SSSTT.. INI RUANG GANTI
tw: NSFW, explicit sexual, content, mature scene, kissing, petting, rimming, moaning, licking, foreplay, doggy style, cowboy style, etc.
Mingyu mendekatkan wajahnya dengan milik Wonwoo, kini mereka bisa saling merasakan deru napas masing-masing.
“Stop, Mas.” Wonwoo mendorong pelan bahu Mingyu yang hampir tak berjarak di hadapannya. “This is wrong, okay?” lanjutnya, suaranya meninggi.
“Kamu udah punya Ji Eun, everybody knows dan aku ngga mungkin dan ngga mau ada ditengah-tengah kalian.” jelas Wonwoo, memberi batasan pada President Dicetor perusahaan agency-nya itu.
‘The person he liked was her. I was angry myself right now. Angry because of everything that happened, I still love him.’ gumam Wonwoo sembari menatap manik elang itu.
“Dan, Mas Mingyu, kamu juga pasti udah tidur sama dia seperti apa yang pernah kita lakukan kan? I can't possibly sit on the same man's lap as someone else's.” Wonwoo menatap manik elang itu, mencari jawaban atas semua pertanyaannya, apakah Mingyu mencintai Ji Eun? Apakah ia dan Ji Eun sejauh mereka? Dan apakah lainnya.
“Kata siapa saya pernah tidur dengan Lee Ji Eun?” tanya Mingyu, mengelus rahang Wonwoo lembut, mengelap air mata yang perlahan jatuh dari manik rubah cantik itu.
“Te—rus?” tanya Wonwoo terbata, ia tak sanggup menahan perih di hatinya yang sudah lama ia rasakan.
“Do I have to tell you about that?” tanya Mingyu, tersenyum miring seakan tidak perduli pria di hadapannya sudah menangis.
“Apapun — apapun yang udah kamu lakuin sama dia, I don’t wanna know. Just — just go, please.” ia menahan lagi sakit hatinya, ia meminta Mingyu untuk pergi, Wonwoo berdiri dari kursinya berniat untuk membukakan pintu ruang gantinya. Namun, bukan Mingyu bila ia langsung menyerah begitu saja. Pria berbadan atletis itu menahan tangan Wonwoo.
Wonwoo menarik napasnya kasar, “Mas, inget kamu straight! You're just having fun with me, you're just curious what it’s like to have sex with a guy.” kata Wonwoo, nadanya meninggi. “Kalau kamu gini, aku bisa salah baca sexual preference kamu. Aku bukan barbie, aku ngga mau jadi sex toy kamu.” lanjut Wonwoo dengan nada yang sama, ia marah, bukan marah dengan Mingyu, tapi marah kepada dirinya sendiri yang selalu tampak bodoh dihadapkan dengan pria ini.
Setelah mendengar kalimat Wonwoo, Mingyu mendorong pria itu ke meja rias, menghimpitnya. “You don’t know how much I’ve looking after you, don’t you Jeon Wonwoo?” kata Mingyu.
“Aku ngga pernah nyuruh kamu, you don’t need to take me into consideration. I’m good as it is.” kata Wonwoo dengan suara yang terdengar yakin.
“Really? Kalau gitu saya kasih tahu kamu sesuatu.” kata Mingyu, mendekatkan wajahnya dengan Wonwoo, menatap yakin manik cantik pria di hadapannya. “Sejak kejadian Queens Head, 2 tahun lalu, saya bahkan ngga tau harus have sex dengan pria atau wanita karena semua ngga ada yang semanis kamu.” lanjut Mingyu.
“Mas?” Wonwoo membelalakkan matanya ketika Mingyu membuka paksa cardigan Wonwoo hingga memperlihatkan bahu bidang mulus pria manis di hadapannya.
“Saya memang meminta kamu untuk melupakannya, but I can’t forget the taste of your hole from that day.” kata Mingu, mencium bahu putih lembut pria di hadapannya. “Sweet and intoxicating.” lanjutnya.
Wonwoo tidak mengingat kejadian itu sama sekali, ia benar-benar ada di bawah pengaruh obat perangsang saat itu. Ia menutup mulut dengan tangannya yang bebas, tidak menyangka bila ia pernah memohon pada Mingyu untuk membantunya. Kenapa ia tidak tahu? Mengapa ia lupa? Ia kini sedang merutuki dirinya sendiri.
‘Crazy Jeon Wonwoo.’ kata Wonwoo merutuki dirinya sendiri.
“Since then I can't enjoy having sex with other people. Now, take me into your consideration, kamu harus tanggung jawab kan?” lanjut pria yang lebih tinggi itu, semakin mendekatknya tubuhnya. “Karena tubuh saya hanya bereaksi bila berada di dekat kamu.” bisiknya, Mingyu menyatukan bibir mereka.
Wonwoo memejamkan matanya, menemegang kedua rahang pria di hadapannya menikmati kembali lumatan, serta gigitan lembut Mingyu, pria manis itu membuka sedikit bibir tipisnya hingga Mingyu dapat menginvasi rongga mulutnya dan saling menyatukan lidah mereka. Bunyi kecapan terdengar acak di ruang ganti model itu.
“Ahh!” desah Wonwoo saat Mingyu sudah menurunkan paksa cardigan-nya dan pria dominan itu memainkan nipples-nya. Bibir mereka masih saling memagut.
Mingyu meraba tubuh putih mulus itu, mengabsen dengan jari jemarinya, membuka celana bahan hitam yang Wonwoo gunakan hingga merosot ke mata kaki, sedangkan tangan Mingyu sudah menelusup masuk ke dalam pakaian dalam pria di hadapannya, meremat benda sintal itu, memainkan jarinya di pinggiran lubang yang berkerut itu.
Pria yang lebih tua itu memasukkan satu jarinya, “Spread your legs ‘lil bit, cantik.” kata Mingyu dengan napas beratnya, berbisik pada Wonwoo, lalu mengecupi dan menggigit kecil daun telinga pria yang lebih muda itu. Wonwoo menurutinya, ia naikkan salah satu kakinya ke pinggang Mingyu. Mendekap pinggang itu dan memegang bahu pria yang masih menggunakan pakaian lengkap.
‘I couldn’t push him away. NO, I DIDN’T WANT TO PUSH HIM AWAY! Oh God, his touch drives me crazy, so good. I WANT HIM!’ rintih Wonwoo dalam hatinya ketika pria dipelukannya sudah menambah satu demi satu jari yang ia masukkan ke dalam lubang nya, menyentuh titik prostat Wonwoo berulang kali hingga pria manis itu tak mampu menahan erangan nikmatnya.
“Anghh— Gyuu—” desahnya tertahan, ia tidak mau orang yang berada di lokasi photoshoot mendengar. “Kiss me—” bisik Wonwoo, Mingyu tanpa berpikir menenggelamkan erangan pria manis dengan ciuman yang dalam.
President Director Be Model itu membalikkan tubuh pria yang lebih muda untuk menghadap ke kaca menunjukkan cerminan mereka saat ini, “Look at your face, Nu. You like it, don’t you?” bisik pria yang lebih tua kepada pria di depannya yang sudah memasang wajah sayu penuh nafsu. “Buka celana dalamnya, Kitty.” kata Mingyu kemudian mengecup tengkuk Wonwoo, pria muda itu menurut.
Kini Mingyu sudah membuka lebar kaki pria di hadapannya, menaikkan salah satu kaki pria manis itu ke atas meja rias yang masih kosong, membasahi lubang Wonwoo dengan saliva-nya, menjilatinya, menghisapnya, lalu mengabsen dinding-dindingnya, Wonwoo tidak bisa menahan nikmatnya, ia suka saat lidah hangat Mingyu berada di sana, bermain-main. Desahan lembut keluar dari bibir manis Wonwoo. Darahnya berdesir, jantungnya berdetak tak karuan, miliknya menegang, sudah mengeluarkan pre-cum-nya dan jiwanya sudah terbang entah kemana karena nikmat.
Mingyu berdiri, mensejajarkan tubuhnya dengan Wonwoo, membuka celana bahan yang ia gunakan, lalu kemejanya, dan mencium dalam bibir pria di depannya, sembari menjamah semua bagian depan tubuh mulus pria yang lebih muda, memijat kejantanannya yang menegang, bermain dengan testicles yang menggantung dan memilin gundukan merah jambu di dada Wonwoo. Pria cantik itu mendesah lagi di dalam ciuman yang Mingyu bawa, ia mengelus, lalu meremat surai sang dominan, menghantarkan napsunya yang disambut baik oleh pria yang lebih tua.
“Do you know how troublesome you are, Jeon Wonwoo?” bisik Mingyu, menatap pantulan dirinya dan pria ramping di depannya tanpa menggunakan sehelai kainpun.
“Kamu tahu?” Mingyu menjilati perpotongan leher Wonwoo. “Saya ngga suka kamu menunjukkan badan kamu di depan kamera.” lanjutnya, menghisap kecil leher yang terasa manis itu. “Hanya saya yang bisa melihatnya.” Mingyu menggigit leher putih mulus itu pelan.
“Don’t — ahhh — jangan ada — hngg bekashh.” pinta Wonwoo.
“No hickeys — nggh—” Mingyu memegang pinggang Wonwoo dan dengan tergesa memasuki seluruh kejantanannya ke dalam lubang yang sebenarnya juga merindukan tuannya. Si dia membelalakkan matanya terkejut dengan reaksi yang tiba-tiba itu, menitikkan air matanya, air mata kenikmatan karena saat ini ia sedang terbang ke langit ke tujuh, ia sangat menyukai seluruh sentuhan dan gerakan yang Mingyu lakukan.
“Hngg—” Wonwoo berusaha menahan desahan dan ringisannya dengan membekap mulutnya. Suhu tubuhnya meningkat, gairahnya meledak.
Mingyu menggoyangkan pinggulnya, Wonwoo memejamkan mata, masih membekap mulutnya sendiri agar erangan nikmat penuh napsu tak terlepas sembarangan.
Perut Wonwoo terkocok, darahnya berdesir turun lalu mengisi kejantanannya. Miliknya sudah tegak semakin sempurna, pre-cum-nya semakin banyak keluar, benda panjang berurat itu sudah berkedut, meminta izin untuk keluar.
“Why nghh do you drive ahh me insane aah?” tanya Mingyu ketika ia menghentakkan pinggangnya sedikit cepat, melakukan gerakan masuk dan keluar sembari memilin nipples Wonwoo. Wonwoo tak mampu menahannya lagi, kejantanannya memberontak, memuntahkan cairan putih kental hingga tercecer di tangan dan kaca di hadapannya kakinya gemetaran, sedangkan Mingyu masih memegangi prianya dan menumbuk titik sensitifnya berkali-kali, semakin dalam hingga Wonwoo mendesah tak karuan.
Sampai—
Mingyu menghetikan kegiatannya, membekap mulut Wonwoo lembut, menekan sekali kejantanannya agar masuk lebih dalam, ketika ada seseorang di depan daun pintu ruang ganti mencoba membuka.
“Oh, terkunci, mungkin Mas Wonwoo lagi ganti baju.” kata orang di luar sana, “Nanti kita panggil kalau set outdoor-nya udah selesai aja.” kata suara lainnya.
“Oh itu, ke Mas Kwan aja, nanti biar briefnya dijelasin ke Mas Wonwo.” terdengar kedua orang itu menghilang, suara kakinya perlahan semakin menjauh dan Mereka melanjutkan aktivitas yang tadi sempat tertunda.
Punggung Wonwoo yang sudah lembab bersentuhan dengan bagian dada Mingyu yang tak kalah lembab, tubuh mereka yang semakin memanas. Bunyi kulit basah yang beradu memenuhi ruang, desahan pelan yang berusaha mereka tahan.
Their sexual tension is getting higher and higher.
Wonwoo yang baru mencapai pelepasannya, seolah tak mengenal lelah dan melupakan betapa lemas kakinya, membantu Mingyu dengan memaju mundurkan pinggulnya berlawanan dengan gerakan Mingyu agar mereka bisa saling mengisi. “Mas, aanghh— more ahh deeper hnggg—”
“Kamu baru hngg keluar, Nu.” kata Mingyu menggodanya. Wonwoo mengangguk, tapi tak apa, ia tidak ingin connection ini terlepas.
“Ahh— faster, mas— anghhh—” Mingyu membekap erangan panjangnya dan Wonwoo dengan ciuman dalam ketika kejantanannya mengeluarkan pelepasan pertama di dalam lubang pria manis itu. Rasa hangat menjalar ke perut Wonwoo, ia merasakan benda besar dan panjang itu masih berkedut, hingga muatannya menetes di sela selangkangannya.
“Mas,” dengan napas yang terengah memanggil pria di hadapannya. “Jangan dilepas.” kata Wonwoo, menahan pinggul Mingyu yang ingin melepas koneksi mereka. Mingyu tersenyum miring. Menciumi punggung mulus Wonwoo hingga ke tengkuk.
Mingyu menggendong Wonwoo di dadanya, tanpa melepaskan kaitan merek, membawanya ke sofa. Wonwoo merasakan benda tak bertulang di masih berada di dalamnya kembali mengeras. “Ride me, Kitty.” bisik Mingyu.
Wonwoo melepaskan penyatuan mereka, membalikkan tubuhnya lalu duduk di lahunan pria yang lebih besar darinya itu. Ia memegang bahu Mingyu untuk dijadikan pegangannya.
Lalu, pria manis itu memasukkan kembali milik Mingyu yang sudah mengeras, menaik-turunkan pinggulnya dengan aktif, membuat si pria di bawahnya mendesah nikmat sembari memainkan lidahnya pada puting Wonwoo bergantian. “Don’t nghhh leave ahh hngg love mark, mas.” larangnya lagi. Karena seharusnya dalam waktu beberapa puluh menit lagi ia akan photoshoot shirtless untuk majalah dewasa pria.
‘I told myself that I don't want to sit on his lap this time, but look at me right now, mendesah penuh napsu, saling berbagi keringat, bertukar saliva, memintanya agar tak melepaskan tautan kami, membiarkan semennya memenuhi tubuhku, dan kini menungganginya penuh passion. It was clear that I was the fool for falling for this man. What can I do? I can’t hate him, I love him so much. Mas, aku sayang kamu.’ kata hati Wonwoo merintih.
Pria manis yang berada di atas lahunan Mingyu itu semakin memperdalam hentakannya, melahap seluruh kejantanan Mingyu, desahan serta suara kulit basah yang saling bertabrakan pun terdengar nyaring di ruang ganti itu.
‘I didn’t care if people call me crazy, because it obvious I wasn’t in the right mind when he touched my body softly. What should I do to make this man to be mine?’ Wonwoo bertanya dalam hatinya.
Kini ia sudah semakin berkeringat, AC diruangan itu tidak terasa apapun, begitupun pria yang ada di bawahnya. “Cantik, nghhh— shit Jeon Wonwoo — I wanna come again — aahh” kata pria itu, memegang pinggang Wonwoo, membantu pria manis itu menaik turunkan pinggangnya, memakan habis kejantanannya.
“Don’t pull out! Keluarin — hngg — di dalem aj — ahh ahh” Wonwoo memijat kejantanan Mingyu yang sudah berkedut dengan lubangnya.
“Yes, Jeon Wonwoo, it feels good. haaaa—”
“Mas, nggghhh— lets coming together ahh” kata Wonwoo saat Mingyu memijat kemaluannya yang juga sama-sama sudah berkedut.
Wonwoo memeluk leher Mingyu, dan menyatukan kedua bilah bibir mereka, menenggelamkan erangan nikmat agar tidak ada orang yang mendengarnya.
Mereka sampai pada puncak kenikmatan secara bersamaan, mengeluarkan putihnya. Cairan sperma Mingyu kembali menetes ke bawah paha Wonwoo, saat Mingyu melepaskan tautan mereka.
“Mas, mandi di sini aja. Aku ada handuk kok, kamu ngga mungkin keluar berantakan gini.” kata Wonwoo, meminta Mingyu melihat Kaca besar dengan bohlam lampu di pinggiran frame — Meja rias— saat mereka sudah berdiri dan membersihkan bekas mereka yang berantakan.
“Iya, manis.” kata Mingyu, menyisir surai Wonwoo dan mengecup keningnya lalu berjalan ke kamar mandi.
“Nu?” panggil pria dari kamar mandi itu.
“Ya, mas?” tanya Wonwoo.
“Sini masuk, aku bantuin bersihin kamu.” kata Mingyu, sebuah perintah.
Wonwoo tahu apa yang ingin Mingyu bersihkan, jari Mingyu terasa lebih menyenangkan dibandingkan bila dia harus membersihkan dengan jarinya sendiri. Pria manis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.
‘I will take all the risks to replace this happiness. I'm happy, God. Please slide this sin.’ katanya dalam hati ketika air pancuran terbuka membasahi tubuhnya dan badan besar Mingyu yang kembali merengkuhnya.