“Pa, ini lho handphone kamu hampir ketinggalan.” kata seorang wanita paruh baya menyerahkan benda pipih milik pria yang ia panggil ‘Pa’ itu.
“Owalah, ada di kamu ternyata, dari tadi saya cari ngga nemu. Thank you, Mama Woozi.” kata pria berbadan tegap itu mengelus lengan istrinya dan memasukkan ponsel itu ke dalam saku celana bahannya.
“Sini aku benerin dulu dasinya.” kata wanita itu kepada sang suami yang sudah berada di hadapannya, dengan tangan lincahnya ia menyimpul dasi yang sudah melingkar di leher Mingyu — pria yang ia panggil 'Pa' tadi.
“Nanti malem lembur lagi kamu?” tanya wanita yang memiliki tahi lalat di bawah bibirnya kepada sang suami. “Semalem kamu pulang aku sama dedek udah bobok.” lanjut wanita itu dengan nadanya yang manja, sedikit kecewa karena permintaannya tidak dikabulkan oleh Mingyu.
“Iya, tapi kan saya sudah izin sama kamu dan dedek.” jawab pria tampan itu seraya mengelus perut istrinya.
“Sedih, dedeknya mau dipeluk papa, mamanya juga.” kata Karina — wanita paruh baya yang sedang merapihkan dasi suaminya.
“Saya usahakan pulang tepat waktu.” jawab Mingyu. “Tapi, saya ngga bisa janji karena di kantor sedang banyak pekerjaan, Karina, semuanya sedang sibuk.” lanjutnya.
'Kalau kamu jelas sibuk main sama anak 18 tahun?' Karina membathin.
Setelah Karina selesai merapihkan dasinya, Mingyu menundukkan tubuhnya sembari izin untuk berangkat kepada perut Karina yang semakin hari semakin membesar, bunyi kecupan dari bibir suaminya membuat wanita setengah baya itu tersenyum.
“Mamanya ngga di-kiss juga?” pinta wanita hamil itu, dengan tenang Mingyu menurutinya, memberikan kecupan cepat pada kening, dan bibir sang istri.
“By the way, pa, aku hari ini mau ke rumah mama ya.” izin Karina. “Bosen di rumah, kalau ke mall pegel jalan.” lanjutnya.
“Boleh saja, terserah kamu.” jawab Mingyu sembari berjalan mengambil jas-nya.
Pria tinggi besar itu berbalik badan sebelum keluar dari kamar utama istana 3 tingkat yang mereka huni, “Belakangan ini kamu sering banget ke mama?” tanya Mingyu dengan nada tenang walaupun hatinya sangat penasaran.
“Ngga ada apa-apa, aku mau bahas syukuran 6 bulanan dedek, soalnya kalau diskusi sama kamu, kamunya sibuk banget—” jawab Karina dengan tenang. “Sama mainannya.” lanjut wanita paruh baya itu dengan nada yang sangat kecil.
“Apa?” tanya Mingyu yang tidak jelas mendengar cicitan istrinya.
“Nothing, aku cuma bilang kalau nanti aku pergi sama Lia.” lanjutnya. Mingyu mengangguk tanpa ada rasa curiga.
“Oh iya sayang, aku lupa ngasih kamu sesuatu.” kata Karina ketika Mingyu sudah membuka pintu kamarnya.
Seraya membuka laci nakas, Karina mengeluarkan kotak segi empat berbahan suede warna hijau toska yang berisikan kalung life guard yang seharusnya berada manis di leher kekasih gelapnya.
“Lia bilang ini dia temuin di kamar hotel kamu waktu jemput aku.” kata Karina dengan nada tenangnya.
“This is for me right?” tanya wanita itu penuh dengan percaya diri, walaupun Karina sesungguhnya sudah tahu jika kalung itu bukan untuknya, ia pernah melihat seseorang menggunakan kalung yang sama, seseorang yang sangat ia kenal.
Kalung yang kini ada di hadapan sepasang suami istri itu adalah kalung yang diberikan Lia kepada Karina sepulangnya mereka dari Melbourne. Lia mengatakan kepada wanita cantik itu bahwa kalung tersebut dibelikan oleh Mingyu untuk dirinya, namun, ketika ia melihat ada ukiran inisal ‘MW’ pada belakang pendant-nya, Karina langsung disadarkan kalung bukan untuknya. Melainkan milik tutor anaknya — Kakak Wonwoo. MW adalah Mingyu Wonwoo, bukan Mingyu Woozi seperti yang Lia katakan pada dirinya ketika menyerahkan benda itu. Karina sangat yakin.
Mingyu masih terpaku ketika melihat kalung kesayangan baby foxy-nya sudah berada di tangan Karina. Ingin rasanya ia pergi membawa kalung itu menjauh dari istrinya, dan memberikan kepada pria yang seharusnya memang memiliki benda kecil tersebut.
'Aku tahu pasti kamu kaget kan kalau aku punya kalung Wonwoo, Mingyu? Calm, sayang, dia ngga akan pernah punya benda ini lagi, karena kalung ini sudah jadi hak milik aku. Walaupun jujur, kalung ini jelek banget.' Kata Karina kembali bergumam.
“Pa?” panggil Karina membuyarkan lemunan sang suami.
“Ya?”
“Pakein!” Pinta wanita hamil, seraya memberikan kalung itu pada pria yang sudah bersiap untuk pergi ke kantor pagi itu. “Although this is not my taste, tapi apapun dari kamu pasti akan selalu aku pake.” senyumnya.
'Karena kamu ngga boleh jadi milik siapapun kecuali aku. Of course' kata Karina bergumam dalam hatinya.
Mingyu berusaha menenangkan dirinya, ia lalu berjalan mendekati sang istri dan memakaikan hadiah kecil yang sengaja ia berikan untuk Wonwoo beberapa tahun yang lalu. Bukannya malah meminta maaf kepada Karina akan perselingkuhannya, Mingyu malah bergumam minta maaf kepada Wonwoo karena sudah memakaikan kalung keberuntungan baby foxy-nya kepada sang istri.
“Thank you, sayang.” kata Karina sembari memeluk suaminya.
Mingyu terdiam.