Narasi 3 – 🍄 Shall we? 🍄

Narator POV “The Tavore”


Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya kalau siang ini tim Project Cuan dan owners The Tavore akan duduk bareng untuk bahas tentang ide dari Wonwoo, salah satu co-founder dan owner The Tavore yang memiliki mata rubah secantik mutiara untuk membuat video tentang berdurasi 1 menit tentang restoran miliknya yang kemudian akan mereka upload di youtube official The Tavore Jakarta. Idenya simple, seharusnya tidak perlu meeting yang berlebihan, tetapi tidak untuk Mingyu. Mingyu semangat banget untuk pertemuan hari ini, bukan karena dia tau dia akan bertemu dengan pria cantik – bahkan dia tidak tahu rupa Wonwoo seperti apa –, tapi, karena dia penasaran dengan Om Wonwoo yang selalu dibangga-banggakan Yuvin untuk menggantikan posisinya sebagai orang tua.

3 pria itu memasuki pintu utama The Tavore yang kebetulan ada beberapa pelanggan menunggu di luar untuk waiting list. 'Lah, beneran rame.' Kata Mingyu yang memang baru pertama kali menginjakkan kakinya di sana dalam hati.

“Lo baru ke sini ya, bang?” Tanya Jaehyun yang akrab dipanggil Jae sambil menyenggol lengan Mingyu. Mingyu hanya mengangguk.

“Nah, itu tuh ownernya.” Kata Jae lagi melemparkan pandangannya ke arah pria yang menggunakan kaos coklat polos yang pas dibadan, dibalut dengan cardigan oversizenya yang berwarna cream dan menggunakan celana skinny jeans berwarna hitam, dimahkotakan dengan surai rambut darkbrown yang tebal belah kiri tampaknya agak sedikit gondrong hingga menggunakan jepit rambut hitam polos disamping kirinya dan kacamata bulat sebagai aksesorisnya, tidak lupa dengan bibir plump pink yang menyunggingkan senyum dan berjalan ke arah mereka bertiga. Mingyu sedikit terkesima, kaget dia.

Jae menyapanya hangat, “Ka Wonwoo. Ketemu lagi kita!” Jae memang sebelumnya sudah bertemu dengan Wonwoo saat dititahkan untuk mengambil projek foto menu makanan di restoran ini, restoran ini bergaya minimalis modern untuk interior designnya dengan beragam jenis di dalam menunya. Kata Jae, makanan di sini harganya pas dengan rasa yang enak. Plating makanannya juga ga kalah sama restoran bintang 5.

“Halo, Jae!” Sapa pria cantik di depan ini ramah.

“Kenalin, Kak. Ini owner nya Project Cuan, ini Bang Mingyu yang ini Koh Mingming.” Kata Jae yang mulai memperkenalkan Minghao dan Mingyu yang masih sedikit lost in space. Cakep banget ya, Gyu?

Wonwoo pun mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan sambil menyebutkan namanya kepada dua pria di hadapannya ini. 'Oh, ini lho, ayahnya Yuvin.' Gumamnya dalam hati sambil melihat pria dengan surai hitam, kaos putih polos dan celana blue jeansnya sekilas.

“Yuk, masuk. I'll try my best banget buat nyiapin meja untuk kalian, but turns out we're lacking it. So, ini kita gabung sama anak gue aja ya? Dia kebetulan lagi main ke sini.” Kata Wonwoo mulai berjalan di depan pria-pria itu sambil menunjukkan jalan ke arah meja 2 anak remaja yang lagi asik main Nintendo Switch.

“Dek, Upin. Salam dulu ini ada temen papa.” Kata Wonwoo sambil menyentuh bahu keduanya, tanda mereka harus menghentikan permainan dan memperhatikannya.

“Lah, ayah! Om Ming! Bang Jae! Haha. Ngapain di sini?” Tanya Yuvin sambil menyalami orang yang dia sebutkan satu persatu. Yuvin memang sudah kenal dengan circle ayahnya, apalagi orang-orang di Project Cuan. Sedangkan, Ichan juga menyalami 3 pria itu sambil tersenyum, menurut apa kata papanya. Salam dulu, kenal belakangan.

“Kerja atuh!” Jawab Mingyu sambil mengusap surai hitam dan menciumi pucuk kepala anaknya. Hati Wonwoo menghangat melihat moment itu, entah mengapa.

“Silahkan, duduk di sini aja ya. Gak apakan? Anak-anak ga ganggu kok.” Pinta Wonwoo sambil meyakinkan 3 pria itu. Yuvin dan Ichan kembali ke tempat duduknya. Wonwoo mengikuti untuk mengambil posisi di samping anaknya.

“Papa numpang ya, Dek. Ga dapet kursi buat temennya papa, kantor papa lagi berantakan kamu udah liat sendiri tadi.” Keluh Wonwoo sambil mengusak-ngusakkan kepalanya ke lengan remaja berumur 14 tahun.

“Iya iyaaa.” Kata Ichan memberi izin sambil mencubit pipi papanya. Entah mengapa juga, hati Mingyu dibuat gemas oleh interaksi dua orang di depannya ini.

“Kalian pesen dulu aja ya? Sambil nunggu Jun sama Jiun. Ini nih menunya. Gue tinggal dulu ya mau manggilin Jun sama Jiun di belakang!” Kata Wonwoo, beranjak dan memanggil waiter untuk melayani tim Project Cuan itu.

Tidak lama, lengkap sudah dan mereka mulai membahas konsep video yang ingin mereka garap. Di balik itu, ada yang mereka rasakan, kecanggungan Jun dan Minghao. 'Jun sumpah aneh banget. Yang dia gebet tuh yang mana sih?' Tanya Wonwoo dalam hati.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, tidak disangka meeting untuk konsep video bisa selama ini. “Nah, okay! Kalau gitu konsepnya udah kita bungkus ya. Kira-kira, kapan kita bisa mulai shooting?” Tanya Mingyu menatap Wonwoo, jujur daritadi meeting, wajah Wonwoo tidak bisa lepas dari pandangnya. Masih, dia tidak tahu kenapa?

“Bebas, boleh pagi pas lagi brunch, kalau siang bisa sepenuh tadi. Kalau sore ke malem juga ga masalah. Nanti kita bertiga bisa ganti-gantian buat ngesupervise.” Jawab pria berkacamata itu sambil tersenyum.

“Oh gitu okay. Nanti kita akan ada beberapa orang ya berarti untuk bantu lighting. Jaga-jaga aja.” Jawab Minghao melanjutkan.

“No worries, bawa aja berapapun. Kita ga masalah asal kalian juga ga repot. Soalnya, gue pikir ini akan simple banget.” Kata Wonwoo lagi.

“Sip deh! Kita pamit dulu, ini Jae masih ada projek foto lain di daerah Jakbar. Jadi gue sama Jae pamit dulu.” Kata Minghao mulai berdiri. “Lo mau ikut ga?” Suaranya terdengar lagi sambil menyikut lengan partnernya. Mingyu menggeleng, “Gue mau main sama Yuvin aja.” Jawabnya sambil terkekeh.

“Najis!” Jawabnya sambil mengalihkan pandangannya ke Wonwoo dan Jiun, sedangkan Jun sudah ngacir entah kemana.

“Kita pamit ya, kak. Makasih banget jamuannya.” Kata Jae lagi sambil di antar ke luar oleh Wonwoo dan Jiun yang tersenyum.

“Itu tuh yang namanya Mingyu ayah Yuvin yang kemaren lo ceritain?” Tanya Jihoon ketika mereka sudah kembali ke dalam restoran tersebut.

“Iya. Huhu. What do you think?” Tanya Wonwoo.

“Awas istrinya. Kalau ga punya, awas sama pacarnya! Haha.” Kata Jihoon. “Gue ke belakang lagi. Gih sana temenin ayahnya sahabat Ichan.” Kata Jihoon lagi yang sudah menghilang ke dapur. Wonwoo pun berjalan ke meja tempat anaknya, Yuvin dan Mingyu berada.


Mingyu yang asyik mengganggu Yuvin dan Ichan bermain, teralihkan dengan kehadiran Wonwoo di depannya, tangan pria ramping itu mulai merapihkan barang-barang anaknya yang tergeletak.

“Adek, udah ah ini mainnya. Dari jam 11 kamu di sini, main terus ya?” Tanya Wonwoo. “Udah Asharan belum? Yuvin juga! Gih! Ini mau jam setengah 5.” Pinta Wonwoo.

“Iyaaa.. iyaa.. ayah juga sholat.” Kata Ichan yang sembari berdiri bersama Yuvin yang mengangguk yakin dan meninggalkan meja. Tatapan Wonwoo ke arah Mingyu yang menatapnya. Dia lupa kalau ayahnya Yuvin ada di sini. Karena biasanya mereka hanya bertiga. Dan Wonwoo memang selalu meperlakukan Yuvin seperti dia memperlakukan Ichan.

“Sorry ya, suka keceplosan nyuruh Yuvin kalau lagi nyuruh Ichan.” Kata Wonwoo sambil memegang tengkuk lehernya.

“It's okay, I also forgot the last time I reminded him to pray. Haha.” Jawab Mingyu sambil tersenyum dan memperlihatkan sederetan gigi putih beserta gigi taringnya yang mengintip keluar.

“Can we pray too after them come back here?” Tanya Wonwoo.

“I would loved to.” Jawab Mingyu.