The Answer

tw: Kissing, Cuddling, Hmm hmmm..
💟 MinWon AU Oneday Fin

Wonwoo terkejut ketika tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang, tangan pria yang sudah sebulan ini selalu menemaninya, baik di telepon, video call atau langsung seperti saat ini.

Tadi, Wonwoo sengaja memunggungi pria itu karena ia berniat untuk menjawab pertanyaan sang asisten dosen Hukum Agama yang sudah ia sukai diam-diam semenjak semester awal berlangsung.

“Kak?” tanya Wonwoo, takut saja kalau ternyata yang memeluknya bukan pria yang sebulan lalu dia kirimi imess.

“Hmm?” oh, Wonwoo mengelus dadanya lega. Tapi, kupu-kupu di perutnya tetap menggeletik, pipinya merona kemerahan, ia malu, namun, senang. Ia suka, rasanya ingin terbang.

“Tanya dong! Masa nanyanya di imess?” ucapnya manja.

Would you be mine?” tanya sang asisten dosen itu, sengaja menjahili Wonwoo yang sudah sebulan ini sudah menggantungkan jawabannya, walaupun Mingyu sangat tahu Wonwoo tak akan menolaknya. Pria yang dipeluk tertawa geli, Mingyupun ikut tersenyum mendengarnya.

Tak butuh waktu lama, Wonwoo membalikkan badannya, menemukan pria berotot dengan tubuh yang lebih besar, dan tampan darinya yang selalu membuat Wonwoo menyebut nama Tuhannya, seperti saat ini ‘Astaghfirullah, ganteng banget!!’

‘Ya Allah, ini yang meluk Kak Mingyu. Jodohku, maunyaku dirimu.’ ucapnya dalam hati, sembari melihat manik elang pria yang berada dihadapannya.

‘Kalau pria ini bukan jodohku, jodohkanlah ya Allah, serius aku maksa. Huhu.’

“Hey, kok bengong?” tanya Mingyu, membuka beanie yang Wonwoo gunakan dan mengelus surainya.

“Kamu ganteng banget, aku selalu terpana.” aku Wonwoo jujur. “Inget ngga Kak, pertama kali kita ngobrol?” tanya pria manis itu, Mingyu menjawab dengan anggukan.

“Aku nyuruh kamu untuk ngga senyum pas on cam, jujur, jantung aku hampir meledak liat kamu senyum.” cerita Wonwoo, Mingyu tersenyum lagi. “Ngga nyangka kamu bisa ada di sini, meluk aku.” lanjutnya, tersenyum penuh kemenangan.

“Tau ngga kenapa aku senyum waktu itu?” tanya Mingyu.

“Kenapa?” tanya Wonwoo balik.

“Karena aku secara ngga sengaja, untuk kesekian kalinya nge-gap-in kamu makan, terus pipi kamu gede sebelah.” Mingyu menyubit pipi pria yang ada di hadapannya. “Gemes banget pengen aku gigit.” dan ya kali ini Mingyu benar-benar menggigit pipi kiri pria yang membuatnya gemas setiap kali mengajar daring.

“Sakiiiiittt, Kaaaaakkk!!” omel Wonwoo.

“Maaf, kamu gemes bgt.” kata Mingyu sembari mengelus pipi yang tadi ia gigit dan menciumnya.

“Kesekian kalinya?” tanya Wonwoo, sembari melingkarkan satu tangannya di leher Mingyu.

“Iya, sering banget aku nangkep kamu lagi makan di kelas Hukum Agama dari awal semester.” jawab Mingyu. “Aku perhatiin aja, lama-lama gemes. Kalau kamu ngga chat aku waktu itu, aku tetep akan manggil kamu kok.” lanjutnya.

“Yang makan di kelas ngga cuma aku lho!” protes Wonwoo. “Lagian, kamu tau nomer aku dari mana?” tanyanya lagi menantang.

“Memang banyak, Soonyoung, Jihoon, Jun, Nana, Eunbi, tapi, cuma kamu yang lucu dan gemesin.” jawab Mingyu.

“Pas kamu chat aku emang belum save nomer kamu, tapi kamu pernah chat aku bilang ‘Kak, maaf ya. Aku ngga bisa ngumpulin tugas on time internetku mati. Eh iya, ini Wonwoo FH 2019 kelas A’. Inget ngga?” tanya Mingyu.

Ah, ternyata begitu. Wonwoo menggelengkan kepalanya, dia melupakan hal itu. Pantas saja namanya langsung dipanggil oleh asisten dosen ini saat dia chat hal sederhana seperti itu. Menurut Wonwoo hal itu sederhana memang.

“Lupa kan kamu? Aku inget, inget banget dan ternyata chat itu masihbada di room imess.” lanjut Mingyu mengecup hidung bangir Wonwoo. “Terima kasih ya, udah chat aku duluan, at least aku bisa sampe di sini hari ini, meluk kamu.” kata Mingyu sembari menarik tubuh Wonwoo untuk semakin mendekat. “Mempermudah jalanku ke kamu.” katanya lagi, dengan nada pelan.

“Jadi, gimana?” tanya Mingyu lagi dengan suara baritone-nya yang selalu membuat Wonwoo merinding dan mengecup kening pria manis di hadapannya.

Wonwoo mendongakkan wajahnya untuk menatap manik pria yang mendekapnya, mengelus lembut pipi kiri Mingyu dengan ibu jari sembari tersenyum manis, dan mengikis jarak diantara mereka berdua. Mingyu memajukan wajahnya, meraih bibir tipis Wonwoo dengan miliknya dan mencium ranum merah muda pria yang ada di dalam pelukannya. Darah Wonwoo yang berdesir, ditambah dengan jantung Mingyu yang berdegup tak kalah kencang. Insan yang dilanda asmara itupun saling memagut mesra tanpa menuntut, hanya ingin menikmati malam ini dengan pelukan dan ciuman yang romantis. Kelonan kalau kata Wonwoo. Niat awalnya.

Pria berbaju tidur lengkap berwarna putih itu melepaskan tautannya perlahan, menjawab pertanyaan Mingyu dengan senyum dan nafas yang sedikit tersenggal “Hell yes, Kak Mingyu. Aku mau banget jadi punya kamu satu-satunya.” jawab Wonwoo.

Pria yang akhirnya selama sebulan ini mendapatkan jawaban itu tersenyum manis dan berbisik, “I love you, Wonwoo.”

“Hehe, I love you too, Kak Mingyu.” jawab Wonwoo.

Merekapun melanjutkan ciuman yang lama-kelamaan terasa kian menuntut, lidah Mingyu yang perlahan mulai memasuki mulut hangat Wonwoo, dengan milik pria itu yang mengikuti irama sang kekasih, saling bermain di dalam sana, hingga saling mengaitkan benda tak bertulang itu. Lenguhan-lenguhan kecil yang lepas dari mulut mereka berdua terdengar di kamar utama. Dan biarlah sepasang kekasih baru yang sedang dilanda kasmaran itu yang tahu apa yang terjadi di sisa malam ini.

From the first moment that we touched, your arms felt like home. – John Mark Green.