Drunk Call 📞


never touch your phone when you’re drunk

Mingyu terbangun ketika ia merasakan vibrate pada ponsel-nya yang bergetar berkali-kali. Dari awal, ia acuhkan karena tertera nama “Abang Pacar” dengan emoji hati pink, si dia yang manis itu sedang tidak ingin bertengkar, atau mendengarkan alasan apapun dari kekasihnya. Ia hanya ingin sendiri dulu. Namun, benda pipih di nakas sebelah tempat tidurnya benar-benar bergetar tiada hentinya seolah tak akan usai bila ia tidak mengangkatnya. Akhirnya, Mingyupun memutuskan untuk menekan tombol hijau dan meletakkan benda itu ke telinganya.

Hingar, dan sangat berisik, itu yang pertama kali Mingyu dengar saat mengangkat sambungan telepon dari kekasihnya.

di mana?’ itu pertanyaan pertama yang muncul dari benak Mingyu.

Wonwoo masih terdiam, sedangkan di belakang sana ada suara beberapa pria dan wanita sedang berbincang tentang rencana mereka setelah dari tempat yang yang saat ini mereka datangi. Samar-samar beberapa dari mereka menyebutkan nama-nama hotel terdekat yang terdapat di daerah tempat mereka berada. Mingyu langsung terduduk.

“Mingyu!” akhirnya pria yang meneleponnya mengangkat suara. “Jangaann tenggaleen akoo!” suara berat pria itu sedikit berteriak, mungkin berusaha agar Mingyu dapat mendengar kalimatnya, kemudian disambung dengan suara tangisan. Mingyu terdiam mendengarkan suara pria itu.

“Ngga ngapa-ngapain akoo! Han yang mulai, aku nggaaaa!” omelnya tidak terima. “Bukan akuu yang minta Han buka kanceeenh, sayaaang huhuuuu—” suara berat pria mabuk dan terdengar di sana.

“Kamu buvkan pelarian aku, buvkan persinggahan afku taaooo!! You’re my newf home, andhh I want to stay with youu ffffor a loong loooooong loooooooooooong timefghjkovcjj.” jelasnya dengan suara parau yang berat dan kalimat tak jelas selayaknya orang mabuk, dilanjutkan oleh suara isakan.

“Povpok bayiik~ Ayy wuuff yuu jangan pergiisss.” lanjutnya. “Gaaakk!! Gue gaaakk mauuu pulang~ mauu ayaaaanggsss! Hiks, Ingguuufff!” kata pria itu.

Entah mengapa, setelah mendengar pengakuan kekasihnya itu, Mingyu hanya mampu tersenyum. Aneh memang, si dia yang manis itu juga merasakan ini tidak biasa, tapi ini lucu. Pria di ujung telepon itu menangis, lalu, sedikit marah, kemudian menarik ingusnya kencang, lalu menangis lagi dan merengek agar pria manis itu tidak meninggalkannya.

“Han etooo masa laluu akoo yang — uhukk — bahkan bvelum fernahh aku mulai, buff you arrreee may fyuceeeerrr—” kata Wonwoo. “Ngga maauu~ mau Mingyuuu—” ponsel itu pun segera berpindah tangan.

Sedangkan Wonwoo di Colosseum sedang dipapah oleh Joshua untuk segera beranjak dari tempatnya, dan Hao mengambil alih ponsel-nya.

“Hai, Inggu kan?” kata pria di ujung sana.

“I— iya, kak.” jawab Mingyu dengan tergagap, karena ia tidak pernah mendengar suara pria di seberang sana sama sekali.

“Kayaknya, gue sama Joshua juga ngga akan sanggup pulang, I mean, the three of us are still tipsy, even though we're not as drunk as Wonwoo.” jelasnya.

“Kita bawa Wonwoo ke hotel, and let you know the location.” lanjutnya, suara pria berambut merah itu terdengar tenang. “Lo jemput aja di sana, gue dan Joshua akan check-in di tempat lain, so don’t worry.

“Lo mabok gila, Won!” tanya Joshua kepada temannya, Wonwoo hanya menyebutkan nama Mingyu sepanjang waktu, dan pria manis berbadan bongsor itu masih mendengar samar suara kekasihnya.

“Aman kok, I’ll guarantee for that.” setelah itu sambungan dimatikan, dan Mingyu hanya menatap nanar layar ponsel-nya, menunggu pesan siapapun pria tersebut untuk mengirimkan lokasi Wonwoo.