Happy Birthday, Ayah~

❤︎ Ex-WB – Narasi 4 ❤︎ Mingyu/Wonwoo ❤︎ 1,6k+ words


Sedari sore tadi dengan wajah yang sumringah Wonwoo sudah sibuk bersama Bibi di dapur untuk memasak beberapa masakan kesukaan Mingyu setelah mereka kembali dari berbelanja ke pasar swalayan dan mampir sebentar ke toko kue untuk mengambil pesanan kue ulang tahun yang sudah Wonwoo pesan dari beberapa hari yang lalu, birthday cake yang khusus untuk mantan suaminya itu. Chan juga baru tiba tadi sore setelah pulang bermain dengan temannya, dan anak remaja semata wayang itu pun kini sudah ikut sibuk menata meja makan untuk meringankan pekerjaan sang Papa dan si Bibi yang sedari tadi sibuk di dapur.

“Kue ulang tahunnya ini aku taro di tengah meja makan aja ya, Pa.” izin Chan yang sudah membawa kue ulang tahun dengan diameter 18 sentimeter berbentuk jas biru dongker sesuai dengan approval nya ke meja makan setelah dijawab anggukan oleh Wonwoo.

Sesuai dengan waktu yang sudah Wonwoo tentukan sebelumnya, tepat pukul 7 malam, suara mobil derap rendah dan gemuruh Aston Martin milik Mingyu sudah memasuki pekarangan rumah Wonwoo. Chan yang sudah hafal dengan bunyi dari mesin mobil sang Ayah langsung berlarian keluar menyambut kedatangan pria dewara yang hari ini sedang berulang tahun tersebut, sedangkan Wonwoo masih sok jual mahal dengan beryupura-pura sibuk merapikan dapur agar terlihat sedang membantu sang Bibi.

“Lho? Kok Den malah masih di sini?” tanya Bibi ketika melihat Wonwoo masih terdiam di dapur. “Ngga apa-apa lho, Den, ini biar Bibi aja yang lanjutin buat bebersihnya.” lanjut sang asisten rumah tangga.

“Gih, Den, pasti Den Mingyu seneng kalau disambut sama Den Wonwoo juga.” lanjut Bibi dengan sedikit nada yang menggoda sang pemilik rumah.

“Tapi, Bi—” belum selesai Wonwoo berkilah, Bibi sudah mendorong pria manis berumur 39 tahun itu untuk pergi menghampiri sang tamu istimewanya.

Dengan terlihat terpaksa – padahal sesungguhnya dia malu-malu – Wonwoo menuruti sang Bibi, ia membuka celemek yang masih melekat pada tubuhnya dan berjalan ke ruang tengah. Di ruangan tengah tempat biasanya mereka bersantai, kini sudah ada Mingyu baru saja tiba, pria tampan itu datang dengan menggunakan polo shirt putih slim fit dan celana bahan hitam yang malam ini terlihat lebih tampan dari hari lainnya di mata Wonwoo. Pria manis itu terdiam sejenak menikmati, menikmati ketampanan Mingyu, entah karena wangi segar yang merebak dari tubuhnya malam ini atau memang sebenarnya Wonwoo sudah lama sadar akan hal itu selama ini, namun, ia masih sangat denial untuk mengakuinya.

Am I late?” tanya Mingyu membuyarkan lamunan pria manis yang sudah berada di hadapannya.

“Eh? Ngga kok, you’re on time. Bibi just finished cooking for you.” kata Wonwoo.

Chan menarik lengan baju sang Ayah dan berjinjit sedikit, lalu berbisik, “Jangan percaya, Yah,” bisiknya kepada sang Ayah saat mendengar Papa nya berbohong karena ia tahu saat ini Papanya sedang menahan gengsinya. “That’s all Papa’s cooking, but Bibi chipped in to help him.” lanjut anak itu. Mingyu mendengarkan aduan anaknya sembari tersenyum dan memamerkan kedua gigi taringnya yang menawan.

Oh. I see. Looks like your Papa still a bit shy around me ya?” goda Mingyu membalas bisikan sang anak semata wayangnya itu sambil tersenyum. Bisikan itu sebenarnya bukan bisikan yang tidak dapat terdengar oleh Wonwoo, karena pada kenyataannya pria cantik itu dapat mendengar bisikan kedua pria kesayangannya dengan sanngat jelas.

“Ayo ah, nanti makan malemnya keburu dingin!” kata Wonwoo acuh dengan membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah meja makan yang sudah dipenuhi dengan masakan rumah favorite Mingyu serta kue ulang tahun yang Chan letakkan di tengah meja persegi panjang itu.

“Waaahh!! Sebanyak ini?” tanya Mingyu kaget saat melihat makanan kesukaannya tersedia di atas meja makan dengan harum yang menggoda. “Did you make everything?” tanya pria tampan kepada Wonwoo yang sudah duduk di kursi meja makan sebelah kirinya.

“Den Mingyu, selamat ulang tahun ya.” kata Bibi ketika membawakan korek api yang Wonwoo tinggalkan di dapur tadi.

“Terima kasih banyak ya, Bibi.” jawab Mingyu sambil tersenyum kepada wanita paruh baya itu. “Maaf, jadi ngerepotin Bibi masak sebanyak ini.” lanjut pria tampan itu dengan sopan kepada wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di rumah Wonwoo tersebut.

“Bukan Bibi yang masak, Den, ini semua Den Wonwoo yang masak. Bahkan, tadi dia ikut Bibi belanja juga, milihin bahan-bahannya juga.” kata Bibi mengukuhkan perkataan Chan kepadanya tadi.

“Oh gitu?” kata Mingyu jail sambil menatap ke Wonwoo yang sedang menunduk tersipu malu. Pria tampan itu masih gemas dibuatnya.

“Selamat menikmati, Bibi ke belakang dulu ya, Den.” izin Bibi meninggalkan keluarga kecil itu duduk di meja makan agar dapat menyantap makan malam mereka.

Mingyu dan Chan menyusul Wonwoo yang sudah duduk di meja makan. Saat ini pun sama seperti saat mereka masih bersama, Mingyu duduk di tengah sebagai kepala keluarga, sedangkan Chan duduk berada di seberang Wonwoo. Pria yang baru berumur 39 tahun itu sedikit terkejut saat jemari lentik putih milik Wonwoo dengan sigap meletakkkan nasi di mangkuk nasi miliknya, kemudian mengambilkannya lauk, dan menuangkan sup di mangkuknya yang lain. Sama seperti yang pria manis itu lakukan untuk Chan. Hati Mingyu menjadi sangat hangat malam ini.

***

Setelah makan malam selesai, Mingyu dan Wonwoo masih berada di ruang makan, Wonwoo sedang merapikan piring-piring kotor dengan Mingyu yang hanya memperhatikan setiap gerak-gerik mantan suaminya itu ketika Chan meninggalkan mereka berdua, meminta izin sebentar karena harus menghubungi salah satu temannya, sehingga kini hanya ada kedua pria dewasa di sana. Setelah memastikan Chan dan Bibi tidak berada di dekat mereka, tanpa ragu, Mingyu segera mengambil kesempatan ini untuk mengikis jaraknya dengan mantan suaminya, lalu memeluk pria manisnya dari belakang, Wonwoo terkejut saat merasakan kedua tangan Mingyu sudah melingkar diperutnya. “Gyu, ada Chan sama Bibi, kalau mereka liat gimana?” bisik Wonwoo.

“Mereka ngga akan liat, I won't hug you for long.” kata Mingyu, Wonwoo terdiam karena sebenarnya jantungnya berdetak tak karuan ketika kedua tangan kekar Mingyu sudah merengkuh tubuh rampingnya. “Aku cuma mau bilang, terima kasih karena kamu udah mau ngerayain ulang tahun ku sama-sama lagi. You won't know how happy I am.” lanjut pria itu sembari mengecup bahu Wonwoo, karena dari belakang sini, hanya bahu tegapnya lah yang mampu ia raih. Jantung pria manis yang berada di rengkuhan Mingyu itu berdebar tak karuan.

“Thanks for cooking for me, your cooking is always the best.” kata Mingyu lagi dan mengecup pipi Wonwoo dari belakang sebagai ucapan terima kasihnya, ini merupakan perayaan ulang tahun terbaiknya selama 3 tahun belakangan.

Wonwoo's got butterflies in his stomach. Ia sangat senang ketika mengetahui bahwa mantan suaminya itu menyukai apa yang sudah ia lakukan untuknya.

Tanpa ragu, Wonwoo membalikkan tubuhnya agar ia dapat menatap manik elang pria yang sedang berulang tahun itu, lalu, kedua tangan putihnya sudah berada di wajah mantan suaminya dan mengelusnya lembut pipi pria di hadapannya, sedangkan tangan Mingyu masih melingkar di pinggangnya. “Happy birthday, Ayah Chan yang ganteng, may happiness and good things always be with you.” ucap Wonwoo dengan suara lembutnya, dan mengecup lembut bibir pria yang berada di hadapannya itu. “Semoga kamu suka hadiah aku dan Chan.” lanjut Wonwoo.

“Aku—” kalimat Mingyu terhenti ketika mendengar suara anak remaja yang berteriak memanggil pria manis yang sudah berada di pelukannya itu.

“Paaaaa, kita belum tiup liliiiin!” Chan berteriak dari tangga setelah usai menelepon temannya, mengagetkan kedua sejoli yang sedang saling berdekapan itu. Wonwoo segera mendorong tubuh Mingyu dengan refleks dari hadapannya agar mereka kembali menjaga jarak dan berpura-pura sibuk merapikan meja makan, sedangkan kini prianya sedang terhuyung untuk berdiri tegak karena dorongannya. Mingyu hanya berdeham berat.

“Oh iya, sayang! Hurry up and come down here!” jawab Wonwoo setengah berteriak, meminta anaknya untuk segera datang dan menyusulnya.

“Kaget!” gumam Wonwoo. “You okay?” tanya pria manis itu ke Mingyu setelah prianya sudah berdiri tegak dan berpura-pura mambantunya.

Pria yang ditanya itu malah tertawa renyah, “It’s okay, cantik” katanya di sela tawa saat melihat wajah panik pria manisnya itu. “Tapi lain kali aba-aba dulu, biar aku bisa siap-siap.” lanjut pria tampan itu menggoda Wonwoo. Wonwoo tertawa pelan sambil mengernyitkan hidung bangirnya, begitupun dengan Mingyu.

***

Chan, Mingyu dan Wonwoo sudah duduk bersama di ruang keluarga sambil menikmati dessert dari kue ulang tahun Mingyu setelah sang Ayah meniup lilin dan berdoa bersama. Kini kedua orang tua Chan itu sedang bercerita tentang kenangan indah mereka di zaman SMA, lalu masa-masa kuliah mereka bersama, hingga bagaimana mereka sangat menyayangi anak mereka satu-satunya itu.

Suasana hangat dan kebahagiaan memenuhi rumah mereka. Mereka tertawa, berseda-gurau, dan menikmati kebersamaan selayaknya keluarga. Momen spesial ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi Mingyu karena 2 tahun kemarin ia hampir lupa bagaimana rasanya bahagia dengan menanti hari ulang tahun setelah Wonwoo meninggalkannya.

Malam semakin larut, Chan sudah izin naik ke kamarnya, anak remaja itu sudah lelah karena hari ini ia bermain bersama temannya sampai sore, lalu membantu sang Papa menyiapkan makan malam dan merayakan ulang tahun bersama sang Ayah, belum lagi mala ini juga ia cukup banyak mendengarkan cerita nostalgia dari orang tuanya.

Wonwoo baru turun dari kamar Chan setelah pria manis itu memastikan kembali anaknya sudah berganti baju, cuci muka, cuci kaki dan sikat gigi sebelum tidur. Kebiasaan yang sudah Wonwoo terapkan kepada Chan sedari kecil, bahkan Mingyu sudah sangat hafal dengan kebiasaan mantan suaminya yang satu itu karena sampai saat ini pun ia juga masih melakukan hal yang sama seperti yang anak remajanya lakukan.

“Aku izin pamit pulang ya, Nu.” kata Mingyu terbangun dari tempat duduknya saat melihat mantan suaminya sudah berada di hadapannya. “Terima kasih banyak ya, this year's birthday present is more than plenty.” jawab Mingyu sambil tersenyum, mengelus lembut pipi Wonwoo dan mengecup keningnya.

Wonwoo hanya terdiam, ia masih merasakan ada yang kurang, “Hmm, Gyu~” pria manis itu menarik kain lengan baju polo shirt putih yang Mingyu gunakan.

“Hm?” Mingyu menghentikan langkahnya dan kembali menatap Wonwoo. Manik rubah itu menatapnya. namun, masih terdiam. “Kenapa, Nu?” tanya Mingyu dengan suara lembutnya.

“Kamu—” Wonwoo menggantung kalimatnya, ia masih menatap manik Mingyu dalam sembari mempertimbangkan kembali kalimat yang akan ia ungkapkan kepada mantan suaminya itu.

“Aku? Kenapa?” tanya Mingyu. Ia sangat tahu saat ini Wonwoo sedang memikirkan sesuatu, tapi Mingyu tidak tahu apa yang sedang dipikirkan pria manis berkacamata yang masih menggenggam kain lengan bajunya.

“Kamu… Ngga mau nginep aja di sini?” tanya Wonwoo dengan suaranya yang pelan, sedikit meragu, namun, kalimatnya jelas dan Mingyu dapat mendengarnya dengan jelas.