Berbaikan dengan Keadaan


Jarum jam pendek sudah diangka 9 dan jarum panjangnya sudah diangka 6 dijam kecil yang terdapat di atas meja kerja Wonwoo. Bukan tidak menggunakan jam ditangan, namun, dia lebih senang mendengar dentingan jarum detik demi detiknya. Dia masih di sana, di kursi kerja miliknya yang sudah beberapa jam dia duduki dengan posesif.

Membalikan badan untuk melihat jalanan kota daerah Kebayoran yang masih sedikit padat dan lampu-lampu gedung yang cerah memancarkan cahayanya. Dia masih di situ, mengerjakan pekerjaannya yang seharusnya masih bisa dilanjut besok, tanpa seorangpun di kantor selain dia dan pria keturunan Prancis yang selalu dia dan Jun panggil Pak Botak, CFO di kantornya yang lebih sering terlihat di kantor dibandingkan pulang lebih dulu.

Sudah 5menit dia menatap nanar ke luar jendela kantornya yang super besar, lalu dia tersenyum, berdiri dan mengemasi barangnya.

“Go home, Won?” sapa Pak Botak saat dia melewati meja Wonwoo.

“Yes, sir. It's already late.” Jawabnya, datar. Seperti biasa.

“Okay then, take care.” ya, logat Prancisnya yang dikeluarkan untuk berbahasa Inggris memang membuat spell Inggrisnya terasa samar.

“Thanks, Sir. You too.” Jawab Wonwoo sambil mengibaskan rambutnya dan berjalan menghilang menuju ke arah lift dan meninggalkan CFOnya sendirian di lantai itu.

Menekan angka 1 adalah wajib hukumnya sampe ke lobby, dan dilanjutkan dengan lift di sisi lain untuk menuju area parkiran, tapi tidak dengan Wonwoo malam ini, dia tidak membawa mobil, tadi pagi dia dijemput oleh Jun karena harus meeting di daerah Kuningan.

Wonwoo terdiam sejenak sembari tangannya scroll-scroll jempolnya, dia berfikir sambil mengecek pekerjaannya sesekali. Tak lama, seseorang menyapanya “Nu?” otomatis yang namanya disebutkan itu kaget, karena sudah tidak ada siapa-siapa lagi di lobby selain dia dan satpam.

“Hah?” ya Tuhan, hampir aja dia melompat.

“Hahaha..” tawa renyah pria di seberangnya yang berjarak tidak lebih dari 1 meter.

“Sorry. Kaget ya?” tanyanya masih tersenyum sesekali mengulum bibir bawahnya, manahan tawa.

“Ngga sih, cuma heran aja masih ada yang manggil, udah malem.” Kemudian dia membuka lagi mulutnya “Lo... kerja di sini, Ka?” tanya Wonwoo sedikit kaget karena baru sadar pria di depannya menggunakan kartu akses khusus karyawan di gedung ini dan baru saja pulang tidak seperti habis bertemu klien, tidak berantakan tapi tidak rapih juga keadaannya malam ini.

“Dari tahun lalu kali, almost 7 months I guess.” jawabnya santai. “Kita ga pernah ketemu aja ya kalau jam makan siang? Hehe” kata pria itu sambil memegang tengkuknya, salting.

“Iya sih, aku eh gue jarang turun pas makan siang.” jawab Wonwoo. 'Tuhan, hilangkan kecanggungan ini, please' teriak pria yang hari ini mengenakan kemeja biru laut dengan tangan kemeja yang digulung sampai siku dan celana jeans yang robek sana sini di area lutut dari dalam hatinya. Mingyu sedikit memperhatikan gaya adik kelasnya ini. Manisnya, kharismanya, cantiknya, semua dibalut jadi satu, ya menjadi manusia di depannya ini.

“Mau balik?” tanya Mingyu mencoba mengurangi kecanggungan lagi dan lagi yang selalu terjadi diantara mereka. Yang ditanya hanya menganggukan kepala. “Mau pulang bareng gue, dek?” Tanya Mingyu lagi. Wonwoo sedikit kaget dan memalingkan mukanya dari arah lantai, dan langsung menatap Mingyu. “Kalau mau aja, there is no compulsion at all. Bebas. Mau hayuk ikut ke parkiran, ngga yasudah.” sambungnya lagi dengan cepat berharap Wonwoo tidak memikirkan hal yang tidak-tidak terhadapnya, seperti, dia akan menculik dirinya.

“Ke arah apart gue dari sini lumayan lho!” tantang Wonwoo. Emang sih agak muter dan Mingyu tau itu, sangat tau.

“Ga apa, ikhlas kok gue.” Jawabnya sambil nyengir dan memamerkan gigi taringnya yang selama ini Wonwoo rindukan.

“Okay kalau gitu. Parkir di mana?” tanya Wonwoo bergerak, yang diikuti oleh pria bermarga Kim itu.


Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Sesampainya di apart Wonwoo, Mingyu langsung pulang? Tentu saja tidak, Wonwoo mengajaknya mampir untuk minum kopi, agar di jalan pulang nanti Mingyu tidak ngantuk lantaran dia harus menyetir sendiri, kalau saat ini mereka masih ada di 6 tahun yang lalu, mungkin pria bermarga Jeon ini sudah memaksa kakak kelasnya untuk tidur di apartementnya hingga esok pagi. Tapi sayangnya, ini 2020 bukan 2014 di mana ada rasa canggung antara keduanya berada di ruangan tertutup milik Wonwoo, seperti sekarang.

“Banyak yang berubah ternyata.” Kata pria yang duduk di sofa abu-abu milik Wonwoo sambil membuka jas navy yang ia gunakan sedari pagi. Kalimat yang mungkin mampu memecahkan hening antara keduanya. Wonwoo mendengarnya dari arah meja makan, karena kini dia sekarang sedang membuat kopi untuk pria itu.

“Apartmentnya yang berubah, yang nempatin masih sama, Ka.” kata Wonwoo sambil melangkahkan kakinya ke arah sofa tempat Mingyu terduduk sambil membawakan gelas kopi panas untuk Mingyu dan teh hangat untuknya kemudian duduk di sebelah Mingyu, tidak terlalu jauh namun tidak bisa dikatan mereka duduk berdekatan.

“Masih minum susu sebelum tidur?” tanya Mingyu sambil menyesap kopi panas ditangannya.

“Ga setiap hari, kalau ga bisa tidur aja.” jawab Wonwoo sambil melihat TVnya yang sedari tadi tidak mereka nyalakan. Kini mereka mulai tampak lebih santai, dibandingkan dengan pertama bertemu di pantai waktu tahun baru lalu atau saat tadi bertemu di lobby.

Tak lama pembicaraan pun mengalir, mereka mulai mengakrabkan diri kembali, sudah lama dan mereka saling merindukan satu sama lain. Cerita demi cerita keluar dari mereka satu persatu, pertanyaan dan jawaban mengumbar di udara. Jam kini sudah menunjukkan pukul 2 malam. Mingyu menyadari hal tersebut dan pamit untuk pulang. Wonwoo mengantar Mingyu sampai ke depan pintu apartnya. Namun belum selesai Mingyu menggunakan sepatu kerjanya, kemejanya ditarik oleh Wonwoo, perlahan karena ada sedikit keraguan dihati kecil Wonwoo.

Mingyu sedikit kaget, mendongakkan badannya untuk berdiri tegak di hadapan lelaki yang lebih pendek 5 cm darinya, tersenyum kemudian mengecupi ubun-ubun pria yang lebih ramping darinya itu tanpa ia sadari. Reflex.

“Ada apa hm?” tanya Mingyu, karena setelah dia mengecup ubun kepala Wonwoo, Wonwoo masih menarik kemeja Mingyu sedikit dan menatap pria yang lebih tinggi darinya tanpa berkata apapun.

Dilihatnya pria manis itu, dari mata, hidung, dielusnya pipi si dia dengan buku jari Mingyu, diciumnya kening pria itu penuh kasih sayang. Lalu, diapitnya dagu Wonwoo dengan telunjuk dan ibu jari lelaki jangkung itu kemudian menariknya sedikit untuk mendongak, lalu pria yang bekulit tan itu mengecupnya perlahan, tanpa nafsu hanya rindu. Perlahan mulai memagut, mengulum bibir satu sama lain, ditariknya tengkuk sang pria yang lebih muda untuk lebih memperdalam ciumannya, memiringkan kepala satu sama lain agar tidak saling menabrakan hidung mancung keduanya. Lama dan cukup intens, hingga mereka melepaskan ciuman tersebut karena kehabisan udara. Tersisa benang saliva di antara bibir keduanya. Kemudian, Mingyu membersihkan bibir basah Wonwoo dan berpamitan pulang sambil mengelus surai lelaki itu. Mereka tidak tahu, pintar menutupi atau memang tidak merasa bahwa ada kupu-kupu yang berterbangan diperut mereka masing-masing, hati merekapun bergemuruh. Masih, sampai saat pintu apartement Wonwoo menutup rapat ataupun Mingyu yang sedang mengendarai mobilnya menelurusi Jakarta 3 jam sebelum mentari terbit.


Ted Mosby di How I Met Your Mother pernah bilang, “When it's after 2am, just go sleep. Nothing good happens after 2am.”

Seharusnya, Wonwoo nurut sama kalimat itu.