Why Always You?


Part of Backstage Universe
cw: harsh words, family problem, feeling hurt.

Mobil Honda Civic Sedan 2020 putih itu sudah terparkir rapih di plataran parkir salah satu cafe yang terkenal di bilangan Menteng, Jakarta Pusat. Salah satu dari kedua pria yang berada di dalamnya sudah keluar dari mobil dan berjalan santai melewati pintu kaca yang memiliki pinggiran kayu berwarna cokelat. Sedangkan, pria yang satunya lagi turun dari mobil dengan langkah yang meragu. Ngapain gue di sini? itu terlihat jelas dari raut wajahnya. Pria berambut blonde itu berjalan mengikuti jejak pria yang sudah mengambil tempat duduk lebih dulu.

“Kopi?” tanya pria itu ketika melihat pria blonde yang bingung tadi duduk di hadapannya.

Lemon squash aja.” kata pria itu, masih memandangi pria di hadapannya — Kembarannya.

“Lo ngapain ngajak ngobrol di sini? Emang di rumah ngga bisa?” tanya pria itu, pria yang memiliki struktur wajah sempurna, dengan rambut blonde bergaya mullet-nya.

“Gue pengen keluar aja sama lo, udah lama kan kit ngga q-time. Yakan?” tanyanya.

Ya sih, tapi ini aneh banget. Jangan-jangan bener kata Wonu, kembaran gue jadi psikopat. gumamnya dalam hati.

Setelah seorang pramusaji mencatat pesanan mereka berdua, meja itu hening, sepasang pria kembar itu tidak ada satupun yang ingin memecahkan keheningan, mereka hanya tenggelam dalam pemikiran mereka masing-masing. Sampai dengan waiter mengantarkan pesanan mereka dan membuyarkan lamunan si kembar itu.

“Lo diem aja, lo yang mau ngomong sama gue kan?” tanya pria berambut mullet — Jeonghan, kepada saudara kembarny.

“Kalau gue ngomong lo pasti bakal marah banget ke gue. So gue mau mikir dulu, better ngomong atau gue simpen sampe mati.” kata pria di hadapannya.

“Mending lo ngomong, at least kalau lo mati, mati lo tenang. Ngga kebayang punya omongan yang belom kelar sama gue. You know what I mean right, Twinny?” tanya Jeonghan. Suaranya tidak tinggi, cukup menusuk dengan nada nyinyiran ala Jeonghan, yang banyak ditakuti orang.

“Oke kalau itu mau lo, bear with me and brace yurself.” tantang pria itu.

Go ahead, give me a shoot!” dibalas dengan tantangan.

“Lo tau kenapa gue jadian sama Cheol?” tanya pria itu.

“Josh? Jangan mulai.” kata Han — panggilan Jeonghan — masih dengan nada biasa.

No.. No.. gue ngga bisa tidur sepuluh bulan, gara-gara ini. Ini yang akan gue bahas, anyway.” kata pria yang dipanggil Josh itu.

Shit! gue ngga mau denger, anjing!” omel Jeonghan, dengan nada emosi yang tertahan karena berada di tempat umum. Kini Jeonghan mengerti kenapa kembarannya membawanya ke sini.

“Gue sebel sama lo! Dari dulu lo selalu dibebasin sama nyokap bokap buat pilih apapun pilihan lo. Lo selalu dapet apa yang mau, sedangkan gue? Gue udah kaya barbie. Tau ngga rasanya diatur sampe ke cita-cita lo?” tanya Josh yang bernama lengkap Yoon Joshua itu. Jeonghan terdiam, kaget mendengar kalimat dari saudara kembarnya.

“Lo ngga tau rasanya, soalnya lo ngga pernah diposisi gue. Gue capek banget jadi kakak kembar lo yang selalu dibanding-bandingin sama lo! Bahkan saat ngga ada lo! Capek banget.” ujar Joshua, wajahnya masih datar.

“Bukan salah lo emang gue diginiin, tapi sesekali, gue pengen lo tau rasanya ngga ngedapetin apa yang lo mau. Karena selama ini, Baginda Raja which is elo selalu dapet semuanya.” kata Joshua lagi. Jeonghan menelan ludahnya, kali ini sakit, seperti sedang menelan bongkahan batu yang turun dari kerongkongannya.

“Gue ngga tau dosa gue di mana sampe gue kayaknya jarang banget punya yang gue mau. Jadi, gue harus korbanin apa yang gue sayang, biar lo tau, kalau dunia ngga muter di lo!” kata Joshua.

“Anjing, Josh! Don't say lo pake Cheol buat bales dendam ngga penting lo?” tanya Jeonghan.

“Iya, kocak ya. Gue kira dia ngga bakal mau sama gue, kirain gue dia bucin banget sama lo. Taunya ngga, Han. Dia bucinin gue.” kata Joshua.

“Josh, lo salah banget anjing! Lo yang bego!” kata Jeonghan.

“Kenapa gue harus bego? Lo suka Seungcheol, Seungcheol bucinin gue. Lo patah hati karena ngga dapetin Seungcheol, kan itu goals gue.”

“Lo dendam sama gue, terus manfaatin orang tuh salah, njing!” Nada Jeonghan sudah lebih meninggi.

“Gue tanya, lo sedih ngga pas tau gue pacaran sama Seungcheol?” Jeonghan terdiam mendengar pertanyaan itu.

Sangat sedih adalah jawabannya. Bila dirunut kembali, Jeonghan dan Seungcheol berkenalan saat mereka menjadi mahasiswa baru, mereka sangat dekat, bahkan Jeonghan berfikir hati Seungcheol akan berlabuh padanya, namun, kenyataan memang tidak seindah di drama Korea, Seuncheol justru memintanya untuk menjadi cupid untuk Joshua dan gebetannya itu.

“Sedihkan? Itu yang gue mau. Seneng banget liat lo murung.” kata Joshua enteng.

“LO SAKIT JIWA, ANJING!” suara Jeonghan meninggi. “CHEOL BENERAN SAYANG SAMA LO, BANGSAT!”

Easy, twinny. Kita di cafe. Ngga usah teriak, gue denger!” kata Joshua masih dengan wajah datarnya.

“Gue cuma sayang sama Seokmin, Han.” kata Joshua, tersenyum ketika mengucapkan nama itu.

“Tapi lo ngewe di penjuru rumah sama Cheol, Josh! Bukan sama Seok!” kata Jeonghan, menggeretakkan giginya. Kini emosinya sudah hampir berada di puncak. Dia tidak menyangka kalau kembarannya akan seperti ini. Setega ini pada hati seorang yang benar-benar memberikan hatinya.

“Gue ngga suka lo deket sama Seokmin!” kata Joshua, mengerucutkan bibirnya.

OH MY GOD! KEMBARAN GUE BENERAN GILA!!! itu yang ada di dalam fikiran Jeonghan saat ini.

“Lo ngga boleh dapetin Cheol, lo ngga boleh sama Seokmin, Han.” kata Joshua, kini nadanya memohon.

“Lo sakit ya, Josh? Lo tuh taukan lo salah kaya gini?” tanya Han.

“Gue pengen liat lo menderita, tapi kenapa sejak lo deket sama Seokmin, lo keliatan bahagia banget. Dan gue yang menderita. Gue iri lagi. Haha.” kata Joshua.

“Yang salah bonyok, Josh! Bukan Cheol, atau Seokmin. Waraslah! Lo bales dendam ke gue tuh ngga bikin nyokap bokap nurutin mau lo!” kata Jeonghan.

“Lo deketin Seok karena gue kan? Pengen gue sedih kan?” tanya Joshua.

“Ngga pernah terpikirkan sama gue kalau pikiran lo sebusuk itu, Josh! Lo mau ke carwash ngga? Biar gue bersihin otak lo!” kata Jeonghan, marah.

“Lo tau siapa yang lo sia-siain? Pria baik, pria pengertian yang udah bisa nyinarin hari lo walaupun lagi gelap. Lo tau? Lo nyiain orang yang salah buat bales dendam lo yang menurut gue ngga perlu!” kata Jeonghan, nadanya tertahan, rasanya ingin dia ledakkan, namun dia tahan karena posisi mereka kini ada di tempat umum.

“Kalau lo ada masalah sama gue dan bonyok, beresin dengan orang yang tepat, ngga usah sembunyi di orang yang bener-bener tulus sayang sama lo, saat itu Seok dan saat ini Cheol! LO TUH NGGA WARAS, JOSH!” kata Jeonghan menekankan kalimat terakhirnya. Jeonghan sudah berdiri, ingin meninggalkan kembarannya, namun, terhenti saat mendengar kalimat berikut yang Joshua keluarkan.

“Lo tau ngga, nyokap maksa gue kuliah di New Zealand buat ambil business perbankan?” Jawabannya Jeonghan ngga tau.

See? Bahkan lo ngga tau kalau kembaran lo tertekan. Gue berangkat beres untarvolution, gue udah transfer semua nilai gue. Gue akan putusin Seungcheol saat itu.” Kata Joshua.

“Sisanya terserah lo, toh dunia akan balik ngelilingin lo lagi. Gue cuma mau bilang ke lo, kalau bener kata lo, gue gila cuma karena pengen liat lo menderita. Tapi, asal lo tau di sini gue juga menderita.” Kata Joshua.

“Josh?” Tanya Jeonghan. “Gue ngga tau bonyok —”

“Lo ngga akan pernah tau, karena yang lo tau cuma diri lo sendiri. So, yeah gitu deh.” Kata Joshua, tersenyum getir.

“Lo sebenci itu sama gue?” Tanya Jeonghan.

“Sebenci itu. Haha.” Tawanya. “Padahal, gue cuma punya lo. Tapi, bahkan lo ngga peduli. Its okay, gue lagi ngga mau playing victim sekarang.” Kata Joshua.

“Abisin minum lo, kita balik!” Pinta Joshua. Han masih terpaku. Diam membisu, sedang memproses apa yang terjadi padanya saat ini.

“Lo duluan aja. I'm processing this situation right now, and I want to be alone.” kata Jeonghan.

Joshua pergi meninggalkan Jeonghan yang meminta untuk sendiri. Kini kepala Jeonghan penuh, tidak mampu berfikir jernih, dan hanya ingin pergi menemui temannya kali ini. Wonu mana Wonu.