His First Time
TW: explicit sexual mature content, foreplay, NSFW, kissing, rimming, handjob, blowjob, petting, dirty talk, romance, vanilla sex, etc.
Pria yang menggunakan jaket hitam dengan ritsleting hingga ujung, menutupi lehernya, dipadu dengan celana jeans yang robek pada bagian lutut dan sepatu sneakers-nya itu sudah berada di lantai 15 gedung perkantoran yang sangat ia kenali dengan logo perusahaan bertuliskan Be Model di setiap sudutnya.
Entah apa yang selanjutnya akan terjadi, Wonwoo sudah kehilangan akal sejak nama dengan tanda silang merah muncul di layar ponselnya saat ia sedang membayangkan pria tersebut menyentuh seluruh tubuhnya.
'Oh, damn my hormones!' rutuknya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu merapihkannya lagi.
Wonwoo kini sudah berada di depan pintu dengan ruangan yang berada paling ujung dan bertuliskan “President Director Kim Mingyu” di depan kaca gelap. Nama pria yang sudah 3 tahun ini ia kenal, nama yang selalu memporak-porandakan perasaan Wonwoo setiap ada orang lain menyebut namanya.
‘2 jam yang lalu gue bilang gue ngga siap ketemu Mingyu, dan saat ini gue ada di sini karena gue tiba-tiba horny. Shit!’ rutuknya dalam hati.
‘But, I couldn’t stop it right now.’ kata Wonwoo masih dalam hatinya, entah apa yang tidak bisa ia hentikan, rasa ia sangat ingin berada dijamah president director itu dan mendengar deru napas mereka yang tersenggal serta saling memanggil nama satu sama lain dalam nikmat, atau perasaannya yang selama ini ia tahan sendiri karena ia tahu pria di balik daun pintu yang berada hadapannya tidak akan pernah membalas cintanya karena mereka berdua memiliki gender yang sama dengan ketertarikan sex yang berbeda.
Wonwoo menetralkan napasnya yang terengah-engah, megetuk pintu di hadapannya pelan, dan mendengar suara sayup pria yang sangat ia rindukan, memintanya untuk masuk ke dalam ruangan itu.
“Sudah sampai?” kata pria yang masih duduk di kursi kerjanya, merapihkan kacamatanya ketika melihat pria manis sudah berjalan masuk dan berdiri tak jauh dari mejanya.
“Silahkan duduk.” ini terlalu formal, mereka selalu seformal ini, pria itu memang sedingin ini, Wonwoo sangat memahaminya.
“Berdiri — aku berdiri aja, Mas Mingyu.” satu-satunya yang memanggil pria dengan jabatan tinggi di Be Model itu dengan kata ‘Mas’ di awal sebelum namanya.
“Nanti kamu capek, Wonu.” dan hanya ia satu-satunya manusia yang diperbolehkan memanggil Wonwoo dengan panggilan kecilnya, Wonu. “Kamu baru sampai, pasti capek” lanjut pria itu.
'Untuk apa dia peduli? Sejak kapan?' Wonwoo masih terdiam.
“Kalau kamu berniat reject proposal photoshoot lingerie, aku ngga mau. I want it!.” bantah Wonwoo.
“No, and I will make it clear for you, the answer still no, forever.” tegas, nada suara itu terdengar sangat bold, setengah marah, dan Wonwoo tahu itu.
3 tahun memperhatikan pria di depannya ini dengan dekat, membuat Wonwoo mengetahui semua mood president director-nya itu, tapi tidak pernah mampu membaca hati pria tampan yang kini sedang menopang dagunya.
“This will be a good opportunity for me, mas, portofolio ku akan lebih beragam, ngga stop di aku yang selalu senyum manis atau bergaya fierce di depan kamera, tapi bisa menunjukkan sisi aku yang berani.” suaranya tidak kalah tegas.
“Why you so stubborn, Nu? Saya selalu berusaha memberikan dan memilihkan yang terbaik untuk kamu.” kata pria itu, si dia masih terduduk di singgasana-nya.
2 setengah tahun yang lalu, pria ini menggenggam tanganku dan membawaku ke dunia yang tidak pernah kuketahui, dunia permodelan yang tak hanya selalu melulu di depan kamera, disoroti lampu kamera dan bergaya sesuai dengan choreographer arahkan, tapi juga berjalan di dataran catwalk yang licin, yang selalu membuat jantung Wonwoo berdetak cepat karena excitement. “Kamu bisa, Won, jalan di atas sana, saya akan bawa kamu ke sana.” and he did it dengan semua yang ia miliki, waktu, uang, tahta, bahkan kehadirannya di setiap acara yang Wonwoo kunjungi. Semuanya, dan hal itu yang membuat my unrequited love untuknya tumbuh dengan sendirinya, sehingga aku tenggelam hingga ke dasar, jatuh terlalu dalam, dan tidak menemukan jalan untuk berlari keluar. Aku tidak bisa menghentikannya, aku tidak mau.
“Aku mau coba, mas.” kata Wonwoo, yakin.
“Kamu mau semua orang asing melihat tubuh kamu yang hanya berbalut bahan tipis? Bahkan mungkin tidak menutup kemungkinan semua akan terlihat di depan kamera.” dia kembali mengomel, “Kalau kamu memang ingin semua orang melihat tubuh kamu yang berharga, besok, saya akan menghubungi Seungkwan and I don’t care what happen next.” lanjutnya. Wonwoo terdiam, wajahnya meragu. Mingyu mampu melihat itu.
“Kenapa kamu tampak khawatir? Saya sudah setuju dengan omong kosong kamu.” ia melihat wajah manis Wonwoo dalam, menatap manik cantiknya. “Why? You not confident right now?” tantang Mingyu.
“Ngga, everything fits my style—” kata Wonwoo menggantungkan kalimatnya, memainkan jari jemarinya. “Tapi, aku mau kamu jadi orang pertama yang nilai, sebelum orang lain judge aku dengan sehelai kain.” Wonwoo mengeluarkan kalimatnya, mungkin ini efek wine yang sebelumnya ia minum.
‘Oh shit, I was nervous, gimana kalau dia nolak untuk liat gue dengan lingerie? I knew that I was speak nonsense. Gue kayaknya sudah hampir gila!’ rutuk Wonwoo dalam hati, ia bahkan tidak berani menatap wajah Mingyu saat mengatakannya, ia terlalu nervous untuk itu. ‘Gue mau Mas Mingyu menatap gue sebagai pria dewasa, pria yang memang pantas di sampingnya.’ dalam hatinya Wonwoo berkata.
“What have you said?” Mingyu terkejut, dan itu adalah hal yang normal. “Kamu mau saya lihat dan nilai kamu ketika menggunakan lingerie?” ulang pria tinggi itu. Wonwoo mengangguk malu, wajahnya bersemu.
“Then, show me.” Wonwoo membelalakkan matanya, ia tidak menyangka bahwa kalimatnya tersebut mendapat jawaban dengan 3 kata yang Mingyu ucapkan, hal itu sangat mengejutkan pria manis yang masih berdiri mematung di depan meja kerja Mingyu.
Pria yang masih terduduk itu menatap tajam ke arah Wonwoo, mengantisipasi apa yang ingin pria manis di hadapannya itu lakukan, sedangkan Wonwoo, kini jantungnya sudah berdetak lebih cepat, wajahnya semakin merona.
‘There’s no way out for this, kalau gue mundur sekarang, gue ngga akan pernah punya kesempatan lain karena 2nd chance never exist.’ Wonwoo bermonolog dalam hatinya.
Wonwoo membuka ritsleting jaketnya secara perlahan, menanggalkannya hingga terlihat jelas kain tipis berwarna putih renda lace see through dengan motif bunga yang menutupi dadanya tapi tidak di baliknya, nipples berwarna merah jambu itu tampak terlihat jelas di jarak Mingyu dan Wonwoo, tali tipis melingkar cantik di leher jenjang dan punggung mulusnya agar tidak terjatuh saat ia gunakan. Wonwoo salah tingkah, Mingyu membuka kacamatanya dan menopang dagunya dengan tangan yang terkepal, menatap tubuh atas pria di hadapannya.
Mingyu menatapnya dan berkata, “That’s it? Kalau kamu ragu-ragu seperti ini, pakai jaket kamu lagi, dan jangan pernah berharap saya akan setuju dengan ide kamu photoshoot menggunakan pakaian seperti ini, Wonu.” nadanya menantang pria di hadapannya dengan satu alis terangkat. “Saya ngga tau alasannya, why you forcing yourself to hard in front of me like this?”
‘It's all because I love you, you moron!’ rutuk Wonwoo. 'Fine, as you wish.' lanjut Wonwoo, memegang perut depannya, menyentuh kancing celana jeansnya.
Pria yang berprofesi sebagai model itu membuka celana jeans yang ia gunakan, kini paha mulus berbalut short pants renda lace yang tidak kalah tipis dari atasannya dengan warna dan motif yang sama sudah terpampang jelas, dan celana g-string putih tipis terlihat jelas menutupi kejantanannya yang sedari tadi terasa ingin menyapa dunia.
Pria tampan dengan taring yang mengintip dari jejeran gigi atas itu menyeringai, Wonwoo belum pernah melihat wajah itu, wajah tampan yang membuat darahnya mengalir deras — Mimik wajah yang semakin membuat Wonwoo semakin ingin memohon untuk diberi kenikmatan di dalam rengkuhannya.
Wonwoo masih terdiam, ia bingung harus ber-pose seperti apa saat ini, seakan keahliannya selama menjadi model 3 tahun itu lenyap seketika. Ia semakin salah tingkah. Mingyu menghampirinya, berjalan perlahan dengan busana kerja yang masih lengkap, berdiri di depan pria manis itu, menatap tubuh mulus putih Wonwoo dari atas hingga bawah, lalu kembali lagi, mengabsen satu-persatu tubuh sempurna pria di hadapannya.
“Stop looking at me!” pinta Wonwoo, Mingyu melangkahkan kakinya satu langkah ke hadapan Wonwoo.
“Saya sedang menilai kamu, as you wish.” suaranya sudah lebih hangat, walaupun bukan yang paling lembut, membuat Wonwoo terkejut, dadanya semakin berdegup lebih cepat.
Mingyu berjalan semakin mendekat ke arah Wonwoo, pria itu mematung. “Saya tidak tahu kalau kamu punya badan sebagus ini, this is more than my expectation.” kata Mingyu, senyum miringnya mengganggu kewarasan Wonwoo. “Kamu cantik, Wonu.” bisik Mingyu di daun telinga Wonwoo, mengelus rahangnya dengan jari telunjuknya menggoda, deru napasnya terdengar jelas, membuat bulu halus Wonwoo berdiri, ingin rasanya ia mendorong pria yang lebih besar itu ke atas kursi kerjanya, lalu duduk di lahunannya, menghentikan waktu, membiarkan pria itu menyentuh tubuhnya dan memberikan segala miliknya.
‘I couldn’t think of anything, dia semakin deket. I thought my heart is going to burst!’ Wonwoo bicara pada hatinya. 'Kim Mingyu, please stop!' lanjutnya merengek di dalam hatinya sembari memejamkan matanya.
Sembari tersenyum melihat pria di hadapannya, Mingyu mengelus rahang Wonwoo, membawanya lebih mendekat dan menyentuh bilah bibir ranum milik Wonwoo, passionate kiss dengan lidah yang saling bersilat, mengait, membuat saliva mereka tercampur menjadi satu, desahan pria yang lebih muda itu tertahan di dalam ciuman dalam itu. Kini Wonwoo sudah sangat mabuk akan ciuman panjang yang ia dan Mingyu lakukan. Mingyu menarik tubuh Wonwoo untuk mendekat, membawa kedua tangan pria cantik itu untuk memegang pinggangnya, sedangka si dia merengkuh lembut tubuh putih yang sudah tak berjarak, menyentuh pelan bagian belakang tubuh indah mulus pria yang lebih muda itu, mengabsennya dengan jari-jemari lembut hingga Wonwoo melenguh pelan yang teredam di bahu kekar Mingyu karena sensasi menggelitik.
“Oh, shit Wonwoo. I can’t believe this.” Mingyu menempatkan tangannya masuk ke dalam short pants yang digunakan Wonwoo, meremat kedua bongkahan sintalnya. “Kamu membuat saya menggila, Jeon Wonwoo.” lanjutnya, mengecup daun telinga pria yang baru saja ia panggil.
Pria tinggi dan tampan itu segera membuka suit-nya, melucuti dasi, kemeja panjangnya, lalu membuka celana bahannya yang berwarna senada dengan jasnya, hanya menyisakan celana brief yang dilingkari nama brand terkenal. Wonwoo mengatup mulutnya dan membelalakkan matanya, terkejut melihat tubuh kekar pria di hadapannya.
“Kenapa kaget?” tanya Mingyu, Wonwoo menggelengkan kepalanya ribut.
“Mas—” Mingyu mengangkat tubuh ramping pria di hadapannya yang masih menggunakan lingerie, menggendongnya bridal style menuju ke sebuah pintu, satu tempat yang tidak pernah Wonwoo lihat sebelumnya.
“I'll never let you go tonight, Wonu.” kalimat yakin yang diucapkan Mingyu, sama halnya dengan Wonwoo, ia juga tidak akan membiarkan atasannya itu pergi dari sisinya malam ini, ia ingin Mingyu tidak berhenti menyentuhnya, ia mau Mingyu mengerang sembari memanggil namanya.
Tidak perlu membohongi diri sendiri, Wonwoo memang sering membayangkan tubuhnya disentuh oleh Mingyu saat ia jerk off, tapi si dia ini tidak tahu bila hari itu akan datang menghampirinya — malam ini.
“Mas, aku bisa jalan.” rengek Wonwoo.
“Its okay, Kitty. Kamu ngga berat kok, lagi pula this is your first time, right? I will make it smooth and gently.” kata Mingyu. “I will make this a pleasant experience for you.” lanjutnya sembari berbisik dan mengecup pipi Wonwoo yang masih ada digendongannya. Pertama kalinya Wonwoo mendengar itu, dengan refleks ia kalungkan tangannya di leher Mingyu.
Mereka sudah memasuki ruangan yang berbeda dari ruangan kerja Mingyu yang ada di belakang sana, di dalam sini sudah ada tempat tidur king size dengan jendela besar yang terbuka tanpa tertutup korden, mengelilingi ruangan itu, ruangan dengan aroma woody yang sexy meruak disegala penjuru ruangan.
President director itu meletakkan Wonwoo dengan perlahan seolah ia adalah benda rapuh yang kapan saja bisa rusak. “Damn, kamu sexy banget.” kata Mingyu, meraba seluruh tubuh bagian depan Wonwoo dengan gerakan lembut, pria yang sudah terlentang di atas tempat tidur dengan seprai abu-abu muda itu bingung menanggapinya, ia hanya memanggil nama Mingyu dengan suara erotisnya efek dari sentuhan yang diberikan pria yang kini sudah ada di hadapannya.
“Why so tense? This cutie is getting tense too, Nu.” kata pria itu, memilin salah satu nipples Wonwoo dari luar lingerie yang masih menempel di tubuh Wonwoo.
“Ngghh— mas—” desah Wonwoo lalu menggigit bibir bawahnya. Pria yang merasakan rangsangan tersebut meregangkan dadanya, memberikan lebih banyak akses yang dapat Mingyu sentuh. Tubuh rampingnya yang membujur cantik dengan kedua tangannya yang meremat seprai karena sensasi aneh yang ia rasakan pada tonjolan dadanya, sentuhan Mingyu membuatnya kehilangan kesadaran dan diterbangkan ke langit — nikmat, Wonwoo menikmatinya.
“Moaning as you can, jangan ditahan, cantik.” pinta pria yang sudah mennghisap dan memainkan nipples Wonwoo dengan lidahnya dari luar kain tipis itu. “Saya mau mendengar desahan kamu.” lanjutnya sembari menjamah nipples Wonwoo lainnya, mencubitnya lembut, memberinya lebih banyak rangsangan.
‘His wet lips, his tounge. I don’t think I’ll ever get used to it, but, oh My God, it feels good.’
“Ah — ngghhhh—” Wonwoo merasakan gesekan kasar dari bahan kain yang ia gunakan bersamaan dengan gigitan serta hisapan Mingyu. “Oh— nghhh—” desahan demi desahan kembali mengisi ruangan. Wonwoo tak mampu menahannya, ia tak ingin lagi menahannya.
Tubuh Wonwoo memanas, kakinya melemah, ia semakin menginginkan pria yang 3 tahun ini ia cintai dalam diam untuk menjamahnya. Ingin rasanya ia menikmati ini lebih lama, saat seorang Kim Mingyu menikmati Jeon Wonwoo.
“Buka ya? I want to kiss all your naked body.” kata Mingyu, membantu Wonwoo untuk duduk, membuka pita yang tersimpul indah di leher dan punggungnya, membuang kain itu sembarang, mengecup leher Wonwoo, menggigitnya pelan hingga meninggalkan bekas tipis di sana. Napas berat Wonwoo memburu, kejantanannya sesak meminta untuk dibebaskan.
Pria ramping itu membuka lebar kakinya, membiarkan tubuh Mingyu yang sedang berlutut berada di tengahnya, mengaitkan kakinya dipinggang pria yang lebih tua 10 tahun darinya.
“I wanna eat you right now” kata Mingyu, membawa tangan Wonwoo ke lehernya, mengecup tangannya, kecupan yang menjalar ke lengan, lalu ke bahu Wonwoo, turun ke collarbones-nya, tangan Mingyu yang mengelus lembut gundukan Wonwoo yang sudah mengeras.
Pria tampan itu melepaskan kedua tangan dan kaki Wonwoo yang menggelayuti tubuhnya, iya kembali mengecupi tubuh halus itu, sesekali menjilatinya, “Do you know if your body is sweet, Kitty?” tanya Mingyu saat tangannya sudah meraba selangkangan indah Wonwoo yang masih berbalut kain tipis. “I love sweet” lanjut Mingyu.
“Unghh— Ahh—” desahan Wonwoo saat Mingyu mengelus gundukan yang sudah mengeras dari luar kain tipis yang ia gunakan.
“Do you like it?” tanya Mingyu, perlahan-lahan menelusupkan satu demi satu jarinya melalui sela kain yang digunakan Wonwoo. Wonwoo menggila, rasa menggelitik membuat napsunya semakin tak tertahan.
“Ngghhh—” hanya lenguhan erotis yang mampu keluar dari bibir tipisnya, iya, tentu saja ia menyukainya, ini adalah salah satu mimpinya.
Mingyu menurunkan posisi badannya, menggigit kain renda lace yang digunakan Wonwoo, dan menanggalkan g-string pria di bawahnya yang tampak sudah tak sabar untuk membebaskan miliknya. Kini pria berkulit tan itu sudah dapat melihat jelas kejantanan pria yang lebih muda sudah berdiri dan mengeluarkan cairan pre-cum-nya.
“So cute.” ucapnya, lalu memasukkan benda tak bertulang itu ke dalam rongga mulutnya, memainkannya di dalam sana.
“Ahhng— Kim Mingyuu— nghhh—” kini desahan Wonwoo sudah tidak karuan, rasa hangatnya rongga Mingyu yang memanjakan kejantanannya, basahnya saliva pria tampan itu yang membaluri benda yang semakin mengeras, lembutnya rematan tangan besar itu pada kedua testicles-nya, Wonwoo tidak sanggup menahan nikmatnya. Ia mengulat, mengerang nikmat, membusurkan tubuhnya cantik, membuat Mingyu ingin lebih ingin menyiksanya.
Belum selesai dengan mouth job-nya, Mingyu mengelus pinggiran lubang mengerut milik Wonwoo yang terasa berkedut dengan gerakan memutar.
“Oh My God — Shit — nghhh — so good, aaahh — Gyuu—” Wonwoo menelan ludahnya kasar, berteriak, merintih nikmat, Mingyu semakin menikmatinya. Badannya semakin memanas, tubuhnya mengeluarkan peluh, AC di ruangan itu tidak membantunya sama sekali.
“Look at you, Kitty, your dick is so tense, your hole is twitching.” kata Mingyu menggoda Wonwoo dengan menyunggingkan senyumnya ketika melihat wajah pria yang terlentang itu bersemu merah, memalingkan wajahnya dan menutup bibirnya karena malu.
Sexy, hanya itu yang Wonwoo tahu, pria yang sedang menatap seluruh tubuhnya saat ini sangat sexy dan tampan, hingga tubuhnya seakan lebih panas lagi. Tubuhnya lengket, berkeringat.
“What a lovely sight.” kata Mingyu sembari memasukkan satu jarinya ke dalam lubang merah jambu Wonwoo yang sedari tadi sudah berkedut saat ia menggodanya. Wonwoo membelalakkan matanya terkejut, berteriak dan mendesah tak karuan. Rasa aneh ini adalah hal baru baginya, sebuah jari yang sedikit gemuk itu memasuki lubangnya dan bermain-main di dalam sana.
“Ha!!! Nggghhhh—” ketika pria yang lebih tua sudah menambahkan jarinya di bawah sana, dengan ibu jari yang tidak bisa diam dan bercanda dengan testicle Wonwoo yang membuat pria di bawah sana merasakan tubuhnya seperti sedang diserang rasa nikmat bertubi-tubi.
Mingyu lalu mendekati tubuh mereka, ia kemudian memanjakan kedua gundukan merah muda di dada pria itu yang sudah sangat menegang, kembali menjilatinya, menghisapnya dan sesekali menggigitnya gemas.
“Gyu—” panggil Wonwoo.
“Hmm?” tanyanya yang masih sibuk bermain di dada Wonwoo, dengan jari-jari yang sudah mengacak lubangnya.
“Mmmff— Nghhh— I want to come — Ahhh!” Mingyu semakin menusuk dan memberikan gestur memutar di dalam lubang Wonwoo, menginvasi dinding-dindingnya dan menggempur titik sensitifnya saat pria berumur 24 tahun itu mengatakan “Mhhmm there!!* dengan erangan yang keras, menandakan dia sangat menikmati ketika titik itu disentuh.
Milik Wonwoo sudah menegang sempurna dan siap untuk mengeluarkan isinya, Mingyu mengeluarkan jarinya kasar dan memijat benda keras tersebut dengan cepat, mencium pria di bawahnya itu dalam hingga lidah mereka bertautan, berusaha untuk saling mendominasi. Wonwoo mengerang panjang ketika cairan semen-nya keluar bebas hingga mengotori perutnya, serta perut dan tangan Mingyu.
'It feels good, I couldn't my self to my own senses. I was drowning in his touch. Mingyu, I want you more— I want more. Please fill me with yours.' kata Wonwoo dalam hati, mereka masih memperdalam ciuman, semakin menuntut, bunyi kecapan yang mengisi seluruh ruangan, bahkan mereka tidak memperdulikan Wonwoo yang sudah mendapatkan pelepasan pertamanya.
Can't breathe, mereka kehabisan O2 dan melepaskan tautan itu perlahan, dengan benang saliva yang masih tersisa, Wonwoo yang sudah penuh dengan peluh, badan yang lengket, begitupun Mingyu.
“Gyuu— aahh!” suara erotis itu muncul tanpa Wonwoo harapkan saat Mingyu kembali menggigit perpotongan lehernya yang jenjang.
Mingyu menatap manik rubah pria itu, Wonwoo mendorongnya hingga pria besar itu terlentang, pria dengan badan atletis itu pasrah dan membiarkan si pria cantik itu menaiki tubuhnya, duduk di perutnya, menunggingkan badannya dan memegang kejantanan Mingyu yang sudah mengeras sedari tadi, memjitanya pelan — memasukkannya ke dalam mulut kecilnya, memberikan hands job dan blowjob bergantian. Pria tampan itu tersenyum miring saat melihat kedua benda sintal Wonwoo di hadapannya.
“69 sex position? I won't let you rest tonight.” kata Mingyu, memegang pinggul pria yang ada di atasnya dan mendekati lubang yang sedikit basah karena ulahnya tadi dan menjilatinya dinding dalam lubang itu, menyelam di sana, sesekali memukul pelan benda sintal itu.
Wonwoo mendesah saat mulutnya penuh oleh kejantanan Mingyu, “Mhmmm— mmhmm—” desahan yang semakin erotis, sembari mendorong pinggulnya.
'Mingyu, depeer!!' pinta Wonwoo dalam hatinya.
“Ahh!! Jeon Wonwoo—” erang Mingyu memanggil nama pria itu, Wonwoo tersenyum senang dan kembali memanjakan kejantanan Mingyu.
“Ahhngg!!” Wonwoo mendesah ketika Mingyu benar-benar memasukkan lidahnya lebih dalam dan si dia kembali menenggelamkan milik Mingyu ke dalam rongga hangatnya dan dengan penuh napsu memanjakan milik Mingyu. Erangan dan desahan yang semakin lama semakin berisik mengisi ruangan istirahat Mingyu.
Mingyu memanggil nama Wonwoo panjang saat mendapatkan pelepasan pertamanya yang keluar di dalam mulut pria yang berada di atasnya hingga mengalir keluar bercampur dengan salivanya. Wonwoo sudah mencapai puncak keduanya ketika Mingyu memasuki lubangnya kembali yang masih menjilati tubuh bagian bahwa mulusnya. Wonwoo trembling.
Mereka belum selesai, Pria yang lebih tua membawa tubuh Wonwoo ke sampingnya, lalu memeluknya, mencium berkali-kali perpotongan leher Wonwoo yang masih terengah-engah.
“Hang in there, even if it hurts a little. Breathe— Spread your legs wider. Perjalanan kita masih panjang, Kitty.” kata Mingyu saat kejantanannya kembali berdiri.
'He's body driving me crazy, the smell of his sweat makes me unable to think anymore.' kata Mingyu dalam hatinya.
Their brains freeze from lust.
Pria yang lebih tua itu menghantam spot sensitif Wonwoo berkali-kali dengan ketiga jarinya, hingga Wonwoo merasakan dirinya akan gila saat itu juga. Dengan kedua jari yang masih di dalam lubang milik pria ramping itu, Minggu memberikan gestur menggunting sebelum ia menggoda lubang yang sudah berkedut tak karuan itu dengan kepala penis-nya.
Wonwoo sudah terlentang dan menuruti semua perintah Mingyu, bernapas, membuka lebar kedua kakinya, dan membiarkan kejantanan Mingyu memasuki lubangnya, lalu menekan hingga lubang kecil itu sudah melahap semua benda kenyal berurat yang disambut dengan erangan panjang dan air mata yang keluar dari manik rubah cantik yang berada di bawah. Panas, tubuh mereka berdua semakin berkeringat. President Director and his passion memasukkan lalu mengeluarkan kejantanannya dengan tempo sedang, dan desahan Wonwoo sebagai backsound-nya.
Mingyu masih menggoyangkan pinggulnya, mendekatkan dada mereka untuk saling berbagi keringat yang keluar dari kulit mereka, mengelus surai Wonwoo yang sudah basah karena peluh, mencium bibirnya dalam. “You'll get used to this soon. Inikan yang kamu mau Wonwoo — ahg! — melakukan semua ini dengan saya? Isn't that right?” deru napas Mingyu di wajah Wonwoo.
“Ngghh — haa — ahhh!! — ngghhhh!” hanya itu yang mamppu Wonwoo ucapkan untuk menjawab pertanyaan pria yang semakin memperdalam dan mempercepat temponya.
They feel in pleasure. Strange wet sounds grew louder and louder. The bed was a mess and they're getting excited. Hot bodies.
Mereka mendapati puncak kenikmatan mereka secara bersamaan dengan erangan yang panjang — untuk kesekian kalinya. Namun, Mingyu seakan tidak bisa berhenti, ia terus menggempur lubang Wonwoo lagi dan lagi, doggy style, missionary position, all.
Wonwoo menikmati semuanya, 'his gentleness, I felt like I was going to lose my mind.' gumam Wonwoo di dalam hatinya.
Kini Wonwoo sudah duduk di atas tubuh pria yang menjadi crush-nya selama 3 tahun belakangan ini, menenggelamkan kejantanan pria itu ke dalam lubangnya, menaik-turunkan pinggulnya dengan spontan, mendesah erotis memanggil nama Mingyu dan pria yang dipanggil menjawab panggilannya dengan mendesahkan nama Wonwoo. Salah satu bucket list-nya — Checked.
“Mas — aaahhh — I can't anymore” kata Wonwoo mereka sudah berkali-kali mengeluarkan putih mereka hingga mengotori tubuh, tempat tidur, dan sekitarnya.
“We're almost there, cantik.” kata Mingyu, Wonwoo sudah duduk dilahunannya, hanya saja mereka belum melepaskan penyatuan mereka di bawah sana, tangan Mingyu dipinggang Wonwoo dan membantu menaik-turunkan tubuhnya yang sudah kehabisan tenaganya. Semakin cepat.
“Tubuh aku aneh, Ming — aahh!! nnnn ngggghh!!” erangan berisik yang sudah seperti alunan melodi malam ini.
“Kamu yang mau, Kitty. Then see this to the end. Aku ngga bisa — ngg — berhenti sekarang.” kata Mingyu, semakin dalam menusuk prostat Wonwoo semakin dalam.
Wonwoo only can moan, his voice is hoarse, his body is exhausted, a strange feeling of pleasure
Mereka melakukannya hingga hari berganti, matahari sudah hampir naik dari timur. Mingyu masih mendominasi tubuh Wonwoo, sucking, moaning and panting saling memberi apa yang mereka miliki hingga mereka lelah dan tertidur, pria tampan itu memeluk Wonwoo dari belakang dengan tautan yang belum terlepas di bawah sana, di atas tempat tidur yang kotor, tubuh yang lembab dan kelelahan, memejamkan mata mereka, saling menenangkan.