Day 5

“Terima kasih, tante, jadi merepotkan.” kata Wonwoo ketika mobil lamborghini aventador merah yang ia tumpangi sudah sampai di garasi rumah putih mewah bergaya mediterania itu. Karina — wanita yang ia panggil tante dan berada di kursi kemudi dengan senyumnya yang begitu anggun menggeleng, “Ngga kok, tante tuh tadi sekalian lewat sekolah kamu, jadi tante pikir sekalian aja jemput supaya ada temen ngobrol di jalan. Haha.” jawab wanita itu masih dengan anggunnya. Membuat Wonwoo merasa menjadi orang paling jahat di dunia.

“Ayo, masuk! Anggap saja rumah sendiri, Kakak Wonwoo. Kakak bebersih dulu, lalu kita makan siang, dan belajar lagi ya, kalau kakak capek, belajarnya sore juga ngga apa-apa, Woozi juga pasti senang kalau bisa tidur siang.” kata Karina sembari mengelus lengan pria yang lebih muda belasan tahun darinya itu sembari berjalan.

Wonwoo langsung disambut oleh anak berumur 12 tahun itu ketika ia memasuki rumah, “Kak Nu, kita mulai belajar sore saja ya? I’m so sleepy, dan kakak pasti capek kan? Ya kan?” kata anak kecil itu lagi sembari menggoyangkan tubuhnya lucu. Berharap Wonwoo mengindahkan permintaannya.

“Lho, kok lari, kan Woozi sedang makan?” tanya Wonwoo, anak itu memasang tampang melas. “Lagipula, Woozi selesai makan tidak boleh langsung tidur.” jawab Wonwoo.

I know, tapi tidak langsung belajar, kak.” keluh anak itu.

“Baiklah, kalau begitu. You can go to my room when you’re ready to study, deal?” tanya Wonwoo pada anak manja itu.

Deal!” dan merekapun melakukan pinky promise seperti biasanya. Wonwoo berpamitan untuk pergi ke kamar tamu yang sudah ia tinggali selama 5 hari ini untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, lalu ia ikut untuk makan siang bersama Karina dan kembali lagi ke kamarnya.

***

Hari ini Woozi meminta izin kepada mamanya untuk belajar di kamar Wonwoo, bibik juga membawakan cemilan buah untuk mereka nikmati dengan minuman juice agar mereka tetap fokus belajar.

Sudah jam 9 malam, dengan terkantuk-kantuk Woozi masih ada di atas karpet empuk di kamar tamu, berkutat dengan buku try out dan kertas-kertas lainnya.

“Woozi, tidur saja. Besok kita lanjut lagi, kamu udah ngantuk banget itu.” pinta Wonwoo.

“Tidak sanggup ke kamarku, let me sleep in your bed, Kak Wonwoo.” izin Woozi.

Sure, prince.” tanpa berpikiran panjang, Wonwoo mengizinkannya.

Anak 12 tahun itu langsung terbangun dari duduknya dan merebahkan dirinya ke atas kasur Wonwoo. Pria manis bermanik rubah itu menyelimuti Woozi agar tidak kedinginan, karena AC di kamarnya bersuhu cukup tinggi.

Sembari merapihkan barang-barang yang berantakan seusai mereka belajar tadi, Karina mengetuk pintu kamar Wonwoo, tentu saja ia mencari anaknya.

“Tidur?” bisik Karina.

“Ngga apa-apa, tante. Tidur di sini aja sama saya.” jawab Wonwoo.

“Dia tidurnya suka kemana-mana.” jawab Karina. “Nanti kamu kesempitan. Tante panggilon Om aja ya, baru pulang orangnya.” lanjutnya.

Deg! Ia sedang tidak ingin bertemu dengan Mingyu sebenarnya. Itu salah satu alasan ia bangun sangat pagi 5 hari ini dan datang ke sekolah saat Pak Satpam bahkan belum sampai. Wonwoo mual dan cemburu ketika melihat Karina selalu menggoda Mingyu seolah menunjukkan kemesraan mereka di dalam rumah. Sedangkan, Mingyu seolah tidak menolak, menerima saja apa tang istrisnya lakukan. Iya sih, itu merupakan hal normal merekakan sepasang suami istri yang sah, namun, hal yang paling menyebalkan untuk Wonwoo adalah ketika mata mereka bertemu dan manik elang itu menatap tajam ke arahnya, tatapan yang Wonwoo pun tak tahu apa artinya.

Setiap melihat pemandangan itu, Wonwoo seolah ingin berteriak, ‘Pria itu yang barusan Tante peluk adalah pria yang selalu mendesahkan nama saya tanpa tante tahu!’ rutuknya dalam hati, tapi ia harus bertahan. ‘9 hari lagi, We. Lo bisa!

Karina masih berada di kamar Wonwoo, dan pria manis itu tersenyum ramah, “Serius, tante. Ngga apa-apa kok, kasurnya juga gede. Saya ngga akan keganggu.” jawab Wonwoo yakin, yang terpenting untuknya saat ini adalah ia tidak tidak bertemu dengan Mingyu.

“Baiklah, biarin dia tidur di sini ya. Terima kasih, Kakak Wonwoo.” jawab sang tante yang menepuk lengan Wonwoo dan di balas anggukan oleh pria manis berkacamata sembari mengantarkan Karina ke depan pintu kamar.

Jam sudah menunjukkan waktu dimana Wonwoo sudah mengantuk efek dari membaca novel yang sedang dibacanya belakangan ini. Setelah menguap beberapa kali, ia pun menyerah dan langsung meletakkan bukunya di nakas samping tempat tidur, membuka kacamatanya, dan mematikan lampu yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, dan membiarkan sisi lainnya menyala. Woozi masih terlelap tidur di samping Wonwoo dengan memunggunginya, anak kecil manis itu belum bergerak terlalu banyak seperti yang Tante Karina deskripsikan. Sedangkan, Wonwoo memunggungi pintu kamarnya, dan mulai terlelap ke alam mimpinya.

***

Setengah tertidur, Wonwoo merasakan ada seseorang yang masuk ke kamarnya, tapi ia terlalu mengantuk untuk terbangun dan membuka mata. Mungkin seseorang yang ingin membawa Woozi kembali ke kamarnya, pikir Wonwoo, dan kembali ingin melelapkan tidurnya.

Sedangkan penyelinap berjalan perlahan, sedikit mengelilingi tempat tidur king bed di kamar tamu tersebut, mengecup jidat anak kecil yang berada di sana dan duduk di samping Wonwoo. “Geseran dikit, sayang.” Wonwoo sangat mengenal suara pria yang bebisik itu, ia adalah sang tuan rumah atau raja dari palace yang lima hari ini ia tumpangi.

“Ssst, jangan ngomong apa-apa, geser aja.” bisik pria itu lagi.

“Pintu?” tanya Wonwoo masih berbisik, agar anak manis di sampingnya tidak terbangun.

“Udah saya kunci.” mereka masih berbisik, Wonwoo bahkan belum melihat wajah kekasihnya, namun, ia segera menggeserkan tubuhnya agar pria dengan tubuh atletis tersebut dapat merebahkan badannya di balik punggung milik Wonwoo.

Mingyu — pria yang masuk diam-diam dan sudah merebahkan tubuhnya di samping Wonwoo langsung memeluk tubuh ramping itu dari belakang, menahan pria manis itu untuk tidak membalikkan badannya. Ia memberikan lengan kirinya sebagai pengganti bantal sang kekasih kecilnya, sedangkan jari jemarinya mengelus kepala anak semata wayangnya yang masih tertidur. Selain itu, tangan kanan Mingyu mulai perlahan bermain-main di tubuh Wonwoo dari bawah bedcover putih yang menjadi penghangat mereka malam ini.

“Kangen.” bisiknya sembari mencium pelan tengkuk pria di sebelahnya.

Jari-jemari Mingyu sudah bermain-main di atas kulit tubuh Wonwoo yang mulus dari balik white t-shirt dan boxer pendek yang pria manis itu gunakan untuk tidur. Jarinya mulai mengelus paha Wonwoo, lalu ke perutnya, kemudian tangan jahil itu mulai naik ke atas dada pria manis yang mati-matian menahan desahan dan rasa gelinya. Seolah tahu namun acuh, Mingyu mulai menggoda tubuh pria yang lebih muda itu bermain dengan dua tonjolan di dada pria di dekapannya, memilinnya, lalu mengelusnya pelan, mencubitnya gemas. Wonwoo sudah menggigit bibirnya untuk menahan desahannya agar tidak membangunkan Woozi yang tertidur di sampingnya. Wonwoo berusaha mati-matian untuk menahan desahannya, Mingyu memberikan tanda kepemilikan kecil pada tengkuk Wobwoo.

Dengan perlahan, Mingyu semakin mendekatkan tubuh mereka agar lebih merapat, lalu mengelus milik Wonwoo yang masih terlapisi sehelai kain katun yang berasal dari merk underware terkenal saat ia memasukkan tangannya ke dalam boxer tipis yang si manis gunakan.

Wonwoo semakin gelisah dengan apa yang Mingyu lakukan pada bagian selatannya. Pria manis itu bahkan tidak bisa menggeliat, karena gerakannya tentu saja akan membuat Woozi terganggu. Pria tampan bertubuh atletis yang lebih tua dengan hati-hati membalikkan tubuh Wonwoo, melihat pria manisnya panas dingin, dan tersenyum. Melihat bangga ulah yang ia lakukan pada baby foxy-nya. Sentuhan-sentuhan yang Mingyu berikan mampu memicu detak jantung si manis lebih cepat, serta kelenjar keringatnya memproduksi keringat lebih banyak malam ini, meskipun Wonoo sangat ingat bahwa ia menghidupkan AC di kamarnya dengan volume yang cukup tinggi.

Kini tubuh mereka sudah saling berhadapan, kedua pria dewasa secara hukum itu dapat melihat wajah mereka dalam samar lampu temaran, dan tanpa menunggu lebih lama lagi, Wonwoo menyatukan bibir keduanya yang langsung disambut oleh sang daddy, mereka saling melumat perlahan, untuk meminimalisir suara yang tercipta dari decakan antara bibir yang beradu. Sementara tangan Mingyu dengan lincah sudah menyatukan milik mereka di bawah sana, menggesekkan keduanya dari mulai tempo yang pelan hingga tempo yang sedikit cepat, desahan pelan tertelan di dalam cumbuan mereka. Mingyu melepaskan tautan mereka untuk melihat kekasihnya membuka mulutnya nikmat dengan suara tertahan di kerongkongannya. Hingga mereka menemukan puncaknya, cairan putih kental yang mengotori perut, baju dan sedikit bedcover putih yang menutupi tubuh mereka. Dua sejoli itu kembali melumat, seolah sedang mengungkapkan rasa rindu pada masing-masing. Tak lama setelah kejadian itu, Wonwoo kembali terlelap, masuk ke alam mimpinya, hingga pagi datang. Saat bangun dari tidurnya ia tak melihat daddy-nya di sana. Iya, sudah pasti bukan? Itu sesuatu yang obvious.

***

Untuk pertama kalinya dalam 5hari Wonwoo tinggal di istana serba mewah disetisp sisinya ini, pria manis berkacamata itu ikut sarapan di satu meja makan yang sama dengan pria yang semalam menjamahnya, istri cantik pria-nya, serta anak kecil yang sudah menggunakan seragam sekolah, mirip dengan seragamnya, hanya berbeda warna saja.

“Kak Wonwoo, berangkat sama Om Mingyu saja ya, nanti dianter setelah mengantar Woozi.” kata wanita itu membuyarkan lamunan Wonwoo yang sedang memikirkan kejadian tadi malam di kamarnya. Apakah Woozi mendengar mereka? Apakah Woozi sempat terbangun karena beberapa kali merasakan ranjangnya sedikit bergoyang?

Wonwoo terdiam seolah enggan menatap wajah pria yang sebenarnya 5 hari ini ia acuhkan pesan-pesannya, namun sesungguhnya Wonwoo sangat merindukan Mingyu, terlihat dari betapa ia menerima pria itu meraba tubuhnya tadi malam tanpa pemberontakan, bahkan pria manis itu sangat menikmatinya. Bila kita bertanya kenapa Wonwoo tidak membalas pesan pria yang lebig tua itu, mudah saja, karena ia marah, iri dan merasa cemburu dengan apa yang ia lihat. Namun, Wonwoo tahan mati-matian selama berada di rumah ini.

We go to school together, yeay!” sorak Woozi yang dibalas senyum manis Wonwoo, anak kecil itu sangat bersemangat.

“Semalam kamu tidur di ruang kerja lagi ya, Pa?” tanya Karina kepada sang suami, sembari membersihkan bibir Mingyu yang tersisa remahan roti bakar. Wonwoo memberikan tatapan sinisnya pada pria itu, Mingyu melihatnya? Tentu saja.

I thought Papa come to Kak Wonwoo’s room, semalam.” Wonwoo menatap Woozi dengan tatapan gugup yang disambut santai oleh Mingyu.

“Iya, I’m searching for my boy to gave him a little kiss good night!” jawab Mingyu tenang sembari mengedipkan matanya kepada Wonwoo. Wonwoo mengacuhkannya. Sayang sekali Karina yang sedang sibuk dengan sarapannya tentu saja melewatkannya. Wajah Wonwoo sebenarnya memanas, sedikit memerah, ia malu, Woozi yang mendapat jawaban, tapi hati Wonwoo yang bergemuruh. Tidak bisa ia bohongi bahwa jantungnya berdup lebih dari biasanya hari ini.

“Hehe, I know right!” balas Woozi sembari menghabiskan makanannya.

“Oh iya Papa, hari ini kita body spa di hotel kamu ya?” tanya Karina memeluk lengan Mingyu. Seandainya Wonwoo bisa menghilang, dia lebih memilih pilihan itu.

Mingyu membalasnya dengan anggukan, “I'll bring the lingerie you gave me, baby.” bisik Karina yang masih terdengar jelas di telinga Wonwoo, pria muda itu menatap ke sisa sarapan yang ada di hadannya, lalu tersenyum sinis. Semoga Karina sedang tidak menatap ke arahnya.

Wonwoo, Karina dan Mingyu kembali menghabiskan sarapan mereka dan bersiap-siap untuk kembali pada kegiatan yang harus mereka lakukan hari Jum’at ini.

***

Betul saja kata Karina, kini Wonwoo sudah duduk di kursi penumpang belakang, sedangkan Woozi sudah di kursi penumpang depan, dan Mingyu di kursi supir, mengemudikan mobil SUV hitam yang selalu pria tampan itu bawa untuk mobilitasnya. Kuda besi itu berjalan dengan mulus tanpa hambatan, walaupun ada beberapa jalan yang memang biasa macet.

Kini, mereka sudah berhenti di salah satu sekolah SD yang tidak terlalu jauh dengan lingkungan sekolah Wonwoo, hanya berbeda beberapa blok untuk sampai ke pintu sekolah pria manis di bangku penumpang belakang, seharusnya Mingyu tidak perlu mengantar hingga gerbang sekolah Wonwoo, karena Woozi dan Wonwoo kebetulan bersekolah di bawah Yayasan yang sama. Wonwoo bahkan bisa mengakses pintu khusus anak-anak murid di sana.

Woozi sudah izin turun dan meninggalkan kedua pria dewasa itu berdua. Sepanjang jalan, pria manis itu masih terdiam duduk di kursi belakangnya, sampai saat ini. Sesekali menatap kaca spion yang memantulkan bayangan Mingyu, begitupun Mingyu.

“Kamu masih mau nyuekin saya, Baby?” tanya Mingyu, membuka suaranya ketika hanya ada mereka berdua di dalam mobil itu. Wonwoo masih mengacuhkannya. “Kita ngga akan ke sekolah kamu kalau kamu masih seperti ini, Baby.” lanjut Mingyu, dan Wonwoo masih mengacuhkannya.

Mingyu memberikan sen mobilnya, mengambil arah yang berlawanan dari gerbang sekolah Wonwoo. Dan benar saja, mereka tidak pernah menuju gerbang sekolah Wonwoo.