You’re, I'll keep choosing you
tw: NSFW, mature and details explicit content, blowjob, dirty talk, have sex, safe sex, patting, rhimming, etc.
Jam meja di nakas salah satu room suite hotel itu sudah menunjukkan jam 9 malam, sembari menunggu kekasihnya yang belum juga kunjung datang, pria manis berbusana white satin robe tanpa menggunakan sehelai kain lain itu kini sedang mengolesi body lotion di kedua kakinya yang sudah ia cukur bersih, lalu, ke kedua tangannya yang mulus secara bergantian. Si dia mendengar seseorang membuka kunci pintu kamar hotelnya dan suara prianya sedang berbicara dengan orang di depan pintu, tak lama terdengar langkah yang sudah cukup ia hafal. ‘He’s here!’ katanya dalam hati dan tersenyum, beranjak dari tempatnya, menghampiri pria yang sudah ia tunggu.
“Hai!” sapa pria tampan yang lebih tua darinya sembari tersenyum sedikit letih ketika melihat kekasihnya berjalan dengan anggun ke arahnya. Wonwoo membalas senyuman pria itu masih sambil berjalan, semakin mendekat.
“Hai, ganteng.” katanya sembari tersenyum dan melingkarkan kedua tangannya di leher pria yang lebih tua darinya sembari mengelus ujung surainya.
“Aku udah minta Chan pulang. Now, just the two of us.” katanya sembari tersenyum, merapihkan surai Wonwoo ke belakang telinga, mengelus lembut daun telinga kekasih manisnya dengan ibu jari.
“How’s your day, Kitty?” lanjut Mingyu sembari menggendong kekasihnya ke dalam pelukannya, Wonwoo yang kini sudah berada di dekapan sang kekasih, memberikan senyuman manisnya dan mengaitkan kedua kakinya di pinggang kokoh milik Mingyu. Si dia lalu mengecup ranum pria yang lebih tua darinya sekilas, dan mulai menceritakan kegiatannya hari ini.
“So so, tadi as you know, aku shooting for my own Youtube channel, terus, makan sama kru videographer, Kak Kwan dan Chan. Habis itu, aku ngobrol sedikit sama Kak Kwan untuk projek kecil-kecilan, aku mandi, nungguin kamu ke sini, and now I’m in the most comfortable place.” jawab Wonwoo sembari mengelus surai gelap kekasihnya itu. “How about you?” tanyanya, menatap manik elang kekasihnya yang masih berbinar.
Mingyu membawa kekasihnya ke dalam kamar utama suite room tersebut dan mendudukkan tubuhnya di salah satu ujung tempat tidur, dengan Wonwoo yang kini sudah berada dipangkuannya.
“Same here, so so, meeting for the new recruitments, terus kamu bikin kekacauan di social media, so do I, terus aku diomelin but I don’t care, meeting lagi, baca e-mails, make a lot of decisions, and the worst thing is I really miss you.” jawab Mingyu, sembari menarik salah satu tali robe yang merumbai pada pita satin di bagian perut yang Wonwoo gunakan malam ini.
“I really miss you too, handsome.” jawab Wonwoo sembari melepaskan dasi yang sudah sedikit longgar di leher Mingyu, sedangkan tangan Mingyu sudah berjalan perlahan mengelus selangkangan pria yang berada di atasnya, lalu menuju kedua bongkahan pada pantat sang kekasih, mengelusnya di sana.
Ini pertemuan pertama mereka setelah dua minggu terpisahkan jarak, karena belakangan ini Mingyu sangat sibuk dengan urusannya yang sangat banyak, dan Wonwoo sedang mencoba bangun kembali dari keterpurukan yang menghajar karirnya. Rindu? Tentu saja. Mereka hanya bisa berbicara di telepon saat malam sampai tertidur hingga tersadar di paginya. Lalu, mereka kembali sibuk lagi dengan pekerjaan masing-masing.
“Are you hungry, ganteng?” tanya Wonwoo dengan mata yang mulai sedikit sayu karena sentuhan-sentuhan lembut Mingyu mulai melemahkan fungsi tubuhnya.
“Not yet, but I want to swallow you up, Kitty.” jawab Mingyu semakin meremat bongkahan Wonwoo di belakang sana.
“Mhm,” desah Wonwoo pelan, membalas tatapan dalam manik elang tegas pria yang sedang metapanya nyalang, tak perlu waktu yang lama untuk pria manis itu menyatukan kedua bilah bibir mereka untuk berpagutan, saling tebuai dengan bunyi kecapan karena penyatuan bibir mereka.
“Aku bau ngga? Should I take a shower first?” tanya Mingyu dengan suara berbisik setelah Wonwoo menyudahi ciuman itu untuk mengambil nafas sebentar.
“Ngga kok, I love the smell of you coming home from work, very intimidating.” bisik Wonwoo, “And torturing me, making this even harder.” lanjutnya sembari membawa telapak tangan kekasihnya ke tengah selangkangannya, memintanya dengan gerakan untuk menyentuh kejantanannya yang mulai mengeras. Ia rindu sentuhan Mingyu. He’s craving for his boyfriend’s touch.
“Can you feel it, yanghh? Mphh—” tanya Wonwoo sembari mendesah ketika Mingyu perlahan mulai mengelus miliknya, pria tampan itu tersenyum melihat kekasihnya, sesekali menatap ke benda yang sedang ia elus perlahan,
Tubuh depan milik Wonwoo sudah terekspos setelah Mingyu menarik pita pada tali satinnya tadi, lalu, pria tampan itu tak segan-segan untuk menanggalkan satu-satunya kain tipis yang Wonwoo gunakan malam ini, membiarkan sehelai kain itu jatuh ke atas karpet di kamar hotel yang menutupi lantai. Mingyu kemudian membanting pelan tubuh putih mulus milik Wonwoo ke sampingnya, si dia terbangun untuk menanggalkan jas yang sedari tadi masih ia gunakan, melempar dasi yang sudah Wonwoo buka simpulnya, membuka tiga kancing teratas kemeja putihnya, dan menyingsingkan lengan panjang pada kemejanya secara acak. Tanpa berkedip mata Mingyu dan Wonwoo saling bertemu saat proses itu terjadi, they tease each other without saying anything, just by the staring. They know, they want each other.
Mingyu membuka lebar kedua kaki putih mulus Wonwoo yang sudah telentang di atas tempat tidur dan masih menatap ke arahnya seolah ingin melihat apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Kemudian, tanpa ragu ia menarik sedikit tubuh Wonwoo untuk mendekat, dan sang pria tampan itu berlutut di depan benda panjang tak bertulang yang mulai menegak. Si dia kecup paha kencang yang selalu workout di gym itu bergantian dari kaki kanan ke kaki kiri, kemudian sebaliknya, sampai ke ujung dalam selangkangan Wonwoo dan memberinya tanda kemerahan di sana. Wonwoo tersenyum geli dengan belaian bibir plum yang sedikit basah di pahanya, hingga desahan nikmat memanggil nama Mingyu lirih ketika merasakan gigitan kecil dan hisapan dalam kekasihnya di bawah sana.
“Hngg— Gyuhh—” desah pria manis itu mencengkeram seprai putih di sampingnya saat merasakan rongga hangat dan benda basah tak bertulang milik kekasihnya sudah menyelimuti kejantanannya. Mingyu tentu saja menikmati suara yang terdengar sangat sexy dari bibir kekasihnya, ia semakin bermain-main di bawah sana, sembari meremat pinggang Wonwoo, lalu mengelus tubuh bagian depan prianya dari perut bagian bawahnya, naik ke bagian atas, jari-jemari besar Mingyu menemukan dua tonjolan kecil yang mengeras di bagian dada kekasih manisnya, tanpa ragu ibu jari dan telunjuknya bermain di kedua nipples itu.
“Aaaahhh— sayang— hngg— that feels ahmazinghh—” desah Wonwoo ketika prianya itu mengabsen kejantanannya dengan lidah basah di bawah sana serta rangsangan yang bersamaan pada dadanya. Lumatan pada kejantanan Wonwoo semakin lama semakin acak, desahan serta erangan pria yang lebih muda semakin menjadi, bagaikan irama merdu malam ini hingga yang lebih tua itu semakin semangat mamasuk dan mengeluarkan benda berurat di bawah sana dari mulutnya, hingga kejantanan si manis menegang sempurna.
“Haaa— fuck Mingyu, aahhh aahhhh stophh aaahhhh ssss I’m cumming, baby.” Wonwoo menjambak rambut Mingyu untuk melepas lumatannya yang disertai dengan erangan panjang dan kaki yang bergetar hingga Mingyu-pun dapat merasakannya dan semakin membuka lebar kedua kaki kekasihnya — menahan kedua paha dalam itu dengan lengannya yang kekar. Desahan Wonwoo semakin acak, Mingyu tidak ingin kalah, mengacuhkan jambakan pria manisnya dan semakin meremat pinggang Wonwoo, seakan ingin memakan benda itu semakin dalam. Wonwoo menyerah, si dia mengeluarkan cairan putih pekat nan lengket di dalam rongga kekasihnya yang masih menanam penis miliknya. Rasa ngilu menjalar dalam tubuh Wonwoo, ia masih mengeluarkan putihnya yang cukup banyak.
Mingyu membersihkan bibirnya dari cairan putih yang sempat lolos, mengecup benda yang lunglai itu, lalu, menidurkan dirinya di samping Wonwoo yang masih mengatur nafasnya dengan kasar karena pelepasannya yang pertama.
Setelah mengecup bibir Wonwoo, ia merapihkan surai Wonwoo yang sudah mulai basah oleh peluv dan berkata pelan, “Kangen.” bisiknya.
Wonwoo memiringkan tubuhnya, “Hhh— Me too, I woke up wet this morning saking kangen sama kamu.” jawab pria manis itu sambil mengelus pipi Mingyu dengan satu tangannya, lalu mengelap kening Mingyu yang sedikit lembab.
“I'll make you even more wet tonight, sayang.” jawab Mingyu dengan senyum miringnya.
“Can’t wait, daddy.” tantang Wonwoo dengan tawanya.
Mingyu menarik tubuh Wonwoo semakin mendekat, lalu mulai memgecupi seluruh wajah si dia yang manis, dari kening hingga terhenti cukup lama di bibirnya, menyatukan dua ranum mereka, saling melumat, hingga bertukar saliva, dan bersilat lidah di sana. Sedangkan jemari Wonwoo yang lentik mulai melucuti kancing kemeja Mingyu satu persatu, menanggalkannya, kemudian mengelus tubuh sixpack berwarna sedikit gelap itu. Memujanya, Wonwoo sangat menyukai kegiatan mereka malam ini.
President Director of Be Model itu membawa satu kaki Wonwoo ke atas pinggangnya, mengelus paha mulus pria di hadapannya hingga ke lubang yang terbuka di belakang sana dan memainkan pinggiran lubang berkerut yang sedikit licin itu dengan jari tengahnya. Tak hanya jari, bibirnya pun mulai mengabsen leher jenjang kekasihnya, memberinya tanda tipis di sana semakin ke bawah, bermain di salah satu collarbones Wonwoo. Pria manis itu hanya mendesah dengan nada erotis dan menikmati sentuhan demi sentuhan yang diberikan, sembari tangannya membuka resleting milik Mingyu dan menyelipkan tangannya ke dalam celana kekasihnya perlahan memijat lembut di bawah sana.
“I want this inside me, Mingyu.” dengan suara sedikit serak Wonwoo berkata sembari memegang kejantanan kekasihnya.
“All yours, sayang.” jawab Mingyu.
Pria itu bangun dari tidurnya, menanggalkan seluruh kain yang sedari pagi ia gunakan, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan miliknya, sedangkan Wonwoo mengambil kondom yang sudah ia bawa, lengkap beserta dengan lubricant favorite mereka berdua dan meletakkannya di samping nakas.
Pria manis itu sedang tiduran dengan tubuh membelakangi kamar mandi, dan menatap layar ponselnya menonton kucing sedang bermain ketika ia merasakan tangan yang setengah basah mulai meremat pantatnya sembari memanggilnya, “Cantik,”
“Udah?” tanya Wonwoo membalikkan tubuhnya dan segera terduduk, menatap pria tampan dengan badan atletis yang tidak tertutup sehelai benang, kini sudah berdiri, sedang memijat kejantannya perlahan.
Mingyu mendongakkan wajah Wonwoo dan kembali melumat bibir si manis. Sang model-pun membantu Mingyu untuk memanjakan kejantanannya dengan mem-blow his boyfriend’s mind with the tongue — blowjob.
“Fuck, kitty— sucks mine harder. Oh, shit your tongue so good!” desah Mingyu dengan suara beratnya saat kejantanannya sudah masuk sepenuhnya di dalam rongga mulut pria yang ia panggil kitty.
“Yes, Jeon Wonwoo.” kata Mingyu saat bibir Wonwoo memanjakan miliknya.
Kini posisi mereka sudah berganti, Mingyu telentang di tempat tidur dengan Wonwoo sudah berada di atas tubuh Mingyu, masih bermain dengan kejantanan pria aries yang cukup besar di dalam rongga mulutnya dan Mingyu sudah menggunakan dua jarinya dengan kondom yang basah dilumuri lubricant sedang bermain dengan lubang berkerut milik kekasihnya yang kini berada di hadapannya. Mingyu tidak ingin mengacuhkan lubang favoritnya, ia kecup lubang yang sudah wangi karena Wonwoo mempersiapkan dirinya dengan baik untuk Mingyu nikmati malam ini, hingga menjilatnya karena terasa sangat manis dan addictive.
“Nghhh—” desahan panjang yang teredam karena mulut yang penuh terdengar saat Mingyu memasukkan dua jarinya yang terlapisi karet silikon tipis dan licin.
“Ah, yes, kitty. Depeer, cantik.” Pinta Mingyu sembari memukul pelan bokong Wonwoo dengan tangan bebasnya. Wonwoo hanya mendesah enak saat Mingyu melakukan hal itu sambil memasuk-keluarkan jarinya dengan pinggul Wonwoo bergoyang tak beraturan, membuat pria yang lebih tua ingin segera mengacak-acak lubangnya hingga pria manisnya tak sanggup berjalan esok pagi.
Kejantanan Mingyu sudah berdiri tegak saat pria itu meminta kekasihnya untuk menghentikan kegiatannya dan tiduran di sampingnya, sedangkan, pria tampan itu bangun lalu memakai kondom tipis yang Wonwoo bawa, melumuri lubricant lagi untuk mengurangi rasa sakit yang akan Wonwoo rasakan.
Mingyu menarik tubuh kekasihnya lebih dekat, mengangkat satu kaki Wonwoo, meletakkannya ke bahu dan dengan perlahan memasukkan kejantanannya ke dalam lubang yang sudah ia pesiapkan sedari tadi.
“Aaaaahhkk!” erang Wonwoo sedikit kesakitan ketika kepala kejantanan Mingyu sudah masuk.
“Tarik nafas, sayang.” pinta Mingyu sembari mengelus perut rata sang kekasih.
Wonwoo menurutinya, ini bukan yang pertama untuk mereka — tentu saja, tapi mereka selalu merasakan perasaan yang sama seperti ketika mereka melakukan hal ini untuk pertama kalinya dan saling menginginkan tubuh satu serta lainnya setelah hari itu. Detak jantung mereka yang berdegup kencang saling beradu, dan perut yang tergelitik karena dipenuhi kupu-kupu beterbangan.
“Go on, Gyuuh—” kata Wonwoo ketika ia merasa sudah siap menerima seluruh kejantanan milik kekasihnya di dalam sana.
“AAAAHHH— AHHHHH— Hngggg—” erangnya ketika Mingyu memasukkan seluruh miliknya dan langsung menggoyangkan pinggulnya masuk keluar di dalam lubang itu. Mereka berdua mendesah saling memanggil nama hingga pet name yang mereka miliki, tubuh yang semakin lengket karena keringat, suara kecapan kulit lembab yang bertabrakan yang semakin lama semakin intens terdengar, berantakan.
“Oh shit! Don't clench your hole, baby.” kata Mingyu saat mereka sudah menggunakan gaya missionary agar ia dapat mencapai titik manis Wonwoo dengan mudah.
“Aaaah, aaahhh, there, hand—nghh—some— Oh my Godhhh aaaah— you’re so big.” desah Wonwoo ribut ketika Mingyu berulang kali menabrakkan kejantanannya dengan sweet spot milik pria manis itu, tumbukkan yang semakin dalam seolah lubang Wonwoo menelan habis kejantanan kekasihnya itu.
“Don’t stoohoop— yes— aaahng~”
“Here, ehhh — right?” tanya Mingyu yang dibalas anggukan Wonwoo yang sedang menggeliat di bawah sana.
“Gyu, I want to cumhhhh aaah aaahhh—” katanya, Mingyu mengangkat kedua tangan Wonwoo ke atas, dan semakin mempercepat gerakannya di bawah sana, hingga kaki Wonwoo kembali bergetar ditambah dengan erangan-erangan yang membuat kejantanan Mingyu semakin sesak di dalam sana. Kejantanan Wonwoo kembali mengeluarkan putihnya tanpa tersentuh, hingga membasahi perutnya dan perut sang kekasih.
Mingyu tersenyum miring saat melihat kekasihnya itu masih mengeluarkan putihnya dengan wajah yang merona. Sangat cantik hingga ia semakin ingin mengacaukannya.
Pria tampan itu masih menggoyangkan pinggulnya tanpa lelah, hingga Wonwoo merasakan kejantanan sang kekasih kini sudah sedikit demi sedikit membesar, “Sayanghhhh—” panggilnya diantara desahannya.
“Youhh aaahh can — aaahh — come inside me, please.” pinta Wonwoo terbata di antara erangannya, dan Mingyu menuruti perintah sang kekasih, ia mengeluarkan kejantanannya dari dalam sana untuk melepaskan kondomnya, dan kembali menanam semua miliknya ke dalam lubang kesukaannya itu, menggoyangkannya kembali, kali ini Wonwoo membantunya dengan menggoyangkan pinggulnya berlawanan arah dengan gerakan Mingyu.
Kini benda berurat di dalam sana sudah semakin membesar dan berkedut, seolah ingin mengeluarkan seluruh isinya. “Nghhhhhhhhh—” erangan panjang dengan suara berat Mingyu menandakan ia mengeluarkan semen-nya di dalam sana dan hangat yang Wonwoo rasakan memenuhi lubangnya.
Tersisa nafas berat keduanya dengan peluh membasahi seluruh tubuh mereka yang tak terbungkus sehelai kain, seolah AC di dalam kamar itu tidak berfungsi — malam ini. Mingyu mencabut miliknya perlahan ketika sudah tak ada yang ia keluarkan. Melemparkan senyumnya dan kembali melumat ranum pria yang ada di bawahnya.
“Love you, cantik.” ucapnya.
“Love you more, ganteng.” balasnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi kurang beberapa menit, Wonwoo dan Mingyu sudah membersihkan tubuhnya dari kekacauan yang hawa nafsu mereka sebabkan. Masih tanpa menggunakan sehelai kainpun di bawah selimut tebal hotel, kini mereka sudah saling berpelukan di atas king bed kamar utama suite room itu. Wonwoo tiduran sembari membaca buku novel yang ingin ia selesaikan dengan menjadikan lengan kanan Mingyu sebagai bantalnya, tangan kanan itu mengelus surai kekasihnya sembari Mingyu menonton televisi yang menyala dan ponsel di tangan bebas lainnya.
“Cantik,” panggil Mingyu.
“Hmm?” jawab Wonwoo yang masih diasyikkan dengan kegiatannya.
“Aku boleh ke New York?” tanyanya. Wonwoo segera mengalihkan pandangannya kepada sang kekasih, begitupun Mingyu, mereka saling bertatapan.
“Ji Eun mangkir dari panggilan NYPD, aku kayaknya harus ke sana.” lanjutnya. Wonwoo dengan segera menggelengkan kepalanya.
“Kenapa?” tanya Mingyu.
“Ngga mau ditinggal kamu, kalau kamu ke sana aku ikut.” jawab Wonwoo.
“Bahaya, sayang.” kata Mingyu sembari mengelus lembut surai kekasihnya itu.
“Nah, itu kamu tau.” jawab Wonwoo. “Aku ngga mau kamu ngadepin Ji Eun sendirian lagi.” lanjut si manis.
“Aku berangkat sama Irene dan Seungcheol kok.” kata Mingyu, masih berusaha meyakinkan kekasihnya.
“Still, I said no, and you won’t go.” Wonwoo terduduk, sudah siap memotong segala jenis argument yang akan diberikan Mingyu. “Jawaban aku selalu sama.” lanjutnya.
“Perharps, are you jealous?” tanya Mingyu sembari tersenyum melihat tingkah kekasihnya.
“No!!” Wonwoo langsung membantahnya.
“Oh, sayangnya Mingyu is jealous.” ejek pria yang lebih tua 10 tahun itu.
“Nggaaaaaaakkkk—” teriak Wonwoo saat Mingyu menarik tubuhnya untuk kembali ke dalam dekapannya.
“Ya udah, kalau ngga cemburu, berarti aku boleh kan ke sana?” candanya.
Wonwoo langsung menaiki tubuh prianya yang masih bersandar pada headboard tempat tidur itu, membuang ponsel kekasihnya sembarang, “Aku bilang ngga ya ngga, Kim Mingyu.” jawabnya.
“Or you can go, but you'll never get this again,” kata Wonwoo sembari mengecup bibir kekasihnya. “Or this,” lanjutnya, mengecup leher jenjang Mingyu sembari memberikan bekas tipis di sana.
“Or see me like this,” kata Wonwoo lagi sembari membawa kedua tangan Mingyu dan menuntun tangan itu untuk memilin kedua nipples-nya, Wonwoo mendongakkan kepalanya, dan mendesah pelan. Mingyu tersenyum miring, melihat apa yang akan kekasihnya lakukan kemudian.
“Or do this,” Wonwoo melihat senyum tipis itu, tapi tetap membawa tangan kekasihnya ke bagian bawah belakang tubuhnya, menuntun jari-jemari Mingyu untuk menyentuh lubangnya.
“And do this?” tanya Mingyu, memasukkan jari tengah dan telunjuknya ke dalam lubang Wonwoo sembari menghisap salah satu nipples kekasihnya dan memilin puting satunya.
“Ngghhhh— iyaahh—” desah Wonwoo yang sedikit terkejut dengan gerakan kekasihnya yang tiba-tiba. Ia tahu Migyu akan seperti ini, namun, ia tidak pernah siap ketika saat-saat seperti ini datang.
Mingyu melepaskan gerakannya dan langsung menggendong Wonwoo untuk berpindah dari atas tubuhnya ke tempat tidur di sebelahnya. Mingyu juga ikut duduk di belakang tubuh Wonwoo yang sudah terduduk, menatap punggung kekasihnya, mengecup molesnya di sana, lalu kecupan demi kecupan itu menjalar ke bahu Wonwoo, “Then it can't be happen,” katanya sembari membuka lebar kedua kaki Wonwoo, mengelus paha itu, lalu berhenti untuk memanjakan kejantanan Wonwoo yang sudah sedikit terstimulus olehnya tadi.
“Then don’t go, hmm?” balas Wonwoo, menyenderkan tubuhnya pada dada bidang Mingyu, “Jangan pergi ke Ji Eun atau ke siapapun.” lanjut Wonwoo dengan suara lirihnya sembari menikmati elusan kekasihnya di bawah sana.
“I won’t go to anybody, because I’ll keep choosing you, my Kitty.” jawab Mingyu yakin, Wonwoo memiringkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya, dengan gesture kecil ia meminta pria berbadan athletic itu untuk mengecup bibirnya, bukan kecupan yang Wonwoo dapatkan, tapi lumatan pelan penuh kasih sayang. Ciuman mereka masih berlangsung ketika tangan pria manis itu mengelus punggung tangan Mingyu di bawah sana dan menuntun tangan pria tampan yang lain untuk memilin salah satu nipples-nya. Wonwoo sangat senang ketika Mingyu memberinya afeksi dengan sentuha-sentuhan seperti yang ia dapatkan.
Desahan pelan keluar dari dalam bibir mereka yang masih menyatu. Malam itu belum berakhir untuk mereka. Kedua insan sejoli yang selalu dimabuk cinta itu kembali menyatukan tubuh mereka, kali ini dengan ditemani suara televisi, desahan serta erangan mereka yang saling bersautan, dan tentu saja bunyi suara kulit mereka yang bertabrakan menambah kesan betapa erotisnya kegiatan mereka disepertiga malam ini.
Lagi-lagi, Mingyu kalah dan gagal mengalahkan Wonwoo.
I don’t want to have the world’s attention, yours is enough. — J.W.W