The Game that Never Ends


[Narasi 6] – Part of Backstage 🔞 Universe
CW// harsh and informal words, explicit matured content 🔞
TW// kinky kinda sex, blowjob, fingering, licking, foreplay, drunk etc.

Tepat hari Sabtu di mana anak-anak the Basecamp menjadikan kontrakan Mingyu, Ichan, Jihoon dan Seokmin sebagai point meeting kali ini, Wonwoo yang tadi pagi mengantarkan Seungkwan berangkat kuliah sudah sampai di sana. Menelepon Jihoon untuk dibukakan pintu karena lupa membawa kunci cadangan yang pernah diberikan Mingyu.

“Cimol, please banget gue udah di depan.” kata Wonwoo ketika nada ke tiga dia mendengar sapaan halo dari seberang sana.

“Dan urusan gue adalah?” tanya sahabatnya itu acuh.

“Bukain ih! Gue mau masuk!” kata Wonwoo yang sudah memarkirkan mobilnya di samping selokan kecil yang berada di depan rumah kontrakan yang cukup besar itu.

“Ngga mau, bangunin aja si Mingyu!” kata pria kecil di seberang sana yang sudah melihat Wonwoo keluar dari mobil dan berada di depan pagar berwarna abu-abu itu dari jendela kamarnya.

“Gue manjat nih ya!” kata Wonwoo.

“Manjat aja, paling dikira maling!” tantang Jihoon.

“Sumpah ya! Cepet ih! Dingiin, mau ngangetin badan.” keluh Wonwoo.

“Lagian ini masih jam 8, Jeon Wonwoo. Dan gue lagi enak tidur.” kata Jihoon.

“Ngomong sama siapa sih lu, masih pagi! Sini bobok lagi!” ada suara serak seorang pria lainnya di ujung sana.

“Suara siapa, Mol?” tanya Wonwoo yang kini foksusnya sudah terdistraksi dengan suara pria lain dari sambungan itu.

“Suara apaan? Kagak ada. Handphone lo ada hantunya kali!” elak Jihoon.

“Let me pretend that I don't know, now, open this fucking gate, Lee — Ji — Hoon!” kata Wonwoo menekankan nama sahabatnya itu. Jihoon langsung mematikan sambungan teleponnya dan muncul di depan teras rumah itu.

“Ganggu! Gue lagi enak tidur!” kata Jihoon sambil membukakan gerbang dengan malas-malasan.

“Enak tidur sama siapa sih semalem?” tanya Wonwoo jahil, melangkah masuk ke pelataran rumah kontrakan itu, dan menggembok pagarnya lagi. Berjalan mengikuti Jihoon untuk masuk ke dalam.

“Bukan siapa-siapa.” jawab Jihoon menggaruk lehernya.

“Your neck simply answers it all. Ngga usah dijawab, nanti aja. I'm sleepy.” kata Wonwoo setelah melihat ada beberapa tanda kemerahan dilekukan leher temannya dan beberapa tanda kebiruan yang terpampang di belakang tengkuk bawah, terlihat samar tapi tidak juga untuk mata jeli Wonwoo.

Wonwoo berjalan meninggalkan Jihoon yang sedikit bingung akan kalimat teman dekatnya, karena sejujurnya dia bahkan belum melihat dirinya yang berantakan pagi ini di depan kaca. Sehingga, dia tidak mengindahkan kalimat yang menurutnya acak datang dari mulut seorang Jeon Wonwoo. Wonwoo menghilang dibalik pintu kamar kekasihnya yang tidak terkunci pagi ini dan Jihoon ke kamar mandi sebelum kembali ke kamarnya.

“ANJING!!! KWON SOONYOOOUUUUNG!!!!” teriak seorang dari kamar mandi atas — jelas itu suara Jihoon. Yang membuat Seokmin, Ichan dan orang yang dipanggil terbangun dari tidurnya dan keluar, menuju arah suara.

“Heh! Hoon! Kenapa lo?” tanya Seokmin sambil mengetuk pintu kamar mandi pagi itu, bangun dengan keadaan kaget yang membuat kepalanya sedikit berdenyut.

“Kenapa, Bang?” tanya Ichan yang segera naik ke lantai atas sambil mengucek mata dengan punggung tangannya, bertanya dan berdiri di samping Soekmin — di depan pintu kamar mandi, yang dijawab gelengan tak tahu dari Seokmin.

Orang yang namanya dipanggil tadi masih menggunakan boxer bermotif macan pendek yang dipadu padankan dengan kaos kutang berdiri sambil menggaruk lehernya.

“Lo kapan sampe?” tanya Seokmin sedikit kaget melihat ada temannya di sini.

“Semalem deh. Ini anak kecil kenape teriak?” kata pria yang ditanya dengan suara yang serak.

“Ngga tau, manggil nama lo, Bang!” kata si yang paling kecil di antara mereka bertiga.

“Gue ngga kenapa-napa! Lo semua mending tidur lagi!” kata pria yang ada di dalam sana.

“Bener lo ya! Jangan mati dulu, Hoon!” kata Seokmin, berbalik dan kembali ke kamarnya, begitupula Ichan yang turun dan kembali ke kamarnya.

“Ssstt.. Ssstt.. Chan, kenapa?” tanya Wonwoo mengintip dari pintu kamar Mingyu — berbisik, sebelum pria yang dipanggil masuk ke kamarnya.

“Astaghfirulloh!” kata Ichan tersentak kaget ketika melihat kepala Wonwoo dari pintu kamar abangnya. “Kaget, gue kira kuyang!” katanya lagi.

“Sembarangan!” kata Wonwoo yang akhirnya menampakkan badannya di depan daun pintu kamar Mingyu. “Masih manusia belom jadi kuyang.” kata Wonwoo lagi.

“Jihoon kenapa?” tanya Wonwoo masih fokus dengan niatnya membuka pintu kamar Mingyu.

“Ngga tau tuh, katanya ngga pa-pa.” jawab Ichan yang dijawab anggukan oleh Wonwoo, berbalik meninggalkan Ichan seakan puas dengan jawaban adik tingkatnya itu dan menutup serta mengunci kamar Mingyu.


Wonwoo yang kini sudah membuka celana jeans-nya, hanya menyisakan sweat-shirt oversized milik Mingyu, menyusupkan badannya ke selimut Mingyu dan merebahkan badannya di samping tubuh bulky sang kekasih.

“Kebluk!” kata Wonwoo sembari mengecup wajah Mingyu asal. Masih tak bergeming pria di sampingnya itu, Wonwoo-pun memeluk erat perut Mingyu yang masih terlelap tanpa sadar dan sesekali mengelus perut kekasihnya yang keras karena otot jadi di dalam sana.

“Kim Mingyuuu~” Bisik Wonwoo, di telinga Mingyu. Mingyu bergeming, menarik dan memeluk Kitten-nya itu kedalam pelukan.

“Ihs, bangun dong, main sama aku.” kata Wonwoo dengan nadanya yang manja.

“Tidur.” kata Mingyu dengan suara seraknya, semakin merapatkan tubuh mereka, menyilangkan kakinya ke pinggang Wonwoo seakan Wonwoo adalah guling.

“Udah pagi tapi, Gyu.” kata Wonwoo dari dalam dekapan Mingyu. Menciumi dada sang kekasih yang masih berbalutkan sleeveless shirt berwarna hitamnya.

“Don't you dare to tease me.” bisik Mingyu dan mengecup pucuk kepala sang kekasih.

“Okay.” jawab Wonwoo tenang dengan senyuman jahilnya.

Wonwoo tidak dapat tertidur lagi, dia hanya memandangi dada kekasihnya, sudah berlangsung sekitar sepuluh menit. Waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi dan Mingyu masih tertidur.

'Ya Tuhan, bosan. Gangguin ah!' gumam Wonwoo. Wonwoo mulai menyisipkan tangan rampingnya yang bebas ke dalam sleeveless shirt sang kekasih melalui celah dari bahan yang ada di bawah ketiak Mingyu.

“Wonwoo..” kata Mingyu yang dijawab oleh cengiran dari Wonwoo dan semakin menjelajahi kulit sang kekasih di sana. Mengelusnya, menggesekkan halus jari telunjuknya dengan kulit Mingyu dan seakan menuliskan sesuatu di sana.

“Hmm.. I love you more.” jawab Mingyu menanggapi gesture sang kekasih, masih memejamkan matanya.

“Kok tau?” tanya Wonwoo yang dijawab oleh kecupan Mingyu dipinggir bibir sang kekasih.

Wonwoo mengulangi lagi gesture yang sama dengan tulisan yang berbeda dan membuat sang kekasih membuka matanya.

“Berasa emang?” tanya Mingyu mengangkat kepalanya, kaget.

“Iyalah, nabrak 'punya' aku.” kata Wonwoo sembari tertawa, hidung berkerutnya yang menggemaskan, tawanya yang tergelak tak luput dari tatapan Mingyu. Digigitnya hidung kekasih gemas.

“Ah, Mingyu! Sakit!” kata Wonwoo mengeluarkan tangannya dari balik kain fabrik sang kekasih dan mengelus hidungnya.

“Lagian gemesin.” kata Mingyu, kembali dengan posisi sebelumnya.

“Serius ngga mau?” tanya Wonwoo dengan nada nakalnya. “Kamu tidur aja, biar aku bantuin. Aku bosen.” kata Wonwoo lagi.

“Ngilangin bosen kok blowjob?” tanya Mingyu masih memejamkan matanya, membalik tubuh kekasihnya dan memeluk sang kekasih dari belakang, masih menjadikan tubuh Wonwoo sebagai gulingnya.

“Kan, sekarang malah nabrak belakang aku!” kata Wonwoo.

“Ini kamu sengaja ngga pake boxer?” tanya Mingyu, melepaskan tautan kakinya dan mengelus paha kekasihnya yang polos dan menciumi tengkuk belakang Wonwoo berkali-kali.

“Ngh.. iya..” jawab Wonwoo, bulu halus tubuhnya terasa meremang dengan kecupan dan belaian tangan Mingyu yang kini sudah berada di bawah belahan benda sintal di belakang sana, mengelus hingga ke depan, dan ke dalam selangkangannya.

“Ihs.. mph—” desahan pelan mulai keluar dari bibir manisnya.

“Yang! Ahh.. Licik..” kata Wonwoo yang merasakan pinggulnya dijepret oleh karet celana thong yang ia gunakan pagi ini.

“Terus ini sengaja pake celana gini?” tanya Mingyu, mengelus pinggul yang terkena sentuhan keras dari karet tadi.

“Iya, semua sengaja.. ngh—” desahnya perlahan ketika Mingyu sudah mulai mengelus tonjolan di bawah sana.

“Wait!” Wonwoo melepaskan tangan Mingyu dari kejantanannya. “Kamu licik! Ming—nghh—” kata Wonwoo yang diimbuhi dengan desahan lagi saat Mingyu mulai menyesapi tengkuk Wonwoo yang memiliki harum manis, dan selalu memabukkan Mingyu.

“Mingyuu! Tunggu bentar, ini kamu licik dari belakang dan ngunci aku gini. I can't take revenge.” protes Wonwoo.

“Siapa yang bandel duluan?” tanya Mingyu, membalikkan badan Wonwoo untuk menghadapnya dan mengaitkan kaki mereka di bawah bedcover tersebut.

“Aku. Hehe.” cengir Wonwoo sembari mengelus lembut surai kekasihnya yang berantakan seperti singa pagi ini. “Abis tadi nabrak.” jawabnya lagi.

“Ngga pa-pa, Kitten. Nanti aku yang keenakan.” kata Mingyu, mengecup singkat bibir kekasihnya yang dibalas oleh senyuman Wonwoo.

“Baiklah.” kata Wonwoo bangun dari tempat tidur dan mencari sesuatu dilaci kamar kekasihnya.

“Ngapain?” Tanya Mingyu, Wonwoo hanya menggeleng.

Pria yang memvuat Mingyu selalu menggila itu suda membawa sebuah tube yang bertulisakan intimate lube and massage gel bersamanya dan menelusupkan tubuh rampingnya kembali ke bawah bedcover kali ini, bukan mengincar tubuh Mingyu namun gundukan di selangkangan kekasihnya yang sedari tadi mengganggunya — membuat kejantanannya pun terbangun walaupun belum mengeras sepenuhnya. Membuka boxer Mingyu dan membiarkan benda kenyal yang mulai mengeras itu mencuat keluar.

Wonwoo tersenyum, mulai mengecupi puncak benda itu, mengambil lube yang dia bawa, mengambil sedikit untuk memijat gundukan kembar di bawah sana, sedangkan mulai mengulum benda itu dengan rongga mulut hangatnya. Suara Mingyu mengerang, mendesah, dan memanggil nama Wonwoo berkali-kali tanpa meminta Wonwoo untuk menghentikannya, malah dia menyampirkan bedcover yang menutupi badan sang kekasih dan melihat kekasihnya yang sedang 'bekerja' dibawah sana, sembari mengelus surai Wonwoo.

“Oh, shit Wonwoo.” Mingyu mulai mengangkat pinggulnya, memasukkan kejantanannya lebih dalam ke dalam rongga Wonwoo.

“Easy, Big Guy!” kata Wonwoo dengan senyumnya yang menyeringai ketika kejantanan Mingyu semakin menegang di hadapannya.

“Ngga usah lanjut ya? Katanya ngga mau.” kata Wonwoo lagi sembari menggoda Mingyu yang kini sudah dalam keadaan totally bangun, baik dirinya maupun kejantanannya. Pun dengan kejantanan Wonwoo yang mulai berontak ingin keluar dari thong-nya.

“Fuck Jeon Wonwoo!” kata Mingyu yang melihat Wonwoo tersenyum jahil sudah terduduk bersila menghadapnya. Mingyupun mendudukkan badannya dan menyenderkan badannya di dashboard tempat tidurnya.

“I told you, don't tease me. I can wreck your body this morning, Kitten.” jawab Mingyu sembari menggenggam miliknya di bawah sana.

“No no.. Don't touch it. Thats mine!” kata Wonwoo menghempaskan tangan Mingyu dari kejantanannya. “Go ahead and wreck me.” kata Wonwoo berbisik dengan desahannya di depan wajah Mingyu.

Mingyu langsung mengambil tengkuk Wonwoo dan mengulum bilah manis bibir Wonwoo yang tipis, dari bibir bawahnya, ke bibir atasnya, begitupun dengan Wonwoo yang menyeimbangi gerakan Mingyu. Pria dominan itu melepaskan sweat-shirt dan kain tipis yang menutupi penis Wonwoo, mendudukkan sang submissive di pahanya, meremat dan mengelus benda kenyal Wonwoo di belakang sana dengan desahan demi desahan yang tenggelam didalam bibir mereka yang bertaut.

Mereka melanjutkan permainannya hingga kejantanan mereka mengeluarkan muatannya, Mingyu yang mengeluarkannya di dalam lubang Wonwoo yang berlapis kondom di sana dan putih Wonwoo yang berhamburan di perut Mingyu.

Wonwoo menciumi dada kekasihnya sembari tertawa, mengingat kejahilannya pagi ini yang berakhir dengan tubuhnya yang membusung dan desahan-desahanya yang memenuhi kamar Mingyu ketika Mingyu menghantakkan kejantannya berkali-kali di lubang sempit milik Wonwoo ketika Wonwoo berada di atasnya — barusan tadi. Sedangkan Mingyu mengelus punggung telanjang kekasihnya yang berkeringat sama dengannya ikut tertawa.

“Never ever do this anymore, Kitten. You know that I can't reject you.” kata Mingyu mengecupi pucuk kepala Wonwoo.

“I know. Makanya, nghh.. No no.. wait!” kata Wonwoo saat merasakan Mingyu ingin melepaskan tautan mereka.

“Kenapa?” tanya Mingyu.

“Tunggu sebentar, aku lagi enak.” jawab Wonwoo dengan asal.


Jam 12, seperti yang dijanjikan oleh panitia inti UNTARVOLUTION 2021 kini rumah kontrakan Mingyu, Jihoon, Seokmin dan Ichan yang biasanya tampak luas terasa sempit karena ada 13 manusia yang sedang berkumpul di ruangan tengah secara melingkar. Di tengah-tengah sudah ada berbagai jenis minuman kaleng dan cemilan yang sudah Seokmin siapkan untuk meeting kali ini.

“Won, lo ngga mau duduk normal aja? Harus dipangku Mingyu?” Tanya Jeonghan ketika melihat Wonwoo duduk dipangkuan Mingyu.

“Sempit, Kak Han.” alasan Wonwoo, ya memang sempit sih, tapi sebenarnya Wonwoo bisa menggunakan kekuatan super nya — menciut. Namun hari ini tampaknya tidak akan dia gunakan karena dia masih ingin berada dipelukan Mingyu.

“Biarin aja, Kak Han. Nanti juga Mingyu pegel.” kata Jihoon yang kini sudah menggunakan turtleneck shirts-nya, menutupi lehernya.

“By the way, lo ngga panas pake turtleneck siang melompong gini di Jakarta?” tanya Kak Han.

“Hari ini lo banyak nanya deh, Kak. Lo sugar rush?” balas Jihoon, yang dibalas oleh Jeonghan yang mengindikkan bahunya.

“Udah bisa dimulai belum ini rapatnya?” tanya Seuncheol melihat personilnya yang masih sibuk sendiri dan berbincang masing-masing.

“Bisa!” jawab yang lainnya dengan kompak ketika mendengar pertanyaan ketua event.

“Udah tinggal 2 bulan lagi, ada kesulitan ngga buat nyiapin semuanya?” tanya Seungcheol.

“Gue sih, Bang.” kata Wonwoo.

“Apa Won? Elo tuh pilar acara ini, jangan sampe kenapa-napa.” kata Seuncheol terkejut ketika mendengar Wonwoo mengajukan dirinya.

“Tiket sih. Tiket kita tuh masih berapa kemarin, Kwan? 5 ribu lagi?” kata Wonwoo. “Sedangkan waktu kita tinggal 2 bulan.” kata Wonwoo lagi.

“Kita kemarin cetak berapa? Kapasitas berapa?” tanya Seuncheol.

“30 ribu tiket. Kapasitas asli 50 ribu, kita kurangin untuk booths dan 2 panggung.” kata Seokmin.

“Anak UNTAR yang free udah berapa yang ngambil?” tanya si ketua panitia lagi.

“14.000 masih kurang 500 lagi sih. Kalau ngga salah harusnya ada 14.500 sarjana dan pasca ya.” jelas Seungkwan.

“Ya bagus, berarti udah 11ribuan. Profit kita udah diitung, Hoon?” tanya Seungcheol ke bendahara umum.

“Aman sih, semua masih aman banget malah.” kata Jihoon.

“Nanti H-7, baru kita jual buy 1 get 1 kalau memang masih belum habis, Nu.” kata Seungcheol.

“Gue yakin abis sih, guest star kita ada 2. Belum yang surprise guest star.” kata Joshi meyakinkan Wonwoo.

“Surprise Guest Star langsung kejang se stadium. Yakin gue. Wonwoo emang sinting!” kata Soonyoung yang diikuti oleh gelak tawa teman-teman yang lain.

“Jadi, bukan masalah ya, Nu, Kwan? Ngga usah kebeban.” kata Seungcheol yang diikuti dengan anggukan oleh Wonwoo dan Seungkwan.

“Ada lagi ngga?” tanya Seungcheol lagi, sembari memakan potato chips digenggamannya.

“Dokumentasi volunteer lo ada berapa sekarang?” tanya Jeonghan ke Mingyu dan Hao.

“Ada 3, Kak. Nanti gue taro di booths-booths aja, gue sama Hao fokus di main stage, terus Jae di stage satunya.”

“Yang video-in stage satunya siapa?” tanya Joshi.

“Masih nyari, kak. Gue bingung ada sih anak tingkat 3 yang jago banget, pernah menang “Indie Motion*. Tapi ngga enak gue ngajaknya.” jawab Mingyu.

“Kenapa?” tanya Seungcheol.

“Segen aja, masa gue suruh-suruh kating. Kan ngga sopan, apalagi gue kan kepala sie-nya, nanti disangka nyuruh-nyuruh.” kata Mingyu.

“Sama gue kok lo kurang ajar?” tanya Seungcheol.

“Sama lo doangmah ciihhh.” jawab Mingyu yang dilempari “potato chips* oleh Cheol. “Bantuin kek. Malah lemparin makanan.” keluh Mingyu.

“Siapa sih?” tanya Seokmin, penasaran.

“Si Bang Ravi, Seok.” kata Mingyu.

“Wah, tampangnya sih tengil.” kata Seokmin setelah mendengar namanya.

“Oh yang tinggi pacarnya Kak Taeyeon bukan?” tanya Hansol, yang dijawab anggukan oleh Mingyu dan Seokmin.

“Ganteng ngga, yang?” tanya Wonwoo dengan nada yang centil, menggoda Mingyu, pria ramping itu masih dengan khidmatnya bertengger di paha sang kekasih.

“Gantengan akulah.” jawab Mingyu.

“Masa? Hmm.. penasaran.” kata Wonwoo mengambil ponsel-nya, berniat mencari tahu.

“Mau ngapain?” tanya Mingyu ketika melihat kekasihnya membuka benda pipih yang ada digenggamannya.

“Kepo!” kata Wonwoo.

“Kalau kamu cari tau yang namanya Ravi, asli, malem ini kamu pulang aja. Ngga usah nonton End Game.” kata Mingyu, mengancam.

“Serius?” kata Wonwoo, membelalakkan matanya yang dibalas dengan anggukan yakin oleh Mingyu.

“Tadi pagi aku udah dapet jatah kangen. Kalau kamu masih kurang ya, pikirin aja.” kata Mingyu santai dengan nada yang serius dipendengaran Wonwoo.

“Damn, Kim Mingyu! When your dominant appears like this, you're sexy, really.” jawab Wonwoo mencium pipi Mingyu dan meletakkan ponsel-nya yang dibalas dengan senyuman menyeringai dan kecupan dari Mingyu di pipi Wonwoo serta pelukan gemas.

“Yak! Kambuh, guys! Lanjut!” kata Soonyoung mengembalikan sepasang kekasih itu pada realita, bahwa mereka kini masih ditengah-tengah meeting.

“Gue lagi ngga sawan, anjing!” kata Wonwoo melempar plastik roti utuh ke arah Soonyoung yang langsung ditangkap oleh sang sahabat dan dimakan. Mengangkat plastik tanda terima kasih sudah dilempar apa yang dia inginkan daritadi. Sial.

“Nanti gue ngomong ke Ravi. Lo urus sisanya, Ming.” Final Seungcheol yang dijawab dengan anggukan dari Mingyu.

Meeting hari ini berakhir agak malam, karena 60% dari mereka bercanda tidak karuan. Dan seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya di group kalau malam ini mereka akan pesta amer — anggur merah. Hansol sudah membawa botol amer yang cukup banyak untuk ditenggak habis malam ini. Joshua dan Seungcheol sudah menyiapkan pizza ukuran besar beberapa kerdus pipih, sedangkan tuan rumah sudah menyiapkan 3 basket ayam goreng crispy untuk mereka semua. Wonwoo sudah menyiapkan beberapa obat mabuk untuk membantu hangover anak-anak esok pagi dan sisanya hanya membawa tubuh mereka dan berniat menghabiskan semua.

Dari yang mereka menonton series di Netflix hingga berbincang-bincang ngalur-ngidul dan melupakan tontonan mereka — hampir setengah orang di sana mabuk. Wonwoo dan Jeonghan yang memiliki high alcohol tolerance masih memperhatikan teman-temannya. Sedangkan Jihoon, Seungkwan dan Joshua yang tidak minum alkohol melakukan hal yang sama sembari menyilangkan tangannya di dada. Mingyu yang setengah mabuk dan sisanya mabuk total. Jihoon membawa Soonyoung naik ke kamarnya. Wonwoo memberikan spare bantal dari kamar tamu yang diberikan Jihoon untuk teman-temannya yang akan tidur di ruang tengah. Jeonghan dan Joshua kini sedang merapihkan manusia-manusia mabuk dan masih meracau.

“Lo yakin kan udah ngga suka Seokmin, Josh?” racau Seungcheol saat Joshua membenarkan posisinya. Jeonghan, Wonwoo dan Seungkwan kaget ketika mendengarnya. Joshua tidak mengindahkannya.

“Kenapa masih disimpen anjing – hik – fotonya, yang?” tanya Seungcheol lagi. “Apus dong, Cinta. Aku cuma – hik – mau ada foto – hik – aku di sana.” keluh Seungcheol. Mata Jeonghan terbelalak, kaget. Seungkwan dan Wonwoo pura-pura tidak mendengarnya dan kembali memperbaiki posisi temannya yang lain.

“Kwan ah – hik – lo gemesin sumpah!” kata Hansol memegang pipi adik kandung Wonwoo itu. Wonwoo, Jeonghan dan Joshua yang melihat itu mengulum bibirnya menahan tawa ketika melihat wajah pria gemas yang tidak mabuk itu berubah menjadi merah padam.

“Lo sih – hik – susah banget pe – ka!” kata Hansol lagi. “Gue – hik – tunggu, Kwan. Hehe. Tenang aja. Hehe.” Cengir Hansol yang kemudian tertidur lagi. Detak jantung Seungkwan berdetak lebih cepat dari biasanya, confession yang mendadak itu membuatnya terkejut dan bingung.

“Chan, gue tidur di kamar lo ya!” izin Seungkwan yang tidak dibalas apapun oleh si yang punya kamar, tapi dia langsung berlari menuju kamar Ichan yang berada di lantai bawah — seberang kamar Mingyu, yang diikuti oleh gelak tawa Wonwoo, Jeonghan dan Joshua.

“Gue bawa Seokmin ke kamarnya ya.” kata Jeonghan yang dibalas anggukan oleh Wonwoo dengan Joshua yang terdiam membatu.

“Kak Josh tidur di mana? Ada ruang tamu di atas ya! Sebelah kamar Ichan.” kata Wonwoo, sudah menganggap kontrakan ini rumahnya. “Aku masuk dulu bawa anak beruang ini.” kata Mingyu yang linglung karena sudah setengah mabuk yang sudah memeluk Wonwoo dari samping.

“Oke, Nu. Thanks.” jawab Joshua. Dan Wonwoo meninggalkannya di sana, kembali terdiam mengingat apa yang dia lihat — melihat kembarannya membawa orang yang pernah mengisi hari-harinya — dulu.


“Kitten, take off your clothes! Aku kepanasan masa.” keluh Mingyu.

“Kalau kamu yang kepanasan, ya kamu yang buka baju, Big Guy.” kata Wonwoo melucuti semua pakaian kekasihnya yang setengah mabuk itu. Mingyu membiarkannya. Pasrah.

“Jadi nonton End Game ngga?” tanya Mingyu berdiri dengan tubuhnya yang kini sudah full naked ke arah TV 36 inch yang ada dikamarnya dan menyalakan film secara acak.

“Kamu tuh mabuk ngga sih?” tanya Wonwoo.

“Dikit. Aku masih sanggup 3 ronde. Haha.” tawanya.

Sedikit mabuk ya? Ronde ke 2 ambruk awas aja! gumam Wonwoo.

“Itu yang kamu play bukan End Game.” kata Wonwoo yang mengambil alih remote yang dipegang Mingyu.

“Whatever the movie, toh filmnya yang nontonin kita. Hehe.” Cengirnya sembari memeluk kekasihnya yang masih menggunakan pakaian lengkapnya dan menciumi bahunya.

“Yaudah, sini!” tarik Wonwoo ke pinggir tempat tidur, memerintahkan sang kekasih untuk duduk dan mempertontonkan gerak tubuhnya saat sedang membuka fabrik yang menutupinya satu persatu.

“Kitten, thong-nya jangan dibuka.” kata Mingyu menarik Wonwoo untuk duduk berhadapan dengannya. Mengecupi asal wajah Wonwoo.

Wonwoo menangkup pipi kekasihnya itu, mencium bibir ranum yang lebih tebal darinya dengan lumatan sayang awalnya, terasa pahit rasa amer di sana. Kemudian lumatan-lumatan itu berubah menjadi lumatan intens penuh dengan nafsu yang dikendalikan penuh oleh Wonwoo. Wonwoo mulai menjelajahi leher jenjang milik Mingyu, memberikan tanda kemerahan di sana, yang dibalas dengan desahan-desahan dari suara baritone milik Mingyu. Darahnya berdesir mendapatkan afeksi dari Wonwoo. Tangan bebas pria berkacamata itu sudah memilin dan mengelus puting Mingyu, kemudian bibir Wonwoo berhenti dilipatan leher dan bahu milik Mingyu, menggigitnya.

“Nghhh.. Sakit! Kitten!” kata Mingyu. “Don't bite! kita lagi ngga di ABO universe!” omel Mingyu yang dijawab tawa jahil oleh Wonwoo, mencium bekas gigitan kecilnya dan kembali menjelajahi collarbones sang pria yang lebih tinggi darinya itu.

Saat ini tubuh Mingyu sudah menyender di kepala tempat tidur dengan Wonwoo yang sedang mengulum satu sisi tonjolan kecil di dada milik Mingyu dan yang satunya lagi sedang dipilin dengan gerakan memutar. Mingyu mendesah.

“Kitten” panggil Mingyu saat merasakan telapak tangan Wonwoo yang dingin sudah menyentuh kejantanannya yang sudah sedikit terbangun. Wonwoo menjelajahi perut berotot Mingyu dengan kecupan-kecupan dan tangan yang lincah menggoda di bawah sana.

“Call me by my name, Kim Mingyu.” pinta Wonwoo.

“Ngghh.. Jeon Wonwoo sayaaanghh.” Rintih Mingyu.

“Yes, like that.” kata Wonwoo. Kini bibirnya sudah mengecup kepala kejantanan Mingyu yang belum tegak sempurna, Wonwoo mengulumnya bagaikan permen lollipop di sana sembari memijit bola yang menggantung di bawahnya. Mingyu mendesah memanggil nama Wonwoo dengan suara nikmatnya. Wonwoo suka itu.

“Angh! Damn Jeon Wonwoo.” erang Mingyu.

Pria yang memiliki tubuh ramping itu merasakan kejantanan milik Mingyu sedikit demi sedikit semakin membesar dan mengeras. Wonwoo melepaskan kulumannya, menjauhkan badannya, membuka celana thong-nya dengan gaya erotis, mengambil lube yang tadi pagi mereka gunakan dan 'menyiapkan' dirinya sendiri. Satu persatu jarinya yang sudah basah masuk kedalam lubang analnya, mendesah dan meracau memanggil nama Mingyu. Mingyu menonton pertunjukkan sang kekasih dengan memijit kejantanannya sendiri.

“Oh Shit Wonwoo, kamu sexy banget. Nghh.” Erangnya yang melihat Wonwoo yang kini sedang menliuk-liukkan tubuhnya.

“Sini! Aku lanjutin!” kata Mingyu lagi, menarik kekasihnya.

Pria berkulit pale itu sudah berbaring dengan Mingyu yang berada di antara kaki Wonwoo, kini sudah memasukkan satu jarinya ke dalam lubang Wonwoo di bawah sana yang sudah basah, satu jari masuk dengan lancar.

“Make it three! Nghhh.. udah bisa masuk tiga, Mingyu! Ahh!” Rintihnya ketika 3 jari Mingyu sudah masuk dan mengacau di dalam sana. Mengincar sweet spot milik kekasihnya yang sangat dia hafal dimana letaknya. Wonwoo berantakan dengan perasaan yang nikmat di sana, mencengkeram seprai tempat tidur itu yang sudah semakin berantakan.

“Yes, there Babe. Mph.. ngghh..” desah Wonwoo ketika Mingyu menumbuk titik sensitifnya dengan ketiga jarinya.

“Call me by my name, Jeon Wonwoo.” balas Mingyu, dengan suara beratnya.

“Damn you so hot, nghhh Mingyu.” racau Wonwoo yang semakin acak.

“I love your hole. Yes. Wonwoo.” jelas Mingyu saat mengacaknya.

“Yang, masukin I can't handle this any.. ih—” rintih Wonwoo.

“Minta tolongnya mana?” Tanya Mingyu, merubah tempo gerakannya menjadi pelan yang menghasilkan keluhan dari Wonwoo.

“Kok pelan? Ihs.. Please do it faster, Big Guy.” pinta Wonwoo yang dibalas gelengan.

“Wrong password, sayang.” Kata Mingyu menjilati puting Wonwoo dan menggigit gemas tonjolan pink kecoklatan itu, menggoda kekasihnya habis-habisan.

“Please, Daddy? Nghh..” tanya Wonwoo yang masih dijawab gelengan.

“Still wrong, cintaku.” Kata Mingyu, menurunkan bibirnya ke arah kejantanan sang kekasih yang sudang menegang sempurna dengan jilatan-jilatan seperti sedang menikmati popsicle yang membuat Wonwoo semakin berantakan.

“Babe, I can't take any longer, please fill me.. nghhh.. I wanna cum. Hngg..” desah Wonwoo, mencoba menahan keinginannya untuk mengeluarkan putihnya.

“No, you can't” kata Mingyu, menghentikan kegiatannya.

Mingyu memijat kejantannya, melapisinya dengan kondom yang sudah disiapkan Wonwoo di meja sebelah tempat tidurnya, menggendong Wonwoo ke dalam pelukannya, memojokkan pria ramping itu ke tembok yang berwarna abu-abu muda, Wonwoo melingkarkan kakinyan di pinggal Mingyu dan Mingyu memasukkan sekaligus kejantanannya di sana.

“Aaaaaghhh! Wait! Sakit gila!” Omel sang submissive memukul lengan kekasihnya lemah, matanya berair merasakan perih.

“Sorry.. sorry. Aku diem dulu, let me know kalau kamu udah siap.” Yang dibalas oleh anggukan dan Mingyu mengusap mata kekasinya yang berair, kemudian mengulum bibir sang pria di dekapannya, mencoba membantu mencari distraksi untuk mengurangi rasa sakitnya. Mengelap keringat di kening Wonwoo, mencoba menenangkan dan mengecupnya penuh sayang.

“Ngh.. You can move slowly.” Kata Wonwoo memeluk leher kekasihnya, menenggelamkan kepalanya di sana.

Perlahan Mingyu mulai menggoyangkan pinggulnya, hingga gerakan maju-mundur yang acak dan hentakan-hentakan antara kulit yang basah karena keringat terdengar jelas di ruangan itu. Desahan Wonwoo dan Mingyu saling beradu memanggil nama masing-masing. Satu tangan Wonwoo mengocok kejantanannya, sedangkan kejantanan Mingyu sudah mulai berkedut di bawah sana.

“Mph.. Mingyu, aku mau keluar.. nghh..” kata Wonwoo, merengek.

“Iya anghhh.. bolehhh...” desah Mingyu yang masih menggoyangkan pinggulnya, mencari pelepasannya.

“Haaaaaaaa.. anghh..” erang Wonwoo, kakinya bergetar hebat dipinggul Mingyu, merapatkan lubangnya, membuat Mingyu semakin mengerang. Putihnya mencuat ke perut dan dada Mingyu. Tapi, bukan itu fokus kekasihnya kini.

“Babe.. your hole clenching. Don't do that!” Mingyu membawa Wonwoo yang sudah lemas karena pelepasannya ke tempat tidur, menidurkannya hati-hati seakan dia adalah barang yang mudah rusak dan kembali menggenjotnya ketika lubang anal itu sudah lebih relax dengan tusukan-tusukan semakin dalam yang membuat Wonwoo mendesah nikmat hingga menggila.

“Eeeeeeeeeenghhhh..” erangan panjang yang berakhir dengan Wonwoo merasakan kedutan di bawah sana, dan ada desiran pelepasan Mingyu. Mingyu terjatuh di atas badan Wonwoo dengan peluh.

“Big Guy, berat! Ugh!” Protes Wonwoo.

“Lepas ya?” Tanya Mingyu ketika ingin bangkit dari tubuh Wonwoo.

“Hmm.. Aku yang lepas.” Kata Wonwoo. Mingyu membalikkan tubuh Wonwoo agar berada di atasnya.

“Ah!” Ketika Wonwoo merasakan kejantanan Mingyu semakin dalam “Tadi.. ngh.. berat ngga gendong.. ah.. akunya.” Kata Wonwoo yang perlahan-lahan melepaskan tautan mereka.

“Ehm.. ngga, kamu enteng banget.” Kata Mingyu merengkuh tubuh kekasihnya ke dalam pelukannya.

“Password yang bener apa?” Tanya Wonwoo yang kini merebahkan kepalanya di dada. Mengingat dia berkali-kali salah saat meminta Mingyu mengisi lubang diantara bokongnya.

“Please, Mingyu.” Jawab Mingyu mengecup pucuk Wonwoo. “And call me Daddy when I call you Baby. jangan sembarangan manggil Daddy, aku ngga sanggup.” Jelas Mingyu yang dibalas dengan bibir Wonwoo yang membulat tanpa suara dan kemudian menopangkan wajahnya dibahu Mingyu.

“Mau satu ronde lagi ngga, yang?” Tanya Mingyu beberapa saat di daun telinga Wonwoo, menjilati daun telinga itu. Libidonya masih dipuncak.

“Kamu udah sober?“

“Totally sober.” jawab pria bekulit sawo matang itu.

“Aku boleh panggil Daddy?” Tanya Wonwoo manja.

“Boleh, Baby.” Jawab Mingyu.

Dan mereka melanjutkan permainan panas mereka untuk ronde berikutnya. Ternyata, Mingyu sanggup.