the Basecamp


tw: harsh words, PDA, and just chit-chat

Setelah bubble chat yang berakhir dengan kata “Ya.....” Seokmin jujur tidak bisa memejamkan matanya pagi ini, pesan tersebut pun tak kunjung di balas. Dua hari kemarin badannya babak belur untuk mempersiapkan acara UNTRAVOLUTION bersama dengan anak the Basecamp lainnya dan subuh ini perasaan Seokmin sudah tak karuan ketika membaca kembali chatnya dengan pujaan hatinya — Yoon Jeonghan — belakangan ini. Kode yang diberikan pria yang kemarin kakinya tertimpa lampu itu cukup explicit sehingga hal itu membuat perasaannya tidak karuan.

Bukan, bukannya dia tidak tahu maksud dan tujuan setiap dari pertanyaan yang Jeonghan lontarkan di chat-nya tadi, dia hanya terlalu takut karena merasa masih kurang melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh seseorang pada saat pendekatan, seperti apa yang Mingyu lakukan ke Wonwoo, contohnya. Dulu, Mingyu selalu mengantar jemput Wonwoo untuk kuliah, ya walapun sebenarnya Seokmin juga melakukan itu kepada Jeonghan, dia mengantar kemanapun Jeonghan pergi, baik mencari tenda, beli kopi dan lainnya, apa itu bisa dikatakan pendekatan? Seokmin masih ragu. Atau Mingyu selalu menghabiskan waktunya untuk bersama dengan Wonwoo, sedangkan dia dan Jeonghan sama-sama sibuk untuk fokus pada UNTARVOLUTION.

Setelah berbincang dengan Seungcheol selama satu jam tadi, dia tersadar bahwa, sesuatu memang harus dicoba dulu agar kita tahu jawabannya, dibandingkan kita harus menunggu tanpa jawaban yang jelas-jelas bisa kita temukan. Baiklah, setelah bangun nanti, dia akan melaksanakan misinya yaitu, bertanya pada pria berambut blonde itu dan semoga saja dia akan menemukan jawabannya.


Jihoon sudah di dapur dengan Chan yang sedang merapihkan bungkusan-bungkusan nasi goreng yang tadi sudah dia pesan delivery. Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, dan yang baru bangun hanya Jihoon, Chan dan Hao.

“Sisanya masih pada mati semua?” tanya Jihoon asal.

“Iya.” kata Hao yang sedang sibuk dengan ponsel ditangannya, mencari-cari berita tentang UNTARVOLUTION 2021 yang banyak diperbincangkan kemarin. “Gila, ini berita tentang UNTARVOLUTION ngga abis-abis, keren banget kita.” sahutnya, menunjukkan salah satu berita tentang acara mereka dari salah satu portal berita nasional.

“Ya iyalah, kampus swasta mana yang bawa 7-teen ke event musik? Si nekat!” jawab Jihoon yang masih sibuk menata makanan dan meletakkannya ke meja makan.

“Gue bangunin yang lain dulu deh, biar makan siang!” kata Chan yang berjalan meninggalkan dapur.

Tak lama Mingyu sampai di kontrakannya bersama dengan Wonwoo dan Seungkwan, sedangkan Soonyoung memilih pulang karena ingin tidur lebih lama di rumah sekalian memperbaiki hati dan perasaan, bertemu dengan Jihoon saat ini masih menyakitkan untuknya karena tragedi penolakan di abang skoteng.

“Seokmin mana?” tanya Wonwoo.

“Mati suri, gue bangunin ngga bangun-bangun!” kata Chan yang menyahut dari tangga, yang diikuti oleh Seungcheol, Jun, dan Hansol.

“Biarin aja, semalem begadang mikirin kisah cinta.” kata Seungcheol yang sudah duduk di seberang televisi dengan suara bangun tidurnya sembari membersihkan matanya.

“Iya tuh gimana sih? Gue pagi-pagi dapet chat dari Kak Han!” kata Wonwoo, yang kini sudah duduk dipangkuan Mingyu.

“Gue kira gue istimewa.” kata Hao, karena dia mendapatkan pesan yang sama.

“Gue juga di chat, pake pap lagi, aneh banget.” kata Jun yang kini sudah selonjoran di karpet.

“Gue juga di chat!” kata Jihoon.

“Gue juga di chat subuh-subuh, malah pake capslock nanya gue emang ngga ganteng? Terus, dia ngirim foto juga.” kata Seungkwan.

“Kok gue ngga?” tanya Mingyu yang menatap ke telepon genggamnya dari bahu Wonwoo.

“Ya masa nanya ke kamu?” kata Wonwoo, mengusap wajah kekasihnya yang ada di sampingnya dan mengecupi bibirnya sekilas yang dibalas dengan senyuman mengembang dari wajah Mingyu.

“Gue udah bilang sih tadi pagi sebelum tidur ke dia, kalau emang suka ya maju aja. Ngga perlu segala beda-bedain cara pendekatan gue ke Joshi, Mingyu ke Wonwoo, Hansol ke Seungkwan, atau siapapun.” kata Seungcheol, masih menatap lurus ke TV. Mereka yang namanya disebutkan bingung, terlebih lagi Hansol yang sampai saat ini belum mendapatkan jawaban dari Seungkwan. Dan Seungkwan yang wajahnya memerah.

“Lagian, siapa sih diantara kita yang ngga tau dia suka sama Kak Han? Kak Han-nya aja tau kali.” kata Seungkwan, sembari memakan cemilan yang dia bawa dari apartemennya.

“Ngga akan ditolak juga.” kata Wonwoo yang kini sedang bermain dengan jari jemarinya kekasihnya. “A hundred percent.” lanjutnya.

“Urusan dia deh, semoga aja si Han ngga digantung lagi.” kata Seuncheol.

“Yaudah, makan siang dulu deh yuk!” kata Seuncheol berdiri dari tempat duduknya. “Abis itu kita pulang, istirahat! Lusa kita ngumpul lagi deh, bahas dana sisa.” lanjutnya dan meninggalkan teman-temannya.


Seokmin mengusak-usak matanya, turun ke lantai bawah rumah kontrakannya dan hanya menemukan Wonwoo yang sudah menggunakan black t-shirt kebesaran, sedang mengambil minuman soda dan es batu di kulkas dapur.

“Udah bangun? Gimana ketemu malaikat?” tanya Wonwoo santai, sembari menuangkan soda yang terdapat di botol itu dengan gelas penuh es batu.

“Lo kata gue mati?” tanya Seokmin, membuka tudung saji di meja makan.

“Ya emang ngga sih? udah jam 4 sore lo baru bangun, anjir. Anak-anak baru pada balik.” kata pria bermanik rubah itu.

“Wahanjir, gue kira masih jam 10 pagi!” kata Seokmin terkejut ketika melihat jam dinding yang ada di rumah itu dan melihat jarum pendek ada di angka 4.

“Itu angetin dulu nasi gorengnya, terus, lo makan. Gue kira lo mau jenguk Han.” kata Wonwoo yang masih berdiri di tempatnya memandangi sahabat kekasihnya itu.

“Iya, rencananya emang mau ke Han. Sekalian bawa martabak manis.” kata Seokmin. “Gue tembak aja kali ya, Nu?” tanya Seokmin, Wonwoo mengangguk. Tak lama Mingyu keluar dari kamarnya dan menghampiri ke dua lelaki yang sedang berbincang itu, berdiri di belakang Wonwoo dan memeluknya dari belakang, meletakkan dagunya di bahu bidang kekasihnya.

“Lo baru bangun? Apa kata malaikat?” tanya Mingyu yang dijawab anggukan oleh Seokmin ketika pria itu sedang mengambil minum.

“Brengsek! Gue belum mati.” jawab Seokmin.

“Ya jangan mati dulu, tembak dulu Han-nya.” kata Mingyu santai. “Si Han kira lo ngga nembak-nembak gara-gara dia jelek tuh!” tegur Mingyu, Seokmin yang sedang minum tersedak dibuatnya.

Uhuk — apa lo bilang?” tanya Seokmin.

“Han kira dia jelek, sampe chat anak-anak satu persatu.” jelas Wonwoo yang melempar kotak tissue ke arah Seokmin.

“Di mana jeleknya sih?” tanya Seokmin dengan cicitan yang masih terdengar oleh Wonwoo dan Mingyu.

“Makanya, cuss lo confess.” kata Mingyu sembari menghirup harum tubuh kekasihnya.

“Ini lo mesra-mesaraan di depan gue tuh sengaja?” omel Seokmin, ketika melihat kelakuan 2 pria di hadapannya.

“Biar bisa gini, Seok.” kata Wonwoo tertawa geli ketika tangan Mingyu menggerayangi perutnya.

“Mending lo berdua masuk kamar deh, gue mau makan, bukan mau nonton hentai live action.” usir Seokmin. Mendengar kalimat itu Mingyu dengan cueknya segera menggendong Wonwoo ala bridal dan meninggalkan pria kesepian itu sendirian.

“Mingyu sama Wonwoo emang brengsek kadang.” dumelnya ketika melihat punggung Mingyu menghilang dibalik salah satu daun pintu rumah kontrakan itu.