Setelah mengetik pesan meminta Seungkwan untuk menunggunya yang akan menghubungi, Wonwoo segera menyingkap selimut yang menutupi bagian pinggang ke bawahnya dengan kaki besar seseorang yang masih mengunci kaki mungilnya.

Di sana, ada Mingyu yang terbaring tanpa menggunakan sehelai kain selain celana dalam katunnya. Entah sejak kapan pria itu melepaskan satin robe-nya, karena yang Wonwoo tahu, tadi pagi ia terbangun dengan tangan Mingyu yang melingkari pinggangnya, kaki mereka yang saling terkait, dan dada bidang berwarna tan yang sexy itu menjadi pemandangan pertamanya pagi ini.

“Mau ke mana, sayang?” tanya pria dengan suara serak bangun tidur yang masih memejamkan matanya, memeluk pinggang Wonwoo, dan semakin mengeratkan kakinya agar pria manisnya tidak dapat pergi kemana-mana. Wonwoo membeku hanya karena satu kata ‘sayang’ yang belum terbiasa ia dengar dari suara baritone seorang Kim Mingyu.

Lalu, ia kembali tersadar dari lamunannya ketika Mingyu melepaskan pelukannya, dan meletakkan kepalanya di atas paha Wonwoo, menjadikan paha kecil namun kekar itu sebuah pengganti bantal.

“Keluar sebentar, Gyu. Aku mau nelepon Kak Kwan dulu.” jawabnya jujur. “Kamu tidur yang bener.” kata Wonwoo, menyisir anak rambut Mingyu dan mengelus pipi pria itu.

Mingyu mengambil tangan Wonwoo, menciumi punggung tangan ramping itu berkali-kali dan kemudian meletakkan di dada — mendekapnya.

“Kalau saya tahu bangun di sebelah kamu bisa menenangkan dan bikin saya tidur nyenyak seperti ini, seharusnya, dari dulu saya jujur sama diri saya dan bilang ke kamu ya?” kata Mingyu, matanya masih terpejam, ia memiringkan tubuh, menenggelamkan wajahnya di perut Wonwoo, dah meminta sang kekasih untuk mengelus surai gelapnya.

Wonwoo hanya tersenyum dalam diamnya saat mendengar pengakuan Mingyu, wajahnya tersipu malu. Ia tidak tahu kalau ternyata seperti ini rasanya ketika ia memiliki seorang Kim Mingyu. Walaupun, ini bukan pertama kalinya mereka terbangun di satu tempat tidur yang sama, bahkan bila semalam tidak terjadi, mungkin akan berakhir sama seperti sebelumnya, ia akan menemukan tubuh mereka sudah tidak menggunakan sehelai fabric-pun, dan hanya menganggap itu merupakan kejadian lumrah, kemudian, mereka akan melakukan kegiatan masing-masing seperti tidak terjadi apapun semalam.

Tapi, tidak dengan pagi ini. Wonwoo terbangun dengan pakaian lengkapnya, tidak ada bekas hickeys atau bibir yang sedikit bengkak karena lumatan panas sisa semalam, ia juga tidak merasakan tubuhnya yang pegal-pegal akibat gempuran yang dimainkan ronde demi ronde pria yang saat ini sedang mengecup perut six pack-nya melalui kain satin yang ia gunakan dan mengelus pinggulnya lembut. Tidak ada bekas kondom di lantai kamar, tidak ada sisa bau semen di seprai. Hanya ada satu pria dewasa yang sedang bermanja sembari memejamkan mata di pahanya dan dirinya yang sedang membelai lembut surainya, sembari sesekali memberikan kecupan pada lengan kekar pria itu.

Good morning! Aku mau telepon Kak Kwan dulu, Gyu.” kata Wonwoo, meninta izin untuk Mingyu berpindah posisi tidurnya karena ia harus keluar untuk menghubungi manager-nya setelah memberi kecupan dan elusan pada lengan pria itu.

“Kamu bisa telepon dia di sini, saya sudah nyaman.” jawabnya, mengubah posisi menjadi telentang dan perlahan membuka matanya.

I can’t, aku mau ngomongin kamu, masa kamu denger?” kata Wonwoo. “Atau gini, I will kiss you, and you’ll let me call Kak Kwan outside, okay?” tawar Wonwoo dengan suara pelannya setelah mengecup mole tip of nose milik Mingyu.

Mendengar itu, Mingyu menarik tengkuk kekasihnya dan mengecup bibir Wonwoo dengan lembut — pada awalnya — lalu muncul lah lumatan kecil dari Wonwoo pada bibir atas Mingyu, yang kemudian dibalas oleh sang dominan dengan melumat cupid bow-nya. Posisi mereka saat ini, Wonwoo berada di atas Mingyu yang masih telentang dengan wajah mereka yang saling menghadap berlawanan. Lumatan itu seolah tak ingin berhenti, bibir bawah Wonwoo sudah dijelajahi Mingyu, dan sebaliknya. Lidah yang saling bersilat, menentukan siapa yang akan mendominasi untuk menghabiskan sarinya pagi ini. Tangan Mingyu yang tak bisa diam, kini sudah membuka kancing piyama Wonwoo dan kain satin itu sudah menampilkan dada bidang berwarna putih susu di sana, sedangkan tangan Wonwoo sudah mengelus dada Mingyu, mengabsen otot-ototnya dan memijat lengan bicep pria di bawahnya. Mereka menikmatinya, selalu menikmati sesi intim mereka.

Lenguhan perlahan terdengar dari bibir mereka yang masih menyatu. Hingga, Wonwoo melepaskannya terlebih dahulu, ia menyerah karena paru-parunya yang membutuhkan oksigen lebih, dan ia mengecup dagu Mingyu, lalu terduduk tegap.

Mingyu pun terbangun dari tidurnya, memberikan ponsel Wonwoo yang si manis itu letakkan sembarang di tempat tidur saat mereka berciuman tadi agar dapat leluasa meraba tubuh atletis kekasihnya itu dengan kedua tangan lentiknya. Sang pemilik ponsel mengambil benda pipih itu, tersenyum manis, mengecup bibir Mingyu sepintas, lalu berdiri, dan berkata “I’ll be right back, ganteng.” si manis itu mengerlipkan matanya dan berlalu menghilang melalui pintu kamar, meninggalkan Mingyu yang kembali melemparkan tubuhnya untuk tiduran, bermalas-malasan sembari menanti Wonwoo selesai menelepon.

-***-

Wonwoo kembali ke kamarnya dan menatap tempat tidur yang masih menenggelamkan tubuh kekar pria tampan di atas sana. Pria manis itu berjalan perlahan ke sisi tempat tidur, Mingyu masih memejamkan matanya. Dengan tersenyum yang masih terpatri, Wonwoo menyentuh hidung mancung itu dengan jari terlunjuk lentiknya perlahan seolah sedang melukis garis-garis wajah pria yang seperti tertidur itu. Dari hidungnya, lalu, kebagian alisnya, ke kedua mata elangnya, dan kemudian tangan Mingyu menghentikan pergerakan jari kekasihnya itu, menggenggam pergelangan Wonwoo, menarik pria ramping agar masuk ke dalam dekapannya. Pria manis itu cukup kaget, “AAH!” teriaknya, karena beberapa detik sebelumnya ia pikir Mingyu sudah kembali pulas.

“Udah sama Seungkwannya?” tanya pria itu, kini tubuh ramping Wonwoo sudah menjadikan badan bagian depannya yang kekar, lebar dan berotot milik Mingyu sebagai alasnya. Pria tampan itu memeluk serta mengaitkan sepuluh jarinya di belakang pinggang bagian bawah pria cantik di atasnya, dan si dia mengangguk, kemudian mengecup dada bidang Mingyu, lalu, menempelkan telinganya, mendengarkan desiran darah yang mengalir ditubuh kekasihnya itu dan mendengarkan detak jantungnya.

Are you nervous?” tanya Wonwoo mendengarkan detakan jantung Mingyu yang sedikit lebih cepat. Dia baru kali ini merasakannya, atau sebenarnya memang seperti ini tapi dia tidak ngeuh?

Pipi Mingyu merona, “Emang kamu ngga? Coba saya periksa.” kata Mingyu membanting tubuh Wonwoo ke samping posisinya tadi dan terbangun. Si pria yang lebih tua memasukkan kepalanya ke dalam piyama satin ungu Wonwoo yang dibalas tawaan renyah pria yang lebih muda itu.

“Geli, Kim Mingyu!” katanya.

“Sssst, ngga kedengeran.” kata Mingyu yang dibalas giggles Wonwoo, ia merasakan tergelitik akan napas Mingyu dan bulu-bulu halus dari dagu sang kekasih yang sedang berada di dadanya. Wonwoo melepas kancing-kancing piyamanya yang terasa sesak itu karena ada kepala yang menonjol di dalamnya.

Got you!” kata Wonwoo sambil tersenyum dan menarik wajah Mingyu dari dadanya untuk di sejajarkan dengan wajahnya. Manik elang dan rubah itu kembali bertemu. Tatapan mata yang saling memuja.

Love you.” kata Mingyu mengecup bibir pria di bawahnya dan tersenyum.

Too.” jawab Wonwoo, menaikkan wajahnya dan membalas kecupan Mingyu.

Sayang kamu.” kata Mingyu, kembali mengecup bibir Wonwoo.

More.” jawab Wonwoo dengan senyum manisnya, dan kembali membalas kecupan Mingyu. Mereka melakukan itu cukup lama hingga kecupan dan kecupan berubah menjadi lumatan serta lumatan di siang hari seolah menggantikan sarapan yang terlewat, hingga napas mereka kekurangan asupannya, dan mereka melepaskan kaitannya, dengan benang saliva yanh masih terkait di antara lidah mereka berdua.

Ah! Almost forgot, he asks you to check your cellphone, something urgent come up, katanya. Di kantor butuh kamu.” katanya santai.

“He?”

“Kak Kwan, ganteng.” kecup Wonwoo pada pipi kekasihnya yang masih di bawah kungkungan Mingyu. Pria tampan itu hanya mengangguk.

Can you let me go? Aku mau isi air bak buat kita mandi dan pesen makan. Laperkan?” tanya Wonwoo.

“Aku aja yang masak, gimana?” tanya pria itu, sudah melepaskan tubuh Wonwoo dari kungkungannya dan mala dengan santai memiringkan tubuhnya menatap Wonwoo yanh berjalan masuk ke kamar mandi.

Sure, aku bantuin.” jawab pria itu berteriak dari kamar mandi.

I’ll check my phone, first!” kata Mingyu, pria itu terbangun dari tempat tidur, mengambil cellphone-nya dan mengecek satu persatu pesan yang masuk dengan senyuman yang tidak dapat diartikan.

Ia berjalan keluar dan menghubungi kedua teman dekatnya bersamaan. Wonwoo belum tahu isi berita yang beredar pagi ini seperti apa selain portal berita gossip yang Seungkwan share tadi di chat room mereka, ia bahkan tidak tahu yang netizen ketik di dalam komentar pemberitaan mengenai dirinya. Walaupun ia sedikit penasaran, Wonwoo meyakinkan dirinya untuk tidak melihatnya, dan harus menjauhinya. Ia tak ingin berita itu menghancurkan mentalnya, ia tidak mau membacanya.