KATINGTENG [Kaka Tingkat Ganteng] [Narasi 2] – 2nd Time We Met

Tepat jam 9.05, Mingyu mengendarai mobilnya membelah jalan Kemanggisan menuju Menteng untuk menjemput pujaan hatinya. Jum'at pagi ini jalanan terpantau sedikit padat di daerah Slipi. Biasalah, jalanan itu memang tidak pernah ada habisnya kalau masalah macet.

I can't wait for you To come my way I've been far away But I'll keep runnin' Just to find a way to you 'til then

Peach Tree Rascals melantun dari audio mobil menemani perjalanannya yang berjarak 13km itu. Mingyu ikut melantunkan lirik demi liriknya. Hari ini rasanya sangat senang karena akhirnya dapat bertemu sang kakak tingkat setelah seminggu tidak bertemu. Ya, begitulah Mingyu.

Yaris Gray Metallic sudah berhenti di depan pagar hitam tinggi yang pernah dia datangi, seperti dejavu. Kini tanpa ragu dan bermonolog dia menekan tombol dial.

“Gyu.. udah di depan ya?” Tanya suara di ujung sana.

“Udah nih, Kak.” Jawab Mingyu yang langsung keluar mobil ketika menemukan pria ramping berkulit putih itu menggunakan celana bahan panjang berwarna khaki yang dipadukan dengan kemeja hitam pendek yang dilipat pada setiap lengannya. Rapih, sedangkan Mingyu hanya menggunakan Hoodie Hijaunya dan celana pendek. Orang akan percaya bila dia bilang tadi dia tidak mandi, bila saja mereka tidak mencium wangi Mingyu yang memekakan indra penciuman.

Dibukakan pintu mobil menuju kursi penumpang yang ada di sebelah pengemudi, mempersilahkan sang pria ganteng itu masuk dengan memegang atas kepalanya ketika pria itu masuk, takut terantuk. Mingyu berjalan mengitari depan mobilnya dan kini sudah ada di dalam mobilnya.

“Kak, nanti kalau jam 10 gue ada kampus online terus kita masih di jalan, maafin ya. 15 menit lagi soalnya.” Kata Mingyu, menghidupkan mesin mobilnya, dan mulai melaju kembali ke Jakarta Barat.

“Gak pa-pa kok, santai aja. Lagian kemaren lo bilang ada kelasnya jam 1?” Tanya Wonwoo lagi.

“Iya, ternyata gue lupa ada Hukum Perkawinan hari ini. Lo mau dengerin dosennya ngomong ngga? Kalo ngga, gue pake earpods.” Tanya Mingyu.

“Kok bisa lupa kelas sih, Gyu?” Tanya Wonwoo sambil menggelengkan kepalanya.

“Soalnya, biasa jadi followers Hao, untung tadi pagi chat Hao. Haha.” Jawab Mingyu jujur sambil menertawakan dirinya sendiri.

“Ngga usah pake earpods, denger bareng aja. Pengen tau juga gimana pelajaran anak Hukum.” Jawab Wonwoo sambil tersenyum.

“Serius? Wah, nanti gue ikutan ya kalau lu kelas teori. Pengen tau juga pelajaran anak kedokteran.” Ucap Mingyu santai yang dijawab gelengan tidak habis pikir oleh Wonwoo.

“Agak salah sih kalau mau denger pelajaran anak hukum tapi yang nge-lecture Pak Jowan.” Kata Mingyu, masih serius menatap lurus ke jalan.

“Kenapa?” Tanya Wonwoo.

“Dia pernah ngajar, backgroundnya Twice, taukan? Girl group Korea, gue sampe hafal kalau mereka ada 9 member.” Kata Mingyu yang dijawab anggukan oleh Wonwoo. “Sampe kelas selesai dia ngga ngeuh kalau backgroundnya itu. Mana mukanya serius banget. Anak-anak sampe ngakak, bahkan videonya udah sampe kelas lain.” Jawab Mingyu menceritakan kejadian bodoh dosennya itu. Tawa renyah Wonwoo menghiasi mobil itu.

“Kok ngga dikasih tau sih? Jahat!” Ucap Wonwoo memukul lengan kekar Mingyu dengan pelan.

“Biarin ajalah hiburan. Haha. Terus, waktu itu lagi ngajar, suaminya mundar-mandir pake sarung sama kutang. Udah paling bener dah kelakuan.” Cerita Mingyu lagi.

“Udah jam 10, Gyu. Di mana linknya, sini biar gue yang prepare lo nyetir aja.” Tanya Wonwoo, kini sudah mengambil ponsel Mingyu yang tergeletak.

Wonwoo dihadapkan dengam fotonya yang kini sudah terpampang potret dirinya sedang tidak terlihat ke arah kamera, entah kapan Mingyu mengambilnya. Latar belakangnya perpustakaan. Bahkan Mingyu lupa akan hal ini. Dia biarkan pertanyaannya untuk nanti.

“Ini password nya berapa, Gyu?” Tanya Wonwoo.

“1706.” Jawab Mingyu santai. Wonwoo mengetikkan nomor yang disebut, dan kunci terbuka.

“Kayaknya ulang tahun lo bukan 17 Juni deh kata lo kemaren.” Ucap Wonwoo.

“Itu kombinasi tanggal lo sama gue. Haha.” Jawabnya lancar, seperti tidak ada apapun yang membebaninya, pria tinggi berkulit sawo matang itu masih fokus di jalannya, sedang pria di sebelahnya kesulitan menutupi wajahnya yang sudah mulai merah merona. Mengulum bibirnya sendiri agar tidak tersenyum.

“Terus, linknya di imess. Namanya Hao Cepu.” Kata Mingyu. Ada pesan yang memang belum dibaca dari nomer itu untuk Mingyu.

“Chat dia belum dibaca nih, Gyu.” Kata Wonwoo mengabari.

“Buka aja, paling apa sih?” Tanya Mingyu santai, Wonwoo membaca pesannya. Mukanya kembali memerah. Mengulum senyumnya sendiri, jantungnya berdegup kencang.

Di depan sedang lampu merah, Mingyu melihat ke arah kakak tingkatnya itu yang sedang salah tingkah dan menegurnya perlahan. “Kak, kenapa?” Tanya Mingyu sambil melihat wajah kakak tingkatnya kembali ke ponselnya.

Ponsel itu langsung diambil, dan Mingyu membaca pesan terakhirnya. Mampus gue, ini si Hao lemes amat jempolnya anjing! rutuk Mingyu dalam hati.

“Lampu hijau, Gyu.” Tegur Wonwoo. Mingyu langsung menyimpan ponselnya di antara pahanya. Dan kembali serius ke jalanan.

“Mana ponselnya, udah mau jam 10, Gyu.” Ujar Wonwoo, Mingyu dilema sekarang, membiarkan ponselnya dipegang Wonwoo dan Wonwoo membaca chat dia dengan Hao atau telat ikut kelas karena 15 menit lagi dia baru sampai kampus.

“Gue udah baca lagian, sini!” Kata Wonwoo, mengambil ponsel Mingyu yang ada di antara pahanya itu. Mingyu terkejut, begitupun Wonwoo yang merutuki refleksnya pagi ini. Menekan link yang ada di chatroom itu.

Kelas Mingyu sudah mulai, Mingyu sudah absen dan Yaris Gray Metallic itu sudah memasuki pelataran parkir kampus. Wonwoo turun dari mobil bersamaan dengan Mingyu, mengaitkan tas gendongnya.

“Gue tunggu di perpus aja ya, Kak.” Ucap Mingyu.

“Iya, lo disitu aja. Bawa sejadahkan? Jum'atan bareng ya!” Pinta Wonwoo, yang dibalas anggukan Mingyu.


Wonwoo dan Mingyu kini masih berada di perpustakaan, Mingyu masih menunggu 15 menit lagi sebelum kelas hari ini selesai, dosennya masih ngoceh di zoom sedangkan teman-temannya sudah bawel di group, ada yang bilang ngantuk, ada yang bilang sumpel aja tuh mulut dosennya dan sebagainya. Mingyu hanya tertawa menanggapinya, Wonwoo menatapnya.

“Kenapa?” Tanya Wonwoo, dan Mingyu menunjukkan chat group Kebanggaan Anak Hukum, di sana sudah ada Minghao dan Dika yang sedang misuh-misuh ingin kelas segera berakhir. Wonwoo pun ikut tersenyum melihat kelakuan teman-temannya via chat.

“Wah, alhamdulillah, kelar juga ini hukum perdata. Meledak!” Keluh anak hukum jurusan 2018 itu, sambil meregangkan badannya.

“Gimana tadi praktikumnya, Kak”?” Tanya Mingyu yang kini sudah mulai merapihkan barang-barangnya.

“Ya gitu aja, harus belajar lagi kalau beneran mau jadi dokter spesialis.” Kata Wonwoo.

“Ngga papa lah, Kak. Namanya juga belajar, gue juga sering salah kalau udah masuk case study Pidana, padahal mau jadi jaksa.” Kata Mingyu menimpali.

“Jaksa tuh keren lho!” Ujar Wonwoo, kini mereka sudah berjalan ke arah parkiran sambil berbincang.

“Ya dong. Nanti anak gue pasti bangga banget, ayahnya jaksa, papanya dokter spesialis.” Jawab Mingyu anteng. Wonwoo berhenti, jantungnya berdegup berantakan.

“Kenapa, kak?” Tanya Mingyu tanpa rasa berdosa.

“Lo ngomong tuh lemes bgt sih. Ngga lucukan spesial jantung punya penyakit jantung dengan alesan sering dialusin anak hukum 2018.” Jawab Wonwoo mencubit lengan Mingyu. Mingyu merintih ke sakitan.

“Sakit. Ihs. Dokter kok nyiksa.” Ucap Mingyu.

“Calon.” Kata Wonwoo meralatnya.

“Calon dari papa anak-anakku ya.” Ucap Mingyu berlari ke mobilnya karena takut ditimpuk. Tapi dia keluar lagi, karena lupa membukakan pintu untuk sang kakak.

“Jadi buka puasa di rumah guekan, Kak?” Tanya Mingyu yang sudah menjalankan mobilnya keluar dari plataran parkir.

“Boleh, kalau ga ngerepotin.” Jawab Wonwoo yang dibalas senyuman lebar oleh Mingyu.

“Kita let's go! Mama I'm coming with your ideal son-in-law.” Jawab Mingyu yang dihadiahi pukulan Wonwoo, karena malu.