Rencana Tahun Baru Berdua
🌸 REUNITED 🌸 [Narasi 13]
Sama seperti yang Mingyu ucapkan bahwa dia sudah sampai di depan apartemen Wonwoo. Sekali dia mencoba password lama Wonwoo namun pintu tidak terbuka juga, akhirnya dia langsung chat pria yang saat ini bilang kalau dia ada di kamar utama, malas untuk turun dari kasurnya, sehingga Mingyu harus membuka pintunya sendiri.
“Pinnya kok bukan 0717 lagi?” tanya pria itu lewat chat. Langsung di balas oleh pria bermanik rubah itu “Oh iya, aku ganti kemarin. 0406 ya, Ka.” membuat Mingyu tercengang, karena angka itu adalah kombinasi dari angka tanggal dan bulan lahirnya. Setelah pintu apartemen itu terbuka, dia langsung menyimpan plastik McD bawaannya ke meja makan, meletakkan tasnya di sofa ruang tengah dan memasuki kamar utama, tempat pria kesayangannya berada. Yang dia temukan adalah sosok pria itu sudah dengan piyama, tengkurep dengan memeluk bantal dan menatap tajam pintu kamar yang terbuka.
“Hai..” sapa Mingyu, tatapan mata tajam itu membuang dengan acuh. Mingyu sedikit kaget karena kejadian tersebut. 'Lah, baru dateng udah dicuekin ini.' Ucapnya dalam hati.
“Aku udah dateng dicuekin ini tuh?” Tanya Mingyu sembari menghampiri pria cantik tersebut.
“Aku tuh mau ngambek. Tapi, tadi ga jadi karena dibawain nasi padang.” Ucap Wonwoo jujur.
“Dek ah! Kamu kalau ngambek ya makin gemes!” Kata Mingyu yang sudah duduk di pinggir kasur yang berukiran King Size itu.
“Serius aku tuh!” Katanya membalikkan badan, sehingga memunggungi pria yang biasa dia panggil Kakak itu. Tubuhnya terasa ada yang menindih. Berat.
“Kak ih! Berat!” Keluhnya.
“Liat sini dulu..” kata Mingyu dengan manja. Yang ditanggapi dengan menggeser sedikit badannya, lalu membiarkan pria dengan kaos putih yang dilapisi cardigan cokelat itu berbaring di sampingnya. Menghadap ke arahnya.
“Beneran ngambek? Kenapa?” Tanya pria yang sudah memasang posisi menopang tangan kanannya di kepala menghadap ke Wonwoo dan tangan kirinya sudah ada di pinggang pria dengan tubuh ramping itu. Pinggang Wonwoo memang sangat ramping dibandingkan dengan standar pinggang pria lainnya.
“Beneran lah.. kamu tuh nyebelin. Udah tau mau tahun baru, bukannya sisain waktunya buat aku, malah mau motret orang nikahan.” Ungkapnya sambil menurunkan bibirnya, cemberut. Yang dilihat oleh Mingyu saat ini adalah pria di depannya sedang sangat gemas-gemasnya. Ingin dia peluk dan tak akan dia lepaskan.
“Kan tanggal 31 itu, dek. Setelah itu, aku masih bisa sama kamu. Aku sama anak-anak yang kerja dapet room juga di hotel itu dari pengantennya.” Jawab Mingyu masih santai. “Kamu bisa ke sana, terus kita tetep bisa tahun baruan bareng. Ya kan?” Jelas Mingyu, mencoba memberi pengertian.
“Hari ini, besok, aku buat kamu deh, dua harian aku di sini. Kurung deh akuny.” Kata Mingyu lagi, karena pria di depannya masih dengan posisi yang sama, tatapannya masih setajam tadi. Mingyupun memajukan wajahnya dan mencuri ciuman kecil di kening pria itu, lalu ke bibir kenyalnya.
“Emang aku bilang boleh?” Tanya Wonwoo. “Ya masa ini jam 1 aku diusir? Dingin di luar lho! Tadi abis ujan.” Kata Mingyu dengan manja sambil mengusak-usak rambut tebalnya di dada pria manis tersebut dan disambut dengan belaian lembut disurai pria itu sambil tersenyum, mana mungkin dia tega.
Suasana di dalam kamar yang berukuran 4x5m itu hening, posisi mereka masih dengan Mingyu yang berada di dada Wonwoo dan memeluk pinggang pria itu posesif, pria manik rubah itu membelai lembut surai berwarna hitam yang berada didadanya. Mereka masih dengan pikiran masing-masing.
“Kak..” suara Wonwoo dengan lembut membuyarkan pikiran pria tampan yang sedang memeluknya. Pria itu menjawab dengan deheman tanpa mengalihkan pandangannya ke Wonwoo.
“Kamu kok udah ga pernah nanya lagi ke aku?” Lanjut Wonwoo.
“Nanya apa?” Mingyu kembali bertanya.
“Aku udah siap ke kamu atau belum?” Jawab Wonwoo. Posisi mereka masih sama.
“Oh itu. Kamu udah siap bahas sekarang?” Tanya Mingyu menatap wajah Wonwoo, dijawab oleh anggukan yakin oleh pria yang memiliki kulit seputih susu itu.
“Aku harus siapin mental dulu ga? Soalnya, kalau jawaban kamu bilang kamu belum siap karena ga dapet permohonan maaf dan restu dari abang, aku belum siap lagi untuk dengernya.” Kata Mingyu menjelaskan.
Sudah sebulan lebih sejak confession Mingyu yang terakhir dan berakhir dengan Wonwoo yang masih belum siap. Walaupun, yang mereka lakukan sudah layaknya sepasang kekasih, namun, hubungan mereka masih Kakak-Adik tingkat. Wonwoo masih belum memberi jawaban atas keinginan Mingyu untuk mengubah status mereka.
“Kemaren, aku telpon mama sama papa Kim. Mereka tuh lagi di Sydney ya?” Kata Wonwoo.
“Ini kamu mau ngalihin pembahasan aku yang kamu mulai duluan?” Tanya Mingyu, merubah posisinya, sekarang tubuh mereka sudah sejajar, mata mereka sudah bertemu. Dijawab gelengan kecil oleh Wonwoo. Wonwoo terduduk bersila, mengahadap Mingyu yang masih tidur menyamping dengan tangan di kepalanya, mata mereka saling memandang. Mingyu mencari jawaban di sana dan Wonwoo mulai menyelami pandangan pria yang selama ini selalu menjadi orang yang memiliki privilege atas dirinya, sedari dulu.
“Aku mau cerita dulu, sebelum aku kasih tau kamu part pentingnya.” Jawab Wonwoo, kini dia mulai memasang wajah pout-nya. Cemberut lagi. Mingyu tersenyum sambil berdehem, menandakan Wonwoo untuk melanjutkan ceritanya. Di dalam hatinya dia merutuki dirinya yang lemah di depan pria yang kini dia hadapi. Hampir jantungnya lepas karena gemas.
“Aku hubungin mama sama papa Kim kemaren. Aku kan ga bisa gini terus ke kamu, karena aku juga merasa bersalah ga cuma ke abang doang tapi ke mama papa kim juga. Gimanapun semuanya kan karena aku.” Jelas Wonwoo. Mingyu merubah posisinya, duduk bersila menghadap Wonwoo. Meraih kedua tangannya, mengelus lembut, mencoba memberi kekuatan, tanpa berkata.
“Aku minta maaf lagi sama mereka, dan aku ga akan pernah berhenti untuk itu-” kalimat Wonwoo terputus, kini badannya sudah direngkuh dalam pelukan pria yang lebih tinggi 5 cm itu darinya. Wonwoo diam dipelukan selama beberapa menit dan melepaskannya. Menggenggam tangan Mingyu, menyalurkan perasaannya dan menatap pria itu. Melanjutkan ceritanya, “Supaya aku tau apa yang harus aku lakukan sama kamu, untuk kita. Akhirnya, aku minta izin untuk menggenggam tangan kamu lagi kaya gini,” katanya sambil menatap kedua tangan mereka yang sudah saling mengait. “For this time, aku bilang kalau aku ga akan kemana-mana selain ke kamu-” matanya masih menatap pria di depannya, ekspresinya belum berubah, Mingyu terlihat khawatir di sana. Masih terdiam. Sebenarnya, dia khawatir bila hubungannya dengan Wonwoo kali ini tertangkap kedua orang tuanya. Walaupun sebenarnya, kedua orang tua Mingyu sudah memaafkan Wonwoo dan keadaan atas kejadian 3tahun lalu, namun, apakah dia masih diperbolehkan untuk terus bersama pria ini? Bukan hanya kesalahan Wonwoo, inipun kesalahnnya.
“Aku juga bilang, kalau aku cuma butuh kamu dan restu mereka berdua untuk kita.” Sambungnya. “Mama papa kamu udah maafin aku kata mereka –” ucap Wonwoo menggantung. 'Ya Tuhan, jangan biarkan aku mendengar kabar buruk. Aku cuma mau Wonwoo.' Ucap Mingyu dalam hatinya.
“Mereka kasih kita restu kok, kak. Mereka bilang, kalau kamu bahagia, abang juga pasti bahagia-” Tubuh Wonwoo sudah berada dipelukan Mingyu, kepala pria tinggi itu sudah ada dibahu Wonwoo, terasa basah di bahu Wonwoo. 'Kak Mingyu nangis?' Dalam hati Wonwoo berkata.
“Aku belum selesai cerita, Kak.” Kata Wonwoo mencicit di daun telinga Mingyu.
“Diem dulu kaya gini.” Ucap Mingyu. Wonwoo mengelus hangat pria di pelukannya ini dengan tangan kanannya, dan mengelus belakang surainya dengan tangan kiri. Memberikan tanda bahwa, kali ini sudah tidak apa-apa untuk mereka.
“Okay, lanjutin.” Pinta Mingyu tanpa merubah posisinya. Wonwoo pun tersenyum, melepas pelukan mereka, kemudian naik ke atas pangkuan Mingyu. Memeluk pria itu lagi, meletakkan kepalanya ke ceruk leher Mingyu yang kemudian menghirup rakus wangi pria favorite-nya itu.
“Posisi apa ini?” Jawab Mingyu tanpa merubah posisi, sambil tersenyum.
“Posisi sayang.” Jawab Wonwoo, suaranya melirih di ceruk Mingyu sambil tersenyum.
“Lanjutin lagi ceritanya, katanya belum habis.” Kata Mingyu.
Waktu sudah pukul 2 malam, mereka yang tadi terlalu lelah karena tuntutan pekerjaan, kini saling mendekap, memberikan ketenangan untuk satu sama lain, sambil berharap hari ini tidak akan pernah usai sampai ajal memisahkan mereka.
“Kemaren lusa, sebelum telpon mama papa kim, Bang Cheol dateng ke mimpi aku.” Lanjut Wonwoo. Mingyu mencium bahu Wonwoo sesekali, sambil menunggu cerita pria itu.
“Dia senyum ke aku yang lagi megang tangan kamu-” potongnya. Wonwoo pun menjauhkan tubuh dan mukanya dari pelukan itu, kedua tangannya masih dilengan Mingyu. “Jadi, mungkin aku pikir ini adalah jawaban yang aku butuhkan selama ini untuk memaafkan diri aku sendiri dan bener-bener dateng ke kamu.” Lanjut Wonwoo.
“Aku ga akan bisa selain sama kamu, Kak. Aku akan nebus kesalahan aku ke Bang Cheol dengan memberi semua yang aku punya ke kamu. Bikin kamu bahagia.” Kata Wonwoo lagi.
“Ayok, kita jalanin bareng lagi, sampe kakek-kakek! Sampe aku atau kamu ketemu Bang Cheol lagi nanti.” Pinta Wonwoo yakin. Mingyu membelalakkan matanya, kaget untuk sepersekian detik dan tersenyum bahagia kemudian. Memeluk pria dipangkuannya lagi. Bahagia, hanya itu yang dapat Mingyu rasakan. Speechless, dia tidak tahu harus berkata apa.
“Ngomong dong, kak. Kok kamu cosplay orang bisu?” Pinta Wonwoo, dikuping Mingyu. Karena mereka masih pelukan.
“Aku speechless karena bahagia, Nu.” Jawab Mingyu masih di posisi yang sama.
“Aku ga tau lagi harus berapa juta kali harus bilang terima kasih ke Tuhan, orang tua aku, ke bang cheol, ke kamu. Terima kasih.” Ucapnya lagi, kini mata mereka sudah saling bertatap.
“Aku yang harusnya terima kasih ke kamu, karena kamu ga bosen nungguin aku. Aku yang seharusnya bilang terima kasih karena kamu yang dateng ke aku lagi. Terima kasih, Mingyu. Aku sayang banget sama kamu. Sayang banget until my heart is about to explode right now.” Kata Wonwoo dengan ibu jari yang mengelus pipi pria dihadapannya, matanya berbinar. Tampan sekali pria dihadapannya ini.
Have I ever told you I want you to the bone? Have I ever called you When you are all alone? And if I ever forget To tell you how I feel Listen to me now, babe I want you to the bone
Wonwoo merapihkan poni yang menutupi kening pria itu. Kemudian mengecup keningnya, pria di depan Wonwoo menutup matanya, ingin menikmati kecupan itu. Pria berpiyama navy itu melanjutkan kecupannya ke ujung hidung prianya yang bangir, mencium pipi kanannya, kemudian ke pipi kiri. Dikecupnya bibir pria itu. Dikecup kembali bibir pria itu, kini dengan lumatan lembut yang dibalas Mingyu.
Maybe if you can see What I feel through my bone Every corner in me There's your presence that grown Maybe I nurture it more By saying how I feel But I did mean it before I want you to the bone
“Tanda kamu punya aku. Jangan bandel ya, kak.” Kata Wonwoo yang masih dengan posisinya sambil tersenyum, Mingyu membuka matanya. Membalas senyum manis pria itu.
Of all the ones that begged to stay I'm still longing for you Of all the ones that cried their way I'm still waiting on you Maybe we seek for something that We couldn't ever have Maybe we choose the only love We know we won't accept Or maybe we're taking all the risks For somethin' that is real 'Cause maybe the greatest love of all Is who the eyes can't see, Take me home, I'm fallin' Love me long, I'm rollin' Losing control, body and soul Mind too for sure, I'm already >yours
“Aku lebih sayang sama kamu, Jeon Wonwoo. 5 tahun yang lalu, 3 tahun yang lalu, kemarin, hari ini, besok dan selamanya.” Kata Mingyu merangkup tengkuk Wonwoo untuk dapat menggapai keningnya, mengecupnya di sana. “Sayang banget sama kamu,” mengecup ujung hidung Wonwoo. Mengecup pipi kanan dan kiri Wonwoo, kemudia berucap. “I don't know any words more than Sayang kamu, because my feelings are more than that.” Senyumnya, mengecup pelan bibir plum Wonwoo. Melumatnya perlahan penuh sayang, Wonwoo pun membalasnya sambil tersenyum disela ciuman mereka.
Walk you down, I'm all in Hold you tight, I call and I'll take control of your body and soul Mind too for sure, I'm already yours*