How About Us? đź’«


part of Reunited Universe

Wonwoo lagi merapihkan meja makan saat dia menerima pesan bahwa pria yang dia tunggu mengetik 'Okay, sebelum beneran imoji hugs see you!'. Senyuman terpatri diwajahnya, dan dia mulai menata hidangan di atas meja itu.

Tingtong! Bel apartementnya berbunyi, pria dengan surai cokelat gelap itu berjalan menuju arah intercom dan memastikan bahwa orang di balik daun pintu adalah pria yang daritadi ia tunggu. Senyumnya mengembang sambil membukakan pintu apartmentnya.

“Tara!!! Pringles 5 rasa!” masih pringles lho yang pria itu bahas. Wonwoo terkekeh dan mengambil tas belanjaan yang dibawa Mingyu. “Iya deh, Pringles 5 rasa. Makasih ya, Ka.” kata sang pemilik apartement sambil berjalan menuju dapur dan menyimpan jajanan yang terdapat di tas belanja ke dalam lemari stok snacks-nya.

“Ini kamu iseng banget sih beli bubur Kwang Tung.” celoteh Mingyu sambil tersenyum sambil mengambil gelas dan minumnya sendiri di dapur. Lihatkan? Bagaimana dia mengimpretasikan kalimat 'anggep aja di rumah sendiri', padahal Wonwoo ga bilang.

“Duduk minumnya, Ka. Jangan sambil berdiri.” pinta Wonwoo yang kini sudah duduk di meja makan, pria yang menggunakan kemeja berbahan flannel itupun menurut dan uduk di hadapan Wonwoo. Pikiran Mingyu kali ini tidak sedang ada di sana, dia berfikir gimana caranya untuk mulai menyatakan perasaannya pada Wonwoo, 'Nanti aja? Apa sekarang? Dia udah baik-baik belum ya? Gue tuh udah bisa masuk belum ya? Gemes pengen peluk. Hah! Pengen cium, kenapa bibirnya pink bgt hari ini? Atau emang dari dulu? Cangtip banget sih Ya Allah, jadi milikku dong kamu!' dumelnya dalam hati sambil melihat ke arah Wonwoo yang matanya masih sedikit bengkak.

“Kenapa?” tanya Wonwoo tiba-tiba membuyarkan lamunan Mingyu.

“Apa Dek yang kenapa?” tanya Mingyu balik, mulai mengatur detak jantungnya.

“Aku nanya kok ditanya balik?” senyum pria itu hingga mata rubahnya menghilang, 'masih lucu aja' ucap Mingyu dalam hati, dilanjutkan lagi dengan pertanyaan Wonwoo, “Kenapa kamu bengong?”

“Hah? Oh.. itu mata kamu udah agak kempes, sempet kamu kompres?” tanya Mingyu, mengalihkan topik.

“Udah, tapi sendoknya aku balikin ke kulkas, biar nanti sebelum tidur aku bisa kompres lagi.” jawabnya.

“Pinter.” kata Mingyu sambil mengacak surai Wonwoo. Pria yang lebih muda itu sedikit kaget, belum siap. Tapi, mencoba menenangkan hati, 'biasain lagi, Nu. Biasain lagi.' ucapnya dalam hati seperti mantra.

“Ini kamu sakit? Kok kita makan bubur?” tanya Mingyu lagi sambil menyendoki bubur ke dalam mangkoknya.

“Kan kamu ga mungkin makan nasi atau lauk-lauk yang berat lagi, tadi udah makan kan?” lontar Wonwoo memberikan alasan.

“Buburkan sama aja nasi.” ucap Mingyu setelah menelan makanannya.

“Tapikan banyak airnya, paling kamu kembung.” jawab Wonwoo sambil tertawa renyah yang ditemani oleh tawa Mingyu. Mereka berduapun menikmati makan malam bersama sambil berbincang hangat sambil bertanya ini itu. Hari ini hati mereka terasa hangat kembali.


Setelah makan malam, Mingyu duduk di sofa yang berhadapan dengan TV, menyalakan TV dan mencari channel yang bisa ditonton di jam setengah 9 malam.

“Kamu besok ga kerja, Ka?” Tanya Wonwoo yang duduk di sebelahnya sambil memberikan teh hangat kepada si Kakak yang sedang sibuk sendiri mencari program TV.

“Kerja kok. Nanti aku pulang pas kamu tidur.” Jawabnya santai sambil sesekali menenggak teh hangat tadi.

“Dek/Ka” ucap mereka berbarengan.

“Lah bareng, aku duluan aja!” kata Mingyu, Wonwoo terdiam mendengar ucapan dari kaka kelasnya itu, Mingyu itu ngga seperti pria lain yang bakal membiarkan orang ngomong duluan, kalau kejadian manggil barengan kaya tadi, kalau orang normal pasti ada salah satu yang bilang 'Kamu duluan aja' tapi tidak dengan Kim Mingyu.

“Hati kamu gimana sekarang?” tanyanya pelan, “Udah bisa maafin diri kamu sendiri?” lanjutnya, sambil mematikan TV yang dari tadi ia utak atik. Hawanya jadi serius.

Wonwoo terdiam, kemudian menatap Mingyu, “Memang kamu ngga nyesel, Kak dengan apa yang udah terjadi?”

“Nyesel bagian yang mana?” jawab Mingyu, “Part aku ngabisin 2 tahun sama kamu, ngabisin waktu sama kamu, jadi punya kamu, jadi yang pertama untuk segalanya buat kamu atau nyesel belum pernah jadi pacar pertama kamu?” tanya Mingyu, dibalas dengan anggukan pria di sebelahnya.

“Sayangnya aku ga pernah nyesel ambil keputusan itu, yang aku seselin cuma terlambat jadiin kamu pacar aku dan terlambat bilang jujur sama abang, sisanya, aku beneran ga pernah nyesel.” jawab Mingyu yakin. “Karena, Dek.. Cinta ngga pernah salah kan? Cuma waktunya aja yang ngga tepat saat itu, aku egois bgt ga bisa nunggu kamu. Ya emang udah ngga bisa nunggu kamu lagi, kalau aku nunggu kayaknya aku ga akan punya kesempatan ngasih tau kamu kalau aku beneran sayang sama kamu.” ucap Mingyu dengan menatap ke arah Wonwoo yang sekarang sedang memilin ujung kaos putih kebesarannya sambil menunduk.

“Aku yakin seratus persen kalau abang denger ucapan maaf aku, ucapan maaf kamu, dia tau banget betapa nyeselnya kita. Aku nyesel, kamu nyesel. Aku yakin banget abang pasti maafin kita karena kita udah jujur sama dia dan diri kita sendiri. Aku kenal abang banget.” kata Mingyu, mencoba meyakinkan.

Air mata mulai jatuh dari mata Wonwoo, “Tapi, ka-ya be-lum af-dol ka-lau a-ku ga de-nger sen-di-ri.” jawab Wonwoo, terpata-patah, nangis lagi sambil sesenggukan kali ini. Mingyu langsung menggeser duduknya dan memeluk pria yang dia sayang itu. 'Hh.. Gimana caranya, Nu?' tanya Mingyu dalam hati, mengelus pelan punggung Wonwoo.

“Udah ya.. Udah dong, kamu seharian ini nangis terus.” kata Mingyu. “Apa ngga capek? Nanti abis air matanya.” Lanjut Mingyu lagi, masih memeluknya.

“A-ku.. ma-sih sa-ya-ng ka-ka, ta-pi a-ku ga pan-tes.” Jawab Wonwoo masih terpata-patah.

“Siapa yang nilai pantes atau ngga pantes?” tanya Mingyu memutar badan Wonwoo ke arahnya.

“A-ku.” jawabnya.

“Kamu mau memantaskan diri lagi buat aku disaat kamu udah pantes buat bahagia?” tanya Mingyu.

“Dua tahun tuh cukup lama lho, kamu mau sampe kapan? Aku ga mau terlambat lagi, Wonwoo. Cukup sekali waktu itu, aku ga mau terlambat lagi.” jujur Mingyu, yang kemudian mengambil badan pria yang lebih kecil darinya itu ke dalam pelukannya. Erat, dia memeluknya erat seakan tidak ingin kehilangan lagi. Wonwoo masih terdiam.

“Ya udah, kalau kamu maunya begitu, belum bisa balik ke aku karena masih ga enak sama abang. Aku tungguin kamu sampe kamu yang dateng sendiri ke aku saat udah siap, gimana?” tawar Mingyu. Mungkin ini pilihan yang tepat untuk mereka, pikir Mingyu. Mingyu menyadari Wonwoo mengeratkan pelukannya, dan mengangguk pelan dan berkata, “Iya, kak.”

Kalau ditanya perasaan Mingyu setelah kejadian na'as dulu, dia bukannya tidak menyesal atas kejadian itu, tapi, dia mencoba berdamai dengan hatinya, dengan keadaan, dia meminta maaf setiap hari dalam doanya, dia mencoba untuk mengikhlaskan. 'Yang hidup harus tetap menjalani hidupnya kan? Yang hidup harus tetap merasakan kebahagiaan untuk tetap hidup kan?' gumamnya setiap hari, seperti mantra dan dia yakin, Seungcheol pun akan setuju dengannya.