Let Me In
Setelah satu bulan Jeon Wonwoo rungsing entah karena kerjaan yang memakan banyak waktunya atau tidak bertemu pujaan hatinya, akhirnya cutinya diapproved dan sekarang dia bisa menyusun rencana demi rencana selama cutinya bersama Mingyu, pria yang selama sebulan ini memang sangat dia rindukan.
Sekarang jam sudah menunjukkan diangka 8, tandanya dia bisa turun ke lantai bawah dan bertemu dengan si Kakak. Dia keluar ruangannya riang, melambaikan tangan dan memberi senyuman kepada teamnya yang masih bergelut dengan deadline, efek dari cutinya yang diambil tepat dengan long weekend. Dia berjalan menuju lift, dan dia melihat pria tinggi yang berbalutkan jas biru dongker dengan motif kotak-kotak kecil tepat di depannya.
“Mingyuuu..” panggilnya sedikit berlari, merengkuh pria itu.
“Hai..” sapa pria itu sambil tersenyum, membalas pelukan pria manis di hadapannya yang memang juga sangat dia rindukan.
“Udah makan?” tanya pria berjas biru dongker itu sambil mengecup pucuk kepala Wonwoo.
“Kamu?”
“Belum dong, aku mau makan sama kamu.” jawab Mingyu sambil mencubit gemas hidung bangir pria yang sudah mencuri hatinya diam-diam ini.
Agendanya malam ini adalah makan di drive-thru McDonald's seperti yang diinginkan oleh pria berkacamata di sebelahnya. Setelah kenyang, kini mereka sudah ada di rumah Mingyu, sesuai dengan permintaan Wonwoo yang lagi stress berat, dia meminta untuk tinggal di situ selama dia mengambil cuti. Dan ide itu justru sangat diterima hangat oleh Mingyu, yang juga sama rindunya.
“Kamu mandi duluan gih! Tas kamu ini aku simpen di ruang kerjaku aja ya, kalau bajunya kamu ambil di closets, handuk ada di kamar mandi, bathrobenya juga.” kata Mingyu ketika sampai di rumahnya. “Anggep rumah kamu sendiri.” sambil mengecup kening Wonwoo, kemudian pria itu membawa tas kerja Wonwoo ke ruangan kerjanya di lantai 2.
Setelah Wonwoo selesai membersihkan dirinya dengan berbalutkan bathrobe, dia naik ke atas kasur Mingyu yang berukuran King itu, sambil membaca novel yang belum sempat dia selesaikan. Sebenarnya, novel hanya sebagai tameng dirinya untuk tidak terlalu deg-degan, karena sekarang darahnya berdesir, kupu-kupu terbang dan bersarang di perutnya. Sudah lama tidak tidur sekamar dengan Mingyu, dia jadi agak salting juga.
Tak lama pria manis yang sedang salting itu berjalan ke arah closet yang cukup besar dan membiarkan pintunya terbuka, tanpa dia sadari ada sepasang mata yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan tanpa sengaja melihat bentuk badannya saat Wonwoo membuka bathrobenya dan memamerkan punggung halus putihnya. 'Oh shit! Jeon Wonwoo!' kata orang itu dalam hati, ada rasa ingin memeluk pria di dalam closets itu segera, namun ditahan mati-matian. Wonwoo memilih kaos yang kebesaran ditubuhnya, mungkin kaos Mingyu akan selalu kebesaran untuk tubuhnya, dari dulu juga seperti itu. Setting by default, valid no debat. Kali ini, kaos yang dia pilih berwarna putih sedikit lebih panjang hingga menutupi setengah pahanya.
Dia juga mengambil satu boxer pendek yang tenggelam di bawah kaos putih itu dan dirasa boxer ini akan cukup dengan pinggangnya. 'Lho? Kok ini di gue pendek bgt? Apalagi di Mingyu! Ini punya siapa?' tanyanya dalam hati insecure, dia masih belum sadar kalau sedari tadi Mingyu hampir meninggoy menahan gemasnya. Ketika dia berbalik, betapa terkejutnya dia melihat ada sepasang mata memandangnya dari pintu closets.
“Kenapa pintunya dibuka?” tanya Mingyu sambil melangkah ke arahnya.
“Lupa, kalau belum aku tutup ternyata. Hehe” Alasan Wonwoo sambil menyunggingkan senyumannya.
“Btw, ini boxer siapa ka?” tanyanya sambil mengangkat kaos yang menunjukkan boxer yang Wonwoo pake. 'Masya Allah, pake boxer aja gemes banget gini.' kata Mingyu dalam hati.
“Baru kok itu, aku beli ga tau, pas mikirin kamu kali.” jawab Mingyu santai. Wonwoo mengangguk tanda setuju-setuju saja supaya cepet bisa keluar dari ruangan itu, karena jujur kini dadanya sungguh sudah bergetar hebat ketika pandangan yang disuguhkan adalah Mingyu dengan bathrobe tapi tidak tertutup dengan benar.
Dada bidang Mingyu terpampang nyata di depannya sekarang. Sudah lama rasanya ia tidak memegang dada itu saat tidak ada yang membalutnya. Wonwoo pun mengalihkan pandangannya dengan bedehem kecil dan melanjutkan tujuannya kembali ke tempat tidur dan berjalan melewati pria dengan gigi bertaring itu, namun tangannya ditahan pelan.
“Mau kemana?” tanya Mingyu.
“Ke kasur?” tanya Wonwoo balik.
“Oh yaudah.” kata Mingyu sambil mencuri kecupan dibibir Wonwoo. Wonwoo langsung berbalik, menghadap Mingyu dan berbisik, “Aku better pake boxer atau ngga Ka, malem ini?” tanya Wonwoo sambil menyunggingkan senyum jahilnya, lalu dia langsung berlalu meninggalkan Mingyu di closets tanpa menutup pintu itu.
Dia tau Mingyu masih memerhatikannya dengan membeku setelah ucapan jail Wonwoo barusan, pria dengan tubuh ramping itu membuka boxernya sambil menungging sedikit, dan langsung merangkak ke kasur yang memperlihatkan pantat sintalnya dibalut hanya dengan celana dalam berbahan sutra mengilap dan menenggelamkan badannya di bawah bedcover sambil kembali membaca novelnya.
Bulu kuduk si pria yang sedari tadi memperhatikannya meremang, jantungnya bergetar hebat, Wonwoo yang di depannya itu sudah membuat kejantanannya mengeras sedikit, lalu dia menutup pintu closets itu. Sedangkan di tempat tidur, Wonwoo tersenyum jail karena dia tau si pria yang lebih tua itu pasti sedang menahan dirinya mati-matian. Wonwoo, selalu tau kelemahan Mingyu.
Mingyu sudah mengganti bathrobenya dengan boxer setengah paha dan kaos sleeveless hitam yang memamerkan otot-otot di lenganya. Saat Mingyu membuka pintu closets, Wonwoo sedang membaca buku dan melihat ke arah bunyi tersebut sepintas, lalu pura-pura kembali membaca.
“Matiin lampu ya? Akukan tidur gelap?” disambut dengan anggukan Wonwoo, Mingyupun mengatur cahaya kamar ruangan tesebut melalui ponselnya.
Mingyu yang kini sudah menidurkan badannya di atas kasur, menghadap ke arah Wonwoo yang masih membaca dengan penerangan lampu di atas naksas tersebut.
“Gimana matanya ngga makin-makin sih kalau baca novel cuma pake lampu tidur?” tanya Mingyu sambil mulai melingkarkan tangannya dipinggal Wonwoo. Katakan Wonwoo panic in the cool way, bulu kuduknya meremang tapi tetap menampilkan wajah datarnya.
“Besokkan libur, aku mau beresin novel ini aja.” jawabnya.
“Justru karena besok libur dan kita mau berangkat ke villa, kamu harus tidur.” tukas Mingyu sambil mengambil novel dari tangan Wonwoo, menyimpannya di nakas sebelah sisinya tidur, membuka kacamata pria berhidung bangir itu, meletakkannya di atas novel yang tadi dan meredupkan cahaya lampu tidur di sebelah Wonwoo dengan sedikit menindih prianya itu, Wonwoo sedikit kaget.
Tak lama, Wonwoo mulai membaringkan tubuhnya di kasur sisi sebelah Mingyu, menghadap Mingyu yang sudah mulai memejamkan mata dan mendekatkan dirinya kedekapan pria itu, meletakkan kepalanya di lengan Mingyu, masih ada ragu sedikit dari Wonwoo untuk berada dijarak sedekat ini dengan Mingyu. Walaupun tidak jarang mereka melakukan intimates affection seperti pegangan tangan, berpelukan bahan berciuman. Tapi untuk tidur di dalam pelukan Mingyu, merasakan detak jantungnya, nafasnya di atas pucuk kepalanya, pelukan posesifnya ketika sedang tidur, kecupan-kecupan kecil sebelum mereka ke alam mimpi, semuanya cukup sedikit asing dalam beberapa tahun kebelakang ini untuknya. Tapi, tetap dia lakukan untuk mencoba, karena dia berjanji akan berjalan menuju Mingyu dan merengkuhnya erat.
Mingyu menarik badan Wonwoo untuk semakin mendekat dan menghabiskan jarak yang ada ketika dia merasakan tubuhnya mulai di dekap oleh pria yang ada dihadapannya. Tangan Minngyu menulusup masuk ke dalam t-shirt putih kebesaran milik prianya itu, mengelusnya di sana penuh sayang. Wonwoo menatap Mingyu yang masih mengelusnya, Mingyu menurunkan arah pandangnya, mulai mengecupi kening, pipi, dan hidung pria di sampingnya.
“Kenapa?” tanya Mingyu dengan nada yang cukup lembut.
Tanpa menjawab, Wonwoo langsung merapihkan posisinya agar wajah mereka sejajar, dia langsung mengelus pipi pria itu dengan tangan kirinya, kemudian tangannya pindah untuk mengelus tengkuk Mingyu, mengecup bibir milik Mingyu berkali-kali sambil tersenyum. Karena perasaan gemas yang menghampiri, pria itu melumat bibir bawah Wonwoo, mendekatkan tubuh sekaligus menekan punggung Wonwoo yang sedari tadi dielusnya. Wonwoo mulai mengimbangi ciuman itu dengan melingkarkan tangannya ke tengkuk milik Mingyu, lidah Mingyu menelusup masuk ke dalam mulut Wonwoo sambil beradu dengan lidah Wonwoo di dalam sana.
Tangan Mingyu mulai turun dari punggung Wonwoo ke pinggangnya, merematnya sebentar, mengelusnya dengan ibu jari dan berpindah lagi ke pantat sintal milik Wonwoo yang hanya tertutup celana dalam berbahan sutra, mengelus lembut lapisannya. Wonwoo memeluk pinggang Mingyu dengan kakinya agar memudahka pria tampan itu mengakses bagian bawah tubuhnya itu dan Mingyu sesekali meremasnya, Wonwoo menahan lenguhannya. Ciuman masih bertaut di sana cukup lama, hingga mereka kekurangan oksigen dan melepaskan tautan tersebut. Wonwoo mengelap bibir Mingyu yang basah dan menyamankan kepalanya ke dada Mingyu, namun masih melingkarkan kakinya dipinggang Minggu.
“Good night, Ka..” kata Wonwoo dengan nada yang tenggelam di dada Mingyu.
“Good night, Nu..” balas pria itu sambil melingkarkan tangannya yang menjadi bantal untuk Wonwoo dan memeluknya.