THE OLD STORY



Wonwoo dan Mingyu kini sudah berada di perjalanan menuju tempat yang mereka rencanakan tiba-tiba siang ini untuk menghabiskan weekend berdua, Caravan Taman Safari, tempat yang Wonwoo request mendadak ketika Mingyu mengajaknya untuk bertemu. Untungnya CEO Hotel SVTStar itu memiliki asisten pribadi seperti Joshua, pria manis itulah yang mengatur semuanya, sehingga sepasang kekasih itu hanya tinggal datang dan menikmati liburan mereka saja, sedangkan Joshua akan mengasuh Woozi selama Mingyu dan Wonwoo pergi.

Disepanjang perjalanan, pria yang lebih muda itu bercerita banyak hal, seperti ada beberapa test ujian masuk universitas negeri berhasil ia bobol, kemudian meminta pendapat kepada pria yang lebih tua di samping kanannya, “Menurut daddy, aku perlu daftar ulang atau ngga? I mean this is my opportunity to get better future ngga sih? Universitas negeri di Indonesia.” tanya pria manis itu kepada kekasih tampannya.

Mingyu mengambil satu tangan kanan Wonwoo dan mengecup punggung tangannya yang lembut, lalu mengeluskan ke pipinya, kegiatan yang selalu pria tampan itu lakukan saat mereka sedang berdua, seperti saat ini.

“Ngga usah, baby, kan nanti kamu akan tinggal di Melbourne, atau Sydney, jadi buat apa?” tanya Mingyu dengan percaya diri.

“Kalau ngga keterima di sana, gimana?” tanya Wonwoo, Mingyu menggeleng yakin.

“Ngga akan, sayang. Kamu pasti bisa masuk dan lulus dari sana. I’ll do everything to support you, yang penting kamu percaya diri kalau kamu mampu.” jawab Mingyu sembari mengelus punggung tangan kekasih mudanya. “Modul yang sudah dikirim Joshua kamu bawa kan?” tanya pria berumur itu kepada Wonwoo yang mendadak untuk mencibikkan bibirnya.

What are we gonna do there sih sebenernya, daddy?” tanya Wonwoo sembari memainkan jari jemari Mingyu.

Everything, belajar, and cuddles is one of them.” jawab pria tampan itu sembari mencium pipi pria muda di sampingnya. Wonwoo hanya tersenyum.

***

Caravan Taman Safari salah satu pilihan sweet escape Wonwoo karena menurutnya tempat menginap ini cukup unik, para tamu diberikan satu mobil Caravan sebagia kamar hotelnya, nuansanya benar-benar seperti di tengah hutan, pria muda dan kekasihnya itu dapat melihat sisi kanan-kiri Caravan mereka adalah pepohonan yang tinggi. Pria manis berkacamata itu tidak membawa banyak barang, ia hanya membawa koper 24 inci berwarna ungu yang berisikan baju ganti untuk mereka berdua dan membiarkan pria dengann tinggi 187 sentimeter menurunkannya, sedangkan, leptop, pad dan barang elektronik lainnya berada di dalam tas ransel hitam miliknya.

Mingyu memasuki caravan tempat mereka akan menginap terlebih dahulu untuk melihat keadaan di dalamnya. Ketika masuk, ia disuguhkan dengan ruang utama yang terdapat tempat tidur double bed yang akan mereka tiduri, kemudian terdapat ruang tengah yang sudah diisi sofa, serta smart TV, lalu, tak lupa kamar mandi dalam yang bersih, dan ada dapur bersih di sudut caravan. Iya, Mingyu memesan caravan dengan dapur bersih karena berniat menghabiskan waktunya dengan kekasih mudanya hanya berdua di dalam sana.

“Waaaahhh, dingiiiin dingiiiin.” kata Wonwoo ketika masuk ke dalam, menutup pintu kamar hotel itu dan segera memeluk kekasihnya.

“Masih dingin?” tanya Mingyu sembari memeluk kekasihnya erat, dan menggosok-gosokkan telapak tangannya dengan lengan berotot tipis milik kekasihnya yang masih terlapisi jaket.

“Udah anget.” jawab Wonwoo manja, mengeratkan pelukannya.

“Manjanya, anak ini.” kata Mingyu sembari mengecup ujung kepala Wonwoo berkali-kali, kemudian menggendong pria manis itu ke sofa yang berada di ruang tengah, dan duduk serta membawa prianya ke lahunan, mereka kembali berpelukan.

“Kamu mandi gih, daddy, aku mau ganti baju.” pinta Wonwoo, ketika tubuhnya mulai terasa hangat.

“Iya, baby.” jawab Mingyu mengecup seluruh wajah Wonwoo yang membuat pria muda itu tertawa geli. “Saya mandi dulu, kamu ngga mau ikut?” tanya Mingyu setelah puas mencium seluruh wajah kekasihnya.

“Ngga, hehehe” tawa Wonwoo yang kemudian ikut berdiri, dan membuka jaketnya, sedangkan Mingyu membuka jas navy bermotif salur yang ia gunakan seharian, lalu meletakkannya di sandaran kursi yang ada di kamar utama.

“Oh iya, do you remember my one condition?” tanya Mingyu, ketika Wonwoo sudah duduk di lantai untuk membuka koper bawaannya, pria manis itu mendongakkan kepalanya, mengangguk polos.

“Saya ke depan dulu, sekalian cek mobil.” kata Mingyu, Wonwoo pun hanya mengiyakannya, dan sibuk dengan kopernya lagi.

Tak lama Mingyu kembali dengan membawa sebuah paper bag berwarna hijau, berisikan kotak panjang yang sangat mencurigakan untuk Wonwoo.

“Buat main.” bisik Mingyu, mengecup salah satu daun telinga Wonwoo dan meninggalkan pria manis itu dengan paper bag dipangkuannya.

Wonwoo membuka paper bag dan kotak yang ada di dalamnya, pria manis itu hanya tersenyum kecil ketika melihat ada beberapa benda yang disebut Mingyu buat main sebelumnya. Kagel balls dan dildo berwarna lylac adalah kedua benda yang menarik perhatian pria manis itu dibandingkan dengan benda lainnya, iya ada beberapa sex toys di dalam kotak tersebut. Wonwoo tahu apa yang ingin Mingyu ingin lakukan dengan benda-benda itu, tapi Mingyu tidak akan membayangkan apa yang sudah pria muda manisnya ingin lakukan.

Wonwoo mengeluarkan kedua benda pilihannya, meletakkan di dekat meja kaca dan mulai mengganti pakaiannya dengan salah satu koleksi lingerie yang ia punya, sheer lace bodysuit V neck tipis berwarna hitam motif bunga-bunga besar dengan tali yang dapat diatur, bagian belakang yang hanya dihias oleh tali-tali tipis, termasuk bagian bawah belakangnya. Wonwo merasa sangat cantik dan sexy sekarang — tentu Om Mingyu tak akan menolaknya. Untung saja ada penghangat ruangan di caravan ini, sehingga dingin daerah Puncak tidak menusuk tubuh Wonwoo dan menjadi penghalangnya untuk menggunakan pakaian tipis tersebut.

Pria yang memiliki badan ramping dan bahu bidang berkulit kuning langsat itu melenggak-lenggokkan tubuhnya di depan kaca, memperhatikan setiap inch dari pantulannya, tak lupa ia menggunakan bando fox ears yang juga dibawanya, dan membuka kacamatanya, meletakkannya di depan kaca meja rias.

What do you think?” tanya Wonwoo menatap Mingyu yang sudah menggunakan bathrobe putih, dan berdiri di depan pintu kamar sembari menyilangkan kedua tangannya di dada, menatap tubuh kekasihnya dari atas hingga bawah — menelanjanginya. Wonwoo menghampiri sang dominan dan memeluknya, Mingyu hanya mengelus lengan mulus pria manis itu perlahan dengan jari-jemari gemuknya lembut sebagai jawabannya.

Pria yang lebih tua mengecup lembut bibir kekasih mungilnya itu, “Kamu selalu cantik.” jawabnya.

“Kalau dari mantan kamu?” tanya Wonwoo iseng, ia teringat chat Mingyu yang akan membicarakan tentang mantan kekasihnya dulu.

“Kuping serigalanya juga cocok sama kamu, sayang. Gemes.” Mingyu seolah mengacuhkan pertanyaan Wonwoo. Belum ingin ia membahasnya. Kemudian, pria tampan itu menatap kekasihnya dengan lembut, melumat ranum pria manisnya, dan begitupun sebaliknya, Wonwoo bahkan sudah iseng menggoda sang daddy dengan lidahnya yang mengajak Mingyu untuk bermain. Mereka awali malam yang akan panjang itu dengan ciuman dalam.

Mingyu menggendong tubuh Wonwoo ala bridal ke atas double bed di kamar utama, meletakkan pria manisnya dengan lembut di sana, dan kembali menyatukan kedua bilah bibir mereka, saling melumat hingga bertukar saliva seolah dunia hanya dihuni oleh mereka berdua. Mingyu mengukung pria manis itu di bawahnya, seolah tak boleh ada seorangpun yang bisa mengambilnya.

“Gemesan aku atau mantan kamu?” tanya Wonwoo sembari mengelus surai gelap Mingyu, membersihkan bibir pria yang lebih tua dari saliva mereka yang sudah bercampur.

“Selalu kamu, jawabannya.” jawab Mingyu sembari memeluk tubuh Wonwoo, dan menghirup wangi amber vanilla fragrance dan plum dari parfume Tom Ford favorit pria manis di bawahnya.

Mingyu mengecap leher putih mulus dan menyisakan beberapa hickeys sebagai jejaknya di sana, dengan jemarinya yang menjelajahi tubuh bagian depan Wonwoo, mendengarkan lembut desahan si manis yang seolah mengundang pria yang dewasa untuk menyentuhnya lebih.

“Hhh— daddy, tunggu — tungguu sebentarrr—” kata Wonwoo diantara desahannya ketika Mingyu sudah memijat dan memainkan puncak dadanya.

Ia mendorong tubuh Mingyu, meminta pria itu melepaskan pelukannya. Mingyu menuruti pria muda bermanik rubah yang langsung berdiri dan berjalan ke arah koper yang sudah tertidur di lantai. Mingyu mengambil posisi dengan duduk sembari menyenderkan tubuhnya di headboard tempat tidur, matanya menatap kagum dan memperhatikan lenggokan tubuh Wonwoo yang hanya menggunakan kain tipis di hadapannya. Bahkan, dari ia menatap sekarang, punggung dan bokong sintal Wonwoo hanya terhalang oleh tali-tali tipis di sana.

“Nyari apa, Baby?” tanya Mingyu, seolah sudah rindu ingin baby foxy-nya kembali ke pelukannya saat itu juga.

Something.” jawabnya singkat.

“Cepetan, sayang, saya kangen.” jawab Mingyu sembari memijat kejantanannya pelan.

“Sabar, daddy.” kata Wonwoo, kembali berjalan menghampiri Mingyu yang duduk santai di atas tempat tidur setelah mendapatkan apa yang si pria bermanik rubah itu cari.

Wonwoo menaiki double bed dan segera duduk di atas paha kekar Mingyu yang masih menggunakan bathrobe-nya. Tanpa izin, pria bermanik rubah itu memasangkan dasi sebagai penutup mata yang barusan ia ambil untuk menutupi indera penglihatan kekasihnya. Mingyu memegang dasi yang bertengger menutupi matanya.

“Sayang? Saya ngga bisa lihat apapun lho ini.” panggil Mingyu.

“Iya, sengaja.” kata Wonwoo berbisik kepada Mingyu, dan menjilati pelan daun telinga pria yang lebih tua itu. “Rasain aja, daddy.” lanjut Wonwoo.

Remaja itu mulai dengan menyisir surai gelap Mingyu, lalu mengecup daun telinganya hingga Mingyu merasakan bulu kuduknya berdiri, kemudian turun ke rahang tegas om om di hadapannya, lalu menginvasi bibir Mingyu, pria yang tertutup matanya tersebut membalas ciuman Wonwoo, namun, remaja itu justru menggigit bibir orange itu dengan gemas. Pindah ke dagu Mingyu, dan memberikan bekas merah muda pada bagian leher jenjang berwarna sawo matang itu. Perlahan namun pasti, jari-jemari anak berumur delapan belas tahun yang lentik mulai menelusup masuk ke dalam bathrobe putih dan menjelajahi tubuh Mingyu, bahkan terkadang Mingyu tersentak kaget merasakan tangan kesayangannya bermain pada puncak di dadanya.

Setelah senang dan puas bermain di sana, Wonwoo turun dari tempat tidurnya, lalu mengambil kagel balls yang Mingyu bawakan untuknya, mengoleskan pelumas yang memang sudah ia bawa, kemudian menghidupkan vibrator pada benda dengan dua bulatan seperti bola itu.

“Ssssshhh—” desis Wonwoo ketika ia memasukkan satu bola pada kagel yang bergetar di antara tali lingerie tipis yang menutupi lubang belakangnya.

“Kenapa, sayang?” tanya Mingyu, ia terduduk tegak, khawatir ketika mendengar remajanya berdesis sedikit jauh dari jangkauannya.

“Nghhhh— ngga apa-apa, daddy — mphh—” desah Wonwoo terdengar lagi, ia masih mencoba memasukkan bola kagel keduanya agar benda itu masuk sempurna di dalam lubang hangatnya.

“Saya buka ya dasinya? Saya ngga bisa lihat apa-apa. Kamu kenapa?” tanya Mingyu, iya, ia masih khawatir apa yang terjadi pada kekasih mudanya.

“Ngga apa-apahh.” Wonwoo jalan dengan kagel yang sudah berhasil tertanam di dalam lubangnya, hanya menyisakan potongan karet silikon berwarna lylac yang nantinya akan berfungsi untuk mengeluarkan kagel di dalamnya.

Getaran dari benda bergetar itu membuat darah Wonwoo berdesir ke arah selatannya. Miliknya mengeras perlahan. Ia kembali ke atas tempat tidur, dengan sedikit gelisah.

Daddy—hh?” panggil sang kekasih mesra dengan suaranya yang menggoda disela desahannya, Mingyu sadar bahwa Wonwoo sudah melepas tali pada gaun handuk putih yang ia gunakan, dan merasakan semriwing angin pada bagian bawahnya karena sudah tak terlapisi apapun, Wonwoo perlahan memegang benda berurat itu dengan kedua tangannya.

Yes, baby? Hmm?” jawab Mingyu dalam gelapnya, merasakan miliknya sudah dipegang tangan lentik pria bermanik rubah miliknya.

“Cinta pertama kamu waktu di California, pernah giniin kamu?” tanya Wonwoo sembari memasukkan benda berurat milik Mingyu tanpa ragu ke dalam mulutnya. Erangan pelan keluar dari mulut sang pria tampan ketika merasakan ada sesuatu yang hangat menjalar di selatannya. Desahan dua sejoli itu saling bersahutan.

Belum ada jawaban dari pertanyaan pertama, kini pertanyaan Wonwoo berubah. “Atau dulu dia sering manjain kamu gini? Hmm?” tanya Wonwoo menjilat kedua tersticles Mingyu dan kejantanannya dari ujung hingga pangkal, memanjakannya. Benda berurat itu semakin mengeras, “Aahh— lebih cepet baby.” kata Mingyu diantara desahannya.

“Jawab dulu.” pinta Wonwoo dengan tangannya masih memijat benda itu dengan teratur.

“Tapi saya boleh buka dasinya? Saya ngga bisa liat kamu.” tanya Mingyu diantara desahannya. Ia sudah sedikit frustasi karena tidak dapat melihat langsung betapa binal kekasihnya, ia hanya mampu membayangkannya di dalam pandangannya yang gelap.

“Ngga boleh, daddy—” jawab Wonwo sembari mengecup ujung benda yang sudah mengeluarkan pre-cum itu. “Gimana rasanya waktu aku sepong kamu? Enakan aku atau cinta pertama kamu?” tanya Wonwoo masih melakukan kegiatannya.

Baby Kamu— aahhs — lebih cepet, sayanghhh—” pinta Mingyu, kini ia sudah menikmati setiap inchi dari sentuhan sang kekasih. Wonwoo tersenyum dan menyudahi pijatannya.

“Sayang?” tanya Mingyu ketika merasakan kekasihnya malah beranjak dari tempatnya, Wonwoo tertawa dan duduk di lahunan Mingyu, mengapit kedua paha kekar pria yang lebih tua di bawahnya.

“Iyaahhh, daddy?” tanya Wonwoo sembari menggesekkan selatannya yang sudah ia keluarkan dari bahan lace-nya akibat sesak efek stimulus yang ia dapatkan, baik dari kagel, ditambah lagi dengan kegiatan-kegiatan yang ia lakukan tadi — dengan milik Mingyu.

“Mau liat kamu.” kata Mingyu disela desahannya ketika mendapatkan rangsangan lain dari pria manis di atasnya, ia sudah merengkuh pinggang ramping Wonwoo, dan mulai meraba bokong sintalnya.

“Kamu udah pake kagel?” tanya Mingyu sedikit kaget ketika merasakan ada buntut silikon saat ia meremat bokong si manisnya. “Pinter banget, lacurnya siapa?” tanya Mingyu masih mendesah sembari memukul pelan pantat putih bersih Wonwoo hingga berbekas merah jambu karena pukulannya, dan kemudian merematnya gemas.

“Aah— lacurnya, Kim Mingyu.” jawab Wonwoo sembari membusungkan dadanya.

Setelah merasa puas menggesekkan kepemilikannya dengan Mingyu, Wonwoo menghentikan gesekannya, dan membuka dasi yang menutupi mata pria yang lebih tua darinya. “Baby foxy lebih suka tangan sama lidah Om Mingyu dari kagel.” bisik Wonwoo.

Wonwoo langsung telentang di samping Mingyu dan membuka lebar kedua kakinya, hingga pria yang lebih tua itu dengan jelas melihat kekasihnya yang menggunakan kain berbahan lace tipis dan lubang Wonwoo yang penuh karena sex toy yang sedari tadi sudah berada di dalam sana.

“Lacurnya Kim Mingyu nakal banget.” kata pria itu sembari Mingyu menanggalkan bathrobe-nya dengan benar dan membuang gaun handuk itu sembarang. Kini ia sudah berada di tengah-tengah kaki Wonwoo yang terbuka lebar. Menatap kagum tubuh ramping itu dengan balutan lingerie yang berantakan, lace tipis yang sudah tidak mampu menampung kejantanan Wonwoo di selatannya, hingga benda berurat itu keluar dari tempatnya, tali belakang yang seharusnya berada dilipatan pantatnya pun tidak di sana lagi, tali yang berada pada bagian atas lingerie-nya sudah terjatuh ke lengan mulus kekasihnya.

Wonwoo menarik jari-jemari gemuk Mingyu, menjilatinya, menghisapnya, lalu ia membawa ke lubangnya yang sudah terisi penuh toys sex berwarna lylac di dalamnya, dan menuntut jari itu untuk menambahkan sensasinya. Tubuh Wonwoo sudah dibasahi keringat dan hawa nafsu yang tak ingin lagi ia bendung malam ini, begitupun dengan Mingyu.

“Gimana rasanya? Aku? Atau mantan kamu?” tanya Wonwoo yang sedang memilin kedua nipplesnya dengan suara yang sensual ketika jari Mingyu sudah masuk ke lubangnya, terlebih lagi ketika Mingyu melepaskan kasar kagel dari dubur-nya. Erangan erotis Wonwoo menggema di dalam caravan itu, nafsu birahi pria yang lebih tua meningkat pesat hingga ke puncaknya.

“Kamu.” jawab Mingyu, mendekap tubuh ramping itu, lalu mengelap lembab kening kekasihnya, dan memberikannya lumatan-lumatan penuh nafsu.

Mingyu menjelajahi tubuh depan Wonwoo dengan bibirnya, suara kecupan demi kecupan terdengar hingga Mingyu sudah berada di bawah sana, bertemu dengan lubang Wonwoo yang berkedut dan basah efek kagel. Lidahnya bermain dipinggir lubang berkerut milik Wonwoo, lalu, sesekali memasukkan lidahnya ke lubang manis itu, membalas dendam atas kelakuan si pria muda.

Tanpa ragu, Mingyu memainkan penis-nya di depan lubang Wonwoo, memasukkan kepalanya lalu mengeluarkan lagi, membuat Wonwoo tampak frustasi.

Daddy, masukin aja, please!” rengek Wonwoo ketika merasakan Mingyu yang sedang menjahilinya.

“Jangan nangis ya?” tanya Mingyu semakin melebarkan kaki Wonwoo.

“Masukin aja, mau titit daddy banget.” rengeknya. Dan seperti yang sudah-sudah, Mingyu selalu mengabulkan keinginan remajanya itu, seperti saat ini. Mingyu akan menelusupkan penisnya.

“Jadi, mantan kamu? Nghh—” tanya Wonwoo. “Mau denger— ahh—” desahan Wonwoo menggila ketika Mingyu dengan sengaja perlahan memasukkan benda berurat miliknya ke dalam lubang Wonwoo.

“Mantan saya—” Mingyu berusaha menjawab diantara erangannya. “Dia masa lalu saya, baby.” Mingyu masih mendesah diantara setiap kalimatnya.

“Hhh— Ayo, cerita—” rengeknya sembari mendesah merasakan kejantanan Mingyu yang sudah mulai masuk setengahnya.

“Mau saya cerita sambil di ewe gini? Hmm?” tanya Mingyu, menekan pinggulnya dan memasukkan seluruh kejantannya ke dalam lubang Wonwoo yang sudah siap karena kagel sebelumnya. Mulut Wonwoo mengeluarkan desahnya, dan terbuka sembari mendesah keenakan karena serangan dari sang daddy.

Sebelum ia menggoyangkan pinggulnya, Mingyu melumat bibir ranum pria yang sudah tak berdaya di bawahnya. Wonwoo mengalungkan kedua tangannya di leher Mingyu, mengelus surai gelapnya dan mereka berdua tenggelam di dalam ciuman yang dalam, serta panjang.

“Mau! Ancurin aku, daddy.” kata Wonwoo dengan nafasnya yang tersenggal diikat nafsu.

“Ancurin kamu? As you wish, kalau gitu saya gerak?” tanya Mingyu dengan consent. Wonwoo memulai dengan menggerakkan pinggulnya, memberi lampu hijau untuk pria yang lebih tua dua puluh tahun darinya untuk bergerak juga.

Soohhh— your aahhh— exxhh?” tanya Wonwoo sembari meraba perut six pak Mingyu dan menikmati gerakan Mingyu.

I love him back then.” pria yang lebih tua itu mulai bercerita, sembari mengecup leher jenjang Wonwoo yang kini sudah telentang di bawahnya, sembari bergerak maju-mundur menusuk anal Wonwoo di belakang sana.

“Lebih dalem, Dad.” pintanya, Wonwoo kembali perlahan menggoyangkan pinggulnya berlawanan dengan arah gerakan Mingyu.

“Iyaahh—” jawab Mingyu. “Namanya Yoon Jeonghan, baby.” lanjutnya sembari mendesah, menekan kejantanannya hingga mengenai sweet spot Wonwoo. Pria muda itu semakin merasa gesekan yang terdapat dalam dinding anusnya dan selalu membuatnya menggelinjang keenakan.

“Tapi, mama saya ngga setuju karena dia berbeda.” cerita Mingyu disela-sela deruan erangannya. “Lubang kamu— enak banget!” pria yang lebih tua itu terdistraksi dengan lubang Wonwoo yang sangat pas dengan miliknya.

Suara tabrakan kulit lembab itu menjadi backsound Mingyu bercerita malam ini.

“Ya Tuhhh—aann, sebentarrr— aku mau keluarrr—” sela Wonwoo ketika Mingyu bercerita. Mingyu seolah tak ingin menghentikan gerakannya, membuat Wonwoo tak mungkin mengacuhkan nikmat duniawi yang disuguhkan sang Daddy.

“Aassshhhh— disitu daddy lebih dalem lagiiingg— nghhh— enak bangetttthhh” desah Wonwoo yang di balas dengan senyuman yang tersungging dari bibir Mingyu.

And there’s Karina—” lanjut Mingyu, “She’s my childhood friend—hhh” Mingyu mulai mempercepat temponya, dan Wonwoo mulai mengepalkan lubang anus-nya. Wonwoo sudah mulai semakin gelisah. “Dan dia suka saya sejak di SMA.” Mingyu mulai semakin dalam memasukkan miliknya, dan semakin merasakan lubang Wonwoo memijatnya.

Kaki Wonwoo mulai bergetar ketika ia merasakan stimulus Mingyu yang gila-gilaan pada lubangnya. Tak lama, cairan kental berwarna putih miliknya keluar tanpa tersentuh siapapun, dan Mingyu tetap melakukan kegiatannya dengan gerakan yang semakin cepat, dan dalam.

“Kenceng banget, sayanghhhh—” erang Mingyu, membuat anak muda semakin meliuk-liuk, dan mendesah tak karuan. “Dia adik kelas saya.” lanjut Mingyu masih menjelaskan di sela-sela kegiatan bersenggama mereka.

“Terussshhh— hngg?” tanya Wonwoo, ia menikmati semua pemberian Mingyu sembari berusaha tetap mendengarkan apa yang kekasihnya itu ceritakan. “Di dalem aja — anghh” desah Wonwoo semakin tak karuan ketika merasakan penis Mingyu mulai berkedut ingin mengeluarkan putihnya. Mulut Mingyu terdiam dari ceritanya, ia sedang menikmati anus Wonwoo dan puncak nikmatnya yang sebentar lagi keluar.

Hangat, itu yang kini Wonwoo rasakan. Mingyu sudah melepaskan semen-nya hingga tetes terakhir di dalam sana, lalu memeluk Wonwoo dan dibalas oleh pria manis itu, tubuh mereka yang lembab saling berpelukan.

“Enak banget, mau lagi.” bisik Wonwoo dengan suara yang mulai serak karena ronde pertama mereka. Mingyu tersenyum, lalu kembali membawa Wonwoo ke dalam lumatannya.

“Kamu mau di atas?” tanya Mingyu, Wonwoo mengangguk. Mingyu melepas tautan mereka di bawah sana. “Boleh, sayang, naik sini.” pria yang lebih tua itu membawa kekasihnya ke atas tubuhnya, Wonwoo duduk di perut Mingyu kali ini.

“Buka aja, sayang, saya lebih suka lihat kamu ngga pake apa-apa.” kata Mingyu meminta Wonwoo untuk melepaskan lingerienya yang sudah tak karuan lagi bentuknya. Remaja itu menurutinya.

Mingyu merubah posisinya, kembali bersandar lagi ke headboard tempat tidur, lalu, membawa Wonwoo untuk duduk di antara kedua kakinya yang sudah terbuka lebar, dan badan remaja itu membelakanginya. Wonwoo duduk bersandar pada dada bidang prianya sembari mengunci kakinya dengan milik Mingyu, sehingga kakinya pun sudah terbuka lebar. Mingyu memeluk perut Wonwoo.

“Terus, Om Yoon Jeonghan sekarang di mana?” tanya Wonwoo, ia mendekap tangan Mingyu yang sudah melingkar di perutnya. Mingyu mengecup tengkuk Wonwoo perlahan, namun meninggalkan bekas nyata, berwarna merah jambu keunguan di sana.

“Saya juga ngga tahu. Waktu itu kita udah tinggal bareng, di suatu pagi saat saya bangun, dia udah ngga ada di sana. Jeonghan menghilang.” jawab Mingyu, sembari mengelus paha Wonwoo mesra.

“Kamu ngga nyari dia?” tanya Wonwoo, sembari memainkan jari gemuk kekasihnya yang masih berada di paha mulusnya.

“Selalu, saya mencari dia selama di sana, sampai saya harus pulang ke Indonesia.” jawab Mingyu, sambil memainkan tangannya di testicles Wonwoo, pria manis itu menahan rasa gelinya. “Setiap mencari Jeonghan, entah mengapa hasilnya selalu nihil, bahkan informasi dari Joshua seolah tidak akurat.” cerita Mingyu, Wonwoo memiringkan tubuhnya untuk dapat menatap pria di belakangnya, lalu mengelus rahang pria itu. Wajahnya tampak sedih ketika mengingat cinta pertamanya, Mingyu seolah kembali ke 15 tahun yang lalu dimana ia mencari cinta pertamanya ke sana dan kemari. Wonwoo mengecup bibir sugar daddy-nya, agar Mingyu tahu ada dia di sana bersamanya saat ini.

So, is that the reason why you married Tante Karina?” tanya Wonwoo.

“Bukan alasan, tapi sebuah keharusan, mereka bahkan mengancam bahwa saya benar-benar bisa membahayakan Jeonghan dan masa depannya bila masih memberontak.” jawab Mingyu. “Under pressure itu datang dari mama dan keluarga.” lanjut pria tampan itu.

“Joshua saksinya.” Mingyu mengecup pipi pria muda direngkuhannya. “Saya takut kamu harus menghadapi mereka, I will take you away from them.” lanjut pria tampan itu, ia mengelus pipi Wonwoo.

“Jadi, itu alasannya aku harus kuliah di Melbourne atau Sydney?” tanya Wonwoo, Mingyu mengangguk. Wonwoo mengecup bibir pria yang lebih tua itu, tanda mengerti.

After that akhirnya you fell in love with Tante Karina until Woozi was born?” tanya Wonwoo, penasaran.

“Lebih tepatnya, trying really hard to love her, and act like a good husband, sampai kamu datang.” jawab Mingyu, mengecup bibir Wonwoo. “Terima kasih sudah menumpahkan kopi di kemeja saya waktu itu.” lanjut Mingyu, mengecup kembali bibir tipis Wonwoo, kali ini dengan lumatan, hingga permainan lidah yang membuat Wonwoo kembali mabuk kepayang.

“Sekarang, masih sayang sama Om Jeonghan?” tanya Wonwoo sedikit mendesah ketika Mingyu mulai memainkan nipples-nya dan mengecup leher jenjangnya.

“Dia sudah menjadi masa lalu saya, cuma kamu masa depan saya, baby foxy.” jawab Mingyu. “Saya sayang kamu.” lanjutnya.

“Ahmm — Sayang daddy juga.” desah Wonwoo ketika Mingyu mulai memaikan bagian selatannya.

Dan dari titik itu, mereka melanjutkan ronde kedua pada malam pertamanya di caravan hingga fajar di daerah Puncak mulai datang, bunyi burung yang bernyanyi dan cahaya yang masuk dari sela-sela jendela pada kamar hotel yang mereka tempati, menjadi saksi pelampiasan hasrat mereka.