Pampering Time


Part of Reunited Universe
tw: clingy, fluff, explisit matured content, blowjob, foreplay.

Sebenarnya sudah empat atau lima hari ini badanku terasa tidak biasa, dari pusing yang terkadang menyerang ngga karuan hingga membuatku mual-mual atau suhu badan yang naik lalu turun lagi. 'Apa aku kena typus ya?' Tapi, semua akan kembali baik-baik saja ketika Kak Mingyu memelukku dan menghujami wajahku dengan kecupan-kecupannya. 'Apa aku kurang belaian ya?' Belaian mana sih yang kurang? Kayaknya itu bukan jawaban yang tepat. Googling? semua jawaban di situs pencarian itu membuatku takut. Sepertinya aku tidak akan ke rumah sakit kalau begitu ceritanya.

Kini aku sedang berada di ruang tengah karena harus menyelesaikan pekerjaanku yang terbengkalai dua hari ini. Banyak e-mail masuk dan juga group whatsapp yang tak henti-hentinya menyala. Semakin pusing saja kepala ini dibuatnya.

“Lho? Kok kamu di sini?” Suara kaget suamiku yang baru datang membuatku sama kagetnya dengan si dia dan mengalihkan pandanganku ke arah suaranya.

“Kayaknya sakitku makin parah deh, jam setengah 12 aku halusinasiin Mingyu.” Kataku sembarangan sambil memegang kepalaku.

“Serius? Ke dokter ya?” Tanya suara itu yang semakin mendekat, meletakkan telapak tangannya di jidatku dan merasakan suhu tubuhku. Aku? Tentu masih tercengang. Harusnya, suamiku itu pulang besok pagi bukan malam ini.

“Eh, kamu tuh beneran Ayah? Bukan halusinasi?” Tanyaku.

“Ya bukanlah, ini lho suamimu buru-buru pulang. Ngga bisa kerja akunya.” Kata pria berbadan tegap itu langsung memeluk tubuhku. Terasa sangat nyata, atau memang ini nyata? Sudahlah, kupeluk saja.

“Kok kamu malah kerja?” Tanyanya.

“Dua hari aku tinggalin, ngga enak sama anak-anak. Kasian.” Kataku meminum teh jasmin madu yang dibuatkan oleh si dia beberapa saat yang lalu. Dia langsung mendudukkan badannya di sampingku.

“Masuk yuk! Kamu istirahat, biar aku bebersih.” Ajaknya, kini badanku sudah berada di pelukannya dengan kepalaku yang sudah berada di dadanya. Mengusak-ngusakkan rambutku ke dadanya — seperti kitten, manja.

“Ngga usah mandi sih, Kak. I like your scent and want to hug you until morning, boleh?” Tanyaku. Tumben banget, aku adalah manusia yang selalu ngomel sama si dia kalau pulang langsung main sama Yulna dan ngga bersih-bersih dulu. Tapi, malam ini kayaknya I will give him an excuse karena aku benar-benar ingin menikmati wanginya yang sudah tercampur dengan keringat itu. Soothing me more.

“Tapi akunya keringetan, sayang. Dan gerah.” Katanya sembari mengelus suraiku.

Its okay, Honey. Kan di kamar pake AC.” Kataku insist.

“Yaudah, tapi besok pagi aku jangan diomelin lho ya, janji?” Tanyanya. Dia memang selalu kesel kalau aku omelin, katanya dia merasa seumuran dengan Yulna.

“Promise.” jawabku sambil tersenyum dan mengecup bibirnya sekilas, si dia membalas kecupanku.

“Masuk, yok! Kamu harus bobok, nanti panasnya makin tinggi.” Kata Kak Mingyu yang langsung melepaskan pelukannya dan mengangkat tubuhku.

“Udah ngga panas aku, kak.” Kataku dengan suara halus ketika si dia meletakkan tubuhku di atas tempat tidur yang biasa kita gunakan. Kak Mingyu itu langsung membuka pakaiannya dan segera membaringkan tubuhnya di sebelahku. Iya, dia memang selalu melepas bajunya dan hanya memakai boxer atau kadang hanya celana dalam saja. Memang kebiasannya.

Aku tahu betapa melelahkan perjalanannya hari ini, tapi aku malah menuntutnya to pamper me more. “Kenapa, sayang?” Tanyanya ketika tubuhku sudah memeluknya dan menenggelamkan wajahku di ketiaknya.

“Nothing, just love this spot.” si dia mengecupi pucukku berkali-kali. I feel so calm right now.

“Capek banget ya, Kak?”

“Lumayan, kamu mau minta apa?” Dia selalu tahu yang bahkan belum pernah terfikirkan olehku.

“Ngga jadi. Tidur aja.” Kataku menggelengkan kepalaku.

“Besok pagi aja ya, sayang. Kalau angetnya udah turun. Tapi aku mau request.” Katanya, sudah tentu dia tau apa yang aku mau in this rate.

“What kind of request?”

“Ke dokter. Abis kita 'olahraga' pagi, kita ke dokter.”

“Kak~” rengekku. Literally merengek.

“Ngga ada. Yuk, bobok! Sayang kamu.” Katanya mengecup pucuk kepala gue.

“Hmm.. love you, more.


Sesuai dengan janji semalam, seperti inilah kronologisnya pagi ini. Kim Wonwoo bangun pagi, dan mulai mengecupi seluruh tubuh Kim Mingyunya ini yang sedari semalam belum mandi dari perjalanannya pulang ke Jakarta dari Jogja.

Si Mingyu ini yang adalah gue tentu saja terbangun dari tidurnya karena sentuhan-sentuhan bibir hangat kenyal. Baju gue memang selalu gue lepas ketika ingin tidur — sama halnya dengan semalam — dan pagi ini tubuh gue yang tak terlapisi apapun sudah mendapatkan sentuhan spesial dari pria cantik yang sudah resmi menjadi suami gue dari dua tahun lalu. Tidak hanya kesadaran gue yang bangun namun yang hal yang lainpun bangun — seharusnya tertidur.

“Are you awake?” tanyanya dengan wajah sayu yang sangat menggoda gue.

“Hmm.” Jawab gue dengan suara serak bangun tidur. “Ngapain disitu?” Tanya gue ketika mendapati si dia sudah ada di atas tubuh gue, tersenyum jahil.

“Mau ke dokter ya berarti?” Tanyaku menggodanya, dan anggukan yang kulihat. Well hi, good morning little guy.

“I want on top.” pintanya. Tentu saja, With my pleasure, my prince.

Gue menyenderkan tubuhku di headboard, dan si dia naik di atas tubuh gue dengan tubuhnya yang kini tidak terbalut satu kainpun. Dia mulai menyium bibir gue dengan ciuman acak yang sangat menggairahkan pagi ini. Gue elus lembut pinggangnya menggunakan ibu jari dengan satu tangan dan tangan lainnya mulai menggerayangi tubuhnya perlahan. Desahannya tenggelam di dalam ciuman panas kami yang saling menuntut. Yang gue sangat tau, now he's very horny dan gue sangat menyukai pemandangan ini.

Si gue yang juga tak kalah nafsu karena terpancing olehnya, kini mulai mengecupi leher jenjangnya sembari menggodanya. Hisapan tanpa bekas tanda dan jilatan lembut yang membuatnya melenguh indah. Wonwoo melemparkan kepalanya ke belakang seakan memberi gue banyak akses untuk bermain di sana. Wonwoo mengambil tangan gue yang ada di pinggangnya untuk menyentuh tonjolan di dadanya, gue pilin tonjolan pink kecoklatan itu dan menghisap sisi lainnya, kini badannya membusung. Cantik banget. Suami gue secantik itu. Pagi ini, let me take him to heaven's clouds dan terbang to seventh heaven karena kenikmatan.

“Ah~” desahnya manja ketika gue masukkan satu jari ke lubangnya yang berada di antara benda kenyal miliknya yang semakin hari semakin kencang dan menggemaskan.

“Lagi ngga?” Tanya gue yang dijawab dengan anggukan, kini Wonwoo sedang menggigit bibirnya yang dihiasi dengan manik sayu yang malahan more and more turn me on — tanpa dia sadari.

“Nghhh.. Please, make it three.” Katanya ketika dua jari gue sudah dilahap oleh lubangnya.

“Oke. Dengan senang hati, sayang.” Kata gue berbisik menggodanya, menambahkan satu jari dan menusukkannya semakin dalam, mengocoknya — melakukan gestur masuk-keluar di bawah sana. Basah. Di dalam sana jelas sudah becek.

“Aangh! Kak, lick me.” kata si dia nakal yang kemudian merubah posisinya, wajahnya sudah berada di antara selangkangan gue dan mengulum kejantanan gue seakan milik gue itu adalah permen 'chupa chups' yang sesekali gue beli untuk Yulna bila tidak menemukan lolipop rainbow favoritenya. Pemandangan gue saat ini adalah lubang berkerut milik si dia yang sangat menggoda untuk gue jilat — dan ya, itu yang sedang gue lakukan, sesuai permintaannya. Desahan gue dan Wonwoo memenuhi kamar kami pagi ini. Gue yang mengerang, dia yang memintah lebih dengan suara desahan sensualnya.

“Okay.” katanya ketika sudah memastikan kejantanan gue berdiri tegak, membalikkan tubuhnya menjadi menghadap gue.

Wonwoo memposisikan sendiri kejantanan gue untuk masuk ke dalam lubangnya yang dapat gue katakan sudah basah banget.

“Ahhh..” desahnya ketika milik gue sudah masuk dan gue bantu dengan sedikit dorongan agar masuk total ke sana.

“Goyangin, kalau kamu udah siap.” Pinta gue. Dan itulah yang si dia lakukan.

Akan gue gambarkan lagi pemandangan gue sekarang. Wonwoo yang indah, desahan sensualnya yang bersautan dengan desahan gue, berada di atas gue and he rides me up and down randomly, with his lustful fox eyes, semakin lama semakin cepat.

Gue kocok kejantanannya yang semakin mengeras dan berkedut dengan acak hingga si dia berhenti dari kegiatannya “aanggh... kak, I want cum nghh.. haah.. wait” katanya menyerang bibir gue dan mengulumnya acak. Gue? Tidak memdengarkannya dan terus mengocok kejantannya hingga putihnya menyembur ke perut dan tangan gue dengan tubuhnya bergetar sangat sexy.

“Nghh. Aahh!” Desahnya lagi ketika dia masih memeluk gue dan sekarang biarkan gue yang melanjutkannya karena gue akan keluar sebentar lagi.

Too deep! Ngghh, Kak!” Desahnya. Yes, gue menumbuk sweet spotnya berulang kali, semakin dalam. Desahan dan kalimat-kalimat nikmat yang keluar dari mulut gue serta desahannya yang semakin tak terbendung. Putihnya keluar lagi berbarengan dengan gue yang keluar di dalam lubangnya — penuh.

“Penuh banget, kak. Aku mual.” Katanya ketika 'connection' kita sudah terlepas.

“Kamu bandel sih, godain aku.”

“Pengennya dari semalem tauk!” Jawabnya manja. “Tapikan kamu capek. Kasian. Hehe.” Cengirnya dan mengecup bibir gue dengan lembut dan gue balas ciumannya dengan sayang.

“Jadi ke dokter ya?”

“Ih iyaaa, bawel.” Katanya, memeluk tubuhku.

“Gendong ke kamar mandi, Kak. Capek.” Katanya.

Ya Tuhan, manja banget suami gue dan gue suka ini. Moment ini yang membuat gue semakin tergila-gila dengannya. I fall in love with him every day. More and more.