Surprises on Valentine's Day
tw: NSFW, mature & full of explicit content 🔞, BL, kissing, hugging, foreplay, cuddling, blowjob, hands-job, deep throat, rimming, have sex with consent (w/o protection) and too many details, sex before marriage, harsh and informal words.
Chapt. 2.1 — “Our Sex Tape”
Seorang pria tampan menghentikan mobil SUV hitamnya-nya di depan pintu lobby salah satu hotel berbintang lima di Bandung setelah Google Maps dari ponsel kekasihnya memberitahukan bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan. Valet hotel sudah mengambil alih mobil SUV BMW X7 dengan plat F itu, sedangkan bellboy hotel mengangkat beberapa barang yang kedua sejoli itu bawa dari Jakarta, sesuai dengan arahan pria cantik yang menggunakan cardigan mustard dengan t-shirt putih yang dipadankan dengan celana pendek di atas lutut berwarna khaki, sedangkan pria yang mengemudikan mobil tadi sudah masuk terlebih dahulu ke receptionist untuk check-in hotel.
Mingyu dan Wonwoo sudah berada di dalam salah satu kamar Premier Suite di lantai 8 yang berisikan satu king size bed, satu kamar mandi dengan bathtub dan shower yang memiliki tempat terpisah, kemudian balkon dengan dua kursi, bahkan ada kedua angsa yang menyambut mereka di meja kamar berbintang lima itu. Tidak hanya itu, kamar yang mereka akan tinggali beberapa hari ke depan ini memiliki pemandangan yang sangat asri, memperlihatkan landscape Hillside yang terlihat hijau, serta memberikan kesan rindang.
“Thank you.” kata Wonwoo — pria bercardigan mustard — kepada bellboy yang telah mengantarkan barang bawaan mereka, kemudian memberikannya tip, dan menutup rapat pintu kamar.
Sedangkan sang pengemudi mobil — Mingyu — terlihat sedang meletakkan mini tripod dan ponsel-nya di nakas sebelah tempat tidur yang mulai melantunkan salah satu lagu dari playlist yang kedua pria itu buat bersama: Our Mood, suara Justine Skye dengan melody yang sangat mereka hafal melantun tenang di kamar hotel Premier Suite tersebut.
I been knowing you for long enough Damn, I need you right now You can take your time, don't have to rush This might take us a while, yeah I left all the doors unlocked and you said you're on your way When you get here don't just say a word, got no time to play
“Wah, akhirnya kasur!” teriak Wonwoo setelah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, merebahkan badannya yang lumayan remuk setelah duduk di kuda besi yang bergerak selama berjam-jam dari Jakarta.
Mingyu hanya tersenyum dengan melihat sepintas tingkah laku Wonwoo, sembari ia membawa tas panjang dan tas besar yang berwarna hitam, ke depan kasur dimana tunangannya itu berada. Si dia membuka satu persatu, dari mulai tas panjang yang berisi tripod, kemudian mengeluarkan barang-barang dari tas besar yang di dalamnya terdapat kamera mirrorless miliknya.
“Kamu lagi mau ngapain, yang?” tanya Wonwoo dengan posisi tiduran miring dengan tangan yang sedang menopang kepalanya, melihat kekasih yang sedang sibuk sendiri, sedangkan tangan lainnya yang menggenggam ponsel, mulai merekam kegiatan yang Mingyu lakukan, mau ia abadikan dan masukkan ke instagram story. Mingyu sibuk sendiri merakit lensa kameranya setelah ia berhasil memasang besi berkaki 3 di hadapannya.
“Cantik, coba kamu jalan dari pintu balkon situ, ke tengah tempat tidur.” pinta Mingyu yang menatap kekasihnya sekilas ketika kameranya sudah berdiri kokoh di atas tripod yang ia rakit.
Wonwoo beranjak dari tempat tidurnya dan mengikuti arahan Mingyu, sedangkan manik elang Mingyu kembali lagi ke layar kamera menangkap gambar kekasihnya sedang berjalan sesuai arahannya.
“Gini?” tanya Wonwoo yang sedang berjalan sembari membuka cardigan mustardnya.
“Yup yup, coba naik ke tempat tidur.” kata Mingyu datar.
“Perlu pake gaya ngga?” tanya Wonwoo iseng.
“Gaya gimana?” tanya Mingyu, menatap kekasihnya yang sudah menyiapkan gaya yang ia maksud.
“Gini?” tanya Wonwoo sembari merangkak ke atas tempat tidur sembari melenggokkan pantatnya, menggoda kekasihnya seperti biasa. “Meoww.” lanjut Wonwoo mengeong.
“Haha, ada meow juga?” tanya Mingyu. “Genit banget.” lanjutnya masih menatap gerak-gerik kekasihnya yang masih tertangkap kamera.
“Sekarang, coba mundur sedikit.” pinta Mingyu ketika Wonwoo sudah terduduk di tengah tempat tidur.
“Meoow.” jawab Wonwoo mengiyakan kekasihnya. Mingyu bergeleng-geleng sembari tersenyum sembari membenarkan kameranya.
“Sekarang, coba kamu duduk bersimpuh, yang.” kata Mingyu.
“Mau ngapain sih ini?” tanya Wonwoo yang semakin penasaran, namun masih tetap mengikuti arahan dari tunangannya untuk bersimpuh di atas tempat tidur empuk itu.
Lampu merah mirrorless Sony A7 berkedip sedari tadi, tanda kamera kesayangan Mingyu itu sudah mulai merekam apa yang pria tampan itu bidik.
“Aku lagi bikin video dokumenter, sayang.” jawab Mingyu dengan tenang, setelah setting-an kameranya selesai.
Ia yang tampan itu membuka t-shirt fit body-nya yang berwarna hitam dan celana cargo creme yang ia gunakan, lalu berjalan ke arah tempat tidur ketika memastikan kembali bahwa kameranya sudah mendapatkan angel yang bagus dengan kualitas 4K full HD.
“Video dokumenter kita.” lanjut Mingyu sebelum Wonwoo kembali bertanya.
Mata Wonwoo terbelalak, sebenarnya ia sudah sangat terbiasa melihat tubuh kekar tunangannya itu, tapi tetap saja— kini pupilnya sudah membesar, ia menelan ludahnya kasar menatap tubuh yang tentu membuatnya gerah dan gelisah, kulit berwarna sedikit gelap dengan otot-otot tangan dan dada yang kencang terjaga, perut four-pack yang padat, pasti Wonwoo sukai, pinggul kokoh yang mampu membuatnya menggila, belum lagi paha kekar yang selalu bisa menjadi sofanya. Pria tampan yang membuat Wonwoo terpana itu sedang menghampirinya.
“Lagi liatin apa?” tanya Mingyu, memancing kekasihnya.
“Kamu.” jawab Wonwoo sembari mengelus perut fourpack yang sudah berada di hadapannya. “Jadi pengen dimainin.” lanjut Wonwoo, menarik tubuh besar kekasihnya untuk duduk di sebelahnya.
Wonwoo tak segan-segan duduk di atas lahunan Mingyu, membelakangi kamera, sembari mengelus surai gelap kekasihnya, dan mengelus dada berotot di hadapannya.
“Dimainin gimana?” tanya Mingyu dengan senyum yang menyeringai sembari berbisik pura-pura tidak tahu apa yang dimaksudkan sang kekasih. “Kaya gini?” tanya Mingyu meraba dada kekasihnya yang masih tertutup cotton combed berwarna putih, lalu mencubit pelan salah satu nipples Wonwoo dari luar fabric itu.
“Hngg— Mingyu tangannya bandel nih—” desah Wonwoo sembari memukul tangan Mingyu yang berada di dadanya.
“Tapi ini kan punya aku.” jawab Mingyu, meremas kedua dada Wonwoo tanpa aba-aba.
“Iya, semuanya punya Mingyu, mainin aja.” kata Wonwoo. “Aku suka kok dimainin kamu— banget!” lanjut Wonwoo menggoda kekasihnya. Mingyu senyum menyeringai, sangat mengerti apa maksud dari sang kekasih.
Wonwoo meletakkan kedua tangannya di lengan Mingyu, dan membusungkan dadanya cantik ketika Mingyu sudah kembali memilin serta menggesek puncak dadanya dengan telapak tangan kasar milik pria tampan itu, tanpa protes.
“Kali ini kita mainnya sambil di-video-in ya?” izin Mingyu, masih memanjakan puting kekasihnya.
Wonwoo tersenyum, “Ahh— Tau gitu aku pake daleman fishnet, biar bisa kamu robek.” jawab pria cantik itu menjahili Mingyu. “Atau bawa butt plug kesukaankuhh.” jawabnya sembari mendesah karena sentuhan Mingyu yang masih berada di dadanya.
“Ngga perlu pake properti, kamu sendiri udah cantik.” kata Mingyu membuka t-shirt putih Wonwoo dan menatap lurus bibir kekasihnya.
Tatapan dalam diberikan Mingyu untuk Wonwoo, kemudian mencium bibir ranum itu — mengulumnya perlahan yang dibalas oleh si dia dengan bermain di bagian atas bibir kenyal Mingyu. Ciuman mereka sudah dipimpin oleh Mingyu yang menyusupkan lidahnya ke dalam mulut Wonwoo terlebih dahulu, begitupun dengan indera pengecap Wonwoo yang menyambut milik kekasihnya. Benda tak bertulang itu saling menyatu, dan bertukar saliva di sana.
“Wait.” kata Wonwoo berdiri dari lahunan Mingyu, berjalan ke arah tas kecil yang ia bawa, mencari lubricant dan meletakkan benda itu di samping nakas tempat tidur, takut mereka membutuhkannya saat foreplay nanti.
Tak membutuhkan waktu lama untuk kamera itu menangkap Mingyu yang sudah totally naked sedang bersandar pada headboard king size bed di kamar Premier Suite lantai 8 itu, karena ia sudah menghadap ke arah kamera — Pria tampan itu bahkan dapat melihat pantulannya sendiri. Disusul oleh Wonwoo yang naik ke atas tempat tidur, mendudukkan dirinya menghadap ke arah kamera juga yang sedari tadi merekam kegiatan yang mereka lakukan detiap detiknya.
Mingyu mengarahkan wajah Wonwoo untuk menghadapnya, dan kembali menyatuhkan kedua bibir mereka. Mingyu menuntun kedua tangan pria cantiknya untuk masing-masing ada di samping badannya. Ciuman yang awalnya biasa saja, kini perlahan sedikit berantakan. Kedua sejoli mulai bersilat lidah dengan penuh hasrat dan bergairah untuk memulai permainan mereka sore ini. Sementara itu, kedua tangan Mingyu sudah mulai kembali meraba, menggesek dan memilin puting Wonwoo. Wonwoo menggeliatkan tubuhnya saat merasakan tangan kasar Mingyu memilin salah satu titik sensitifnya.
Salah satu tangan kekar Mingyu turun ke bagian paha Wonwoo dan mengelusnya dengan sentuhan erotis, membuka celana thong putih Wonwoo, dan membuangnya sembarang. Jemari gendut itu kembali menjamah perlahan ke tengah selangkangan Wonwoo yang sudah sedikit mengeras, dan menggodanya dengan memainkan kepala penis di selatan kekasihnya.
“Lube-nya di mana, sayang?” tanya Mingyu berbisik ketika memijat kejantanan pria yang ada di depannya itu.
“Ituhh—” Wonwoo menjawabnya dengan terbata, entah menunjuk kemana. Tapi, Mingyu tahu maksudnya, ia meraih tube yang tadi Wonwoo letakkan di nakas, dan mengolesnya ke kedua telapak tangannya.
Mingyu perlahan memberikan stimulus ke tubuh mulus kekasihnya, dimulai dengan bergantian memberi pijatan pada penis-nya, lalu, turun ke testicles, kemudian bermain dipinggiran lubang berkerut pria cantik itu seolah menggoda.
Lenguhan pelan yang tadi Wonwoo keluarkan, kini lebih lantang. Wonwoo tercekat merasakan sentuhan pria di hadapannya hingga darahnya berdesir kencang, seperti ada kupu-kupu yang menggelitiki perutnya. Wonwoo meletakkan tangannya dipaha sang kekasih, hingga dadanya mampu membusung, dan Mingyu juga dapat melihat dengan jelas tubuh mulus putih dengan beberapa bekas merah jambu — bekas permainan mereka kemarin — yang ada di depannya sedang menikmati jemari gemuk Mingyu yang mulai masuk satu persatu mengacak-acak lubang anusnya.
“Nghhh— ahhhh—” lenguhan lolos dari bibir terbuka Wonwoo, membuat Mingyu tersenyum menang. Kekasihnya sudah terangsang oleh setiap sentuhannya.
“Suka ya diacak-acak sama aku kaya gini?” tanya Mingyu dengan tangan kanan licinnya masih memijat intense kejantanan Wonwoo, kemudian sesekali mengelus lubang pipis diujung kepala penis itu, dan jemari dari tangan lainnya menumbuk dengan gestur acak, mengusik lubang yang mulai berkedut milik Wonwoo secara bersamaan, membuat Wonwoo menggeliat dan mendesah tak karuan.
“Jawab, sayang kalau ditanya.” pinta Mingyu sembari menjilati dan menggigit daun telinga Wonwoo, menambah rangsangan pada tubuh Wonwoo.
Mingyu tahu semua titik terlemah pria yang sedang mengerang sexy sembari meliuk-liukan tubuhnya dengan gelisah di depannya ini. Sangat mudah untuk Mingyu membuat Wonwoo bersimpuh minta ampun, dan begitupun sebaliknya, Wonwoo pun sangat tahu bagaimana membuat Mingyu bertekuk lutut di hadapannya. Tapi belum saatnya ia menggoda Mingyu.
“Suka— hhmphh— aaahhh— Gyuuhhh—” lenguh Wonwoo sembari mencengkeram lengan kekasihnya yang berotot itu.
“Kamu liat ke kamera deh, liat kamu lagi sange gini!” pinta Mingyu dengan suara baritone-nya yang sexy, “Gila, gimana aku ngga ikutan sange coba!” lanjut Mingyu ketika Wonwoo berusaha sekuat tenaga untuk menatap dirinya yang mulai meliuk tak karuan dari pantulan layar mirrorless kamera tunangannya, tangan Mingyu masih menjajah penis dan lubangnya.
Semua terpantul jelas di layar kamera, wajah kedua sejoli penuh dengan nafsu birahi. Saling bergumul.
“Liat deh lubang pantat kamu, warnanya pink gitu, nakal banget.” goda Mingyu melepas cepat jemarinya yang menyumpal lubang Wonwoo. “Minta diewe.” lanjut Mingyu, kembali mengelus lubang berkedut itu dan mulai memasuk-keluarkan jemarinya satu persatu lagi.
Bukannya marah dengan perkataan kekasihnya, wonwoo malah senang. Tidak dapat dipungkiri bahwa kini Wonwoo sudah sangat terangsang dan merasakan panas dalam tubuhnya ketika melihat dari pantulan layar kamera apa yang sedang Mingyu lakukan pada tubuh bagian depannya, terlebih lagi kalimat 'minta diewe' yang keluar dari mulut pria kesayangannya itu semakin membuatnya benar-benar ingin diisi dengan penis besar milik Mingyu dan menyumbat lubangnya.
“Hmm? Mau aku ewe?” tanya Mingyu frontal di tengah erangannya.
Wonwoo membalikkan kepalanya, mencium rahang sang prianya dan memijat lengan kekar berotot milik Mingyu, seolah memberinya semangat untuk terus memanjakan lubang dan penis-nya, ia sungguh sangat menikmatinya.
“Aaaahhh— Gyu, if I were you, I would destroy this hole with your big penis over and over again—” tantang Wonwoo dengan suara terbata-bata yang diselangi oleh desahannya.
Seolah diberikan lampu hijau, Mingyu membuat Wonwoo kembali melenguh tak karuan, si dia sengaja menusuk-nusuk titik prostat cantiknya semakin cepat dengan jemarinya.
“Pastilah— enghh” erang Mingyu. “Cuma aku yang bisa ngacak-ngacak kamu kaya gini, kitten.” lanjut Mingyu.
“Nghhh— Gyuuhhh—” lenguh Wonwoo.
Wonwoo menolehkan wajahnya ke belakang agar dapat menghadap Mingyu, dan membawa mereka untuk masuk ke dalam ciuman dalam. Jari Mingyu masih berada di dalam anal Wonwoo, pria tampan itu menggerakkan ketiga jemarinya dengan posisi keluar masuk yang semakin lama semakin cepat, semakin dalam, membuat Wonwoo melenguh berantakan di dalam ciuman mereka. Wonwoo mulai kelimpungan.
Mingyu mengunci kaki Wonwoo yang mulai semakin gelisah. Penis Wonwoo tampak sudah tegak berdiri, dapat dilihat dari benda berurat yang berkedut, dan pre-cum-nya mulai keluar dari ujungnya.
“Tuhaaan aahhh— aaahhh—” desau Wonwoo sembari memijat paha Mingyu, meminta ampun, sedangkan Mingyu justru tidak dapat menahan dirinya untuk mengacuhkan kejantanan Wonwoo yang menganggur tak tersentuh.
I know you think that you know me But you ain't even seen my dark side It's reserved for you only So, baby, do it right, do me right
“Gyuuuhhh— ahh— aahnggh—” lenguh Wonwoo memanggil nama tunangannya itu, mulutnya kembali terbuka menandakan Wonwoo sangat menikmati permainan mereka.
“Ahhh—” erang Mingyu ketika Wonwoo mendesah dengan acak.
Mingyu dapat merasakan kaki Wonwoo yang mulai yang bergetar hebat, benda berurat yang sedari tadi ia pijat semakin berkedut, ingin menuju puncak pelepasannya. Detik selanjutnya, Wonwoo memejamkan matanya, merasakan rangsangan Mingyu hingga mendapatkan pelepasan pertamanya di telapak tangan sang tunangan, tempat tidur, dan perutnya. Wonwoo puas, walaupun nafasnya sedikit tersenggal.
Mingyu tak perlu rangsangan lainnya pada titik ini, karena kejantanannya kini sudah berdiri sedari tadi hanya karena Wonwoo merengek memanggil namanya, meminta pengampunan dari gerakan jemari gemuknya yang tak memiliki ampun, badan rampingnya yang meliuk gelisah tak karuan dan semua dapat ia lihat dari pantulan LED kamera mirrorless-nya.
We can go all the time We can move fast, then rewind When you put your body on mine And collide, collide It could be one of those nights Where we don't turn off the lights Wanna see your body on mine And collide, collide
“Suka ya dimanja gini?” Mingyu menanyakan kekasihnya dengan jahil.
Wonwoo mengangguk tak mampu berkata karena sedang menikmati pelepasan pertamanya, bahkan cairan putih masih menetes dari ujung penis-nya.
Mingyu berpindah tempat dan membaringkan Wonwoo yang masih mengeluarkan cairan kental putihnya, sedang Mingyu turun ke bagian bawah tubuh Wonwoo, dengan perlahan namun jahil, pria itu menghisap penis kekasihnya.
“Ahhh— Gyuhhh— aahhh—” desah Wonwoo ketika mulai merasakan perut yang menegang, kaki yang begetar karena perasaan ngilu yang ia rasakan efek hisapan sang kekasih di kejantanannya.
“Ngiluuu—” kata Wonwoo menggeliat, kemudian menarik kekasihnya itu agar berhenti dari kegiatannya, dan menyatukan ranum mereka secara acak. Wonwoo berusaha memimpin lumatan itu, tapi Mingyu tidak ingin mengalah untuk hari ini.
Kini hanya terdengar sayu-sayu lagu playlist yang Mingyu nyalakan, karena sudah didominasi oleh suara kecapan ciuman dan lenguhan yang lepas sesekali dari kedua insan yang sedang bercinta itu. Tangan Mingyu yang tidak bisa diam tentu saja mulai meraba dada sang kekasih, memilin, mencubit, menarik dan menggesek puting Wonwoo yang berwarna cokelat itu hingga kembali menegang. Mingyu selalu gemas dengan puting Wonwoo.
“Hhhh—” Wonwoo menarik ciumannya, nafasnya tersenggal mencari oksigen, ditambah dengan rangsangan pada putingnya oleh tangan nakal Mingyu yang tak berkesudahan.
Mingyu yang sudah berada di atas Wonwoo, mulai kembali beraksi dengan meraba tubuh depan Wonwoo dengan kecupan demi kecupan, membuat tubuh pria ramping itu kembali membusung. Melihat dada kekasihnya membusung, Mingyu menghentikan bibirnya di salah satu puting Wonwoo yang sudah mencuat dan sangat memprovokasi Mingyu untuk menghisapnya.
Mingyupun menjilati nipples itu bergantian, memainkan benda cokelat kecil itu dengan lidahnya, kemudian berhenti di salah satu puting dan menghisapnya dengan semangat seolah berharap sesuatu keluar dari klitoris berwarna cokelat menggoda yang sudah sangat menegang itu, sedangkan benda kecil yang mencuat di sisi lain ia mainkan dengan pilinan cepat dan menggesekkan telapak tangannya di sana.
“Ahh Gyyuuhh—” Desau Wonwoo. “Ngiluuu— hmph—” lanjutnya.
Wonwoo mendesahkan nama tunangannya berkali-kali sembari memejamkan mata, walaupun ngilu, ia tetap menikmati lidah basah dan sentuhan yang berada di dadanya, karena lama kelamaan sentuhan dan hisapan yang Mingyu berikan terasa begitu menggairahkan. Mingyu terkadang menggigit putingnya mesra untuk mengacaukan perasaan pria manis itu, bukannya marah, Wonwoo malah merasa terangsang kembali.
Saat ini kamera mirrorless Mingyu masih menangkap picture tubuh Wonwoo yang tidak terlapisi apapun, memperlihatkan kegiatan dua insan yang sudah dilapisi nafsu itu. Mingyu mulai kembali memainkan tangannya di selatan Wonwoo dan disambut dengan desahan sang tunangan yang terdengar sangat menikmati walaupun terasa masih ngilu akibat pelepasan pertamanya, terlihat dari respond tubuh ramping putih mulus milik Wonwoo yang meliuk-liuk genit, bergerak gelisah serta kakinya yang dengan refleks terbuka lebar, memberikan lebih banyak akses Mingyu untuk menjamahnya. Lagi dan lagi.
Wonwoo's body squirms, with a glazed look full of lust. He liked what Mingyu did right now.
“Ngiluu— mau cium—” rengek Wonwoo sembari mendesah merasakan tubuh bagian depannya sudah diinvasi habis-habisan oleh kekasihnya.
“Coba minta baik-baik ke aku.” pinta Mingyu.
“Big guy enghh—” kata Wonwoo terpatah-patah. “Aku mau ciuman— hhngh—” lanjutnya sembari melenguh nikmat tak tertahankan.
“Jalangnya Big Guy mau dicium ya, sayang?” tanya Mingyu menggoda sembari tersenyum dengan menyeringai. Wonwoo bukannya marah dengan kalimat Mingyu yang melecehkannya itu, ia malah merasa semakin turn on.
“Mau.” minta pria itu manja.
Udara di salah satu kamar berbintang 5 itu terasa sangat panas, air conditioner dengan udara Bandung tampaknya tidak membantu menenangkan tubuh Wonwoo yang horny di dalam rengkuhan sang tunangan. Panas, bergelora, keringat perlahan merembes keluar kulitnya. Begitupun Mingyu, semakin menggila, mengacaukan tubuh kekasihnya karena ia sendiri sudah gelap mata dengan libidonya yang memuncak.
Mingyu mengambil kedua tangan Wonwoo dan membawa kedua lengan mulus itu untuk melingkar di lehernya. Mingyu lalu menatap mata sayu cantik bermanik rubah yang selalu menjadi favorite-nya, kemudian menyatukan dua bilah bibir mereka, membawa pria di bawahnya ke dalam ciuman acak penuh dengan gairah, Mingyupun melumat bibir sang kitten, lidah mereka kembali saling bertaut, dan menukar saliva, bahkan ada beberapa air liur yang lolos dari pinggiran bibir mereka, turun ke leher jenjang cantik milik Wonwoo.
Baby, it's all yours if you want me, all yours if you want me Put it down if you want me, tonight Said it's all yours if you want me, all yours if you want me Put it down if you want me, let's collide
Ciuman Mingyu turun perlahan menginvasi jenjang leher dan menghisapnya perlahan, kembali menandakan kekasihnya itu dengan love mark di badannya, bermain dengan nipples Wonwoo, ia sangat menyukai kegiatan ini — menikmati satu persatu bagian sensitif di tubuh Wonwoo dengan bersemangat, hingga dari sentuhan puting mungil itu menghasilkan suara-suara desahan yang semakin nikmat dari Wonwoo, sampai aerola cokelat itu berwarna kemerahan akibat hisapannya dan pilinannya.
Dengan lihai, kecupan Mingyu turun perlahan, dari puting Wonwoo yang sudah sangat mengeras, ke bagian perut six pack-nya dan mengecup otot-otot yang sudah mulai terbentuk itu, berhenti di belly button — menjilatinya dengan sensual, membuat Wonwoo melenguh sembari terkekeh serta menggeliat karena geli. Bibir Mingyu masih berjelajah, semakin turun ke selangkangan Wonwoo, menghisap paha bagian dalam prianya, kemudian mencium kepala kejantanan Wonwoo yang sudah mengeluarkan pre-cum-nya lagi.
Mingyu menghentikan permainannya dengan tiba-tiba, membuat Wonwoo yang sedang enak itu kecewa. Kamera bermerk Sony Alpha itu tak dapat menangkap tubuh kekarnya, hanya ada Wonwoo yang sedang menatap kesal ke arah lain, dan matanya bergerak seolah sedang mengikuti pergerakan seseorang.
Rasa kecewanya berubah menjadi senyuman saat Wonwoo melihat Mingyu melepaskannya untuk mengambil kamera dari tripod, mendekatkan kamera mahal itu kearahnya agar dapat mengabadikan wajah serta tubuhnya yang berparas cantik dan sangat menggoda. Dengan kulit putih mulus mengilap penuh love marks darinya hingga ke tulang selangka, Mingyu dapat melihat Wonwoo sedang tergeletak bergairah sambil mendesah, mengocok kejantanan dan memainkan latto-latto-nya sendiri. Mingyu tau pria sexy di atas tempat tidur itu sedang sengaja untuk mengusik hasratnya melalui bidikan kamera yang masih Mingyu tatap dengan menggigit bagian bawah bibir basah kemerahan yang sedikit membengkak itu.
“Anjing! Sexy banget— Ugh!” erang Mingyu.
Kamera sedikit tak stabil, Mingyu masih menatap Wonwoo lewat layar kameranya sembari mengocok kejantanannya sendiri bak menonton blue film, bagaimana tidak, Mingyu kini sudah melihat tubuh kekasihnya sedang memanjakan nafsunya dan menikmati sentuhan tangannya sendiri, seperti model film bokep yang menggoda penontonnya. Persis seperti itu. Desahan nakal memanggil nama Mingyu dengan suara berat, membuat telinganya sangat termanjakan.
“Anjinglah, yang, aahh— artis bokep ngga ada apa-apanya sama binalnya kamu.” kata Mingyu ditengah desahannya yang sedang mengocok miliknya sendiri.
Wonwoo tersenyum, berhasil mengacaukan sang kekasih, dan semakin ingin menggoda pria itu.
“Need a tounge?” tanya Wonwoo yang terbangun dari posisinya, merangkak menghampiri Mingyu yang masih berdiri dengan kamera di salah satu tangannya, wajah penuh gairah Wonwoo yang memerah tertangkap sangat dekat dengan resolusi 4K full HD.
“Mau dong, isepin.” jawab Mingyu ketika Wonwoo sudah memegang kejantanannya, memajukan pinggulnya.
Wonwoo tersenyum girang seperti anak kecil yang diberikan lollipop oleh orang tuanya, dengan semangat ia memanjakan batang besar panjang berwarna sedikit lebih gelap dari miliknya, memijat lembut benda panjang yang sudah menggendut digenggamannya, memasukkannya ke dalam rongga mulutnya yang kecil dan menghisapnya dengan permainan lidah yang lihai, memaju mundurkan wajahnya di antara selangkangan Mingyu. Wonwoo adalah seorang professional sucker untuk penis Mingyu seorang.
We can go all the time We can move fast, then rewind (yeah) When you put your body on mine (you already know what I do) And collide, collide It could be one of those nights (I give you that) Where we don't turn off the lights Wanna see your body on mine (uh) And collide (yeah), collide (baby, it's all yours)
“Ah, gila.” Mingyu mengerang sembari mengelus surai Wonwoo dengan desahan beratnya, meminta pria di bawahnya untuk melahap habis penisnya.
Pria tampan yang berdiri di pinggir tempat tidur dengan tripod kecil berada digenggamannya itu memejamkan matanya merasakan nikmat ketika Wonwoo memainkan lubang kecil di ujung kepala penisnya dengan lidah yang nakal, sembari memijat testicles yang menggantung di bawah sana. Wonwoo merasakan cairan lain selain saliva-nya di dalam mulut — Mingyu sudah mengeluarkan pre-cum-nya. Mengulumnya dengan passionate hingga merasakan kejantanan Mingyu mulai berdenyut, semakin membesar di dalam mulutnya. Mingyu tersenyum saat Wonwoo menatapnya, senyuman dengan nafsu birahi yang sangat mengundang Wonwoo untuk terus memanjakan kejantanan itu hingga limit Mingyu.
Mingyu menarik penisnya keluar, menatap kekasihnya dengan penuh bangga karena hisapan dari mulut tipisnya yang konsisten mampu membuat Mingyu mengerang hebat dan ketagihan akan hisapannya.
“Pinter banget ngisepnya, punyanya siapa?” tanya Mingyu dengan suara beratnya ketika sudah mengambil dagu pria yang yang masih menungging itu dengan jemarinya untuk mendongakkan kepala Wonwoo.
“Punya Mingyu” jawab Wonwoo dengan wajahnya yang sudah memerah, bertambah merah lagi karena kalimat pujian Mingyu yang entah kenapa membuat jantungnya berdegup cepat.
Mingyu melumat bibir basah Wonwoo dengan berantakan, Wonwoo sedikit kewalahan untuk menyeimbangkannya, tapi bukan Jeon Wonwoo bila tidak mampu menyetarakan semua permainan dengan sang kekasih bertubuh besar dan atletis ini.
“Kalau aku pinter—” kata Wonwoo menggantung.
“You have to give me a present.” tantang Wonwoo.
Pria manis itu membalikkan tubuhnya mandiri, hingga Mingyu dengan jelas dapat melihat lubang berkerut Wonwoo yang berwarna merah jambu di hadapannya. Lubang itu adalah Kryptonite Mingyu — tentu dapat melemahkannya. Wonwoo menggoyangkan pantatnya yang sintal, dan Mingyu memukulnya perlahan hingga desahan manja dengan nada pelan keluar dari bibir Wonwoo — memang itu yang Wonwoo inginkan, goyangan bokong-nya seolah berkata 'Please spank me, Big Guy.'
“Gemes—” remat Mingyu pada salah satu pantat Wonwoo.
Baby, it's all yours if you want me, all yours if you want me Put it down if you want me, tonight Said it's all yours if you want me, all yours if you want me Put it down if you want me, let's collide
Pria manis itu menggoyangkan kedua pantatnya untuk menggoda Mingyu. Tak perduli bagaimana jadinya sex tape mereka, Mingyu meletakkan kamera mahal itu sembarangan, dengan objek yang berubah menjadi langit kamar hotel mereka. Sedangkan kini, Mingyu tak segan-segan menurunkan wajahnya hingga setara dengan lubang berkerut milik Wonwoo, dan melahapnya, sang empunya hanya mendesah sembari mendongakkan kepalanya nikmat.
“AAHHHHH— ahh sayang—” erang Wonwoo ketika merasakan indera pengecap hangat milik Mingyu sudah berada di dalam lubangnya, mengacak-acak di sana.
“Nghh—” lenguh Wonwoo ketika Mingyu menggerakkan lidahnya keluar-masuk lubangnya hingga basah tak karuan.
“Faster, ganteng!” pinta Wonwoo sambil mendesah berantakan.
Kemudian Mingyu juga membuat gestur lingkaran dari indera pengecapnya memainkan pinggiran lubang anus Wonwoo. Desahan Wonwoo berantakan tak karuan merasakan stimulus nikmat yang ia dapatkan saat ini, mulutnya terbuka dengan beberapa tetas air liur lagi-lagi keluar dari pinggiran bibirnya ke leher. Keringat mulai mengucur ketika ia merasakan perutnya terasa kencang, pinggang, paha dan pantatnya bergetar tak karuan.
Mingyu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, namun, tentu saja ia tak perduli, pria tampan itu sedang menikmati lubang manis kekasihnya saat ini.
“Gyu!! Ahhhh—” kata Wonwoo memaju mundurkan pinggangnya, karena pelepasannya sudah dekat. Mingyu memegang pinggang Wonwoo dengan kuat, memberikan rangsangan-rangsangan yang tak sanggup Wonwoo terima lagi, hingga pria manis itu sudah sampai pada puncaknya untuk kedua kalinya, kali ini tanpa tersentuh.
Mingyu belum berhenti walaupun Wonwoo sudah mengerang panjang, dengan kaki yang bergetar hebat. Sperma Wonwoo meluncur bebas, bahkan seperti pelepasan pertamanya, cairan kental itu masih menetes dari ujung kepala penis-nya. Namun, Mingyu dengan tanpa ampun mengganti lidahnya di lubang yang pinggirannya sudah hampir memerah itu dengan kejantanannya yang sudah menegang ingin bersilaturahmi dengan lubang kekasihnya.
Mingyu mengambil lagi kameranya, dan dengan lihai kembali mengambil gambar tubuh mulus Wonwoo dengan kepala penisnya yang sudah berada di ujung lubang berkedut di depannya itu.
“Enghhh—” lenguhan lemah Wonwoo setelah pelepasan pertamanya, saat merasakan kepala kejantanan Mingyu masuk perlahan. “AAAANGHHHH— Ngiluu, yanghhh nghhh—” erang Wonwoo.
“Masa?” tanya Mingyu mengeluarkan penis-nya lagi, memasukkannya lagi sedikit lebih banyak tak lama ia keluarkan lagi.
“Tapi enak?” tanya Mingyu lagi kepada kekasihnya itu yang dijawab anggukan.
Mingyu melakukannya lagi, ia memasukkan kembali kejantanannya dan mendorong sedikit lebih banyak benda besar tak bertulang itu, begitu terus hingga terdengar bunyi kulit yang bertabrakan dengan genangan air. Cipakan erotic.
“Aaaaaaahhhhhhh—” erangan panjang Wonwoo keluar bagaikan lantunan erotis saat Mingyu sudah memasukkan seluruh batang berurat yang menegang itu ke dalam lubang sang tunangan.
Mingyu tentu saja tidak akan melewatkan untuk mendokumentasikan kekasihnya yang sedang mendongakkan kepalanya, merintih dan mendesahkan namanya semakin liar ketika ia tanamkan miliknya dan menusuk-nusuk dalam rectum-nya, lalu mendesak titik prostat Wonwoo, memberikan rangsangan lagi ke penis Wonwoo yang perlahan kembali menegang. Mingyu dan Wonwoo sedang menikmati penyatuan mereka.
Mingyu menatap dari kamera ketika melihat kekasihnya sudah kembali menggeliat dan melenguh sensual sembari menungging, memastikan ia merekam Wonwoo dengan goyangan pinggul yang gelisah karena ada kejantanannya yang menyumbat lubang Wonwoo dan menerjang isi anal-nya.
“Gila sih, seductive bgt kamu, fuck!” kata Mingyu, semakin kencang menggempur lubang Wonwoo, membuat sang submissive menjadi gila karena tumbukan-tumbukan tak beraturan itu terus saja menabrak rectum dan sweet spot-nya. Panas, tubuh mereka berdua semakin berkeringat.
“Ahh— Gyuhhh—” kata Wonwoo terbata-bata. “Kecepetannn aahhh ahhh—” rengek Wonwoo.
Pinggang, paha, dan pantat sang pria manis itu kembali bergetar tak karuan, kesepuluh jarinya menekuk seperti sedang mempersiapkan sesuatu.
“Keenakan ya di ewe gini? Hmm?” tanya Mingyu yang masih menumbuk kasar lubang manis Wonwoo dan menepuk salah satu pantat tunangannya itu dengan gemas. “Pengen keluar lagi ya, cantik?” bisik Mingyu sembari memberikan love marksnya di punggung sang kekasih, Wonwoo mengangguk seraya mendesah memanggil nama kekasihnya.
Mingyu meremat dan menggerakkan pantat Wonwoo dengan satu tangannya, memberikan stimulus pada kekasihnya untuk mengeluarkan sperma-nya lagi, ia terus menerus menghantamnya.
“Dalem banget— hngghhh— Gyuuhh—” kata Wonwoo ketika Mingyu mulai menggoyangkan pinggulnya kembali.
“Aaahh— enaakk bangetthh— ahh aahh— mph—” desah Wonwoo terbata dan berantakan.
“Shit lubang kamu sih— enakhh— nghhh—” kalimat Mingyu mengiringi pelepasan ketiga Wonwoo karena pria manis itu sudah tak sanggup menahan kenikmatan dari tumbukan-tumbukan yang Mingyu berikan pada lubangnya.
“Lubangnya Mingyu.” lanjut Mingyu, menggigit daun telinga Wonwoo dari belakang tubuh yang sudah lembab penuh dengan peluh.
Mingyu pun tak sanggup menahan hasratnya lagi dengan kejantanannya yang sudah membesar dan berkedut siap mengeluarkan pelepasan pertamanya di dalam lubang Wonwoo. Walaupun Wonwoo masih merasakan ngilu pada bagian selatannya, tentu saja ia tidak ingin melewatkan pelepasan Mingyu. Wonwoo mengetatkan lubang manisnya, menghisap kejantanan Mingyu yang semakin membesar semakin ke dalam. Lubang yang berkedut itu menjeramah penis Mingyu.
“Damn!, kenceng banget sayanghhh—” erang Mingyu ketika merasakan rectum Wonwoo semakin ketat dan menggenggam kemaluannya, seperti ingin menyedot cairan kental putih itu keluar dari penisnya.
Tidak hanya Mingyu, Wonwoo yang masih merasakan ngilu di sekujur tubuh bagian bawahnya pun ikut melenguh, merasakan kejantanan Mingyu dengan urat yang menonjol dalam keadaan raw itu semakin membesar dan berkedut di dalam sana. Desahan demi desahan saling beradu di ruangan itu, erangan nikmat menyelimuti kamar hotel mereka, membuat playlist Spotify yang sebelumnya dinyalakan Mingyu seolah tak berarti, tergantikan dengan bunyi kulit yang saling beradu, menciptakan bunyi erotic yang membuat jantung dua sejoli itu berdebar tak karuan.
I know that this is love when we touch, boy You got my heart And can't nobody make me feel like you do, boy, like you do 'Cause, baby, we can go We can go all the time We can move fast, then rewind When you put your body on mine And collide, collide It could be one of those nights Where we don't turn off the lights Wanna see your body on mine And collide, collide
Mingyu sudah dekat sekali dengan pelepasannya, hingga pria tampan itu terus menyerang lubang Wonwoo dengan sangat berantakan, tanpa belas kasihan agar ia dapat menemukan puncak kenikmatannya.
“Aaahhh— nghh hngg—” desah Wonwoo tak karuan yang dijawab erangan panjang Mingyu.
Mingyu mengeluarkan pelepasan pertamanya di dalam ruang hangat milik Wonwoo, hingga cairan putih itu merembes keluar — turun ke seprai putih di bawahnya. Wonwoo menyerah, ia sudah tak sanggup menungging lagi. Kejantanannya ngilu, pantatnya sakit karena gempuran kesetanan yang Mingyu berikan. Pria manis itu menjatuhkan dirinya di atas kasur dengan keadaan tengkurap, melepaskan koneksi mereka berdua di bawah sana. Cairan sperma lengket bekas pelepasan sebelumnya yang belum mengering menempel disekujur tubuh mulusnya.
“Kamu keren bgt. I love you, baby, happy valentine's day.” kata Mingyu mengecup kening lembab itu, sembari kembali memegang kameranya, mengabadikan wajah sayu kekasihnya yang memerah akibat kegiatan mereka.
“Happy valentine's day to you too.” kata Wonwoo lemah. “Love you.” lanjutnya yang disambut dengan kecupan dari Mingyu pada bibir yang sedikit membengkak itu.
“Bersih-bersih dulu yuk, biar aku bersihin badan kamu.” kata Mingyu.
Pria tampan itu segera mengisi bathtub dengan air hangat, dan membawa tubuh ramping Wonwoo ke dalam benda putih oval yang cukup menampung mereka berdua. Dengan apik, Mingyu membersihkan tubuh Wonwoo, hingga ke lubang anusnya dengan rintihan dari Wonwoo karena pantatnya yang terasa perih. Setelah selesai, iapun menghandukkan tubuh ramping Wonwoo, dan mendudukkan kekasihnya di depan meja westafel yang terbuat dari marmer.
“Big Guy,” panggil Wonwoo kepada sang kekasih.
“Ya, sayang?” tanya Mingyu dari dalam kamar mandi bagian shower.
“Liat sini!” pinta Wonwoo.
Mingyu membuka pintu kaca shower itu, dan mendapati Wonwoo sudah menggunakan ponsel-nya untuk membidik tubuh atletis telanjangnya sembari tertawa.
“Nakal deh.” kata Mingyu mengambil benda pipih itu dari tangan kekasihnya.
“Nanti dimasukin ya, buat bahan coli aku kalau lagi LDR-an.” kata Wonwoo iseng sembari tertawa, bukannya kesal Mingyu malah menganggap kalimat itu lucu.
Wonwoo masih merekam Mingyu yang menghandukkan tubuhnya.
“Udah yuk, ke kamar aja, kamu pasti capek banget” kata Mingyu kepada Wonwoo dan menggendong kekasihnya kembali ke kamar utama, meletakkan tubuh ramping itu di atas sofa karena tempat tidur mereka sangat berantakan. Mingyu juga tidak lupa untuk memakaikan t-shirt oversized dan G-string yang kekasihnya bawa, lalu memakai celana boxer untuk dirinya sendiri.
Dengan sigap Mingyu meminta seprai dan selimut baru kepada cleaning service dan merapikan seprai mereka secara mandiri.
Kini jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tempat tidur mereka sudah kembali rapih. Langit Bandung sudah menggelap, Mingyu yang lupa menutup gorden hotelnya saat mereka bermain tadi, kini sudah menutupnya dengan rapat.
Woneoo masih terduduk di sofa, walaupun mingyu sudah membersihkan tempat tidur. Ia bersantai.
Mingyu mengambil kembali kamera mirrorless-nya, berjalan ke sofa tempat Wonwoo selonjoran dengan santai daritadi sembari memegang ponselnya. Mingyu membawa tubuh kekasihnya untuk berada di lahunannya, memeluk tubuh ramping itu posesif.
“Besok sore kita pergi ya,” kata Mingyu mengecup bahu kekasihnya, yang dibalas anggukan.
“Mau lihat hasilnya ngga? Sebelum aku edit.” ajak Mingyu setelah menyalakan kembali kameranya.
Wonwoo segera meletakkan ponselnya, bersama Mingyu, mereka berdua mulai melihat-lihat hasil rekaman dokumentasi yang tadi mereka ambil.
Hasil yang benar-benar amatiran itu membuat jantung Mingyu berdebar ketika menontonnya kembali, begitupun Wonwoo yang ikut menontonnya. Darah mereka kembali berdesir, hasil videonya sedikit goyang, kadang hanya suara yang terdengar dengan langit-langit kamar hotel sebagai gambarnya. Persis seperti film bokep yang dijual dipasaran karena bocor atau dicuri orang. Namun, walaupun demikian sesuatu ditubuh Wonwoo seperti ada yang gatal dan ingin kembali disentuh.
Wonwoo sedang melihat tubuhnya sendiri habis babak-belur dibuat Mingyu, apalagi terdengar suara berat kekasihnya yang sangat dominan itu sedang merutuki kenikmatan yang ia ciptakan, membuat wajah Wonwoo memanas. Sama halnya dengan Mingyu, ada sesuatu yang bangun di bawah sana ketika mendengar desahan sensual kekasihnya, ditambah lagi tubuh ramping itu menggelinjang tak karuan, terpampang di layar.
Kemudian, kalimat “Pinter banget ngisepnya, punyanya siapa?” ketika Mingyu bertanya dengan suara baritone-nya terdengar dari rekaman video yang sedang mereka tonton, Wonwoo berdeham salah tingkah. Mingyu tersenyum seolah tau apa yang Wonwoo pikirkan.
Sesuatu ada yang perlahan bangun, Wonwoo membenarkan duduknya yang mulai gelisah di atas lahunan Mingyu, menarik ujung t-shirt oversized-nya untuk menutupi bagian bawah yang mulai tak nyaman. Mingyupun merasakan perasaan yang serupa. Darahnya berdesir kesatu titik yang kita tahu apa.
“Kenapa, sayang?” tanya Mingyu menghentikan video dan meletakkan kamera dengan durasi yang baru ditonton setengah.
“Nghhga—“ Wonwoo sedikit bingung, namun bukan Big Guy namanya bila tidak peka dengan perubahan yang terjadi pada Kitten-nya.
“Aku horny lagi lho denger desahan kamu.” pancing Mingyu sembari berbisik dengan suara berat nan sexy-nya di telinga Wonwoo, membawa satu tangan dengan jemari lentik itu untuk merasakan kejantanannya yang mulai terbangun.
Mingyu mencium tengkuk kekasihnya dengan bunyi kecupan-kecupan yang terdengar dengan jelas di sana.
“Hnghhh—“ lenguh Wonwoo terdengar saat Mingyu membuka lebar kaki ramping pria yang ada di atasnya, dan menemukan kejantanan Wonwoo mulai bangun di dalam kain G-string tipis.
Mingyu memberikan elusan-elusan lembut nan sensual yang membuat Wonwoo tak sanggup menahan desahannya.
“Gyuhhh—“ panggil Wonwoo dengan suara berat yang menggoda, kemudian menggigit bibir bawahnya, memprovokasi sang tunangan untuk kembali menyentuhnya.
Tanpa perlu kalimat lainnya, Mingyu tahu malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua.
Baby, it's all yours if you want me, all yours if you want me Put it down if you want me, tonight Said it's all yours if you want me, all yours if you want me Put it down if you want me, let's collide