4 Months To Go


[Narasi 3]

tw//explisit matured content — please never imitate this scene — Harsh word 🔞
All scenes from my imaginations.
The name of the University from this AU is a real name. I just borrowed the name and logo. Bear with me
Please be wise readers

Seperti dua bulan sebelumnya, Seungcheol dan teman tongkrongannya yang menyebut nama mereka the basecamp memutuskan menjadi panitia inti untuk Annual Music Campus yang dinamakan UNTARVOLUTION 2021 yang semakin hari semakin sibuk dengan persiapan untuk menjadikan acara tahunan itu acara yang tak terlupakan, terlebih lagi untuk Seungcheol, Joshi dan Jeonghan, ini merupakan event terakhir mereka, karena tahun depan mereka sudah disibukkan oleh magang dan skripsi.

Belum jam 2 di Gedung C ruang 201 tapi sudah ada satu pria berambut merah yang sedang disibukkan dengan tab-nya, memutar-mutar tab pen dengan jari dan sesekali menggigitnya, kemudian membuka binder catatannya lalu melihat ke arah tabnya lagi.

“Sibuk banget lo, Kak?” tanya seseorang yang memasuki ruangan itu dan berjalan ke arahnya. Pria yang sedari tadi sibuk sendiri itu terkejut dibuatnya.

“Hah? Anjing! Kaget gue! Gue kira penculik!” tanya pria berambut merah itu.

“Siapa taik kak yang berani nyulik lo? Yang ada juga elo yang nyulik penculiknya.” kata pria kurus yang baru datang tersenyum manis.

“Yeeee!!” tangkis pria yang kaget itu. “Tumben lo mood ikutan rapat?” tanya pria yang kembali sibuk dengan catatannya.

“Haha. Cepet rapat cepet kelar. Gue kira lo juga ngalamin yang sama?” tanya pria itu mengambil tempat duduk di samping pria yang menjabat sebagai Sekretaris 1 untuk event ini.

“Jangan sedih, bahkan gue pernah ngeliat mereka ngewe di meja bar rumah.” kata pria itu santai, tatapannya tidak dapat dibaca dan senyuman yang menyeringai.

“Dan lo baik-baik aja? Apa nyolo karena ngeliat gebetan lo ngewe sama kembaran lo?” tanya pria itu sembari mengeluarkan buku sketch ukuran A5.

“Hah? Siapa gebet siapa, anjing?”

“Gue kira lo lagi confess gebet pacar kembaran lo?”

“Lo patah hati ngajak-ngajak ya, Seok? Ngga nyangka gue!” kata pria itu masih tersenyum, senyumnya aneh bila orang menyuruh Seokmin untuk mendefinisikannya.

Ini orang penuh luka, tapi jago banget nutupinnya, anjing! Gue harus berguru! gumam Seokmin.

“Bukan ngajak, kalau emang patah hati dan ada temennya kenapa lo harus patah hati sendiri sih, Kak Han?” kata pria itu.

“We're not that close that I have to tell you about this, anyway.” kata pria yang dipanggil Han itu.

“Ya terserah, I'm all ears kalau lo mau cerita.” kata Seokmin santai dan menyapa satu demi satu orang yang memasuki ruangan.

“Loh kalian cuma berdua? Kok akrab?” tanya Wonwoo iseng.

“Diem lo, ganteng! Sini lo!” panggil Han menepuk kursi sampingnya untuk Wonwoo.

Wonwoo dan Han sebenarnya merupakan teman dekat se-organisasi, tapi karena kesibukan masing-masing mereka jadi kurang memiliki waktu quality time berdua, padahal saat jadi panitia ini mereka bertemu terus, tapi malah sibuk dengan urusan event dibandingkan dengan urusan pribadi mereka.

“Lo ngga sama Mingyu, Won?” tanya Seokmin.

“Tuh ada lagi nge-vape diluar. Hari ini wangi vape-nya aneh banget! Gue usir jangan deket-deket gue.” Jawab Wonu.

“Bau apa? Peju?” tanya Jun dari belakang.

“Bangsat! Tukang nguping lo, anjing!” omel Wonwoo dan melempar tissue yang sedaritadi pria berkacamata itu genggam.

Satu persatu panitia inti, anggota team dan beberapa volunteer datang memenuhi ruangan itu. Kecuali, ketua panitia dan sekretaris 2 yang tak kunjung datang.

“Chat Bang Cheol deh atau Kak Joshi! Udah setengah tiga ini, mau mulai meeting jam berapa?” celetuk Jihoon. Karena jam 5 nanti, dia ada janji temu dengan pemilik cafe bersama teman band-nya dan Han.

“Janjiannya kan masih jam 5, Hoon.” kata Han santai.

“Tetep aja, kalau Bang Cheol ngomongkan kaya kepala sekolah, lama. Emang cukup 2jam setengah?” tanya Jihoon. Tak biasanya Seungcheol dan Joshi terlambat.

“Gue coba cari deh, bentar. Lo mulai yang bisa dibahas dulu aja Kak Han.” kata Wonwoo mengambil inisiatif.

“Gue temenin deh!” kata Soonyoung berdiri. “Catetan di elo kan ya, Sol?” tanya Soonyoung yang dibalas dengan anggukan oleh adik kelasnya itu — Hansol.

“Aku di sini ngga apa-apa ya, Kitten?” tanya Mingyu, menahan tangan Wonwoo.

“Ngga apa. Kamu mulai duluan aja. Team aku udah lengkap kok. Soalnya, kalau nunggu gini lama.” kata Wonwoo. “Aku takut, suara yang aku denger tadi beneran suara Bang Cheol.” kata Wonwoo berbisik.

Iya, sekitar 10 menit yang lalu Wonwoo izin ke kemar mandi lantai 2 gedung C ini dan mendengar suara desahan dan erangan yang yaaaa dia taulah apa yang sedang orang lakukan dengan suara seperti itu. Hingga dia tidak jadi masuk dan akhirnya memutuskan buang hajat kecilnya di lantai 3.

Gedung C memang terkenal sepi, apalagi kamar mandi lantai 2, karena memang tidak ada kelas. Ruangannya hanya 2 berbentuk auditorium atau biasa dibilang ruang seminar yang akan penuh bila sedang diadakan sidang atau ada seminar-seminar dari berbagai fakultas.

Wonwoo berjalan beriringan dengan Soonyoung, menuju kamar mandi yang sempat tadi dia kunjungi yang berakhir dengan dia urungkan niat untuk menggunakannya, dan pergi ke tempat lain.

“Kok kamar mandi sih? Lo pengen pipis lagi? Tadikan udah!” kata Soonyoung rewel.

“Curiga gue mereka di sini deh. Bentar lo diem—” pinta Wonwoo, menutup mulut Soonyoung dengan telapak tangan kanannya.

“Aaahhhng!!!” desah seseorang dari satu bilik.

“Anjing!” bisik Soonyoung ketika mendengar desahan itu. “Itu suara siapa?” tanya Soonyoung lagi semakin kecil. Wonwoo menggindikkan bahunya.

“Eunghh~ Cheol aah!” kata pria itu memanggil nama seseorang yang sangat mereka kenali. Wonwoo dan Soonyoung mengangguk yakin, kalau yang ada di bilik itu memang orang yang mereka kenal.


15 menit yang lalu sebelum Wonwoo serta Soonyoung mencari Seungcheol dan Joshi.

Di dalam bilik itu, Seungcheol sedang menggendong kekasihnya, menghimpit kekasinya antara tubuh kekarnya yang kini penuh dengan keringat dan tembok bilik kamar mandi lantai 2 di gedung C itu.

“Ahh.. Kamu yakin.. ngghhh.. di luar.. Ohhh.. Cheol! Pelan-pelan.” kata pria berambut gelap itu sedikit berbisik yang kini sudah ada digendongan sang kekasih.

“Kenapa sempit banget sih? Emang aku kurang prep kamu ya?” tanya pria yang dipanggil Cheol itu, mengacuhkan kekhawatiran sang kekasih.

Mengeluarkan lagi kepunyaannya, melumat habis bibir pria yang kini sudah ada di gendongannya, sedang mendesah. Di saat yang sama Seungcheol memijit kejantanan kekasihnya yang sudah mengeras dan mengeluarkan pre-cum itu, menenggelamkan desahan sang kekasih yang semakin menggila diantara ciuman panas mereka.

Seungcheol mulai memasukkan jarinya yang penuh pre-cum sang kekasih ke dalam lubang yang berada di antara bongkahan kenyal yang berwarna putih pale itu. Jari Seungcheol masuk satu persatu ke dalam sana, menggali dan mencari titik sensitive sang kekasih, mengeluarkan dan masukkan jarinya hingga sang kekasih mengerang keenakan, dengan kaki yang mulai lemas karena jiwanya sudah tidak di sana. Terbang keenakan.

“Angghhh.. Iyah itu, enakkhh~” kata pria itu. Tak lama, Seungcheol membuat gesture menggunting untuk membuka lubang berkerut itu dan menggantikan jarinya dengan miliknya yang sudah menegang sedari tadi ditambah dengan desahan sang kekasih.

“Aaahhhng!!!” desah seseorang dari dalam bilik itu, ketika Seungcheol berhasil memasukin kejantanannya dalam satu tumbukan. Wonwoo dan Soonyoung mendengarnya dengan sangat jelas.

“Eunghh~ Cheol aah!” kata pria dalam pelukan Seungcheol ketika pria berotot itu mulai menggoyangkan pinggangnya maju dan mundur.

Pria itu memanggil nama seseorang yang Wonwoo dan Soonyoung kenali. Mata mereka membelalak kaget, Soonyoung berbisik dan memanggil semua binatang yang bisa dia ingat saat itu.

“Ahh!! Babe.. That's good.. nggghhh.. harder, please.” Kata pria yang Wonwoo dan Soonyoung yakin itu suara Kak Joshi.

“Fuck you, Josh! eeungh.. Your hole is clenching hhng by the aah..” erang Seungcheol sembari menyandarkan kekasihnya, terus menanam dan menumbuk kejantanannya di bawah sana.

“Don't do this, I can't, babe nggghhh... pelan-pel aahh..” erang Joshi ketika tumbukan Seungcheol semakin kencang, bunyi tumbukan dan sentuhan antar kulit pun semakin terdengar.

Wonwoo menarik Soonyoung keluar dan terkejut ketika melihat Han ada di depan pintu kamar mandi yang tertutup.

“Ngapain lo, Kak? Kamar mandinya rusak! Better pee upstairs, gue tadi di atas. Mau gue temenin?” tawar Wonwoo, terkejut. Soonyoungpun dibuat terkejut oleh kehadiran kakak tingkatnya.

“Kenapa pada melotot kaya abis liat hantu? Ada hantu di dalem?” tanya Han, mencoba mengintip, Wonwoo dan Soonyoung langsung menutup pintu kamar mandi rapat-rapat. Wonwoo membalikkan badan Han.

“Serius, kamar mandinya rusak!” kata Wonwoo meyakinkan Jeonghan.

“Oh, beneran rusak. Tadi gue ke sini masih bener padahal. Ya oke deh, gue naik.” kata Han diikuti oleh Wonwoo. Wajah Wonwoo yang menyiratkan rasa bersalah itu, membuat Han sedikit bertanya tapi malas dia ungkapkan.

“Lo balik ke kelas aja sama si anak macan. Gue naik sendiri.” kata Han, berlalu berjalan lebih cepat dan meninggalkan Wonwoo yang akhirnya kembali ke Soonyoung yang masih terdiam membeku di depan pintu kamar mandi.

“Yuk! Lo mau bengong sampe mereka beres?” tanya Wonwoo, menarik tangan Soonyoung lagi.

“Lo tau, Won?” tanya Soonyoung.

“Tau apa? Mereka ngewe di bilik kamar mandi tadi?” tanya Wonwoo, yang dijawab anggukan.

“Kan tadi gue bilang gue curiga mereka di sana, tadi gue sampe pipis ke lantai atas soalnya.” jawab Wonwoo.

“Taunya bener, bangsat! Jiwa binal lo emang berguna ya nangkep orang-orang yang lagi ngewe. Sering soalnya kan lo!” kata Soonyoung terbahak-bahak sembari mendapat berbagai tinjuan dari Wonwoo di lengannya dengan sedikit merintih kesakitan.

“Sorry, gue ngga suka ngewe di kamar mandi. Sempit. I prefer dry kitchen.” kata Wonwoo santai memasuki kelas tempat mereka berkumpul.

“Setan emang Kucing Sange!” kata Soongoung menjitak pelan kepala teman dekatnya dari SMA itu.

“Gue punya tempat pemuasnya, ngga yang nyolo!” ejek Wonwoo menendang paha Soonyoung.

“Tapi semalem kata Kwan lo nyolo?”

“Bangsat emang ade gue, cepu banget! Ke twitter lagi!” celetuk Wonwoo melihat tajam ke tempat Seungkwan duduk. “Udah seminggu ngga ketemu, Unyoung! Cari pacar biar tau rasanya!” kata Wonwoo mengerucutkan bibirnya ingin di iyakan argumennya oleh si teman dekat.

“Iya serah lo!” Soonyoung mengalah. “Sekarang gue mau ngumumin dulu ini Ketua Panitia sama Sekretaris Dua lagi asik ngewe di kamar mandi.” kata Soonyoung Jahil.

“Guys! Attention, please!!” kata Soonyoung membuat orang-orang yang ada diruangan itu memberikan perhatian pada pria mata sipit itu. Wonwoo membelalakkan matanya terkejut, takut Soonyoung mengatakan kalimat yang dia dengar sebelumnya, karena apa yang tidak bisa Soonyoung lakukan. Soonyoung ya? Pria itu gila! kata Wonwoo sesekali bila ditanya adik kelasnya tentang si sahabatnya yang suka bertingkah aneh itu.

“Bang Cheol sama Kak Joshi telat, nanti jam 3an kurang paling. Ada urusan dadakan soalnya.” kata Soonyoung memberi alasan. Wonwoo tersenyum lega dan melangkahkan kaki meninggalkan sahabatnya.

Wonwoo menghampiri kekasihnya yang memang sudah duduk di sampingnya sejak awal mereka sampai di sini. Wonwoo berhenti di kursi sang pacar dan duduk di paha Mingyu. Mingyu kaget dibuatnya.

“Kenapa?” tanya Mingyu, mengelus punggung kekasihnya.

“Mau ciuman.” kata Wonwoo berbisik.

“Di sini?” tanya Mingyu yang sedang membelalakkan matanya.

“Iya. Aku mau ciuman.” kata Wonwoo yakin, masih berbisik dengan nada erotis di daun telinga Mingyu, kemudian mengecup daun telinga kekasihnya.

“Ini bahaya kalau pria kecil di bawah sana bangun di sini, sayang.” kata Mingyu berbisik.

“Jangan sampe bangun. Aku cuma mau ciuman.” bisik Wonwoo jahil. Mingyu langsung mengelus rahang kekasihnya dengan tangan kanan dan mendekatkan wajahnya, mengikis jarak mereka, merasakan nafas satu sama lain. Melumatnya perlahan yang dibalas oleh Wonwoo.

“SORRY!!!!! find your own place, Dude!” kata Seokmin yang ada di samping mereka berjarak dua kursi, terhalang oleh Han yang sudah kembali dan masih sibuk sendiri dengan pikirannya.

Seokmin melempar tempat pinsil kain ke arah Wonwoo dan Mingyu yang dapat ditangkis sigap oleh Mingyu sebelum kena wajah Wonwoo. Suara Seokmin sampai mengalihkan pandangan orang di ruangan itu ke arah mereka.

“Ups! Sorry.. lagi pengen.” kata Wonwoo. Kembali melihat wajah kekasihnya, membersihkan bibir Mingyu yang mengkilap karena air liur mereka, merapihkan surai kekasihnya yang tadi dia acak dan kembali ke kursinya.

“Kamu kenapa?” tanya Mingyu kaget, tidak biasanya sang kekasih melakukan afeksi se-extreme itu dihadapan puluhan orang. Biasanya paling banyak ya kalau lagi sama anggota The Basecamp saja.

“Nanti deh, I will tell you the truth! But to ask for a kissed earlier, I really mean it. Aku emang lagi pengen ciuman.” kata Wonwoo sambil tersenyum yang meneduhkan hati Mingyu.


Tepat perkiraan Soonyoung, Seungcheol dan Joshi datang jam 3 kurang, dengan keadaan yang sudah lebih rapih — ya tentu saja. Mereka meminta maaf atas keterlambatan mereka dan memulai rapat karena semua anggota sudah berkumpul. 30 menit dihabiskan dengan perkenalan team kecil dan volenteer. Membicarakan rencana selanjutnya selain Jihoon and the band yang akan mulai latihan dan gigs mereka untuk membantu pemasukan.

“Gue udah dapet approval dari direktorat kampus buat anggaran dana. Semua bakalan diurus sama Han, Joshi dan Jihoon. Atur-atur aja ya.” Kata Seungcheol, sembari menggenggam tangan kekasihnya. Tak salah bila Han dan Seokmin memalingkan pandangannya saat itu.

“Gue juga udah terima nih susunan acara dari Ryujin. Thank you Wonwoo and team. Kita udah bisa mulai eksekusi ya untuk nanyain available si Guest Starnya. Abis itu discuss sama Han dan Jihoon. Joshi biar ngurusin keperluan logistik sana Jihoon nanti.” pinta Seungcheol.

“Hao sama Wonwoo udah mulai bikin poster kali ya, in parallel” pinta Joshi.

“Iyes, rencananya within this week, dibantuin beberapa anak seni rupa, Mingyu, Soonyoung sama Seokmin.” kata Hao menjawab.

“Okay deh kalau gitu. Peralatan-peralatan udah pada disubmit semua belum?” tanya Seungcheol ke Seokmin, Jun, Mingyu, Hao, Hansol dan Ichan.

“Dari keamanan sih gue udah masukin ya, Kak Won. Buat HT dan lain-lain.” kata Hansol, yang dibalas anggukan yakin oleh Wonwoo.

“Udah gue share juga ke Jihoon kok. Ada lagi ngga sih?” tanya Wonwoo.

“So far itu aja sih, kak.” kata Hansol. Wonwoo memberikan jempolnya yakin.

“Yaudah, kalau ada apa-apa buat kalian anggota tim, langsung ke PIC nya ya, jangan sampe ada apa-apa pas udah mau jalan acaranya, tinggal 4 bulan lagi. Kita harus makin cekatan.” kata Seungcheol mengingatkan orang-orang yang ada di auditorium itu. Semua orang menjawab rusuh yang artinya sama, Oke bang, baik bang, sip bang.

“Untuk hari ini kita dismiss ya. Sampai ketemu lagi dengan meeting berikutnya!” kata Seungcheol membubarkan meeting yang berakhir sore itu.

Ada benarnya kata Jihoon, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 5 lebih 10 menit, mereka-mereka yang sudah janjian dengan teman Han, si pemilik cafe sudah terlambat dan berbondong-bondong berangkat ke sana.

“Aku berangkat ya, Kitten. Kamu pulang sama Kwannie dulu. Nanti malem atau besok, aku nginep di apart ya. Sayang kamu.” kata Mingyu terburu-buru namun tetap menyempatkan mencium kening Wonwoo dan pamit berangkat duluan.

“Hati-hati, Big Guy! Love you, more!” kata Wonwoo, sedikit meninggikan suaranya karena Mingyu sudah berlalu.

“Let's go, Kak. Gue mau makan dulu sama Hansol. Ikut aja!” kata Wonwoo yang mengangguk menuruti perkataan adiknya.

“Sorry ya, Sol. Hari ini aja. Besok-besok lo bebas pedekate.” ledek Wonwoo dengan berbisik. Hansol membelalakkan matanya, khawatir gebetannya mendengar suara Wonwoo.

Emang ngga ada rahasia nih si Kiming anjing sama Kak Wonu! gumam Hansol dalam hatinya.