We Call it Destiny.


↳ Narasi 1 — Part of US universe ↳ sequel KATINGTENG

tw/cw: mention consecutive crash, author's pov

“Ini anak-anak KOAS pada kemana? Panggil semua ke sini!” Kata seseorang pria tinggi yang menggunakan snelli dengan bordir nama “Hee-chul Andreas” kepada seorang wanita yang menggunakan baju seragam hijau muda di hadapannya, wanita tersebut langsung berjalan secepat mungkin menuju ke suatu ruangan.

Sesampainya di ruang yang dia tuju, wanita yang memiliki profesi perawat ini langsung mengetuk pintu dan membukanya dengan terburu-buru. “Maaf untuk interupsi, anak KOAS sangat dibutuhkan di IGD saat ini.” Suaranya sedikit terengah, yang merasa anak KOAS segera berdiri dari tempat duduknya.

“Ada apa, Sus?” Tanya seorang pria berperawakan tinggi dengan dada bidang, berkacamata setengah melingkar dan berkulit putih pucat itu.

“Kecelakaan beruntun, dok.”

“Ya Allah.” Kata seorang pemuda tinggi lainnya.


“Capek banget gua, mau pingsan aja!” Kata pria yang menggunakan snelli dengan name tag “Jinyoung Azriel” yang ditempelkan di kantong kiri dadanya.

“Bukan lo doang, Nyong! Gue juga ini, mau patah rasanya leher gue.” Kata pria di sampingnya.

“Mending lo pada mandi, kita masih jaga malem.”

“Duh, gila lo, Nu! Lo kebanyakan ngegym apa gimana sih? Kok ngga ada capeknya?” Tanya pria yang bernama Jinyoung itu.

“Makanya, gue ajakin fitness tuh mau!”

“Lo juga fitness biar capek terus lupa kan sama dek mantan?” Tanya pria yang sedari tadi duduk malas di sofa.

“Jun! Lo mah malah diingetin, nanti anaknya nangis lagi, anjir!” Tegur Jinyong.

“Emang gue secengeng itu apa?” Tanya pria yang dipanggil Nu itu dengan mengerucutkan bibirnya. “Wajar kali gue belum move on, namanya juga baru setahun putus.” Katanya lagi.

“Lagian lo tuh ada-ada aja sih! Kalau lagi berantem tuh tolong dong itu mulutnya ngga usah ngeluarin kata-kata sial!” Tegur Jun — si pria yang tadi sedang duduk malas namun kini sudah duduk tegap di sofa.

“Namanya juga refleks, Jun!” Pembelaan dari mulut pria dengan dada bidang dan kulit putih pucat itu.

“Hadeuh! Tau deh, gue ngga ikut-ikutan. Mau mandi aja.” Kata Jinyoung berdiri dan meninggalkan Jun dan pria yang dipanggil Nu berdua di ruang istirahat yang disediakan untuk para dokter di rumah sakit itu.

“Sekarang—” kalimat Jun tergantung.

“Ngga usah dibahas! Abis lo mandi gue mau makan nasi kucing depan, gue laper.” Kalimat yang dibalas anggukan oleh Jun.

Seseorang membuka pintu ruang istirahat itu, “Guys! Han lagi ke sini, makan malem bareng! Nyong mana?” Tanya pria yang berperawakan seperti orang asing itu.

“Mandi, Josh.” Jawab Jun.

“Lo pasti belum mandi kan? Sumpah! Nama contact lo gue ganti jadi 'Lazy Boy' atau 'Calon Dokter Bau' di handphone gue.” Kata pria itu. Pria yang sedang mengeringkan rambutnya hanya tertawa.

“Tega sik lo, kampret!” Kata Jun, melempar bantal yang ada di sofa.

What the, bantal dokter too much iler.” Pria itu dapat menangkap bantal yang melayang itu dan melemparnya kembali.

“Wonwoo lagi mau makan nasi kucing.” Kata Jun, memberikan aba-aba dengan kepala ke arah pria yang tadi tertawa.

“Boleh. Kabarin aja kalau kalian udah kelar bebersih. Gue ke bawah dulu nemenin Han di Starbucks, keyh?” Kata pria itu, menutup pintu dan pergi menjauh.

“Han ngga sama Cheol kan ya? Gue takut nanyain Mingyu.”

“Ngga nanya lagi tadi. Lagian kalau iya sama Cheol, mau nanya kabar Mingyu juga ngga dosa kali, Nu.”

“Lo belum minta maaf jugakan sama Mingyu?” Kata Jinyoung yang sudah terlihat lebih segar.

“Harus? Kan dia juga salah, Nyong!”

“Hadeuh! Bahas mantan Nu terus, gue mending mandi!” Jun melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi yang berada di sebelah ruangan istirahat itu.

“Dia kan ngga selingkuh, cuma lupa sama janji. Waktu itu jugakan dia lagi sibuk ngurus magang dan lo nya emang in a bad mood gara-gara stress nyusun tugas akhir sama nyari tempat KOAS. Sekarang kan semuanya udah stabil, ngomong secara dewasa kan ngga salah. Udah 2023 lho ini, Nu.” Nasihatnya.

“Gue udah block dia di mana-mana kali, Nyong. Terus, gue juga udah hapus nomernya.” Kata Wonwoo melihat nanar ke arah telefon genggamnya. “Udahlah. Bahas Mingyu terus!”

“Yeu! Gue kasih tau juga, batu banget! Terserah Kak Wonwoo Jannata deh, aku follower mu, kak.”

“Taik!” Kata Wonwoo berdiri dari duduknya dan melempar handuknya ke wajah sang sahabat.


In another place


“Ajib! Ngga kelar-kelar gue baca berkas perkara! Bangke!” Gerutu seorang pria dari ruangan dengan meja yang dipenuhi oleh berkas. “Tau gitu, abis lulus gue ngga ikut lo langsung kerja, Ming!” Lanjutnya.

“Mau nganggur sampe kapan lo, Dik?” Tanya pria yang dipanggil Ming itu.

“Ya Allah, Ming. Wisuda aja belom ini kita!”

“Ya itu, sambil nunggu wisuda nyari duit. Lagian ini firma terkenal, Ka! Siwon Tandjung & Taeyeon Bramantoro atawa STTB. Wajar kan berkasnya ngga abis-abis?” Kata pria Ming itu meyakinkan temannya yang kini sedang breakdance mentalnya karena dihadapi oleh berkas-berkas perkara di hadapan mereka.

“Terserah lo! Lo-nya aja yang tiba-tiba ambisius setelah putus sama kakak tingkat.” Kata Dika santai sembari merapihkan berkas perkara yang sudah dia baca.

“Iya, daripada kepikiran terus.” Cicitnya.

Dika membelalakkan matanya, menyadari kesalahannya sembari menutup mulutnya. “Yah! Kambuh deh galaunya.” Katanya dengan suara yang dilembut-lembutkan, berusaha untuk menenangkan sahabatnya. “Mendingan kita beresin deh ini berkas, terus balik. Makan nasi kucing depan RS?” Tanya Dika.

“Ngga usah sok lembut sama gue, ngga cocok!” Kata pria Ming yang bernama lengkap Mingyu Pratama itu. “Gue mau makan masakan nyokap aja. Kasian nyokap gue, gue tinggal terus.” Tolak pria tinggi dengan kulit sawo matang itu.

“Oke. Kalau gitu, gue numpang makan di rumah lo aja.”

Pria yang bernama Mingyu itu langsung mengangkat benda pipih di sampingnya dan langsung men-dial sebuah nomor. Tak perlu mendengar nada sambung yang lama, orang di seberang sana sudah mengangkatnya.

“Halo, Gan?” Tanya suara wanita di seberang sana.

“Halo, Cantik!” Jawabnya.

“Kenapa kamu nelfon, tumben?” tanya wanita itu.

“Mama masak kan? Laper aku.”

“Yah, Dek. Mama tuh di 'dapur', lagi nyiapin buat cattering anaknya Aurel. Katanya lembur?” tanya sang mama.

“Iya, ini masih di kantor sih, ma.”

“Makan aja di luar ya, anak ganteng. Besok mama masakin. Maaf ya.”

“Ih, iya. Ngga apa, aku makan di luar sama Dika.”

“Oke, pulangnya hati-hati ya kamu. Jangan bengong!”

“OK. Sayang mama!” Katanya menutup sambungan tersebut setelah mendengar balasan dari sang mama.

“Makan nasi kucing depan RS deh!” Kata Mingyu kepada temannya yang sedang menggigiti pinsil kayu berwarna hijau.

“Sudah gue duga. Nyokap lo tuh lebih sibuk dari Ratu Elizabeth, lo lupa?”

“Lupa! Gue kira dia masih inget punya anak ganteng!”

“Dih, najis. Yaudah ayok! Kelarin setengah terus makan! Gue bisa gila, laper banget.” Kata Dika memegang perutnya yang rata.


Mobil Yaris 2020 Grey Metallic sudah terparkir manis di pinggiran jalan dengan dua pria di dalamnya yang kini sudah keluar dan berjalan ke arah gerobak penjual nasi kucing di atas trotoar itu, persis di seberang salah satu rumah sakit yang cukup terkenal dengan poliklinik yang terkenal sangat lengkap.

“Ming, lo pesen yang biasa aja kan?” Teriak Dika ketika sudah sampai di hadapan gerobak ibu penjualnya, yang dibalas oleh anggukan oleh pria yang dipanggil — menduduki salah satu meja kosong. Tanpa mereka berdua sadari ada 6 pasang mata yang langsung mencari keberadaan pria yang dipanggil 'Ming' itu.

Tak lama, “Eh, Kak Wonwoo?” Sapa Dika kaget ketika melewati salah satu meja panjang yang berisi 6 pria yang kini sedang berhenti dari makannya dan membeku. Sesungguhnya, dia juga terkejut melihat salah satu perawakan dari enam orang yang sangat dia kenal, berambut gelap, dan berkacamata.

Wonwoo gelagapan dan hanya mampu tersenyum ke arah pria yang tadi memanggil namanya. Pria tinggi yang sedang menyisir rambutnya dengan kemeja yang terlipat hingga siku di seberang meja Wonwoo langsung membalikkan badannya karena mendengar nama mantan kekasihnya disebut.

Manik mereka bertemu, saling bertatap beberapa saat adalah kejadian berikutnya. Mingyu membalikkan badannya seakan tidak melihat pria berkacamata itu di sana, sedangkan Wonwoo langsung menundukkan wajahnya.

“Eh, sorry. Lagi pada makan ya. Selamat melanjutkan makannya ya.” Kata Dika canggung dan meninggalkan mereka berenam, berjalan kearah meja yang sudah diduduki Mingyu.

“Kak Wonu kaya mayat hidup deh, Ming.”

“Jangan liat ke sana lagi, Dik!” Pinta Mingyu. “Abis makan kita cabut!”

“Mingyu kaya yang lelah gitu ya?” Bisik seorang pria yang paling mungil di antara lima pria lainnya dari seberang meja Mingyu.

“Hoon, lo ngga liat itu Nu udah mau nangis.” Jawab Jinyoung ketika melihat sahabatnya sedang menundukkan kepalanya. “Lanjutin yuk makannya, beres ini kita langsung balik ke RS.”