Love you in Silence
tw: bxb, fluff only.
Wonwoo celingak-celinguk menatap jendela yang menghadap pagar rumah. Dalam keheningan tempat tinggal yang dia huni selama lima tahun itu, dia sedang menunggu dalam diam teman masa kecilnya — Kim Mingyu, yang juga tinggal di rumah itu bersamanya. Sesungguhnya, pria berdada bidang dan berkacamata kotak itu sedang main bersama dengan teman-teman game online-nya, tapi tidak dapat dipungkiri fokusnya tiba-tiba menghilang ketika contact bertuliskan “Si Monyet” dengan emoji puppy dibelakang nama itu mengiriminya pesan, suara mobil lewat, atau suara motor. Seperti anak kecil tidak sabar menanti ayahnya pulang. Namun, bukan ayah yang dia nanti, dia menanti pria yang selama ini dia sayangi membawa martabak yang dijanjikan. Tentu saja, yang Wonwoo tunggu bukan makanannya, melainkan orangnya.
Suara mesin mobil terdengar di luar sana, kini waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam, hari Sabtu sudah berganti dengan hari Minggu. Pria tinggi di luar sedang membuka pagar garasi, dan Wonwoo tersenyum sumringah namun enggan keluar, seakan-akan sedang sibuk dengan permainannya.
'Pura-pura ngga denger. Biarin!' kata Wonwoo dalam hati.
“Nonu—” teriak pria jangkung yang memiliki tahi lalat di pipi kirinya ketika memasuki rumah, menggantung.
“Oh, main di sini. Kirain di kamar, baru mau gue panggil.” Kata Mingyu, menghampiri sofa tempat Wonwoo duduk, meletakkan martabak titipan Wonwoo dan mendudukkan dirinya di sofa, persis samping Wonwoo.
Seperti yang sudah-sudah dan selalu berhasil Wonwoo lakukan untuk meredakan detak jantungnya yang ribut ketika sedang sedekat ini dengan sang teman kecil, atau menenangkan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya, padahal, Mingyu hanya duduk, tidak melakukan apapun adalah berteriak seakan kegirangan dengan titipannya yang dibawa oleh Mingyu.
“Yeay!!! Gue makan ya! Itadakimaaashhhh!” Kata Wonwoo ribut, berusaha menenangkan diri dan berpura-pura geragas mengambil martabak manis yang seakan-akan sudah dia tunggu dari tadi.
“Udah sehat kayaknya.” Tutur Mingyu, Wonwoo menjawabnya dengan anggukan karena mulutnya sudah penuh dengan martabak cokelat yang beleberan didaerah bibir dan pipinya. Dapat diakui, Mingyu mendapati pemandangan ini sangat menggemaskan. Dan Wonwoo terlihat sangat manis dengan kaos putih kebesaran, celana pendek hitam rumahnya dan kacamata frame kotak hitam yang sedang sering dia gunakan.
'Kenapa gue ngga pernah sadar sih? Kalau Wonwoo lebih dari cukup buat gue? Kenapa harus nyari di luar sana yang akhirnya kandas juga, dan selalu alasannya karena ini orang satu?' gumam Mingyu dalam hati.
“Makannya pelan-pelan, hey! Ngga ada yang ngambil!” Kata Mingyu menegur Wonwoo. Rakusnya Wonwoo malam ini sebenarnya karena melihat Mingyu jauh lebih tampan dari sebelumnya, senyumnya yang terus tersungging di wajah pria tampan itu membuatnya salah tingkah.
'Seperti rakus adalah jalan ninjaku!' kata Wonwoo dalam hatinya.
“Lo masih mabar?” Tanya Mingyu.
“Masih, ini!” Pamernya, yang Wonwoo lakukan bukan hal yang Mingyu suka, namun, Mingyu selalu memakluminya karena Wonwoo bahagia melakukannya.
“Mau martabak lagi ngga? Gue suapin!” Kata Mingyu, mengambil satu martabak cokelat dan menyuapi Wonwoo sebelum pria itu menjawab pertanyaannya. Wonwoo mulai kehilangan fokus permainannya. Dadanya semakin ribut, dan pikirannya bertanya, ada apakah gerangan yang sedang merasuki Mingyu. Ini bukan yang pertama kali Mingyu lakukan memang, tapi kali ini terasa berbeda.
“Bibir lo, coba sini.” Kata Mingyu, mengambil dagu Wonwoo dengan ibu jari dan telunjuknya, memaksa untuk lurus kearahnya, aliran darah di tubuh Wonwoo berdesir. Wonwoo mengelap bibirnya kasar, sebelum ditepis oleh pria di sampingnya.
“Ngga gitu ngelap bibir.” Kata Mingyu. Mingyu dengan tenangnya mengusap bibir Wonwoo dengan ibu jari dari tangan yang tadi mengambil dagunya. Membersihkannya lembut.
'Astaga, bibirnya kenyel banget. Hah! Tahan, Gyu. Tahan!' rutuknya dalam hati.
Ibu jarinya masih di sana, sampai Wonwoo memegang pergelangan tangan Mingyu.
“Udah, Gyu. Udah bersih kok. Makasih.” Kata Wonwoo, lembut. Berusaha selembut mungkin, karena diapun sangat ingin terus merasakan belaian itu.
'Ngga boleh! Mingyu punya pacar! Ga boleh seneng. Huwaaa.. Pengen ciuman sama Mingyu! OH NO NO.. JEON WONWOO, LO CRAZY!' rutuknya.
“Nu—” kalimat Mingyu menggantung, membuyarkan Wonwoo dalam lamunannya, pria itu membelalakkan matanya ketika melihat Mingyu memiringkan tubuhnya yang membeku untuk saling menghadap, mengambil telepon genggam Wonwoo, menyimpannya di atas meja dan kemudian dengan tenangnya mengaitkan jari jemari salah satu tangan mereka.
'Sebentar, ini ada apa?' tanya Wonwoo dalam hatinya.
Pipi Wonwoo memanas, dia memejamkan matanya, seakan merasakan deru nafas pria yang kini sudah dihadapannya. Semakin dekat, dan terasa ada benda kenyal yang kini sudah menyentuh bibirnya. Awalnya hanya berupa kecupan ringan, hingga Mingyu menuntun kedua tangan Wonwoo untuk dilingkarkan di lehernya.
Mingyu yang memiliki tubuh tinggi dan atletis itu dengan mudah mengangkat Wonwoo ke pangkuannya dan mendorong ceruk leher pria yang kini sudah dihaluannya itu agar dapat mempertemukan kembali bibir ranumnya dengan pria itu. Wonwoo yang belum pernah berciuman itu mulai menyeimbangi gerakan bibir Mingyu, Mingyu tersenyum disela-sela ciumannya.
'Ah, persetan pacarnya Mingyu. Sorry, Mingyunya buat gue dulu sekarang. Plis!' kata pria yang kini sedang mengelus lembut surai belakang milik Mingyu.
“Hmhp..” Wonwoo mulai kekurangan oksigen dan mendorong lembut tubuh Mingyu.
“Hah! Bentar, istirahat. Ngga bisa nafas gue.” Kata Wonwoo.
“Okay.” Kata Mingyu, tersenyum menyeringai. “By the way, bibir lo manis.” Kata Mingyu lagi, menggoda sang teman kecil.
“Shut up! Gue abis makan martabak manis. Greasy ngga sih?” Tanya Wonwoo.
“Ngga papa, licin. Lagian ngga terlalu berminyak.” Kata Mingyu, menggoda.
“Lo belajar ciuman dari mana? Kok jago?” Tanya Mingyu, menggodanya lagi.
“Apaan sih! Ada lah, kan part of sex education.” Kata Wonwoo, ingin beranjak namun tertahan oleh lengan Mingyu yang jauh lebih besar dan kuat darinya.
“Mau kemana?” Tanya Mingyu.
“Ya, ngga kaya gini dong, Kim Mingyu! Ngga enak ah gue sama cewek lo! Nanti disangkanya macem-macem.” Kata Wonwoo, mendorong dada Mingyu pelan.
“Kan emang udah. Tanggung ngga sih?” Tanya Mingyu jahil.
“Gue ngga mau jadi pelakor ya! Please! Ada banyak kegiatan yang bisa gue lakukan lainnya!” Jawab pria berkacamata itu.
“Contohnya?” Tanya Mingyu, memegang pinggang Wonwoo. “Memandangi Kim Mingyu dari kejauhan, membantu Kim Mingyu pendekatan, mendengar semua cerita Kim Mingyu tentang gebetannya. Menjadi support system Kim Mingyu saat akan menembak gebetannya, berpura-pura ikut bahagia saat Kim Mingyu diterima oleh gebetannya, menunggu Kim Mingyu mengajak jalan karena putus cinta, menunggu Mingyu sedang bersama pacarnya, menemani Kim Mingyu yang sedang memebeli kado ulang tahun untuk pacarnya, memberi ide Kim Mingyu untuk surprise party pacarnya. Sedih melihat Kim Mingyu menangis karena kekasihnya.” Kata Mingyu. Wonwoo terdiam, kembali membeku mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Mingyu dan benar adanya. Semua yang Mingyu sebutkan adalah apa yang dia lakukan selama ini.
“Semuanya tentang Kim Mingyu, kapan untuk Jeon Wonwoo?” Tanya Mingyu, satu tangan Mingyu memegang lengan Wonwo dan satunya lagi masih dipinggang Wonwoo dan mengelusnya dengan ibu jari.
“Mulai sekarang, biarin ada nama Jeon Wonwoo di sana. Kim Mingyu yang selalu memandangi Jeon Wonwoo, Kim Mingyu yang selalu memegangi tangan Jeon Wonwoo, Kim Mingyu menemani Jeon Wonwoo menonton film kesukaannya, Kim Mingyu menemani Jeon Wonwoo bermain wahana favoritnya. Kim Mingyu yang akan mengucapkan selamat ulang tahun pertama kali untuk Jeon Wonwoo. Dan Kim Mingyu yang tergila-gila dengan Jeon Wonwoo.” Kata Mingyu mengelus pipi Wonwoo lembut dengan telunjuknya. Wonwoo membelalakkan matanya, terkejut.
“Hah?” Tanya Wonwoo, sedang memproses apa yang indera pendengaraannya tangkap, tadi.
“Gue udah putus sama Gigi. Karena berantem sama dia hari ini, gue sadar satu hal—” Kata Mingyu, menggantung.
“Lo selalu menjadi prioritas gue, siapapun pasangan gue, apapun yang terjadi sama mereka, gue selalu mendahulukan lo.” Kata Mingu lagi.
“Gue udah tau lo suka sama gue, dari Mas Woon, dia cerita semuanya ke gue pas awal gue jadian sama Gigi. Gue masih denial dan merasa kita hanya sebatas teman kecil, Nu. Tapi, ngga hari ini. Ngga saat semua orang nyalahin lo dan bilang lo caper. Gue marah!” Kata Mingyu.
“Dan Hao menyadarkan gue, kalau gue ngga mau ada pria lain di samping lo selain gue. Nonu, gue ngga tau rasa gue sebesar apa sekarang, tapi yang gue tau—” kalimat Mingyu kembali menggantung.
“Gue sayang sama lo as a lovers not the best friend one.” Kata Mingyu.
“Will you be mine?” tanya Mingyu tanpa ragu, Wonwoo menutup wajahnya dengan kedua tangannya — malu. Ini bukan pertama kalinya dia mendengar Mingyu mengutarakan cintanya, tapi kali ini dia mengutarakannya pada Wonwoo. Seperti apa yang selalu Wonwoo impikan, sama dengan apa yang selalu Wonwoo rapalkan dalam doanya.
“Kok ditutup mukanya?” Tanya Mingyu, mengambil kedua tangan itu dan menggenggamnya. Wonwoo menitikkan air mata dengan memberikan senyuman manisnya di sana.
“Loh kok nangis?” Tanya Mingyu, menarik badan pria itu dan merengkuhnya, memeluknya dan mengelus punggungnya.
“Ngga pa-pa. Kaget!” Kata Wonwoo dari dalam ceruk leher Mingyu.
“Jangan kaget. Ngga usah nangis, gue pulang karena lo adalah rumah gue, Nu. Udah ya.” Kata Mingyu, mengecup pipi pria itu sesekali.
“Mau ngga jadi pacar gue?” Tanya Mingyu yang dijawab anggukan oleh Wonwoo dengan malu-malu.
“Liat sini, jawabnya. Ngga keliatan.” Kata Mingyu, menggodanya lagi.
Wonwoo menegakkan badannya dan berkata, “Iya, mau Mingyu. I would loved to be yours.“
Wonwoo memegang lengan kekasihnya itu dan kembali menyatukan bibir mereka dengan lembut. Mingyu memegang memegang leher jenjang Wonwoo, mengelusnya di sana dan membalas dengan lumatan-lumatan lainnya.
“Kita belajar saling memahami sebagai sepasang kekasih ya sekarang, Nu?” Ajak Mingyu yang dibalas anggukan oleh Wonwoo.
“I love you, Jeon Wonwoo.”
“Love you too, Kim Mingyu.”
Dan merekapun melanjutkan kecupan demi kecupan, lumatan di lumatan. Hari ini, Wonwoo merasakan hal-hal pertamanya dengan pria yang sangat dia sayangi melebihi dari sekedar sahabat sedari kecilnya itu. Dan hari ini pula mimpi seorang Jeon Wonwoo seluruhnya menjadi kenyataan. Dengan Kim Mingyu yang kini sudah berada didekapannya, sesuai dengan harapannya selama ini.