonwoo, mengambil rangkaian bunga merah palsu cantik yang sudah di lem rapat dibando.

“Pake deh. Terus, kamu berdiri pake lutut ngadep kepala kasur! Liat ke arah aku.” Kata Mingyu, dia berjalan ke arah lemari, tempat terakhir dia meninggalkan barang favoritenya dan mengambil kameranya.— si barang favorite itu.

“Kaya gini?” Tanya Wonwoo.

“Iya, kaya gitu. Coba kamu agak nungging deh yang, yes. Liat ke sini. Okay. Gitu.” Kata Mingyu mulai membidik tubuh Wonwoo.

“Cantik banget. Coba kamu, tiduran deh. Sambil terlentang, yang.” Pinta Mingyu.

“Hah? No! Aku malu!” Kata Wonwoo menolak permintaan sang kekasih.

“Buat aku.” Kata Mingyu.

“Tetap no. Coba kamu, gantian aku yang moto.” Kata Wonwoo, merebut kamera dari kekasihnya dan membidik tubuh atletis sang kelasih yang tak berlapiskan sehelai benangpun.

“Oh shit, kamu sexy banget!” Kata Wonwoo ketika melihat badan sawo matang sang kekasih di layar kamera — hasil jepretannya, sembari mengocok kejantanannya.

“Mingyu.. help!” kata Wonwoo, menunjuk kejantanannya, meminta tolong untuk dipuaskan oleh Mingyu.

“Haha. Bagus ya badannya sampe kamu makin horny gini?” Tanya Mingyu, yang dijawab anggukan pasrah oleh Wonwoo.

“Ride me, Daddy!” Pinta Wonwoo

“Sangenya di depan aku aja ya, sayang.” Kata Mingyu, mengambil kameranya, membidik kamera tersebut, dan memotret wajah horny kekasihnya hingga setengah dada. Kemudian, Mingyu kembali berdiri meletakkan kameranya di atas meja belajar Wonwoo. Dan kembali ke tempat tidur.

“Biar aku yang puasin kamu hari ini, kamu nurut aja ya, cantik.” Bisik Mingyu yang kemudian mencium belah bibir Wonwoo dengan intens tanpa keinginan untuk melepasnya.

“Kitten, coba deh kamu berdiri kaya tadi, ngadep kepala kasur.” Kata Mingyu setelah memberikan ciuman-ciuman hingga mereka kehabisan oksigen.

Wonwoo menurutinya tanpa bertanya apa yang kekasihnya inginkan. Karena melakukan hubungan badan dengan Mingyu selalu menjadi hal yang menyenangkan bagi Wonwoo, apapun gayanya.

Kini kepala Mingyu sudah ada di antara selangkangan sang kekasih, melihat kekasihnya dari bawah sana dan tetap menjadi pemandangan yang indah untuknya, ditambah lagi dengan hiasan bunga merah di atas kepala Wonwoo. Mingyu mulai mensejajarkan tubuhnya dengan kejantanan milik Wonwoo.

“What are you gonna do, Big Guy?” tanya Wonwoo.

“Give you a blowjob” jawab Mingyu sembari mengambil lubricant yang ada di nakas sebelah kasur kanan Wonwoo, dia sudah hafal letaknya.

“Ngh..” desah Wonwoo ketika merasakan sensasi dingin di kedua bola yang menggantung diantara selangkangannya, Mingyu memijitnya pelan di sana, seakan-akan benda yang menggantung itu sangat berharga — memang sangat berharga bagi pemiliknya.

Pria yang sedang duduk itu menjilati kejantanan milik Wonwoo, seolah menggodanya.

“Don't tease.. aaaaahh!” Teriaknya terkejut karena ada satu jari dingin yang masuk ke dalam lubang yang ada di antara bokong sintalnya. Jari itu berputar di dalam, seperti sedang mencari sesuatu. Kepala Wonwoo terpental kebelakang, menikmati sentuhan itu.

“Angh! Tambah nhgga sih?” Tanya Wonwoo.

“Apah yang mau ditambah?” Tanya Mingyu jail.

“Jaringhhh.. Mingyu~ satu lagi.” Kata Wonwoo sembari mendesah dan mengeluarkan nada manjanya, meminta Mingyu untuk menambah jari di bawah sana.

“Hmmm?” Tanya Mingyu yang kini sudah mengulum habis kejantanan Wonwoo, memijat batang itu dengan tangan yang bebas dan tangan satunya lagi sudah sukses menambah jarinya untuk masuk ke dalam sana. Tempo bibirnya yang sedang melahap kejantanan Wonwoo disamakan dengan tempo jarinya yang kini sudah masuk tiga. Desahan kenikmatan meluncur bebas dari mulut Wonwoo.

“Haaa.. angh.. Fuck, Ming.. angh.” Desahnya tak karuan, diserang dari sisi depan dan belakang, Wonwoo tak kuasa menahan pinggulnya yang ikut bergoyang mengikuti bibir dan jari kekasihnya, dia mulai mengacak rambut Mingyu frustasi.

“Big Guy, oh No! Aku mau keluar. Ah! Sumpah! Ngh.” Kata Wonwoo, bicaranya sudah berantakan, tubuhnya bergetar hebat, lututnya terasa lemas, namun Mingyu belum juga melepaskan tautannya, semakin mempercepat gerakannya.

Erangan panjang yang disertai dengan cairan putih yang mengisi rongga mulut Mingyu keluar dari kejantanan Wonwoo, saat dirasa sudah bisa dia lepas, Mingyu langsung mencium kekasihnya, berbagi putih milik kekasihnya, melumat habis bibir merah jambu itu.

“Sharing yours.” Kata Mingyu seraya tersenyum.

“Enak?” Tanya Mingyu.

“Punyaku ya enak.” Kata Wonwoo tertawa, mencium lagi pria dihadapannya. Dan berbisik “Mau dimasukin kamu.” Pintanya.

“Isep dikit boleh?” Tanya Mingyu menyodorkan kejantanannya. Wonwoo melakukan apa yang diperintahkan.

“Ah! Yes, lebih dal.. aahhz! Fuck, your tongue.” Erangnya sembari membuka bungkusan kondom yang diberikan ke Wonwoo, pria manis itu dengan sigap membungkus kejantanan sang kekasih.

“Udah.” Katanya, sambil mencium kejantanan itu sebelum di bawa Mingyu ke depan lubang Wonwoo yang sudah mulai gatal. Mingyu menundukkan badannya, mensejajarkan wajahnya dengan lubang Wonwoo dan menjilatinya.

“Ngh! Gyu.. ah!” Desah Wonwoo. Geli, ada perasaan aneh ketika benda tak bertulang hangat itu menyentuh lubangnya dan menelusup masuk ke sana. Ini bukan yang pertama, namun masih terasa tak biasa. Beberapa detik kemudian, hanya perasaan nikmat yang Wonwoo rasakan. Tubuhnya sudah melengkung bak busur panah, pemandangan yang selalu indah di indera penglihatan Mingyu.

Anjing, pacar gue sexy banget gumamnya yang semakin intense memainkan lidahnya

“Yang, please.. masukin sekarang ahhh aja. Udah tegang lagi.” Pinta Wonwoo, sembari menunjukkan kejantanannya yang mulai kembali menegang.

Pria tinggi itu menghentikan kegiatannya dan mulai memainkan kejantanannya, menggoda kekasihnya di lubang sana.

“Stop tease me, please!” Kata Wonwoo dengan nada memohon dengan suara erotisnya.

“Ahhng!” Satu desahan akibat satu hentakan yang membelah tubuh Wonwoo. Kegiatan Mingyu terhenti melihat kekasihnya merintih karena kelakuannya, senyum menyeringai terlukis di wajahnya.

“Serius? ngh.. Sakit! Aku harus bikin tugas lho, yang!” Omel Wonwoo.

“Siapa suruh kamu nhghh makin sexy ngh..” Mingyu mulai menggoyangkan pinggulnya yang disambut dengan rintihan dan desahan nikmat dari bibir cantik Wonwoo, memanggil nama pria yang ada di atasnya dengan lantang. Panggilan itu selalu dijawab Mingyu dengan suara baritone-nya dan dibalas dengan memanggil nama Wonwoo sembari menghentakkan pinggulnya. Berkali-kali.

Desahan demi desahan, tumbukan dan suara kulit basah akan keringat yang saling bergesekan memenuhi kamar milik Wonwoo, penuh dengan peluh. Pencapaian Wonwoo datang untuk yang kedua kalinya terlebih dahulu setelah dikocok acak oleh Mingyu, mengotori perutnya dan tangan Mingyu. Tak lama Mingyu pun sampai pada puncaknya. Wonwoo merasakan ada sesuatu yang mengalir di dalam lubangnya, menyembur mengisi kondom yang digunakan Mingyu.

“Peluk, jangan lepasin!” Pinta Wonwoo yang dituruti Mingyu.

“Pusingnya udah ilang?” Tanya Mingyu.

“Udah, tapi mau satu ronde lagi boleh?” Tanya Wonwoo nakal.

“Haha. Kamu tuh literally full of surprises. Aku kira kamu capek.” Kata Mingyu, mengecupi wajah sang kekasih.

“I will ride you tonight” kata Wonwoo.

“Bandonya jangan dilepas ya.” Pinta Mingyu. Wonwoo menyentuh benda di kepalanya sembari tersenyum.

“Okay, Love.” Kata Wonwoo.