Public Display of Affection
[Narasi 2]
tw//mild matured content — PDA — 🔞
Please be wise readers 🙏
Setelah huru-hara di group Mingyu dan teman-teman dekatnya dari Jurusan Seni Rupa akibat dari Soekmin yang tiba-tiba tantrum karena cemburu buta dengan pasangan yang masih bahagia — Seungcheol dan Joshua. Kini Mingyu, Ichan, Wonwoo dan Seungkwan sudah berada di rumah Hansol untuk meeting update perhelatan event musik tahunan kampusnya, sesuai dengan yang dijanjikan.
Seperti yang dapat ke empat orang tadi dapat lihat di ruang tengah rumah berarsitektur modern ini, ada pria dengan perawakan kurus, hidung bak perosotan, bibir mengerucut yang sedari tadi membuat onar di chat group kini sudah merengut, jelek.
Ya Tuhan, sahabat gue jelek amat! Untung laki gue ganteng. gumam Mingyu dalam hatinya.
“Soonyoung belum dateng?” Tanya Wonwoo kepada sang pemilik rumah yang tadi membukakannya pintu.
“Belum dateng. Soalnya, dia berangkat dari Depok.” Kata Hansol. Wonwoo mengangguk, mendudukkan dirinya di samping Seokmin. Ichan dan Seungkwan kini sudah sibuk di depan TV 42 inch milik Hansol dan mengutak-atik channel TV, lebih memilih untuk menonton, tidak ingin ikut campur urusan kakak tingkatnya yang sedang bermuram durja.
“Seok, are you okay?” Tanya Wonwoo dengan nada pelan, khawatir bila Seokmin akan tersinggung.
“Ngga usah peduliin gue. Gue ngga papa, Nu.” Jawab Seokmin dengan nada yang dibuat selembut mungkin, menghormati Wonwoo yang memberikan nada khawatirnya.
“You are not. Better cerita sebelum anak-anak yang lain dateng. It's okay, I can keep a secret.” Kata Wonwoo. Seokmin sedang mempertimbangkan tawaran Wonwoo saat Mingyu datang yang kemungkinan dari kamar mandi, karena sepanjang perjalanan pria itu ngedumel kebelet pipis.
Mingyu bergabung dengan mereka berdua. Duduk di samping Wonwoo, memeluk prianya dan menyandarkan dagunya di bahu sang kekasih. Sesekali mengecup leher kekasihnya dan dibalas usapan halus pada tangan Mingyu yang melingkar diperut Wonwoo.
“Jadi gini—” Omongan Seokmin terpotong. “Harus banget mesra-mesra-an di depan gue?” Tanya Seokmin yang mengurungkan niat ketika melihat apa yang sahabat dan kekasih sahabatnya itu lakukan.
“Go ahead, Mingyu cuekin aja.” Kata Wonwoo — berusaha maksimal untuk — santai. Mengaitkan jemari Mingyu dan miliknya agar Mingyu tidak mengelus mesra perutnya, menambah rangsangan dari sebelumnya.
Dan yang dua pria itu tidak tahu, kini Wonwoo sedang mencoba mengembalikan konsentrasinya, karena saat ini difikiran Wonwoo hanya ingin duduk di atas Mingyu, menggesekkan kejantanannya dengan sang kekasih dan menyentuh kulit tan serta tubuh bidang berotot itu. Melumat habis bibir kekasihnya.
Mingyu, please stop! Aku ngga konsen dengerin Seokmin! And, this baby of Wonwoo is getting hard! rengek Wonwoo dalam hati. Rengekan itu berasal dari kecupan di leher yang Mingyu berikan, naik menjadi kecupan di belakang daun telinganya, sesekali menjilat pelan bawah daun telinga Wonwoo. Salah satu titik sensitif milik Wonwoo.
“Lo taukan gue sama Joshi pernah deket? Ya itu, gue muak aja liat Bang Cheol pake handphone Joshi bales chat group! Ya ngga usah pake nama dia juga kali! Mau pamer?” Keluh pria yang biasanya selalu ceria dan ramah pada setiap makhluk hidup di bumi layaknya matahari di Teletubies. Wonwoo sedikit kaget mendengar keluhan Seokmin. Wonwoo berdeham.
“Gue tau sih ceritanya, jadi gue ngerti keadaan lo. Nah, kalau Bang Cheolnya tau ngga? Lo kaya gini?” tanya Jeon Wonwoo. “Kalau ngga tau terus lo kesel gini yang capek kan lo sendiri, Seok. Nghhh..” Lanjut Wonwoo, desahannya terlepas karena Mingyu sedang meniup melumat tengkuk leher Wonwoo dan meremas paha dalamnya.
“Ah! ANJING KIM MINGYU! Gue lagi cerita sama laki lo, Bangsat!” Kata Seokmin yang melihat kelakuan sahabatnya, kembali emosi.
“Maaf.. maaf.. keceplosan.” Kata Mingyu, menarik tangannya dari tubuh sang kekasih yang dihujami pukulan dari bantal sofa yang dipegang Seokmin.
Pria dengan perawakan tinggi dan tampan yang bernama Kim Mingyu itupun pergi menjauh ke tempat 3 adik tingkatnya duduk — Kwan, Hansol dan Ichan — mulai ikut menonton serta mengganggu mereka. Seperti mengambil minuman di hadapan Seungkwan dan mengambil makanan dari tangan Ichan.
“Lo bisa ngga sih diem, Bang?” omel Ichan ketika mendapati Mingyu mengambil sebungkus astor dari tangannya.
“Ya ngga tau sih Bang Cheol tau atau ngga! Masa Joshi ngga ngasih tau?” Tanya Seokmin.
“Kadang ngga semua bisa diceritain, Seok.” Kata Wonwoo. “Mungkin dia belum cerita ke Bang Cheol?” Wonwoo melanjutkan.
“Karena ngga penting? Gue pedekate sama dia dua bulan ngga penting?” Tanya Seokmin sembari memberikan gesture tangannya saat mengatakan dua.
“Ya enggak. Ngga gitu!” Kata Wonwoo. “Mungkin Kak Joshi juga bingung kali gimana ngejelasinnya ke Bang Cheol.”
“Alah! Emang dasarnya aja gue ngga pernah dianggep!” Kata Seokmin, emosi lagi.
“Masih aja lo marah-marah.” Kata suara yang sangat mereka kenal. Pria yang selalu mengaku bahwa dia adalah jelmaan macan. “Daripada lo ngamuk sama Wonu yang gue yakin bentar lagi lo dihantem sama lakinya dan Kwan. Mending lo jadiin aja tuh kembarannya Joshi.” kata pria itu, Soonyoung namanya.
Wonwoo tertawa saat menangkap arah pembicaraan Soonyoung. Diikuti oleh orang-orang yang ada di ruangan itu. Soonyoung duduk di seberang sofa Seokmin dan Wonwoo.
“Sama Han aja! Sama kan pabriknya?” Kata Soonyoung mengulang sarannya, semua orang tau itu saran yang tidak masuk akal. Susah menembus hati Kak Han, jangankan menembus hatinya, kalian harus menjadi orang yang sangat istimewa bila ingin dekat atau didengarkan ceritanya oleh seorang Yoon Jeonghan — Nama lengkap Han.
“Han terlalu punk rock buat gue yang indie, Nyong!” Balas Seokmin. Tidak lain yang artinya Seokmin menciut bila di dekat Han, Han terlalu intimidatif untuk Seokmin yang nyalinya segede Smurf.
“Lagian si mau kali Kak Han sama Seokmin yang kaya gini?” Tanya Hansol yang datang membawa kaleng minuman untuk para tamunya yang berkumpul di ruang tengah dan sudah datang duluan.
“Gini tuh gimana?” Tanya Seokmin. “Ganteng?”
“Yaaaa, ngaca aja babik! Ganteng dari sedotan!” Kata Hansol lagi, melihat temannya dari ujung kaki hingga kepala, menggeleng.
“Lagian gue pikir, Kak Han sukanya sama Bang Cheol tau!” Celetuk Seungkwan ketika datang menghampiri meja tempat Hansol meletakkan minuman kaleng.
“Hah?” Tanya orang di ruangan itu serempak. Tidak ada yang tahu hal itu, dan dari mana asalnya pernyataan adik kandung Wonwoo itu.
“Ya gue pikir. Karena aura Kak Han, ngga jauh dari aura Bang Seokmin. Tau deh tapi gue.” Kata Seungkwan sedikit meralat kalimatnya.
“Tapi, mending gue ngukus bakpao!” Kata Seungkwan beranjak dari duduknya dan menarik Hansol untuk membantunya mengukus bakpao yang ada di freezer sang pemilik rumah.
“Seungkwan sama Wonwoo sama ya? Kalau ngalihin pembicaraan jago banget!” Kata Soonyoung ketika melihat punggung dari Seungkwan menghilang ke arah dapur rumah itu.
Aura? Aura kasih! dumel Soonyoung.
“Turunan itu mah!” Celetuk Mingyu yang langsung dihadiahi cubitan dari Wonwoo yang muncul dari belakangnya, awalnya Wonwoo memeluk sang kekasih dari belakang dan bergelayutan di sana. Namun, dengan refleks dia memukul punggung sang kekasih ketika mendengar celetukan Mingyu.
Mingyu berbalik ke arah Wonwoo dan menarik Wonwoo, memaksa dengan gesture tubuhnya untuk pria ramping berkacamata itu duduk di pangkuannya dan mengecupi ranum bibir Wonwoo dengan singkat berkali-kali hingga berakhir dengan ciuman yang hanya menyalurkan perasaan mereka berdua terhadap satu sama lain.
Tepat jam 1 siang hari Minggu di kediaman Hansol, kini anggota the Basecamp sudah lengkap. Membicarakan program kerja dan progress masing-masing seksi panitia. Yang paling alot adalah pembicaraan yang terkait dengan biay. Saat ini mereka sedang sibuk mencari jalan keluar untuk sponsorship yang sudah beberapa Minggu ini mereka sebarkan proposalnya. Namun, belum ada feedback dari perusahaan manapun.
“Kita harus fokus sih sama sponsor sih ini, belum ada uang yang masuk. Uang kampus juga belum approve.” Kata Jihoon membuka suaranya dengan nada khawatir. “Sedangkan kita udah harus book singers nya jauh-jauh hari.” katanya lagi.
“Coba fokusin ke Parent's Sponsorship sih kata gue.” Kata Joshi. “Tapi, masih on progress ini proposalnya. Lusa paling ngga baru selesai. Kelamaan ngga ya?” Tanya Joshi ke anggota lainnya.
“Ngga apa-apa sih, yang penting ada.” Kata Mingyu.
“Terus ya langsung sebarin, berarti dua hari ini kita harus cek nih siapa keluarga yang bisa nyumbang banyak buat event kaya gini.” Kata Hao, penuh semangat.
“In parents we trust!” Ucap Jun.
“Eh bentar, ada yang nelfon gue.” Kata Han meninggalkan kerumunan panitia inti itu dan berjalan ke balkon untuk menerima panggilan dari nomer yang tak dikenal yang terlihat dari layar handphone-nya.
Sisanya 12 orang lainnya sedang berbincang-bincang dan sibuk sendiri dengan kegiatan mereka masing-masing, ada yang sedang sender-senderan seperti yang dilakukan Joshi dan Seungcheol dengan Seokmin yanh gondok dan meninggalkan kerumunan tersebut, beranjak ke balkon yang diikuti oleh Ichan dan Seungkwan bermaksud untuk menghibur serta memberikan energi posiitf-nya untuk teman kakaknya mereka itu.
“Gue mau ke dapur, ada yang mau nitip?” Tawar Wonwoo ketika sudah berdiri, kepalanya pusing, dia butuh asupan gula — teh manis hangat.
“Kak, aku mau beng-beng aku taro di kulkas.” teriak Seungkwan dari balkon. Yang di balas jempol tanda setuju oleh Wonwoo. “Bang Seok minta apa aja yang seger. Kalau bisa racun tikus.” Sahut Ichan. Tanpa mereka sadari kalimat Ichan membuat seseorang membelalakkan matanya.
“Anyone?” tanya Wonwoo.
“Cola lagi dong, Won!” Ujar Bang Cheol dan disambut dengan yang lainnya. Setelah itu, Wonwoo berjalan ke arah dapur yang diikuti oleh kekasihnya.
“Ngapain kamu ikutin aku?” Tanya Wonwoo, heran melihat Mingyu mengikutinya.
“Kasian kamu, titipan anak-anak banyak. Aku bantuin.” Kata Mingyu, beralasan.
Wonwoo sudah menaruh cola pesanan beberapa orang, dengan beng-beng pesanan Seungkwan ditambah dengan beberapa pesanan lainnya di meja counter yang ada di dapur. Sedangkan Mingyu hanya memperhatikannya. Kini, Wonwoo sedang sibuk membuat teh manis hangat karena kepalanya sudah mulai pusing memikirkan ini itu yang masih banyak kurangnya perihal event musik kampus yang harus diselenggrakan lima bulan lagi.
“Hey, tumben teh manis anget?” Tanya Mingyu menghampiri sang kekasih ketika melihatnya mengaduk gula dengan air panas di satu cangkir.
“Pusing kepala aku, banyak banget yang masih ngambang buat event nanti. Kayaknya aku butuh banyak gula.” Jawab Wonwoo yang kini sudah dipeluk dari belakang oleh Mingyu.
Mingyu meletakkan kepalanya di bahu Wonwoo dan mendekap sang kekasih erat.
“Jangan pusing-pusing, Kitten. Aku bisa kasih kamu yang lebih manis.” Ujar Mingyu, mengecupi bahu sang kekasih dan mengelus perutnya.
“Aku tau apa yang lebih manis.” kata Wonwoo mengelus tangan Mingyu yang ada di perutnya. Dan berbalik menghadap kekasihnya yang tinggi itu. Mingyu menaikka kedua alisnya, yang artinya dia sedang bertanya apa maksud dari perkataan Wonwoo.
“Mmmm.. A little kiss from you, maybe it will be better, Big Guy.” kata Wonwoo, melingkarkan tangannya di leher Mingyu, sedangkan Mingyu dengan senang hati menarik tubuh ramping kekasihnya, memberikan ruang yang tak berjarak antara mereka dan mencium bibir tipis Wonwoo yang sudah menjadi candunya.
Awal ciuman ringan tersebut, menjadi lumatan hangat penuh nafsu dengan nafas mereka yang saling menderu. Tangan Mingyu dengan lincahnya sudah membuka kancing celana jeans Wonwoo, sedangkan tangan Wonwoo sudah masuk ke dalam t-shirt putih dan mengelus kulit halus punggung milik Mingyu.
Sedangkan tangan Mingyu sudah masuk ke dalam celana boxer Wonwoo tanpa underware, seperti yang dia katakan saat mereka bertukar pesan pagi tadi.
Am I today don't have to wear panties, Kim Mingyu? Then it's a surprise. Guess me 😉
Diremas pantat sintal sang kekasih yang langsung ia sentuh kulitnya di bawah sana dengan gemasnya. Desahan Wonwoo mulai terendam di dalam mulut mereka karena kuluman yang mereka lakukan sedari tadi, yang kini sudah berubah menjadi kaitan pada lidah mereka satu sama lain.
Mingyu baru ingin memasukkan satu jarinya ke dalam lubang berkerut di bawah sana dan Wonwoo sudah hampir memijat kejantanan kekasihnya, sampai
“Ehemm.. get a room, dude!” suara Soonyoung terdengar dari seberang meja counter. Mereka langsung melepaskan tautannya. Wajah Wonwoo memerah menahan malu, berbalik ke arah cangkir tehnya dan seakan mengaduk tehnya kembali. Sedangkan Mingyu berusaha mengancing celana jeans Wonwoo yang tadi sudah terlepas akibat tangan jahilnya.
“Gue cuma mau ngambil pesenan anak-anak, soalnya lo ngga balik-balik—” kata Soonyoung. “Oh iya, sekalian mau ngasih tau kalau kita mau lanjutin meeting lagi.” Soonyoung berkata dengan nada santai. Ini bukan pemandangan pertama untuk Soonyoung. Dia bahkan pernah memergoki Wonwoo sedang masuk ke dalam t-shirt Mingyu ketika di perpustakaan. Tidak tahu apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka lakukan setelahnya. Soonyoung hanya tidak perduli.
“Emang otak udah di titit, senggol dikit sangé!” celetuk Soonyoung.
“Tahan dulu sangé-nya sampe pulang. Beresin rapat panitianya dulu.” Saran Soonyoung dan berlalu meninggalkan mereka berdua membawa beberapa kaleng minuman. Sedangkan Wonwoo dan Mingyu kini salah tingkah.
“Ke-gep Nyong lagikan!” Keluh Wonwoo.
“Sial banget Unyoung. Kasian jomblo!” Kata Mingyu santai, merapihkan wajah dan surai Wonwoo yang berantakan karena ciuman tadi, ulahnya.
“Iiiiih... bukan itu sayang. Tapi, aku malu.” Kata Wonwoo, memukul kecil dada yang berotot milik kekasihnya itu, ditangkapnya tangan tersebut dan dikecupi punggung tangan Wonwoo.
“Ngga pa-pa, bukan yang pertama kalinya juga. Kenapa merah banget muka kamu?” Tanya Mingyu, jahil.
“Tau ah, Mingyu! Sebel akunya. Just wanna little kisses bukan jari kamu almost into my hole!” Omel Wonwoo.
“Aku punya privilege tho'!” Ucap Mingyu, masih jahil. “Kamu yang bilang tadi jari aku selalu disambut kalau mau masuk?” Ucap Mingyu.
“Nih buktinya, mana tuh chat kamu tadi pagi.” Mingyu merogoh kantong celananya.
“Iya iya. Okay. Sekarang kita balik dulu ke ruang tengah. Nanti kita lanjutin di kontrakan kamu.” Kata Wonwoo. Mengambil tehnya dan berjalan meninggalkan kekasihnya di dapur.
“Tadi gue di telefon sama Pocari, mereka mau ngadain meeting sama kita dan pengen kita present konsep kita. Di Pondok Indah.” kata Han, memberi kabar gembira.
“Alhamdulillah, ada yang nyantol.” kata Seungkwan.
“Iya, gue butuh Wonwoo aja sih buat present bareng gue. Kalau Cheol sama Joshi mau ikut juga boleh.” tawar Jeonghan.
“Hari apa, Kak? Semoga gue ngga ada kelas.” kata Wonwoo bersemangat.
“Rabu depan! Hari ini gue akan beresin proposal yang mau dipresent, lo siapin aja rundown acaranya sama calon pengisi acara. Sama Jihoon, Budgeting tolong double check ya!” kata Han tak kalah semangat. Jihoon dan Wonwoo mengagguk tanda setuju.
Meeting berakhir sore, tidak terlalu membawa banyak perubahan, kecuali panitia akan membentuk band agar bisa mendapatkan saweran dari penontonnya, mencoba mencari gigs dalam waktu satu bulan ini. Serta Jihoon dan Wonwoo yang harus segera mempersiapkan proposal untuk first meeting dengan pihak sponsor untuk yang pertama kalinya.