Night's Embrace
❤︎ Ex-WB – Narasi 1 ❤︎ Mingyu/Wonwoo ❤︎ Tw: Deep talk, fluff, kissing ❤︎ 2.8k+ words
Siang tadi Mingyu dan Chan berhasil mengejutkan Wonwoo dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba di depan pintu sebua villa, tempatnya menginap. Wonwoo beberapa hari ini memang sedang melakukan perjalanan bisnis di Bali, namun, dibandingkan dengan tinggal di hotel, pria manis berkacamata itu lebih memilih untuk tinggal di salah satu private villa yang merupakan hadiah ulang tahun dari mantan suaminya. Sebuah rumah yang sengaja dibuat sebagai tempat persinggahan mereka apabila ke Bali. Bangunan rumah yang memang sengaja mereka buat dari awal untuk mewujudkan rumah liburan yang sesuai dengan selera dan impian keduanya, dimulai dari structure bangunan hingga furniture yang terdapat di dalamnya, semuanya merupakan pilihan dari Mingyu dan Wonwoo. Tidak hanya mereka berdua, Chan pun sering menghabiskan waktunya di private villa itu apabila mereka sekeluarga sedang berlibur ke Kota Dewata.
Kedatangan Mingyu yang awalnya hanya berniat mengantar anak semata wayangnya untuk bertemu dengan sang Ayah seolah memberikan Chan kesempatan agar dapat kembali berkumpul dengan kedua orang tuanya, serta menghabiskan waktu mereka bersama seperti yang sering mereka lakukan, dulu. Chan tidak ingin membuang-buang peluang yang ia miliki saat ini, remaja SMA itu benar-benar memanfaatkan waktu liburnya bersama dengan ayah dan papanya, apapun itu. Mingyu dan Wonwoo yang hanya memikirkan kebahagiaan anak semata wayangnya itu mengabulkan apapun yang hari ini Chan minta tanpa memikirkan hal lainnya, walaupun, mereka tidak banyak bertukar kata.
Wonwoo dan Mingyu tampak sedikit terlihat canggung ketika mereka bertiga baru tiba di villa tersebut setelah mereka kembali dari makan malam.
“Ayah nginep di sini kan?” tanya Chan saat ia sudah duduk di sofa panjang yang terdapat di ruang keluarga sembari menatap Wonwoo dan Mingyu yang masih berjalan ke arahnya. Remaja itu menatap ke arah Mingyu, lalu, menatap sang Papa, bertanya-tanya mengapa tak ada dari orang tuanya yang menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. “Nginep kan?” tanya pria muda itu lagi, duduk tegak di sofa dan menunggu jawaban dari ayahnya.
“Hmm,” Mingyu berdeham ragu. “Ayah akan duduk sebentar and head to the hotel after Kakak tidur.” kata Mingyu sembari duduk di sofa, duduk di samping Chan sembari merangkul anak semata wayangnya, lalu menyandarkan tubuhnya yang lelah setelah berjalan-jalan seharian.
Chan mengernyitkan keningnya.
“Kenapa harus ke hotel? Kenapa ngga tidur di sini?” tanya Chan bersandar di biceps sang ayah. “Emang ngga boleh sama Papa?” tanya anak remaja itu kepada sang ayah yang sedang menggelengkan kepalanya, sejujurnya ia juga tidak tahu apakah ia diizinkan untuk berada lama di sana.
“Apa yang ngga boleh?” tanya Wonwoo lembut sembari menatap Chan saat mendengarkan pembicaraan anaknya dan sang mantan suami, sembari memberikan gelas air mineral untuk kedua pria yang sudah santai di sofa berwarna abu-abu itu, lalu, duduk di single sofa dengan warna senada.
“Emang ayah ngga boleh nginep di sini, Pa?” tanya Chan lagi kepada pria yang sudah duduk santai di sofa single-nya.
“Who said that?” tanya Wonwoo kepada anak semata wayangnya itu.
“Tuh kan, Yah! Boleh kok sama Papa. Udah nginep di sini aja, biar ngga bulak-balik,” rayu Chan kepada sang ayah. “Lagian, tomorrow afternoon juga kita bouncing back to the Jakarta.” lanjut anaknya.
“Kamu bisa tidur di kamar aku, Gyu, aku bisa tidur sama Chan kok, if you’re down for it.” kata Wonwoo menimpali rayuan sang anak. “Tapi kalau di hotel kamu lebih nyaman, atau mungkin mau ‘ketemu’ sama seseorang, it’s okay. Chan bisa sama aku.” lanjut pria manis dengan manik rubah berkacamata itu, ia tersenyum simpul. Pria berumur 39 tahun itu menekankan kata ketemu dikalimatnya dengan gerakan kedua jari, membuat gerakan tanda petik dengan kedua tangannya.
Mingyu tahu apa maksud Wonwoo dan mengarah kemana kalimat mantan suaminya. Pria cantik berbadan ramping itu pasti mengira bahwa ia sangat ingin menginap di hotel karena sudah ada janji 'ketemu' dengan seseorang yang sudah Mingyu sewa dan akan ditemani oleh orang tersebut, lalu, mereka akan menghabiskan sisa malam ini dengan beradegan dewasa di kamar hotel, nantinya.
Tapi, tidak hanya Wonwoo yang berfikiran seperti itu, sebenarnya Mingyu juga berfikir yang hampir sama, yaitu saat ini Wonwoo ke Bali tidak hanya untuk bussiness trip, tapi, berlibur dengan orang yang sedang dekat dengan mantan suaminya itu, dan saat ini orang tersebut tidak berada di sana karena mengetahui ia dan anaknya datang untuk berkunjung. Mingyu tidak tahu bahwa orang yang ia maksud tidak pernah ada di dunia ini karena yang Wonwoo lakukan selama dua tahun ini hanya fokus pada pekerjaannya dan belajar untuk menjadi papa serta ayah yang selalu bisa Chan andalkan ketika ia absen untuk menjaga anak remaja mereka.
“If I’m allowed here, I’ll stay the night.” jawab Mingyu sembari mengelus acak surai Chan yang masih berada di sampingnya, menunggu ayahnya menyetujui idenya. Wonwoo hanya tersenyum simpul saat Chan berkata “Horay!” seperti anak kecil yang kesenengan. Dan di dalam lubuk hatinya yang dalam, Wonwoo merasa lega karena Mingyu tidak akan bersama dengan orang asing yang akan menemaninya tidur malam ini. Mingyu berada bersamanya.
“Okay, I’m gonna take a shower first, setelah itu kamu bisa unpacking di kamar ku,” Wonwoo berkata sembari bangun dari posisi duduknya, menghampiri Chan yang baru saja akan membuka ponsel-nya dan laporan kepada ke-empat teman dekatnya. “Dan kamu anak remaja, ayok, mandi! Hari ini kamu main seharian di luar!” kata Wonwoo sembari mengambil benda pipih yang berada digenggaman anaknya dan berlalu meninggalkan Mingyu serta Chan.
“Nanti lanjutin lagi main handphone-nya!” kata pria manis berkacamata itu sambil melambaikan benda pipih milik anaknya.
“Aaaaaaaaahh~ Papaaaaaa~ handphonkuuu~” rengek Chan mengikuti langkah kaki Papanya yang sudah membawa kabur ponselnya itu menuju ke kamar tempatnya akan bermalam.
Mingyu sudah terbiasa dengan apa yang ia lihat di hadapannya. Ia sangat tahu kalau dari dulu, Wonwoo selalu rewel dengannya dan Chan apabila mereka baru pulang dari berkegiatan di rumah, pria manis bermanik rubah itu pasti bawel dan meminta mereka membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, lalu mereka bisa kembali melanjutkan apapun kegiatan mereka di dalam rumah. Suasana rumah yang sudah tak pernah Mingyu rasakan selama 2 tahun belakangan ini, sangat ia rindukan. Karena setelah berpisah dengan Wonwoo, saat ia pulang ke rumah yang ia temukan hanya rumah besar yang hampa dan kamar tidur yang besar dengan kasur king size yang kosong.
***
Pria berbadan atletis yang malam ini sudah menggunakan baju rumahnya itu kembali duduk bersandar untuk mengistirahatkan tubuhnya di ruang keluarga yang teradapat di private villa tersebut sembari menatap ke sekeliling rumah minimalis dengan dominan putih dan abu-abu itu, mengabsen setiap sudutnya, tidak ada yang berubah. Kenangan-kenangan indah dengan mantan suaminya yang ia miliki di dalam rumah itu pun sekelebat perlahan muncul satu persatu tak terbantahkan, membuat pria berbadan tinggi atletis tersebut tersenyum membayangkan memori yang mungkin tidak akan terjadi lagi dan tak pernah ingin ia lupakan.
“Why are you smiling?” tanya Wonwoo dengan suaranya yang lembut kepada pria yang masih diposisinya saat ia berjalan melewati mantan suaminya itu untuk berjalan ke arah dapur.
“Ngga,” jawab Mingyu sedikit terkejut ketika Wonwoo keluar dari kamar Chan. “Tiba-tiba mikir kalau villa ini udah tua juga ya umurnya?” tanya Mingyu kepada Wonwoo masih dengan posisinya yang sama.
“Beer?” tanya Wonwoo sembari meletakkan kaleng putih dengan gambar bintang berwarna merah dingin di pipi mantan suaminya itu dari belakang sofa tempat Mingyu bersantai.
“Thank you.” kata Mingyu sembari mengambil bir yang tadi ditempelkan Wonwoo pada pipinya, dan membuka kaleng tersebut.
“Not that old, baru 7 tahun,” jawab pria manis yang sudah menggunakan celana pendek rumah berwarna khaki dan t-shirt putih oversized seperti yang biasa pria manis itu gunakan bila di rumah sembari berjalan meninggalkan Mingyu ke pintu kaca yang tersambung dengan kolam renang yang terdapat di villa pribadi mereka berdua itu.
Pria manis berkacamata serta bersurai hitam itu dengan tenang duduk di pinggir kolam renang dengan kakinya yang sudah masuk ke dalam bak raksasa berisikan air biru jernih yang terdapat di sana. Sedangkan Mingyu, sudah mengikuti langkah mantan kekasihnya yang sedang mendongakkan kepala sembari menatap langit gelap dengan beberapa bintang yang terpampang di depan manik rubahnya yang terbalut kacamata frame hitam itu.
“Can I sit here?” tanya Mingyu ketika Wonwoo sudah mendongakkan wajahnya ke samping dan melihat ke arahnya.
Wonwoo menganggukkan kepala, mengizinkan pria itu untuk duduk di sampingnya, dan, mengalihkan pandangannya pada kaleng bir ditangannya, menyuruputnya perlahan. Sedangkan Mingyu sudah duduk di kanan pria yang pernah – bahkan masih – menjadi sebagian dari hidupnya, memasukkan kedua kakinya ke dalam kolam renang, sama dengan apa yang Wonwoo lakukan. Jarak mereka sangat dekat kali ini, lebih dekat dari biasanya selama 2 tahun belakangan ini.
“Chan udah tidur?” tanya Mingyu sembari menatap wajah mantan suaminya itu, Wonwoo menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan pria yang kini sudah duduk menemaninya.
Ruangan terbuka itu kembali hening dengan fikiran mereka sendiri sembari menatap ke langit Bali yang dihiasi bulan beserta bintang-bintang, sembari sesekali kedua pria dewasa itu menyesap bir yang mereka pegang masing-masing untuk menghangatkan tubuh mereka malam ini.
“Do you still remember, Nu?” tanya Mingyu memecah keheningan antara mereka berdua dengan suara lembutnya. “14 tahun yang lalu, waktu kita pertama kali ketemu Chan di acara Penggalangan Dana Jeon Foundation,” lanjutnya.
Wonwoo tersenyum, dan terbawa kembali ke kenangan yang mereka miliki di 14 tahun yang lalu. Untuk pertama kalinya pria manis itu bertemu dengan seorang anak kecil berumur 2 tahun yang membuat jantungnya berdegup kencang sesaat ketika jarinya digenggam oleh tangan kecil itu.
“Masih inget ngga pertama kali kamu jatuh cinta sama Chan?” tanya Mingyu kembali menatap wajah pria manis dengan surai hitam yang sudah mulai gondrong di sampingnya. Pria tampan berbadan atletis itu tersenyum sembari meletakkan kaleng bir di sampingnya dan menyandarkan tubuhnya yang sudah ditopang oleh kedua tangannya di belakang sembari menatap ke langit. Ia kembali ke masa-masa lalu yang mereka habiskan berdua.
Wonwoo tersenyum simpul sembari merapihkan surai pada keningnya yang mulai menusuk mata cokelat indahnya, dan ikut menatap ke langit, seolah memori di hari itu terpampang jelas di sana bak layar TV raksasa. Tentu ia sangat jelas mengingat apa yang terjadi pada hari dimana untuk pertama kalinya mereka bertemu dengan anak remaja yang kini sedang tertidur lelap di dalam kamarnya.
“I remember vividly you crying in the car waktu Chan dadah-dadah ke kamu sambil senyum pas kita mau pulang,” kata Mingyu pelan dengan nada suara baritone-nya, dan tersenyum memamerkan kedua taringnya yang selalu menjadi daya tariknya.
Wonwoo mengangguk sambil tersenyum dan menatap ke arah Mingyu, “Aku minta kamu untuk puter balik mobil karena aku ngga mau pulang.” jawab Wonwoo, Mingyu menatap wajah manis pria di sampingnya masih tersenyum.
“Yes, and that’s the first time in my life I saw you crying dan ngerengek ke aku pengen bawa Chan pulang ke rumah,” kata Mingyu sembari menatap ke Wonwoo. “All the way home. Saat itu yang bisa aku lakuin cuma meluk kamu dan janji akan temenin kamu ketemu Chan lagi.” lanjut pria tampan itu, tersenyum mengingat kenangan indahnya, kini wajah Wonwoo sedikit merona di dalam gelapnya malam.
“Inget ngga kamu, Gyu?” tanya Wonwoo dengan suara lembutnya, Mingyu menatap Wonwoo semakin dalam mengabsen wajah manis pria yang selalu menjadi pemenang dari semua orang yang pernah ia temui, di hatinya. “After waiting for 2 years, and our dream house is finally built, kita bisa bawa Chan pulang ke rumah barunya.” mata pria manis itu berkaca-kaca, dadanya masih berdegup kencang saat mengingat hari itu.
“I proposed to you later that evening,” lanjut Mingyu sembari tersenyum. “And promise to always take care of both you and Chan.” lanjutnya sembari bernafas berat sebari membenarkan duduknya dan kembali meminum bir kaleng yang tadi ia letakkan.
“I know you’ve been trying.” cicit Wonwoo sembari menenggak isi dari kaleng birnya.
“I am.” jawab Mingyu.
Kedua pria dewasa itu kembali terdiam kembali, kini yang terdengar hanya suara angin sepoy-sepoy, dan beberapa kali bunyi air yang ditendang pelan oleh Mingyu, ditemani bintang dengan remangnya penerangan pada sisi kolam renang di private villa mereka.
“Hmm,” Mingyu berdeham untuk memecah kesunyian kesekian kalinya. “Ngomong-ngomong, kamu dapet salam dari Seokmin.” kata Ayah dari Chan itu.
“Inget kan?” tanya Mingyu kepada Wonwoo yang sedang memainkan bibir kaleng bir ditangannya.
“Inget,” jawab Wonwoo. “Seokmin temen SMA kamu yang selalu kasih aku kertas-kertas yang isinya gombalan dari kamu kan?” tanya pria manis berkacamata itu memastikan.
Mingyu tersenyum menyeringai, “Siapa yang nyangka anak rebel kelas sepuluh kaya aku bisa pacaran sama calon ketua OSIS periode selanjutnya?” pria tampan itu jelas sedang mengingat masa SMAnya dengan Wonwoo.
“Waktu itu, inget ngga kamu abis diceng-cengin temen seangkatan aku dan anak OSIS-MPR karena percaya dirinya mau deketin aku.” Wonwoo tersenyum mengingatnya kembali.
“Jangan sedih, aku selalu hafalin jadwal kamu ke perpustakaan,” lanjut Mingyu. “Terus, kamu tiba-tiba ada di samping aku sambil bisik-bisik, ‘nyari siapa, Mingyu kelas sepuluh dua?’ terus aku kaget banget.” kenang pria tampan itu sembari tertawa renyah.
“Konyol ya,” kata Wonwoo sembari merapihkan rambutnya yang tersibak angin malam.
“Siapa?” tanya Mingyu.
“Kita, Mingyu,” jawab Wonwoo sembari memainkan kakinya pelan di dalam kolam renang. “Without us realizing it, we’ve been together for almost 23 years.” lanjut Wonwoo.
Mingyu dan Wonwoo tersenyum, mereka lagi-lagi terdiam sembari mengingat kembali 23 tahun kebersamaan mereka.
“But strangely, no matter how mad I get at you, I never want to break up and see you with another chick.” Wonwoo membuka suaranya, mengeluarkan isi hatinya.
“I feel the same way,” timpal Mingyu, “It’s just you.” lanjut pria yang lebih muda satu tahun dari mantan suaminya itu, dengan suaranya yang mencicit.
Mereka kembali terdiam, darah dalam tubuh Wonwoo berdesir, jantungnya mulai berdetak sedikit cepat tak biasa, begitupun dengan Mingyu.
“Kamu inget first kiss kita ngga, Nu?” tanya Mingyu memecahkan kesunyian antara mereka sembari memainkan jarinya di atas air yang mengambang di hadapannya. Wonwoo hanya merapihkan kembali surai rambutnya, pipinya memanas mendengar pertanyaan dari mantan suaminya itu.
Tentu saja Wonwoo ingat, pria manis berkacamata itu tidak akan lupa hari di mana untuk pertama kali dalam hidupnya jantungnya berdegup kencang tak beraturan, perutnya dipenuhi oleh kupu-kupu yang beterbangan saat bibir Mingyu menyentuh bibirnya lembut.
“Inget, Mingyu,” jawab Wonwoo sambil menatap manik elang mantan suaminya yang sedang menatap kearahnya. “Very clearly.” lanjut pria manis itu dengan suaranya yang mencicit.
Sebenarnya, di dalam remang malam ini wajah Wonwoo kembali bersemu dan jantungnya berdegup sedikit tak teratur saat ia mengingat kejadian tersebut. Bagaimana tidak? Mingyu adalah pria satu-satunya yang mengisi hari-harinya lebih dari setengah umurnya saat ini. Hanya dengan Mingyu lah semua kalimat pertama kali untuk Wonwoo.
“I also remember very clearly, Nu,” jawab Mingyu. “Di taman belakang sekolah, waktu kamu tiduran di paha aku sambil baca novel kesukaan kamu,” kata Mingyu menimpali.
“Apa judulnya? Galgadot?” tanya Mingyu mencoba mengingat buku dengan cover biru yang bergambarkan sebuah toko yang selalu Wonwoo bawa ketika jam kosongnya.
Wonwoo tertawa kecil dengan hidungnya yang mengernyit, membuat Mingyu masih menahan kegemasannya pada pria yang kini berada di sampingnya itu.
“Dollagoot,” jawab Wonwoo, masih dengan suara tawanya.
“Nah, iya itu! Haha.” kata Mingyu ikut tertawa bersama dengan mantan suaminya itu.
“Kamu tau ngga?” tanya Mingyu kepada pria yang masih menatapnya. Kini mereka sudah kembali saling bertatap, Wonwoo kembali terdiam, ia menjawabnya dengan alis yang terangkat tanda meminta Mingyu untuk melanjutkan kalimatnya. “Back then, I was so amused by your beauty face while reading a book, so, I dared myself to kiss you.” lanjut pria itu sambil tertawa ketika mengingat betapa penuh pertimbangannya ia saat ingin mencium mantan suaminya itu.
“Yang ada dipikiran aku, antara kamu bangun dan nampar aku, terus, pergi,” lanjut Mingyu, “Or we kissed.” kata pria beranak satu itu.
Wonwoo kembali tersenyum saat dengan jelas ia masih mengingatnya, karena jawaban yang Mingyu dapat adalah pria berkacamata tersebut sempat terdiam ketika bibir lembut itu menyentuh ranumnya, dan kemudian membalas ciuman lembut itu sembari menutup wajah mereka yang sedang bersatu dengan buku yang ada digenggamannya.
“Just like now,” kata Mingyu meletakkan kaleng bir yang ia dan Wonwoo pegang sedari tadi, kemudian bergerak untuk mendekatkan tubuhnya dengan pria yang berada di sampingnya. “I dare myself again to kiss you.” lanjut Ayah Chan dengan telapak tangannya yang sudah menyentuh lembut rahang tegas milik Wonwoo.
Seperti terhipnotis dan tidak bisa berkata apapun, Wonwoo dengan refleks memejamkan matanya ketika ia dapat merasakan nafas Mingyu yang semakin mendekat di hadapannya, lalu, ia merasakan bibir kenyal mantan suaminya itu dengan lembut sudah menyentuh ranumnya. Wonwoo dengan perlahan mulai membalas ciuman yang Mingyu berikan sembari meremat kedua sisi t-shirt putih pada bagian pinggang Mingyu. Bibir yang 2 tahun ini Wonwoo rindukan, membuat jantungnya berdegup kencang begitupun dengan perutnya yang tergelitik, tak hanya pria manis itu, Mingyupun merasakan hal yang sama.
It still feels the same, because nothing has changed, but no one wants to admit it.
Ciuman itu berlangsung cukup lama hingga Wonwoo membuka matanya sesaat ketika lidah mereka akan saling menyapa. Wonwoo menahan dada Mingyu yang sudah semakin dekat dengannya, pria manis itu melepaskan penyatuan bibir mereka, lalu, berdiri dari tempatnya duduk.
“It’s already late, Gyu,” kata Wonwoo dengan suaranya yang pelan. “We should sleep.” lanjut pria itu yang berjalan sedikit terburu-buru kembali ke dalam rumah dengan celananya yang sudah basah oleh air dari kolam renang tempat mereka duduk.
Mingyu masih di tempat saat Wonwoo meninggalkannya, tadi. Pria tampan itu menatap ke arah langit yang masih dipenuhi bintang dengan bulan yang bersinar cukup terang sembari memegang bibirnya. Masih terasa bibir Wonwoo dengan rasa bir yang sebelumnya pria manis itu esap.
Sementara Wonwoo yang sudah berbaring di samping anak remajanya yang masih nyenyak di alam mimpinya itu, menatap kosong ke arah langit sembari menyentuh bibirnya pelan, seolah ia masih merasakan bibir kenyal Mingyu masih berada di sana. Jantungnya masih berdebar, kupu-kupu yang telah lama tertidur seolah terbangun dan mulai kembali beterbangan di perutnya, menggelitik. Wonwoo kembali bingung dengan perasaannya terhadap Mingyu malam ini, Apakah perasaannya terhadap mantan suaminya itu memang sudah berubah saat ia memutuskan untuk bercerai, atau sebenarnya ia hanya menahan karena rasa amarah sesaat agar rasa itu tidak pernah muncul kepermukaan?
Wonwoo and Mingyu spent the night with their thoughts, thinking about what would happen next.