I Want to Watch You


tw: canon au, masturbasi, harsh word, video sex, toy sex, NSFW content.

Sudah hampir dua minggu ini Wonwoo seringkali ditinggal sendirian oleh Mingyu di apartemen mereka karena banyaknya kegiatan individual yang pria tampan itu ambil, sedangkan selain berlatih, dan rekaman Wonwoo tidak memiliki kegiatan lain belakangan ini. Jadi, sepulang dari studio pria bermanik rubah itu langsung diantar manager ke apartemennya.

“Di mana, Mingyu? Kapan pulang?” pertanyaan possessive yang Wonwoo kirimkan dari satu jam yang lalu di private room chat mereka berdua, belum ada balasan.

Dengan rasa bosan yang menggerogotinya, Wonwoo mengambil satu kamera Leica M10-P White miliknya, dan melihat-lihat isinya. Matanya sontak terkejut ketika melihat salah satu video yang ada di camera tersebut. Suara desahannya dan erangan Mingyu terdengar jelas dari kamera limited edition itu. Jantung Wonwoo berdetak lebih kencang ketika terdengar suara Mingyu memujinya di atas ranjang apartemen mereka.

“Aaah— kamu sexy banget, Nu!” kata Mingyu dalam erangannya sembari menggoyangkan pinggulnya acak saat kejantanannya sudah utuh masuk ke dalam lubang Wonwoo.

Wajah Wonwoo kini memerah ketika melihat betapa jelasnya tubuh lembab sawo matang Mingyu yang sexy itu sedang mendesak lubangnya berkali-kali, bayangannya kembali ke malam saat mereka sedang merekam video yang sedang ditontonnya.

“Aaahh— Gyu, lebih kenceng!” kata Wonwoo di dalam video memohon, “Ancurin aku!” pinta pria berkulit putih itu yang tidak terlapisi sehelai kainpun di sana.

Telinga Wonwoo memerah, segera ia matikan kameranya. Si dia yang manis bermanik rubah itu kini merasakan ada yang aneh dalam tubuhnya. Ia mencoba untuk mengacuhkannya dengan masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya, mencoba untuk memejamkan kedua matanya. Bukannya lebih tenang, justru darahnya semakin berdesir, jantungnya berdetak kencang, dan yang ia rasakan ada sesuatu yang bangun di bawah sana.

“Ah, Mingyu sialan!” omelnya sembari melempar acak bantal tidur miliknya.

Tentu saja Wonwoo marah, bukannya tenang saat mengejapkan matanya, ia malah membayangkan tubuh lembab Mingyu dan wangi pria tampan itu yang sudah bercampur dengan keringat tertinggal di tempat tidur milik mereka berdua.

Suhu diruangan yang biasanya terasa pas-pas saja malah terasa panas malam ini, Wonwoo menurunkan temperature-nya, dan nihil, tubuhnya malah semakin panas dan kejantanannya semakin meminta untuk disentuh. Ia memeluk bantal milik Mingyu, menghirupnya dalam-dalam dan membayangkan Mingyu sedang memanjakan penis-nya. Wonwoo mendesah pelan, namun, hanya berlangsung sebentar karena tangan lentiknya tak mampu menggantikan jari jemari gemuk Mingyu yang mampu memanjakan tubuhnya hingga ia mampu menggelinjang nakal.

Wonwoo membuka salah satu pintu di ruang kamar yang berisikan baju miliknya dan Mingyu. Tatapan mata si manis itu langsung tertuju pada sebuah kotak berukuran sedang, ia segera menghampiri dan membuka persegi panjang bervolume itu, dan tersenyum.

Pria manis itu menanggalkan celana boxer dan underware-nya tanpa dipinta oleh siapapun, lalu membalurkan lubricant pada benda silicone kecil di tangannya dan mulai menghidupkan vibrator benda itu, perlahan, mencari volume yang tepat.

Wonwoo naik kembali ke atas tempat tidur, memasukkan benda silicone bulat itu, “Aaahng!! Mingyuu—” Pria bermanik rubah itu mendesahkan nama pria yang membuatnya gelisah saat butt plug ungu sudah masuk dan bergerak di dinding dubur-nya. Pinggulnya bergoyang, dan tangannya mulai memainkan penisnya yang sudah mulai kembali mengeras perlahan.

Si dia yang bermanik rubah itu hanya tak sadar sedari tadi bahwa sudah ada seorang pria yang masuk ke apartemen mereka dan sedikit berlari kaget ketika mendengar namanya dipanggil dari dalam kamar. Namun ia terkejut melihat pemandangan indah di depannya, hingga ia mengurungkan niatnya untuk interupsi, bukannya menghampiri Wonwoo, ia malah menyilangkan tangannya di dada dan bersandar di daun pintu yang terbuka lebar, menatap pria yang sedang asyik sendiri dengan mainannya.

“Enak, Nu?” tanya pria tampan tinggi itu dari posisinya saat melihat Wonwoo sedang menunggingkan bagian bawah tubuhnya. Yang dipanggil tentu terkejut.

“Huh?” Wonwoo membalikkan tubuhnya dan melihat pria yang ada dipikiran kotornya sudah berada di satu atap yang sama dengannya.

“Hmm?” tanya Mingyu — pria yang sedari tadi memperhatikan kakak kesayangannya itu bermain sendiri atas tempat tidur — sembari mengangkat satu alisnya.

“Ih sini! Kok kamu lama, aku udah sange banget, Mingyu!” omel Wonwoo disela desahannya.

“Terus, aku harus ngapain?” tanya Mingyu, masih dari posisinya.

“Bantuin, please, mau dimainin kamu.” Wonwoo meminta dengan desahannya. Mingyu jujur saja sangat tergoda, jangan ditanya lagi apa kabar dengan kejantanannya yang mulai excited ketika melihat pemandangan dari tempat tidurnya.

Stay there!” pinta Mingyu, entah mengapa Wonwoo tidak bergerak dari tempatnya, hanya menurut.

Mingyu kemudian ke ruang tengah, mengambil kamera putih yang tadi Wonwoo tinggalkan, dan si dia segera membawa benda kotak tersebut ke tempat pria yang memanggil-manggil namanya penuh dengan nafsu.

Pria dengan dua canine-tooth di jajaran gigi atasnya itu tersenyum dan berjalan menuju ke tempat tidur mereka berdua sembari menekan play record di sana. “Lanjutin, sayang, aku mau liat kamu pegang ini sendiri.” kata Mingyu sembari memegang kejantanan Wonwoo yang sudah mengeras. Pria manis itu melenguh manja.

“Gimana rasanya, sayang?” tanya Mingyu saat jemarinya menekan pelan butt plug Wonwoo sembari tersenyum Miring.

“Aaaaahng—” desahan panjang keluar dari bibir Wonwoo.

Mingyu berjalan mundur, dengan kamera yang masih merekam setiap gerak-gerik Wonwoo, ia mengambil kursi hitam yang ada di kamar mereka dan duduk dengan kakinya yang terbuka lebar, memamerkan ke pria yang lebih tua setahun darinya itu bahwa miliknya pun sudah menggunung di balik celana pendek hitamnya.

“Kamu boleh naik ke sini setelah kamu cum with your own, I will pamper you.” janji Mingyu lagi sembari menepuk pahanya.

“Terus?” tantang Wonwoo, yang masih menggerakkan pinggulnya gelisah, tubuhnya sudah lembab sedari tadi. Ia sungguh kepanasan.

“Aku kangen banget rhimming kamu.” kata Mingyu seraya menjulurkan lidahnya, memperlihatkan gestur seolah ia sedang menjilati lubang Wonwoo.

Wonwoo tahu apa yang menantinya akan sangat memuaskan hawa nafsunya, ia pun mulai bergerak perlahan. Mingyu dan kamera putih ditangannya lah yang menjadi saksi betapa memesonanya Wonwoo ketika jari-jemari lentiknya memanjakan tubuhnya sendiri dengan mendesahkan nama Mingyu terus menerus hingga cairan putihnya keluar dan mengotori t-shirt oversized berwarna hitam yang ia pakai.

END