They’re Safe


tw: not-so-NSFW but implisit content, sx in the car, a lil bit public sx, quickie.

Di meja makan dengan keluarga yang terlihat tampak baik-baik saja membuat Wonwoo rasanya ingin muntah. Seperti saat ini, kekasihnya — suami dari wanita paling cantik di meja makan itu — seolah sedang berperan layaknya suami yang terbaik, penuh perhatian, dan kasih sayang. Bagaimana tidak, Mingyu — kekasihnya — yang duduk persis di seberangnya kini dengan tangan kanannya memegang tangan kiri sang istri, sedangkan kakinya dengan lincah mengelus paha Wonwoo, begitupun dengan pria manis itu yang justru sesekali membelai kaki kekasihnya ketika sudah mulai menggoda pusat yang berada di selangkangannya. Wajah Wonwoo berubah? Tidak, ia justru berusaha untuk terlihat biasa saja. Jujur, ia semakin menikmati permainan hide and seek ini.

Wanita yang Wonwoo panggil Tante Karina itu sedang bercerita dengan bangga dan bahagia bagaimana liburan keluarga mereka di Los Angeles, sekitar 3 bulan yang lalu saat Wonwoo sedang menyiapkan segala tes masuk perguruan tinggi dan ujian nasionalnya, namun, tanpa Karina tau pada saat yang hampir bersamaan pria manis itu juga berada di sana. Bila Tante Karina bercerita tentang view indah untuk berjalan-jalan bila keluarga mereka akan kembali lagi atau memberikan rekomendasi tempat makan di sana. Tetapi, yang Wonwoo ingat, saat di sana ia dan Mingyu beberapa kali bersenggama di bawah lagit serta kerlipan bintang City of Angels dari ruang tidur salah satu hotel suite room bintang 7 yang Mingyu pesankan hanya untuknya dan Wonwoo. Atap kamar yang bisa dibuka sehingga sang penghuni dapat melihat kerlipan bintang dan cahaya bulan, bahkan rintikan hujan ataupun salju. Liburan dan berbelanja, tidak pernah semewah dengan apa yang Wonwoo rasakan.

“Kita ketemu kan ya, Kak, waktu di LA?” tanya sang wanita berumur 36-an itu. Wonwoo mengangguk sambil tersenyum sangat manis kepada wanita itu. Pertemuan itu jelas tidak sengaja. “Terus gimana, Kak Wonwoo test masuk kuliah di sana? Lulus?” iya, Wonwoo beralasan kalau ia di sana untuk menjalani test beasiswa dari Kedutaan Indonesia, tentu saja ia bohong.

“Masih menunggu, tante.” Wonwoo sudah mahir dalam berbohong, tidak hanya kepada orang lain, namun dirinya sendiri. Tidak perlu diragukan lagi. Sedangkan wajah Mingyu lebih santai dan datar, jelas ia lebih mahir lagi untuk bersandiwara.

***

Wonwoo dan Woozi kini sudah pindah ke ruang tengah untuk kembali belajar, anak kelas 6 itu bosan dengan suasana ruang belajar yang menurutnya terlalu sumpek.

“Ngga apa-apakan Kak Nu kalau aku mau belajar di ruang tengah, ada mama sama papa? Tapi, jauh kok mereka.” tanya Woozi, tentu saja Wonwoo menyetujuinya, apa yang bisa ia lakukan sih? Ia hanya seorang tutor. Wonwoo mengangguk, lalu duduk di atas karpet super empuk dan Woozi di sampingnya.

Sedangkan, Mingyu beserta sang istri duduk tidak jauh dari tempat mereka, dari pandangan Wonwoo, kini Tante Karina berada di lahunan kekar yang selalu ia duduki, ia melihat mereka tertawa nyaring bersama, wanita itu sesekali mencium suaminya — yang sering Wonwoo cium juga, Mingyu mengelus pinggang dan paha wanita berambut panjang itu, pemandangan yang …. sangat memuakkan untuk Wonwoo. Iya, dia cenburu, hanya ada satu kalimat yang terlintas dibenaknya, ‘That should me me, right? No?

Sebelum Wonwoo kembali ber-acting layaknya tutor, mata mereka bertemu. Mingyu tahu Wonwoo melihat semuanya, dan Wonwoo tahu Mingyu tahu dari tatapannya bahwa ia tidak suka dengan pemandangan itu, tapi apa yang bisa pria manis berkacamata tersebut lakukan?

Di samping itu, Wonwoo juga harus professional, ia perlahan mulai mengembalikan fokusnya, melupakan sepasang suami istri itu dan terfokus pada anak kecil yang sedang serius di sampingnya, membuat Woozi terlihat sangat lucu saat ini. Pemandangannya, sangat menggemaskan.

***

“Wah, udah jam setengah 9, adek ngga kasian sama Kak Wonwoo, nanti pulang kemalaman lho!” kata Tante Karina membuyarkan konsentrasi Wonwoo dan fokus Woozi saat ini. Mingyu berada di belakang wanita berambut panjan yang Woozi panggil Mama memperhatikan pria berkacamata itu dengan manik elangnya, dan tatapan mereka bertemu.

“Kak Nu, menginap saja!” pinta Woozi menatap Wonwoo penuh harap, dan menatap orang tuanya penuh melas.

“Tidak bisa, besok kakak harus berangkat sekolah.” tolak Wonwoo sembari mengacak lembut rambut anak manis itu.

“Hari Jum’at les lagi kan, Kak?” tanya Karina. Oh iya, ia harus menggantikan janji temunya karena Jum’at ia dan Mingyu akan pergi.

“Jum’at saya ada les insentif untuk ujian mandiri, tante. Kalau kita ganti Kamis, jadi saya majuin sehari, boleh?” tanya Wonwoo. “Untuk minggu ini les di hari Selasa, Rabu dan Kamis.” jelas pria manis itu.

“Gimana, adek?” tanya Karina kepada anak semata wayangnya.

“Boleh! Besok Kak Wonu ke sini lagi? Iyeay!” jawabnya.

“Untuk Minggu depan bagaimana?” tanya Karina lagi.

“Karena 2 minggu lagi Ujian Nasional tingkat SDnya, saya akan insentif mengajar Woozi, tante, we’ll start from next week, right, Mr. Woozi?” tanya Wonwoo,

Right, Ma! Let Kak Wonwoo stay here, jadi aku bisa belajar setiap saat.” izin Woozi kepada Mamanya. “Maukan, kak?” tanya Woozi kepada Wonwoo. Wonwoo hanya tersenyum canggung, berharap sang ibu tidak menyetujui perkataan anaknya. It will be awkward.

Alih-alih menolak, “Let him stay here while Woozi exam, who knows Woozi is more happy to study, karena ada Kak Wonwoo yang nemenin.” suara Mingyu, seolah percikan neraka untuk Wonwoo. Tinggal di sini? Hahaha, Mingyu tidak pernah membuat lelucon yang lebih lucu dari ini. ‘Dan saya tentu akan semangat untuk pulang ke rumah.’ lanjut Mingyu dalam hatinya.

“Boleh kalau papa sudah setuju, nanti tante siapkan kamar untuk Kak Wonwoo. Gimana? Adek senang?” tanya sang bunda kepada anak manisnya yang terlihat sangat bahagia.

“Baiklah kalau begitu, karena besok saya akan ke sini lagi, saya pamit pulang dulu.” kata Wonwoo. Iya, ia ingin pulang. “Kakak pulang dulu ya, besok kita hajar habis soal-soal jelek itu.” kata Wonwoo kepada Woozi yang dibalas anggukan menggemaskan si anak manja.

“Papa, tolong anterin Kak Wonwoo ya, Pak Asep lagi dibawa Mama ke Bandung.” pinta sang istri yang tentu saja disambut hangat oleh suaminya, seperti diberi banyak kesempatan untuk bersama. Lebih dari hari biasanya.

“Ngga usah, Om Tante. Saya bisa pulang sendiri.” sela Wonwoo.

No no, kak. It's already late, mama said it's dangerous kalau kakak berjalan sendiri.” tolak Woozi, Mingyu langsung mengangguk setuju. Tentu dia bahagia akan bisa lebih lama dengan kekasih manisnya.

“Dianter papa ya, ngga apa-apa kok, papa hari ini lagi cuti.” kata Tante Karina insist.

Wait, Kakak Wonwoo boleh siap-siap dulu, saya ambil kunci mobil.” kata Mingyu. Wonwoo menuruti pinta kekasihnya seperti biasa.

***

Dan kini mobil SUV hitam milik Mingyu sudah meninggalkan pekarangan istananya, membawa Wonwoo yang duduk di kursi penumpang dengan baju yang lupa ia ganti — seharian ini dengan nyamannya ia menggunakan baju tidur satin ungu yang diberikan Mingyu.

“Oh, bajuku, ketinggalan.” kata Wonwoo ketika menyadarinya.

“Ngga apa-apa, sayang. Biarin aja, toh per minggu depan kamu tinggal di sanakan? Buat baju ganti.” Wonwoo tahu, kalimat Mingyu adalah kalimat godaan yang memang ingin menjahilinya.

“Ngga usah nyebelin, bukan aku yang minta, tapi anak kamu.” jawab Wonwoo.

My son looks like me, right? We’re both really like you.” kata Mingyu, mengelus paha pria mudanya dari bangku kursi pengemudi.

Seperti yang sudah-sudah mereka lalui bila bersama, Wonwoo dan Mingyu selalu tertawa, berbagi cerita dengan Wonwoo menceritakan sekolahnya yang pernah Mingyu lalui 20 tahun lalu, Mingyu juga menceritakan pekerjaannya yang membuat pria manis itu bingung, namun dengan sabar pria tampan di kursi kemudi menjelaskannya.

“Sudah sampai, sayang.” kata Mingyu ketika SUV hitam itu berhenti di depan pintu lobby apartemen yang sering menjadi tempat persinggahan untuk Mingyu. Wonwoo tahu, ini hanyalah persinggahan.

Can you stop by for a moment, Daddy?” tanya Wonwoo dengan suara manjanya.

Where? Ke dalam? I can’t, baby foxy, not today.” tolak Mingyu yang menggenggam tangan lentik pria itu dan mengecup punggung tangannya.

At least kamu parkir dulu, ada yang mau aku omongin.” kata Wonwoo pada pria itu, mencoba merayunya dengan mengelus paha kekar pria di sampingnya.

“Oke.” Mingyu menuruti anak manis itu, lalu mereka berputar, mencari parkir, hingga mereka menemukan parkiran sepi yang dapat dikatakan nyaris kosong di belakang gedung paling ujung komplek apartemen itu. Hanya lampu remang yang masuk ke dalam mobil, dan kaca film mobil inipun gelap, semakin meminimkan cahaya yang masuk.

Wonwoo melepas seatbelt-nya, dan bangun, duduk di atas lahunan Mingyu dan mematikan lampu jauh yang tadi Mingyu hidupkan, membuat suasana di dalam sana semakin gelap. Pria yang lebih tuapun menekan tombol hingga otomatis kursi kemudi itu terdorong ke belakang, membuat ruangan mereka sedikit lebih luas dan Wonwoo tidak akan dengan tanpa sengaja memencet klakson.

“Kenapa, my baby foxy?” tanya Mingyu yang langsung mengelus pinggang kekasih gelapnya, dan Wonwoo yang sudah memegang kedua bahu bidang sang daddy.

“Aku cemburu liat Tante Karina di pangku sama kamu.” jawab Wonwoo. Mingyu tersenyum, mengelus pipi dan bibir bayinya, lalu mengecup bibir itu perlahan.

“Bukan saya yang minta, sayang.” jawabnya. “Berbeda dengan kamu” lanjutnya.

“Aku juga iri liat dia bisa cium-cium kamu kaya tadi.” jujur Wonwoo, Mingyu kembali tersenyum, dan menciumi seluruh permukaan wajah Wonwoo.

“Tapi, ngga saya bales kok, kamu lihat sendirikan?” jawab Mingyu.

I see that sih, tapi aku juga liat kamu ngelus-ngelus paha dan pinggang tante, I’m not mad at you, aku ngerti, aku ngga boleh egois, tapi, boleh ngga aku request?” tanya Wonwoo, sembari memainkan telunjuknya pada dada Mingyu yang hanya terlapisi white t-shirt dan cardigan. “Nanti jangan sampe aku liat apapun tingkah laku mesra kamu sama dia, only when I'm at your house? Sisanya terserah, asal aku ngga tau, asal aku ngga liat, asalkan aku ngga denger.” lanjutnya.

Bukannya marah, Mingyu malah merasa sangat gemas dengan pria di hadapannya, tanpa aba-aba, ia malah mencium bibir pria di lahunannya, melumat bibir merah muda ke-orange-an, dengan tangannya yang mulai menggoda titik selatan pria manis itu. Wonwoo pun tak segan-segan kembali ke kursinya lalu menungging hingga kursi driver dan memberikan mouth job-nya untuk sang kekasih, membuat pria yang lebih tua menggila.

Pria yang lebih tua itu membuka laci mobil di depan kursi penumpang dan menemukan lubricant-nya di sana untuk membantu proses quickie mereka, ia langsung mengolesi pelumas itu pada tangannya, lalu ke belakang milik Wonwoo, dan kembali membawa tubuh Wonwoo untuk menyatukan tautan mereka di bawah sana.

“Saya — hhh — suka kamu cemburu, cantik.” kata Mingyu sedikit mendesah ketika Wonwoo melakukan gestur naik dan turun di sana. “Itu menandakan kamu sangathhh menyukaih saya.” lanjut Mingyu, masih dengan desahannya yang dibalas desahan lain oleh Wonwoo.

“Aku cemburuuhh — hh — aku iri ngghh — ahhng — aku marah.” desah Wonwoo hingga mempercepat temponya.

Dan mereka kembali lolos dalam babak kali ini.