Sunday Night

Saka meletakkan ponselnya ketika Arka datang dari dapur dan membawa camilan untuk menemani mereka yang malam ini akan menonton film. Arka segera mengambil posisi duduk di antara paha Saka dan menyenderkan tubuhnya di dada bidang pria itu, sedangkan Saka memeluk perut Arka yang sudah memangku semangkuk popcorn yang ia buat.

Are you ready, mas? Aku play ya?” tanya Arka.

Okay.” kata Saka sembari mencium pipi kekasihnya yang berada di pelukannya.

Satu jam film itu sudah terputar, Saka dan Arka masih serius menonton film tersebut, sesekali Arka menyuapi Saka popcorn dan memberinya minum, namun, dengan mata yang masih terfokus pada layar smartTV 42 inch itu.

“Kalau kamu kaya gitu, aku tebas sih tweety kamu, mas.” kata Arka memecah keheningan ketika melihat adegan di hadapannya.

“Aku ngga harus nunggu 365 hari dan sewa a whore anyway, 3 bulan aja kamu udah galau gara-gara aku.” jawab Saka sembari mengecup bahu kekasihnya.

It was your fault.” jawab Arka tenang.

“Kamu juga ambil andil karena bikin aku sayang ke kamu effortless.” jawab Saka.

Still, mas tetep salah karena bikin aku bingung.” kata Arka sembari memainkan jari-jemari dari salah satu tangan Saka yang berada diperutnya, dengan mata yang masih menatap layar, namun, konsentrasi yang mulai memudar.

“Iya, salahku. Maafin mas ya, sayang.” jawab Saka, dan mengecup pucuk kepala Arka. Mereka kembali menonton film yang masih terputar.

“1 jam 20 menit, I don’t need 356 days, because I love you.” kata Arka, membalikkan tubuhnya dan memeluk kekasihnya itu.

Say it again.” pinta Saka, mengikuti dialog yang ada di film sembari membalas pelukan si dia dan mengecup pundaknya berkali-kali.

“Hih, kamu bukan Massimo.” kata Arka, menatap wajah Saka lekat.

You look stunning, baby boy.” kata Saka jahil.

“Hahaha, stop kamu ngga cocok jadi Massimo, jadi Mas Saka aja!” pinta Arka tertawa karena tak tahan melihat tunangannya itu berusaha mengikuti gaya sang aktor. Arka merubah posisinya, duduk menyamping di pangkuan Saka.

Sepasang kekasih itu mulai membicarakan hal-hal yang menurut mereka lucu belakangan ini, seperti Kenan yang semakin lengket dengan Andrian, Maura yang sudah mulai tumbuh menjadi remaja, Junwi dan Diaz yang merasa ingin melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, namun, masih meragu, Ichi yang sudah bertemu orang tua Tara, dan lainnya.

“Oh iya, Kenzie bilang katanya Mas David udah chat dia.” kata Arka.

“Kamu harus tau betapa gobloknya David. Haha.” Saka mengambil telepon genggamnya dan menunjukkan chat David di group-nya, sama halnya dengan Saka, Arka pun menunjukkan chat Kenzie di room chat group mereka.

Wait, mas, kamu chat Dyah di hari Minggu?” jawab Arka ketika melihat ponsel kekasihnya, dan ada tulisan nama Dyah di sana dengan last chat today. “Kasian, mas. Kamu tuh suka banget deh bikin anak orang lembur.” omel Arka, menjambak pelan rambut kekasihnya.

“Aw, sakit, yang. Astaga, galak banget.” Kata Saka mengelus rambutnya dan mengambil tangan Arka dari kepalanya dan menciuminya. “Aku tuh chat dia supaya dia bisa bikinin appointment ketemu sama owner WO yang aku ceritain ke kamu.” kata Saka. “Aku udah pernah ketemu, tapi pengen kamu langsung yang milih ini itu.” kata Saka mengecup hidung kekasihnya.

“Oh, bilang dong. Aku kira kamu minta berkas kerjaan ke Dyah.” kata Arka.

“Sejak ada kamu, aku anti lembur pas weekend, sayang. Sabtu-Minggu aku buat kamu.” kata Saka.

“Hehe, maafin. Mwah.” cengir Arka, lalu, mengecup bibir kekasihnya sambil mengeluarkan suara kecupan berisik. Saka membalasnya dengan senyuman, canin tooth mengintip dari balik bibir kenyalnya itu. “Next-nya, biar aku yang ngurus-ngurus kaya gini ya?” kata Arka.

“Karena aku ngga kenal sama owner WO-nya, untuk meeting pertama aku minta tolong Dyah dulu, I will tell her to set up the schedule as soon as possible.” jawab Arka, bersemangat.

Wow, I like your spirit, so fighting.” kata Saka kaget ketika melihat prianya sangat bersemangat untuk menyiapkan pernikahan mereka.

Well—” Arka merapihkan posisinya, kini ia sudah duduk di lahunan Saka, melingkarkan kakinya di pinggang sang kekasih, lalu duduk menghadap pria tampan itu, menyelami manik elang kekasihnya, lalu menangkup kedua pipi Saka. Satu tangan Saka memegang pinggang Arka dan tangan bebas lain mengelus paha mulus kekasihnya itu dengan sayang, menunggu kalimat lanjutan yang akan diucapkan oleh Arka. “Karena kamu Nisaka, aku rasa ngga ada alesan lagi untuk nunda, tahun ini kamu 32, aku 30, dan aku ngga sabar mau menghabiskan sisa waktu aku sama kamu, dan aku mau naik rollercoaster kehidupan sama kamu.” Saka mengambil salah satu tangan lentik Arka dan mengecup punggung tangannya.

“Aku tau kita baru aja pacaran, tapi, kita bisa pacaran lebih lama lagi setelah nikah, nanti.” kata Arka, Saka masih terdiam. “Dan aku membayangkan suatu saat, ketika kita udah siap, aku bisa punya anak sama kamu, and I know you’ll be a great papap, aku bisa liat kamu ompong, ubanan, pegang tangan kamu sampai kita sama-sama lelah untuk bernafas. Aku mau sama kamu terus, so, that’s all my dreams. It will be good kalau kamu yang membuat mimpi aku jadi nyata.” jawab Arka, mengecup kening kekasihnya.

Your wishes are my command, prince Arka. I will do everything for you, tell me everything you want, I will give it to you. Tapi jangan minta pisah sama aku, because I can’t live without you.” jawab Saka, memeluk tubuh kekasihnya. “Hhah, this is nice, nyaman banget di sini, di rumah.” lanjut Saka, mengusap punggung pria di dekapannya, Arka tersenyum.

Yes, please stay at home, and I won’t never leave you, siapa juga yang mau pisah sama kamu sih, mas? Dapetin kamu aku sampe S3, aku ngga sanggup kalau disuruh S4.” kata Arka melepas pelukan mereka, Saka tertawa. “Even though I feel sorry for the people you ended up leaving behind, but, I’ll never let you go this time, dan kamu harus bertanggung jawab karena sudah membuat aku sejatuh-jatuhnya sayang sama kamu, selamanya.” lanjut Arka, menangkup kedua pipi Saka dan mengecup bibir yang sudah cimumu seperti bebek itu.

Saka tersenyum haru mendengarkan kalimat confession kekasihnya. “Kamu tuh, anugerah terindah yang pernah aku milikin tau ngga, yang? Aku ngga pernah merasa seberhasil ini setelah menunggu orang selama itu. You’re kinda achievement for me.” kata Saka, menatap lama manik rubah milik Arka, lalu menatap bibir kenyal tipisnya yang mengilap, perlahan mendekatkan wajahnya, sedikit menekan tengkuk Arka dengan tangan besarnya untuk menyatukan kedua bilah bibir mereka, mengelus surai hitam Arka, dan saling memagut mesra di sana.

I love you banget, cantik, and I'm so glad you finally decided us to get married, ASAP.” kata Saka.

I love you too, mas, and yes I will marry you, soon. Aku udah ngobrol sama Ayah dan Papap untuk kita nikah tahun ini dan syukurnya mereka juga menginginkan hal yang sama.” kata Arka mengedipkan satu matanya.

“Hah?” Saka terkejut. “Kamu? Kapan? Kan sama aku terus kamunya?” tanyanya.

Surprise.” jawab Arka. “Sekarang giliran aku yang kasih surprise karena selama ini aku cuma nerima.” kata Arka, mengecup moles dipipi dan ujung hidung Saka. “Kali ini biarin aku yang lebih effort untuk kita.” lanjut Arka, tersenyum manis.

“Sebentar, I have to process this, jadi kamu sama Ayah dan Papap udah ngobrol sampe nentuin tanggal pernikahan?” tanya Saka, yang dibalas anggukan dan senyuman Arka.

“Tadinya aku mau kasih tau pas kita ketemu WO aja, tapi kayaknya, kamu bisa pingsan kalau ngga aku kasih tau hari ini.” jawab Arka.

So, when? Tomorrow?” tanya Saka tak sabaran.

“Ya, no tomorrow juga, tapi, tanggal 6 April.” kata Arka. “On your birthday.” lanjutnya.

“Sayang?” tanya Saka.

“Ya?” jawab Arka.

“Nikahnya besok aja ya?” ajak Saka. “Aku ngga sanggup kalau pisah sama kamu.” lanjutnya dengan nada manja.

“Hush! Ngawur.” jawab Arka.

“3 bulan masih lama.” keluh Saka. “Aku ngga bisa nunggu lagi, capek.” lanjutnya, mendusel wajahnya ke dada Arka.

“3 bulan sebentar, mas, aku sama kamu nunggu 2 tahun lebih lho untuk sampai di sini. Tunggu sebentar lagi ya?” Pinta Arka sembari mengelus surai hitam pria yang berada di bawahnya itu.

“Huu— Oke.” jawab Saka memanyunkan bibirnya, Arka mencium bibir manyun itu dan menarik wajah Saka untuk kembali tenggelam di dadanya.

“Tapi, mas—” kalimat Arka terputus. “WO cuma punya waktu 3 bulan, jadi aku mau minta izin.” kata Arka, Saka segera mendongakkan wajahnya.

“Izin apa?” tanya Saka was-was.

“Minta izin untuk full time to be a lover and future husband.” jawab Arka.

“Maksudnya? Ngga mau jadi personal assistant aku lagi?” tanya Saka langsung menangkap maksud dari kalimat kekasihnya. “Kamu mau resign?” tanya Saka yang dibalas anggukan yakin oleh Arka.

“Hmm, boleh sih but, with one condition.” Saka mengacungkan jari telunjuknya, Arka menaikkan kedua alisnya, meminta Saka untuk melanjutkan kalimatnya.

Stay with me in this house, at least, I can see your face everyday, to start and end up my day, for the reward.” pinta Saka, Arka menautkan alisnya dan menatap sisi-sisi rumah, sedang berpikir tentang tawaran pria di hadapannya ini.

“Hmm, tawaran yang menarik.” kata Arka membuka suaranya. “Okay, will do. Aku akan bangunin kamu setiap pagi dan pelukin kamu setiap malam.” jawab Arka, dengan Saka yang tersenyum lebar, seperti baru memenangkan negosiasi yang mendebarkan.

Agree.” jawab Saka.

“Aku juga punya syarat.” kata Arka. “Jangan nakal kalau aku ngga ada di sebelah kamu.” lanjut Arka.

Pinky promise.” kata Saka memberikan kelingkingnya yang disambut Arka, kemudian mengecupnya tangannya.

“Kan, filmnya abis.” kata Arka ketika ia membalikkan badan. Layar TV sudah kembali hitam, dengan menyisakan tittle dan sinopsis film yang tadi mereka tonton.

“Mau nonton ulang? Tinggal rewind, sayang.” kata Saka, berdiri, mengecup pucuk kepala Arka dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air mineral.

No, mending kita tidur. Besok Senin, kamu ada WIP, ngga boleh lupa, soalnya besok papap ke headquarter.” kata Arka yang sudah membawa tempat popcorn dan gelas cola, mengikuti langkah Saka.

Arka membersihkan gelas kotor dan piring mereka, Saka memeluknya dari belakang. “Seneng deh kamu manggil Pak Bumi jadi papap sekarang.” kata Saka, menggoyangkan tubuh kekasihnya.

“Kamu juga manggil Om Jeon jadi ayah sekarang.” balas Arka.

“Apa perlu aku panggil Dhika jadi Mas Dhika juga?” tanya Saka.

“Mau?” tanya Arka jahil.

“Hmmm, aku ditendang ngga sama dia? Takut.” jawab Saka semakin memeluk erat tubuh pria yang berada direngkuhannya itu, dan mereka tertawa.

Setelah kegiatan mereka membersihkan piring dan ruang TV, mereka membersihkan wajah, menyikat gigi mereka bersama, melakukan hal-hal domestik sepasang kekasih lainnya yang tinggal bersama, hingga mereka terlelap dalam tidurnya.