GOTCHA! I FOUND YOU


Have enough courage to trust love one more time and always one more time.

Sebuah mobil berwarna biru muda yang dinaiki seorang pria bersurai gelap, sedikit ikal itu, sudah berada di depan lobby hotel — persis dengan lokasi yang diberikan oleh salah satu teman Wonwoo di room chat pagi buta ini.

“Gue udah sampe, Chan, matiin aja ngga sih teleponnya?” tanya pria manis kepada adik kekasihnya yang sedari tadi masih setia mengajaknya mengobrol sepanjang perjalanan ke hotel yang ia tuju.

Mingyu segera turun dari taksi setelah mengucapkan terima kasih kepada bapak pengemudi taksi itu, dan masih ada Chan di sambungan teleponnya. Si dia yang manis itu berjalan masuk ke lobby hotel tersebut dengan menggunakan piyama berbahan satin berwarna biru muda dengan hiasan awan-awan dan bintang di pakaiannya, berjalan menuju resepsionis.

“Ngga apa-apa, santai, lo ke receptionist aja dulu.” jawab pria di seberang sana dengan suara berat yang terdengar sedang mengantuk. “Gue mau mastiin kalau lo udah masuk ke kamar dan ketemu abang.” lanjutnya.

“Oke, gue lagi jalan ke resepsionis.” jawab Mingyu, Chan hanya menjawab dengan kata “Hmm.”

Sesampainya di salah satu sudut dan menemukan ada 2 resepsionis yang sedang berjaga, Mingyu segera berbicara kepada mereka dengan menyebutkan nomor kamar yang diberitahukan teman kekasihnya di room chat tadi. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan pribadi yang dilontarkan untuk memverifikasi data karena tidak sembarangan orang dapat masuk ke sana seperti yang akan Mingyu lakukan di pagi buta ini. Tak lama resepsionis pria itu mengangguk, memberikan kunci kamar yang berupa kartu dari bahan PVC dengan logo hotel dan nomor kamar yang akan ia tuju.

“Silahkan, ini untuk kunci kamar atas nama Mr. Jeon Wonwoo, Mas Mingyu bisa menggunakan lift yang berada di depan dengan menggunakan kartu akses ya, Mas. Lalu, keluar lift Mas ke kanan dan bisa menemukan pintu dengan nomor kamar 717, bila ada yang dibutuhkan lainnya bisa menghubungi layanan hotline hotel kami dengan menekan angka 1 dari telepon kamar, dan petugas kami akan membantu kebutuhan Mas selama anda menginap di hotel kami.” jelas sang resepsionis yang menggunakan tags nama Chen Lee.

“Oke, thank you, Mas Chen Lee.” kata Mingyu meninggalkan meja resepsionis tersebut dan langsung mengikuti arahan yang sudah diberikan tadi.

“Gue masuk lift, pasti sambungannya keputus, Chan.” kata Mingyu memperingati temannya, bila beberapa saat lagi, telepon mereka mungkin akan terputus.

Take your time, lo deg-deg-an ngga?” tanya Chan.

“Deg-deg-an kenapa?” tanya Mingyu lagi kepada temannya itu.

“Ngeliat sisi je—” benar saja sesuai dengan dugaan Mingyu, telepon mereka terputus, Chan masih di sana tapi pria manis itu tidak dapat mendengar suara temannya sama sekali.

Ting

Pria dengan tinggi 187cm itu sudah sampai di lantai yang ia tuju, suara Chan juga sudah kembali terdengar, “Suara lo ilang, Njir! Gue ngomong sendiri.” omelnya.

Told you, gue di lift, ege. Tadi lo ngomong apa?” sahut Mingyu.

Don't mind me. Sekarang udah ketemu kamarnya?” tanya pria di seberang sana.

Gotcha!” kata Mingyu.

“Yaudah masuk, bisa masuk kan?” tanya Chan, yang tak lama terdengar suara pintu otomatis terbuka.

“Bisa kok, pintunya udah kebuka.” jawab Mingyu.

Alright, jagain abang gue ya, beresin urusan lo berdua, semoga tidak ada perpecahan.” kata Chan. “Gyu—” panggil Chan dengan nada serius yang membuat Mingyu menghentikan langkah kakinya.

“Maafin abang gue ya, abang gue emang tolol. He just doesn't know what to do, because loves you that much. From day one.” lanjut Chan. “Feel free to nonjok dia, jadiin dia samsak, atau apain kek sepuas lo.” kata Chan lagi, Mingyu tertawa renyah.

“Iya, tenang aja, gue akan melampiaskan semuanya ke abang lo kok.” jawabnya.

“Haha, kalau lo tonjok, please jangan sampe bonyok, abang gue cuma punya mukanya doang yang bisa dijual, nyali aja ngga punya, apalagi otak.” jawab sang adik dari kekasih Mingyu yang sedang membicarakan kakak satu-satunya itu.

“Haha, iya, tenang aja. Gue juga ngga mau lagi sama dia kalau tiba-tiba jelek.” jawab Mingyu dengan nada bercandanya. “Ini gue matiin ya, Chan. Thank you udah nemenin gue sepanjang jalan, have a good sleep! Good morning!” kata Mingyu lagi.

Yes, morning! Lo juga, Gu, istirahat ya, have a good sleep.” dan Chan mematikan sambungan telepon mereka.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat pagi kurang beberapa menit, Mingyu berjalan perlahan memasuki kamar hotel yang cukup besar itu, meletakkan ponselnya di meja yang terdapat berbagai welcome snack dan minuman lainnya. Mingyu melihat baju yang tadi pagi kekasihnya gunakan sudah tergeletak di lantai hotel yang beralaskan karpet tebal, dari jaket bomber-nya, t-shirt putih, celana jeans, serta beanie hitam, lalu menatap ke atas tempat tidur yang berukuran king bed terdapat seorang pria sedang tertidur telentang dengan celana boxer tom & jerry dan dada gagah tegap berkulit putih tanpa tertutup sehelai kain.

Mingyu menghampiri pria itu, membuka kaos kakinya, menyelimuti tubuh prianya agar tidak kedinginan, namun, “HAAAA!!” pria berkulit sawo matang itu terkejut ketika dengan keadaan tanpa sadar seperti saat ini, Wonwoo masih mampu menarik tubuh bongsornya hingga terjatuh tepat didekapan pria tampan tersebut, dan sang pria memeluk tubuhnya dengan possessive, menguncinya, seolah Mingyu tidak bisa kemana-mana lagi.

Finally.” kata pria itu dengan suara paraunya, semakin mendekap kekasihnya, dan kembali mendengkur — Wonwoo sleep talking — pikir pria manis itu. Mingyu hanya terdiam, menikmati kehangatan dari tubuh kekasihnya dan ikut memejamkan mata. Tubuh dan fikirannya sangat lelah sedari kemarin, ingin rasanya ia mengistirahatkannya sejenak, setidaknya pria yang membuatnya kesal dan khawatir kini sudah berada di sampingnya, sedang memeluknya hangat, walau dengan tubuh yang menyengat berbau alkohol. ‘Biarin deh, omelin besok pagi aja.’ kata Mingyu dalam hati, dan mulai memasuki alam mimpinya.

***

Mingyu terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara orang yang sedang memuntahkan sesuatu di dalam kamar mandi, matahari sudah kembali bersinar, jam digital di nakas sebelahnya juga sudah menunjukkan angka 9 dan 10 dengan titik dua yang berada di antaranya. Si dia langsung terbangun dan menghampiri suara yang mengganggu tidurnya pagi itu, sembari membawa segelas air putih ditangannya, lalu menghampiri tubuh kekasihnya, mengelus punggung lebar prianya untuk membantunya menghabiskan sisa-sisa alkohol yang menguras isi perut six-pack-nya, tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Kini Mingyu sudah duduk di sofa single yang berada di sebelah jendela kamar hotel tersebut dengan memegang secangkir teh manis hangat sembari melihat ke jalanan kota yang berada di hadapannya setelah menyantap breakfast mereka yang sudah di antar ke kamar beberapa saat yang lalu. Sedangkan, Wonwoo sedang membersihkan tubuhnya untuk menghilangkan bau alkohol yang sangat mengganggu indera penciuman Mingyu dari subuh tadi.

Saat sarapan tadi, Mingyu hanya mengeluarkan beberapa kata yang menurutnya penting ketika Wonwoo memberikan pertanyaan padanya, seperti, “Sampai jam berapa di sini?”, “Kok kamu tahu aku di sini?” atau “Gimana kemarin ke PRJnya?”, karena rasa-rasanya si dia sangat ingin meledakkan amarahnya kepada sang kekasih saat ini, namun, Mingyu masih berusaha untuk menahannya, ia tahan sekuat yang ia bisa. Belum waktunya untuk memuntahkan semua keluh kesahnya kepada sang abang. Belum.

Setelah keluar dari kamar mandi, Wonwoo hanya menggunakan bathrobe putih dan langsung berjalan menghampiri Inggunya yang masih terduduk di sofa, mengecup salah satu pipi, lalu pucuk kepala pria yang lebih muda itu dari belakang. Mingyu masih acuh walaupun detak jantungnya berdetak mulai tak karuan karena afeksi yang diberikan oleh pria 28 tahun itu.

'Huhu, ya siapa yang ngga deg-deg-an sama cowo yang udah wangi, bibirnya masih dingin sedikit basah udah nyium pipi. Bunda, Mingyu harus apa sekarang?' rengeknya dalam hati. 'No no, Inggu ngga boleh lemah kaya gini!' lanjutnya ketika merasakan tubuh Wonwoo semakin memeluknya erat dari belakang.

“Masih bau ngga akunya?” tanya pria itu dengan suara bass-nya yang membuyarkan lamunan Mingyu.

'Ihs! Mentang-mentang ganteng! Inggu mau ngomel-ngomel! Inggu ngga suka kalau abang kaya gini. Huh! Pokoknya, abang harus tau kalau Inggu tuh beneran marah!' jawabnya dalam hati.

“Abang bau! Jelek! Inggu ngga suka!” 6 kata yang Mingyu ucapkan sembari memanyunkan bibirnya, dan membuang wajahnya, mengartikan bahwa ia sedang tidak ingin menatap wajah Wonwoo yang sudah berada di bahunya, pria yang lebih tua itu menatap wajah lucu kekasihnya.

“Cium dulu, aku kan udah mandi.” kata Wonwoo mendekatkan wajahnya.

“Ngga mau, aku ngga suka!” jawab Mingyu, menghempaskan tangan Wonwoo dan berdiri dari sofa single yang ia duduki, meninggalkan Wonwoo yang terkejut melihat tingkah kekasihnya yang dari pagi terdiam. Selama mereka berpacaran, ia tidak pernah melihat popok bayi-nya marah seperti saat ini.

“Inggu diem bukan berarti Inggu ngga apa-apa sama kelakuan kamu ya, Bang Nu!” iya, Mingyu marah, rasanya emosi yang sudah menumpuk ingin diledakkan siang ini. “Harusnya kamu tuh tungguin aku di rumah, bukan malah pergi mabuk-mabukan sama temen-temen kamu!” lanjutnya, Mingyu kini sudah duduk di pinggir kasur, Wonwoo menghampirinya.

Don't come closer!” kata Inggu saat melihat kekasihnya itu ingin duduk di sebelahnya, pria tegap itu langsung menuruti Mingyu dan duduk bersimpuh di bawah lantai yang beralaskan karpet berwarna cokelat gelap, sembari menatap wajah Inggu dalam.

“Ngga ngerasa nyesel gitu kamu, Bang?” Tanya Mingyu dengan nada yang sedikit lebih rendah. “Seharusnya kamu tuh dateng ke aku, jelasin apa yang aku liat di kamar kamu kemarin sama Jeonghan-Jeonghan mantan gebetan kamu itu! Yakinin aku buat percaya sama kamu! Bukan malah ke club kaya semalem, emang kamu pikir aku akan langsung maafin kamu?!” suaranya kembali meninggi dari sebelumnya.

“Aku—” Mingyu memotong kalimat Wonwoo.

I don't want to hear you defend yourself for what you did last night ya, Jeon Wonwoo!” kata Mingyu. “Aku ke sini cuma mau denger penjelasan kamu, kenapa aku bisa liat kamu pasangin Jeonghan kancing kemeja dan pegangan tangan sama dia di kamar kamu! Di tempat aku tidur!” lanjut Mingyu, Wonwoo masih menunduk dan terdiam.

“Kalau kamu ngga bisa jelasin, yaudah, ngga ada yang perlu aku pertahanin lagi! Capek!” kata Mingyu berdiri. “Toh sekarang kamu bisa langsung jadian sama Jeonghan itu, I am really sorry if I've been an obstacle to you for the past few months.” lanjut Mingyu, berjalan ke arah pintu, hendak meninggalkan kamar itu.

“Nggu—” Suara berat Wonwoo menghentikan langkahnya. “I will explain everything to you, boleh kamu duduk, dengerin aku?” his deep voice tells everything, Wonwoo menatap wajah kekasihnya saat pria manis itu membalikkan tubuhnya, memohon agar Mingyu ingin mendengarkan penjelasannya. Pria manis itu menatap lekat wajah Wonwoo-nya.

“Aku ngga akan defense apapun tentang kelakuan aku semalem, I am really really really sorry, aku salah, aku kalut, aku gila, call me everything you want.” jelas Wonwoo. “Tapi, aku mau kamu tahu apa yang terjadi kemarin pagi, if you want to leave me, at least you have to know. Aku ngga mau kamu pergi dengan tanda tanya.” lanjutnya lagi, bangun dari tempatnya bersimpuh, mengambil tangan Mingyu, menggandengnya lembut dan membiarkannya kembali duduk di pinggir kasur, sedangkan Wonwoo kembali duduk bersimpuh persis di hadapannya, menatap manik elang yang lelah itu dengan mata rubahnya yang tak kalah lelah.

Shot.” pinta Mingyu dengan satu kata sembari menatap lurus ke dalam mata Wonwoo. Kata orang, mata adalah jendela dunia, maka hal itu yang pria manis ini sedang lakukan, Mingyu ingin melihat kejujuran dari jendela dunia-nya.

Tanpa banyak basa-basi, Wonwoo langsung menjelaskan segalanya,

“Han masih sedikit tipsy kemarin, dia buka kancing kemejanya, dia nantang aku untuk tidur sama dia karena aku bawa dia ke kamarku, maaf karena aku harus bawa dia ke sana, harusnya cuma kamu yang boleh masuk.” jelasnya dengan suara lembutnya, pelan-pelan Wonwoo menggenggam tangan Mingyu yang sedang mengepal di atas pahanya.

I've never held his hand, dia yang megang duluan tapi aku berani sumpah, aku tepis, only you can hold this hands.” lanjutnya, mengangkat kedua tangannya di depan Mingyu. “Aku sayang banget sama kamu, I'm not lying.” ia mengecup kedua tangan punggung kekasihnya.

“Aku tolol, aku tau. kamu pasti mau tololin aku kan?” tanya Wonwoo yang dijawab anggukan yakin dari Mingyu. “Iya, cuma kamu yang boleh tololin aku, aku rela.” lanjutnya.

Tanpa berfikir lebih jauh, Mingyu langsung bertanya, “Terus, bener kata Jeonghan kalau kamu jadiin aku pelarian karena kamu ngga bisa ngungkapin perasaan kamu ke dia?” Wonwoo menatap manik Mingyu lebih dalam dari yang sebelumnya. Ia ingin membaca mata itu, walaupun ia takut akan jawabannya, Mingyu ingin tahu kebenarannya.

Too bad, I never thought that way. Kamu dateng ke kehidupan aku saat aku bener-bener ngga pernah berfikiran untuk punya relationship sama siapapun.” jawabnya dengan yakin. “Maaf kalau kamu pikir aku jadiin kamu pelarian, maaf karena aku terlihat ngga pernah ingin mempertahankan kamu, maaf kalau terlihat hanya kamu yang berjuang, I have to learn a lot for that.” kata Wonwoo.

“Segitu ngga sempurnanya aku buat kamu ya, Nggu? Cuma bikin kamu sedih dan overthinking tentang aku yang beneran sayang sama kamu atau ngga, dan fikiran lainnya ditambah Han yang tiba-tiba ada di antara aku sama kamu.” lanjutnya. Wonwoo menempelkan keningnya di lutut Mingyu yang ada di hadapannya.

Si dia kembali mendongakkan kepalanya dan menatap kekasihnya yang masih terdiam, “If you want to leave me because of all this, aku ngga bisa ngalangin kamu, semuanya pilihan kamu.”

“Kalaupun memang menurut kamu aku harus mengulangi semuanya dari awal, aku mau kok ngulangin lagi semuanya dari awal. Aku akan mengulanginya dengan tepat, asalkan tujuanku tetep kamu.” lanjut Wonwoo, menatap kedua mata pria di hadapannya yang mulai berkaca-kaca.

Wonwoo terbangun dari duduk simpuhnya, memegang kedua pipi Mingyu dengan telapak tangannya, membawa wajah pria manis itu untuk kembali saling bertatap dan mengecup keningnya. “I love you, I really do.” kata pria tampan itu.