tw: NSFW, detailed matured & explicit content, 🔞, bxb, blowjob, rimming, foreplay, have sex with consent, sex toys, dirty talk, sex before marriage, unprotected sex, foreplay.
Seorang pria manis dengan surai gelap sedikit ikal itu sedang asyik menikmati drama Korea yang tayang di layar kaca smartTV 40 inch ketika ia mendengar suara garasi rumah tempatnya berada itu terbuka bersamaan dengan suara car engine yang sudah sangat ia kenali.
Mingyu, sang pria manis itu segera berdiri dari duduknya, berlari kecil ke arah pintu utama, lalu menata kembali blouse putih dengan pola berlubang yang sudah ia kenakan sedari tadi. Ia membuka satu kancing atasannya, lalu sedikit memiringkan belahan baju hingga memperlihatkan collarbones kokoh miliknya, tentu saja tidak lupa untuk merapihkan celana bahan hotpants-nya, kemudian membuka pintu berwarna putih yang berada di hadapannya.
“Welcome home, ganteng!” sapanya dengan merentangkan kedua tangannya ketika melihat pria tampan bersurai gelap, berkacamata frame hitam bulat yang hari ini mengenakan t-shirt putih, sedangkan blazer navy yang tampaknya seharian ia gunakan melingkar di tangannya, sudah berada di hadapannya.
“Astaga!” pria tampan itu tersentak kaget ketika mendapatkan sambutan hangat dari kekasihnya. Ini bukan pertama kali Mingyu seperti ini, tapi ia selalu terkejut dengan tingkah kekanakan sang kekasih.
“Ihs, kok gitu sih?” tanya Mingyu sembari mencibikkan bibirnya yang berwarna merah jambu mengilap efek dari lipgloss yang ia gunakan, tadi.
Wonwoo, sang pria tampan itu tersenyum simpul lalu menarik tubuh pria bongsor yang lebih muda darinya itu dan memeluknya lembut. “I'm home, cantik.” jawabnya sembari berbisik dan mengecup sekilas bibir lembut pria di hadapannya membuat rengutan sang pria yang lebih muda itu menghilang dan tergantikan dengan senyum renyahnya.
“Kamu kok makin tinggi sih, yang?” tanya Wonwoo sembari mengusak-usak rambut ikal sang kekasih, dengan kakinya yang sedikit rusuh sedang membuka sepatu snickers yang ia gunakan seharian.
“Ngawur! Mana ada aku makin tinggi? Ngga usah ngarang!” jawab Mingyu dan mencubit pelan lengan kekasihnya, sedangkan, Wonwoo hanya tersenyum jahil ketika melihat prianya mengomel seperti saat ini. Entah mengapa, ia sangat senang menggoda kekasihnya.
“Kamu dari tadi sendirian dong?” tanya Wonwoo ketika sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa abu-abu yang berada di ruang tengah rumahnya.
“Ngga kok, ada si mbak di kamar belakang, Mommy pergi nemenin Papi tadi katanya ada acara ulang tahun koleganya, Kwan lagi ngerjain tugas di rumah Ichan sama Hansol, katanya.” jawab Mingyu yang sudah duduk di samping kekasihnya dan merebahkan kepalanya di dada bidang milik Wonwoo yang sedang mengistirahatkan tubuhnya, sedangkan pria yang lebih tua sudah melingkarkan tangannya di pinggang pria centilnya.
“But here we are, just you and me.” bisik Mingyu sembari memainkan jarinya di dada bidang sang kekasih, menggodanya.
“Oh, makanya kamu pake baju bolong-bolong kaya gini?” tanya Wonwoo menatap pria cantik di sampingnya sembari mengelus pinggang pria itu.
“Ihs, nggak lah, ini aku lagi pamer baju baru.” jawab pria manis itu santai. “Which one do you prefer? This one or pink one?” tanyanya sembari memamerkan baju barunya.
“This one lah jelas! I can see your exotic skin right away with my naked eyes.” jawab Wonwoo iseng sembari tersenyum miring.
“Oh My Gosh! Jeon Wonwoo mesum!” katanya, memukul dada bidang Wonwoo dengan pelan.
“Just kidding, darling. I like whatever you wear, even if you’re naked.” kata Wonwoo berbisik, mengambil tangan kiri kekasihnya dan mengecup cincin berlian yang terpatri cantik di jari manisnya, mempertemukan wajah mereka dan menatap dalam manik elang Mingyu. “Kamu selalu cantik, centil.” lanjut Wonwoo.
“I know, ganteng and you’re such a pervert.” jawab Mingyu dengan senyum miringnya yang entah mengapa selalu Wonwoo sukai.
“I love you, too.” jawab Wonwoo, membawa tubuh pria yang memiliki tinggi sama dengannya itu untuk duduk di atas paha kekarnya.
Mingyu kini sudah berada di atas lahunan Wonwoo, membuka kacamata kekasihnya itu, meletakkannya ke meja yang berada di belakang dan melingkarkan tangannya di leher pria yang lebih tua, mengelus surainya sembari tersenyum, lalu tanpa menunggu lebih lama, pria yang lebih muda itu bergerak maju, menyatukan kedua bilah bibir mereka. Salah satu tangan Wonwoo naik ke pipi Mingyu, mengelus rahang tegasnya dengan usapan ibu jari perlahan, sedangkan tangan lainnya meremat pinggang pria yang kini berada di atasnya. Sedangkan, Mingyu mengelus pelan tengkuk kekasihnya, membalas afeksi Wonwoo dengan sentuhan-sentuhan lainnya. Berawal dari ciuman lembut yang berubah menjadi ciuman menuntut, dan lidah yang saling terpaut di antara keduanya — bertukar saliva. Hingga desahan Mingyu yang pelan tertahan di antara ciuman mereka yang semakin lama semakin dalam dan semakin penuh dengan napsu.
“Nghh—“ Desahan pelan milik Mingyu yang tertahan di dalam ciuman mereka mulai terdengar, tangan Wonwoo yang tak bisa diam pun perlahan turun dan naik, menjamah titik sensitif bagian atas milik Mingyu, mengelus bagian yang masih terbalut kain putih dengan motif berlubang yang kekasihnya itu gunakan, bahkan saat ini Wonwoo dapat merasakan benda merah jambu kecoklatan itu sudah mengeras.
“Turn on, darling?” tanya Wonwoo melepas tautan mereka, tanpa menunggu jawaban dari Mingyu, bibir tipis itu turun mengecup dagu Mingyu, lalu, ke pipinya yang terdapat mole menggemaskan, kemudian, turun ke rahangnya, mulai berjelajah di daerah sana, kecupan demi kecupan diberikan Wonwoo pada leher jenjang pria yang lebih muda di atasnya, dan berhenti di ceruk leher Mingyu, menghirup wanginya yang menurut Wonwoo sangat menenangkannya setelah seharian ia lelah bekerja, sedangkan Mingyu mendongakkan kepalanya, seolah memberi prianya akses untuk menjelajahi leher jenjangnya. Then, Wonwoo licked Mingyu's crook of the neck, sucked it, leaving a clear mark there, kemudian bibir Wonwoo pun turun ke collarbones kekasihnya yang selalu mengganggunya, memberikan tandanya di sana.
Desahan-desahan pelan dari bibir pria yang lebih muda terdengar saat tangan Wonwoo mulai melesak masuk ke dalam blouse putih yang Mingyu gunakan, jari-jemari panjang itu perlahan menjelajahi bagian depan pria yang lebih muda dengan bergerak mengelus lembut perut six pack pria manis di atasnya, lalu bermain dengan kedua nipples yang semakin menegang di sana. Mingyu tak mampu protes seolah ia terhipnotis oleh semua sentuhan Wonwoo, ia hanya mampu meliukkan tubuh sexy-nya, melempar kepalanya ke belakang, mendesah sembari memanggil nama sang kakak dan mengelus surai pria yang ada di bawahnya, sesekali menuntun tangan seputih susu itu untuk terus memainkan putingnya.
“Call my name, sayang.” pinta Wonwoo sembari megecup acak dada bidang yang entah sejak kapan sudah semakin terekspos, blouse itu sudah tersampir di bahu Mingyu, hanya menyisakan satu kancing yang masih terkait. Tangan pria yang lebih tua seolah tidak ingin menyiakan kesempatannya, jari-jemari panjang itu turun ke arah selatan Mingyu, mengelus kejantanan pria cantik yang mulai terasa menegang dari balutan bahan celana hot pants, sesekali tangan Wonwoo mengelus kedua paha mulus kekasihnya. “Do you like it, darl?” tanya pria yang lebih tua dengan suara bass-nya, Mingyu mengangguk yakin.
“Ngghhh— Kaaakk— Sukhaahh—” desah Mingyu mengeratkan pelukannya kepada lelaki yang di bawahnya ketika Wonwoo menelisikkan tangannya di antara karet celana bagian belakang hot pants pria yang lebih muda untuk mengelus bongkahan sintalnya yang sedari tadi bergerak gelisah.
“Hmm, who asked you not to wear underwear at my home, centil?” tanya Wonwoo ketika merasakan tak ada kain yang menutupi bongkahan di belakang sana.
“Well, hngg, just in case you prefer dessert over the main course of our dinner, kak.” jawab Mingyu dengan suara erotisnya menggoda diantara desahan pada telinga Wonwoo yang masih mengelus bongkahan sintalnya, dan sesekali prianya itu menggoda pinggir lubang miliknya yang berkerut di belakang sana. Tangan Mingyu kini mulai meraba dada Wonwoo yang masih terlapisi t-shirt putih, menggerakkan tangan gendutnya untuk turun ke bawah, lalu, mengelus lembut gundukan di antara selangkangan yang masih terbalut celana bahan.
“I want you to fuck me, kak, want this to fill me, my hole is craving for your sperm.” bisik Mingyu dengan suara lembutnya yang menuntut, lalu menggigit salah satu daun telinga Wonwoo dan menjilatinya. Membuat Wonwoo meringis dengan napas Mingyu yang memenuhi indera pendengarannya.
“Well, aku suka banget kalau kamu udah nakal kaya gini, I want to hear you moan more and more.” kata Wonwoo tersenyum jahil, sedangkan wajah Mingyu memerah cantik ketika kekasihnya berkata demikian. Wonwoo kembali menarik tengkuk Mingyu, dan melumat bibir manis pria itu semakin menuntut, kembali saling bertukar saliva dengan tangan yang masih saling menjelajahi tubuh masing-masing.
Pria yang lebih tua melepaskan tautan mereka terlebih dahulu, menjatuhkan prianya ke sofa kosong di sebelahnya, terbangun dari tempat duduknya, dan mengambil tubuh Mingyu yang bongsor ke dalam rengkuhannya, “Kamu berat juga ya, centil!” goda Wonwoo sembari tertawa ketika Mingyu sudah berada digendongannya.
“Shut up, take me to your room, and fuck me.” bisik Mingyu, menggigit daun telinga kekasihnya, lalu mencibikkan bibirnya. Wonwoo hanya tersenyum jahil dengan kalimat yang keluar dari bibir tipis pria centilnya itu.
Sedangkan, Mingyu membenamkan wajahnya di bahu Wonwoo ketika pria berbadan lebar itu membawanya ke kamar, sembari ia bisikan kalimat-kalimat nakal dengan suara erotic-nya, “Darl, I’m dripping. Aahhh, kegesek perut kamu nghhh—” lagi-lagi yang Wonwoo lakukan hanya tersenyum mendengar keluhan si manjanya, lalu mereka menaiki tangga, suara napas tersenggal kembali berbisik dan berkata, “Darl, I want to lick your dick like a lolipop. Tasty!” kemudian, kalimat terakhir sebelum mereka masuk ke kamar Wonwoo, “Hari ini ngga usah pake kondom ya? Aku mau main raw hmm—” lanjutnya.
Wonwoo membawa masuk pria manis itu dan mendudukkan Mingyu ke atas tempat tidur king size dengan seprai yang sudah diganti dan terlihat sangat rapih. Adik manis itu segera bangun dari tempatnya, menghampiri Wonwoo dan segera menanggalkan t-shirt yang kekasihnya itu gunakan — membuangnya sembarang, lalu, membuka celana bahan milik Wonwoo sembari menurunkan fabric tersebut hingga ia bersimpuh, mengecup kejantanan Wonwoo yang sudah setengah berdiri karena aliran darah yang mengalir akibat dari tingkah liarnya. Pria tampan itu segera mengambil tubuh bongsor Mingyu, kembali membawanya ke atas tempat tidur, menelentangkannya dan mengukung tubuh pria itu di bawahnya.
Mingyu melingkarkan tangannya ke leher pria kesayangannya, “First, kita mau ngewe, don’t call yourself saya. Oke?” pinta pria manis itu sembari menarik wajah Wonwoo mendekat dan mengecup bibir pria yang berada di atasnya.
“Fuck me harder, jangan ngga tegaan, I want to moan and shout your name when your dick inside me.” kata Mingyu, “Aku mau sex yang lebih dari vanilla.” lanjutnya sembari mengerlingkan mata dan merapihkan surai kekasihnya yang berada di atas tubuhnya.
“Mana say—“ telunjuk Mingyu membungkan bibir Wonwoo, lalu mengecup bibir kekasihnya hingga bunyi kecupan di sana.
“Kamu pasti bisa, kak. Aku akan bilang kalau sakit, janji.” kata Mingyu. “Oh iya, Wait.” kata pria manis itu lagi, mendorong tubuh Wonwoo hingga membuat pria tampan itu menjatuhkan tubuhnya ke samping sang kekasih yang segera terbangun dari tempat tidur dengan bersemangat.
Mingyu sudah berjalan ke arah sofa hitam yang berada di dalam ruangan tersebut, membuka tas jinjingnya, mengambil leather pouch dan sebuah kotak panjang berwarna cokelat dari dalam goodie bag, berjalan kembali menghampiri Wonwoo yang masih terbaring malas, lalu menunjukkan benda yang si cantik bawa.
“Look, what I bought!” kata Mingyu, dan Wonwoo tampak tidak tertarik. Si dia tetap melanjutkan, “Dildo, finger vibrator, cock ring, prostate massagers—” kalimat Mingyu terhenti ketika Wonwoo menarik tubuh tegapnya untuk berada di pelukannya.
“Harus pake alat-alat itu memangnya?” tanya Wonwoo yang sudah mendapati Mingyu di dalam pelukannya, sembari mengelus surai si centilnya yang sedang menatap sedikit memohon. Mingyu mengangguk yakin, “Tapi, ada yang lebih menarik lagi.” katanya dengan nada manjanya, meminta untuk Wonwoo menurutinya.
“Aku mau coba, kalau ngga enak, kita ngga akan pake lagi, mau kamu yang pakein, mau kamu yang liat, mau coba semua sama kamu, boleh ya, kak?” rengeknya masih dengan nada manja dan mengeluarkan jurus mata melasnya, Wonwoo mana bisa sih menolak keinginan Mingyu bila kekasihnya sudah bertingkah seperti saat ini.
“But promise me, if you don't like it just say it, dan kita ngga akan pakai itu lagi. Oke?” Wonwoo berkata sembari mendudukkan badannya untuk melihat sex toy apa saja yang Mingyu bawa.
“Yes yes, I love you, Jeon Wonwoo.” kata Mingyu segera memeluk tubuh Wonwoo dari belakang dan menciumi bahu prianya yang sudah tak terlapisi sehelai kainpun.
“We'll use this.” kata Wonwoo ketika memegang dan langsung mencoba finger vibrator di jarinya, lalu membuka kotak cokelat panjang yang berada di samping pouch di hadapannya, terdapat bando dengan bentuk puppy ears furry berwarna abu putih dengan furry puppy tails berwana senada dengan butt plug di ujungnya, Wonwoo menatap kekasihnya yang sedang tersenyum sumringah.
“Ini?” tanya Wonwoo, Mingyu mengangguk bahagia seperti maltese yang mendapatkan mainan baru. “Well, it’ll be sexy on you, so, we will use this as well.” kata Wonwoo tersenyum.
“Kalau gitu, kita pake dua ini aja. Ini ngga, ini ngga.” lanjut Wonwoo setelah memegang benda berbulu dan silikon berwarna transparan dengan pola bergerigi, kembali menatap kekasihnya yang sedari tadi masih memeluk tubuhnya.
“Kok cemberut?” tanya Wonwoo ketikah melihat kekasihnya mengernyitkan keningnya. “Kan ini udah diturutin.” lanjutnya, sembari mencium punggung tangan kekasihnya dan mencium pipi lembut wajah yang masih berada dibahunya.
“Mau yang itu juga, kak.” tunjuknya pada benda berbahan stenlis lurus dengan bulatan sepanjang ukurannya — prostate massagers. Wonwoo segera menggelengkan kepalanya, tanda bahwa ia tidak setuju.
“No, no, it will hurt you, centil, ini keras, sayang.” omel Wonwoo. “Ini aja ya?” bujuk Wonwoo sembari memiringkan tubuhnya, meraih benda berbulu berbentuk lingkaran dengan bolong di tengahnya, berbahan silikon seperti cincin — ring cock, ia mencoba untuk merayu kekasihnya dengan ketiga benda yang ia setujui.
“Hnggg, ya udah.” jawab Mingyu dengan pasrah.
“Love you?” kata Wonwoo dengan mengecup kening Mingyu.
“Too.” jawab Mingyu sembari melingkarkan tangannya ditubuh sang kakak, dan mengecup bibir tunangannya itu.
“Oke, kalau gitu, aku bebersih dulu sebentar ya.” izin Mingyu, beranjak dari tempat tidur lalu membawa dan membersihkan sisa sex toys yang berantakan di atas tempat tidur, kemudian menghilang di balik pintu kamar mandi, meninggalkan Wonwoo.
Seperti yang sudah-sudah, bila sedang menunggu Mingyu membersihkan bagian vitalnya, Wonwoo selalu menghabiskan waktu dengan menonton apapun di youtube, sembari menyenderkan kepalanya di headboard tempat tidur, menutup bagian bawahnya dengan bedcover yang senada dengan seprainya. Tanpa ia sadari, kali ini Mingyu sudah telanjang tanpa sehelai kainpun, dengan bando puppy ears berbulu dikepalanya, ia sudah merangkak dengan gerakan meliuk ke kiri dan ke kanan yang disengaja untuk menghampiri tunangannya yang sedang menatap ke layar ponsel dengan serius, kemudian menduduki paha atas Wonwoo yang masih terbalut selimut. Ia mengambil, da meletakkan benda pipih tersebut ke atas nakas sebelah tempat tidur, dan membawa tangan kosong Wonwoo kebagian bawah belakang tubuhnya yang sudah ia persiapkan.
“Cares me all over, kak.” pintanya sembari berbisik. “Di sini tuh gatel.” lanjutnya dengan menuntun jari tengah Wonwoo, menunjukkan tempat yang ia katakan gatal.
Wonwoo yang memang sudah terpancing dengan tingkah nakal Mingyu saat ini sudah tak ingin lagi menunggu, karena si dia sudah sangat ingin mengacak Mingyunya.
Pria dominan itu membanting tubuh bongsor Mingyu ke sampingnya, menyingkirkan bedcover yang ia gunakan, lalu menangkup tengkuk Mingyu dan mengelus paha halus tanpa sehelai kain di bawah sana dengan lembut, tanpa rasa ragu si dia yang tampan menyatukan bilah bibir mereka, lumatan demi lumatan yang menuntut menciptakan desahan-desahan dari keduanya yang saling beradu teredam di dalam sana dengan jari-jemari Wonwoo yang bermain-main nakal di bagian bawah Mingyu.
“Nggghh—“ rintihan nikmat dari Mingyu keluar saat Wonwoo langsung menelusupkan kedua jarinya bersamaan ke dalam rektum pria yang lebih muda, tak hanya sampai disitu lidah Wonwoo juga sudah turun dan bermain dengan nipples Mingyu yang tegang, seolah mengundang Wonwoo dan meminta pria dominan itu untuk memanjakannya.
“Oh, shit. Ngghh— deeper, kakhhh—“ dengan napas yang beradu, dada yang membusung, salah satu kakinya sudah berada di bahu sang kekasih, Mingyu meminta jari-jemari Wonwoo untuk terus menusuk titik manisnya, tempat yang sudah sangat tunangannya hapal. Tubuh indah Mingyu meliuk nikmat.
“Suka?” tanya Wonwoo dengan suara beratnya sembari memasuk keluarkan jarinya di bawah sana, semakin cepat, semakin dalam.
“Aah— aaahh— baaahhh—ngeett.” jawab pria yang ditanya sembari terbata-bata sambil menelan saliva-nya kasar dan membusungkan tubuh indah tersebut dengan kejantanannya yang sudah menegang karena stimulasi yang Wonwoo berikan membuatnya berantakan, peluh mulai keluar perlahan dari dahi pria manis bersuarai gelap sedikit ikal itu. Wonwoo semakin menatapnya penuh puja. Pria ini, wajah ini, moment seperti ini, menjadi pemandangan paling indah yang selalu ia kagumi.
Wonwoo melepaskan jarinya, mengecup bibir Mingyu yang masih terbuka dengan saliva yang sedikit menetes di sana, kemudian, membuka kedua kaki Mingyu lebih lebar dan memasukkan furry puppy butt plug yang sudah diberikan pelumas kesukaan Mingyu agar stainless steel itu tidak menyakiti lubang pria kesayangannya. “Nuuuu— hnggghh—“ rintih pria itu ketika merasakan ada benda dingin dan kokoh terbuat dari metals memasuki lubang berkedutnya yang sudah mengeluarkan cairan bening.
“Yes, hottie?” jawab Wonwoo saat menatap mata kekasihnya yang sudah basah dengan air mata serta peluh yang membasahi surainya. “Come here!” kata Wonwoo, membawa tubuh Mingyu ke atas pangkuannya, yang sudah bersandar pada headboard. Pria dengan bando dan buntut berbulu tersebut langsung menurut, kemudian sibuk mengecupi ceruk leher Wonwoo, menyisakan bekas di sana, menggigit daun telinga dominannya itu sembari menggesekkan kemaluannya dengan milik Wonwoo yang masih tertutup underwear, walau sudah terasa sangat padat.
“Kak, I want you to see me jerk off.” bisik Mingyu dengan suara paraunya. “Aku mau kamu lihat se-horny apa aku kalau mikirin kamu.” bisiknya dengan suara pelan yang sedikit parau, membuat seluruh bulu kuduk Wonwoo berdiri.
Mingyu memulai aksinya, tubuh indah itu mulai meliuk sangat menggoda, pria yang lebih muda mengecup seluruh tubuh Wonwoo sembari mendesah karena gesekan benda di dalam lubangnya ketika ia bergerak. Dengan gerakan erotis, Mingyu turun ke bagian bawah Wonwoo, melucuti satu-satunya kain yang tersisa di tubuh sporty prianya, membuang fabric itu sembarang.
Mingyu kembali menaiki tubuh Wonwoo, membelakangi pria itu, “You should see my hole, is it cute?” tanya Mingyu saat menunggingkan bokongnya yang bulat sempurna ke depan wajah kekasihnya agar si dia dapat melihat plug yang sudah tertanam di dalam lubangnya.
“Cute, baby. I want to bite your ass!” kata Wonwoo sembari menarik bongkahan bulat sempurna di hadapannya dan memukulnya benda itu pelan, dan menggigit bokong kekasihnya. Ringisan erotis Mingyu bergema di ruangan itu.
Sementara suara berat Wonwoo keluar karena Mingyu yang bekerja di bawah sana, “Ssssshhh— Fuck, Igu— yess, deeper, sexy!” desah Wonwoo saat merasakan benda basah tak bertulang berada di kejantanannya, serta tangan hangat kekasihnya memegang miliknya dengan sempurna. Mingyu licked and sucked Wonwoo’s dick until his lovers almost went crazy from the amusement and pleasure at the same time.
Mulut yang selalu berceloteh itu menghisap kejantanannya, memberikan gestur naik dan turun, serta permainan lidah yang memabukkan pemiliknya. Pria cantik itu juga memainkan kedua testicles Wonwoo secara bergantian, menjilatnya, memasukkannya ke dalam mulut hangatnya, lalu, kembali sibuk pada penis berurat Wonwoo yang semakin menegang, menjilati benda itu bagai ice cream chocolate mint favorite-nya.
Wonwoo hanya bisa meringis dalam kenikmatannya, mendesah memanggil nama Mingyu, sesekali ia menampar pelan benda sintal yang ada di hadapannya. Menciumnya, bahkan memberikan tanda kemerahan di sana.
“Yes, Igu it’s so good! Your tongue— sshhh—” Wonwoo menggerakkan pinggulnya agar kejantanannya dapat masuk utuh ke dalam mulut Mingyu.
“Ngggghaahh!!” desah Mingyu, melepaskan kejantanan Wonwoo yang sudah menegang sempurna di dalam mulutnya.
Si dia berbalik, mengecup bibir Wonwoo, lalu membangunkan tubuh kekasihnya, mengajaknya untuk berdiri dan menuntun tubuh dominan itu ke pinggir tempat tidur, meminta Wonwoo duduk di pinggirnya. Ia sendiri berjalan mundur menuju sofa hitam yang berada di ruangan ber AC itu, agar kekasihnya dapat melihat jelas apa yang akan dia lakukan.
“Watch me, babe.” pinta Mingyu kepada kekasihnya. Wonwoo yang sudah terduduk di pinggir kasur menatap kekasihnya tanpa berkedip, mencari tahu apa yang akan si dia lakukan di sana.
Pria manis itu menidurkan tubuhnya dalam posisi miring di sofa panjang, lalu membuka lebar dan meletakkan salah satu kakinya ke atas sandaran sofa, memamerkan lubang anus-nya yang terisi penuh oleh puppy tails butt plug dan sedikit basah, kemudian ia mengelus kejantanannya sebentar untuk meratakan pre-cum-nya pada benda berurat yang mengeras itu, setelah dirasa rata, kemudian Mingyu memilin salah satu nipples-nya, salah satu tangan lainnya sudah berada di butt plug yang tertanam itu, perlahan melakukan gesture masuk dan mengeluarkan butt plug-nya.
“Angghhh — Wonuuhhh — hngggg — babe aaaahhh aaaahhh aaaahhh — Kaakk — ssshhh — I want to cum — aaaahh aah ahhh aaaah — Kak Nuuu — ngghhhh —“ desah dan erangnya sembari mempercepat butt plug yang keluar masuk di bawah sana, membayangkan seolah benda tersebut adalah kejantanan Wonwoo. Si dia yang manis itu memanggil ribut nama tunangannya dengan kaki yang sudah bergetar hebat, bersamaan dengan putihnya yang melesak keluar tanpa ia sentuh, mengotori perutnya. Sedangkan Wonwoo yang melihat permainan solo kekasihnya ikut mengocok kejantanannya, tak kuasa menahan putihnya yang nyaris keluar, pemandangan itu semakin membuatnya terangsang, gairah seksualnya sudah tidak terbendung lagi. Penisnya tak kalah berkedut sehingga ia bangun menghampiri sang kekasih, membuka lebar lagi kedua kaki Mingyu, membuka butt plug itu kasar dan memasukkan langsung kejantanannya ke dalam lubang Mingyu, “Fuck, kamu sexy banget.” kata Wonwoo dengan nada rendahnya, menggoyangkan pinggulnya rusuh, mendorong tubuh Mingyu.
“Aaahh aaahh, kak— ahh— cum inside me— ngghh—” desahan ribut Mingyu dengan suara tersenggal, pinggul Wonwoo bergerak acak dan penis-nya masuk keluar dengan leluasa di bawah sana.
“Aaaaahhhhhggg— Damn you, hottie” Mingyu merasakan kejantanan kekasihnya berkedut, dan ada cairan yang mengisi lubangnya. Wonwoo mencapai puncak pertamanya, lalu, ia memeluk tubuh bagian depan Mingyu, walaupun ada sperma pria manis itu, ia tidak perduli. Sang pria yang lebih tua itu mengecup seluruh wajah tunangannya, mengelap peluh di kening pria itu, mengeluarkan penisnya perlahan dan menggendong tunangannya kembali ke tempat tidur dengan bridal style.
“Centil, kamu super hot, I can't even control myself.” bisik Wonwoo yang sudah merebahkan diri di samping Mingyu, memberikan lengan atasnya sebagai bantal untuk pria di sampingnya.
They're still naked, hugging each other, and cuddling. Their game isn't over yet.
“Aku kaget kamu samperin gitu, tapi suka banget kamu kaya tadi, I'm happy to be your whore kak.” jawab pria yang lebih muda itu, mengecup dada bidang dominannya.
“You'll always be my only one whore, sayang.” jawab pria yang lebih tua itu. “Ngapain aku nakal di luar kalau pulang ke rumah udah ada kamu yang siap ngangkang untuk aku, hmm?” lanjut Wonwoo dengan kalimat uncensored-nya, sembari memeluk erat kekasihnya, sesekali memberikan kecupan-kecupan gemas diseluruh wajah prianya.
Setelah cuddles, Mingyu memegang kejantanan Wonwoo, “But, I’m still craving for this.” kata pria manis itu sembari naik ke tubuh Wonwoo, memberikan bagian bawah tubuhnya ke hadapan kekasihnya, lalu ia kembali mengulum benda milik dominannya yang masih sedikit sensitif itu.
“Sssshhh— pelan-pelan, sayang.” pinta Wonwoo sembari berdesis karena kejantanannya yang masih sedikit ngilu.
“Mpphh—“ Mingyu seakan mengacuhkan permintaan Wonwoo untuk pelan-pelan memanjakan kejantanannya.
Melihat Mingyu yang mengacuhkannya, Wonwoo membuka lebar kaki kekasihnya, ia langsung bertemu dengan lubang manis itu yang meminta untuk segera kembali dijamah. Lidah Wonwoo dengan refleks bermain di sana, perlahan menjilati pinggiran berkerut berwarna merah muda efek permainan sebelumnya, lubang yang masih terasa sensitif, tapi, justru Mingyu saat ini sangat menikmati ketika sang dominan memberikannya rimming, terlihat dari kejantanannya kembali bangun perlahan.
“Hnggg—“ desah Mingyu manja saat lidah Wonwoo di dalam sana. “Masukin, kak! Aaaahh—“ pintanya, desahan bersamaan dengan pinggulnya yang bergoyang seolah menuntun lidah Wonwoo bermain-main di lubangnya. Tak sampai di situ, Wonwoo memijat kejantanan Mingyu dengan tangan yang sudah ia hiasi finger vibrator di jari tengah tangan kanannya, meletakkan benda bergetar itu di ujung penis Mingyu untuk menstimulasi kejantanan sang kekasih yang sudah kembali menegang walaupun masih terasa sensitif.
“Haaaa~aakkk—” Mingyu yang sedang mengulum kejantanan Wonwoo sedikit kaget dibuat oleh rangsangan yang ia terima. Ia lupa keberadaan benda kecil itu.
“Hhhh — Suka, sayang?” tanya Wonwoo disela desahannya ketika ia mulai bermain dengan kedua testicles Mingyu secara bergantian dengan jarinya, memberi sensati vibrasi di bawah sana.
Kejantanan Mingyu sudah menegak sempurna, namun, pria manis yang lebih muda itu masih memanjakan benda berurat milik kakaknya. Wonwoo yang masih memanjakan lubang anus Mingyu dengan lidahnya pun kini sudah memainkan kedua nipples Mingyu dengan finger vibrator dijarinya hingga tubuh pria manis itu bergerak berisik di atas tubuhnya. Desahan demi desahan yang semakin berisik mulai terdengar dan saling bersautan di ruangan itu, memanggil nama masing-masing sebagai tanda kenikmatan yang mereka rasakan.
Setelah merasa puas dengan kejantanannya yang berdiri tegak, pria yang lebih tua itu menyudahi permainan mereka dengan posisi seperti saat ini.
“Sini, centil.” Wonwoo mendudukkan badan keduanya, posisi mereka saat ini adalah dada Wonwoo yang kembali lengket sudah menyentuh punggung Mingyu yang tak kalah berkeringat.
Pria yang lebih tua mengambil kedua tangan Mingyu untuk berada di atas kepalanya, agar ia dapat lebih mengakses bagian depan tubuh tunangannya. Dengan gairah seksual yang sudah tak mampu dibendung, pria yang lebih muda pasrah dengan apapun yang akan Wonwoo lakukan untuk mendapatkan sentuhan-sentuhan sensual dari sang kakak.
Kini posisi duduk mereka berseberangan dengan kaca besar yang terdapat di kamar sang dominan.
“Look at you, my hottie slut!” bisik Wonwoo sembari membuka lebar kaki sang kekasih, mengecup telinga dan pipi tunangannya. Kaca di seberang sana sudah memantulkan lubang merah jambu yang masih berkedut, dan basah, dengan kejantanan Mingyu yang hampir menegang sempurna, tak lupa memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya yang berwarna ungu karena hickeys yang ditinggalkan Wonwoo.
“Look in the mirror, cantik, lihat dengan jelas apa yang akan aku lakukan ke kamu.” pinta pria tampan itu, Mingyu menatap gerakan kekasihnya melalu pantulan di cermin.
Wonwoo mengambil cock ring furry yang ia sudah siapkan juga, membuka jepitan pada benda berbulu itu dan memasangnya di pangkal kejantanan Mingyu yang hampir berdiri tegak.
“This is mine.” kata Wonwoo, memijat sensual bagian batang kejantanan Mingyu, naik dan turun.
“Ahhhng~” Mingyu mendesah, terdengar desahan itu masih tertahan.
“And this is also mine.” lanjut Wonwoo setelah melihat Mingyu masih menahan desahannya, ia langsung menelusupkan kedua jari polos tanpa alat sekaligus ke lubang yang memerah di bawah sana. Mingyu menggigit bibir bawahnya untuk menahan erangan nikmat. “Liat kaca, sayang. I will fuck you harder as you wish.” kata Wonwoo, sembari memilin salah satu nipples Mingyu dengan finger vibrator yang masih ia gunakan, membuat sensasi menggelitik pada tubuh Mingyu.
“One— hhh— more finger, please—” pinta Mingyu. Tanpa perlu berpikir panjang, Wonwoo menambah satu jarinya lagi. “Aahhngg— so good— Aahhh— hnggg—“ desah Mingyu tak tertahan, akhirnya menggema diseluruh kamar ketika ketiga jari Wonwoo memberikan gesture keluar masuk di bawah sana, ditambah lagi dengan gigitan serta hisapan pria tampan itu di tubuhnya. Tangan Wonwoo yang lain sudah sibuk memijat kejantanan Mingyu, memanjakan kedua tersiclesnya yang ikut bergoyang seiring dengan gerakan jari Wonwoo di sana. Darah memenuhi benda berurat milik Mingyu yang mulai berkedut di bawah sana, namun, tidak bisa keluar karena ring cock yang terpasang.
Kini bibir mereka kembali bertautan, lumatan demi lumatan untuk meredam desahan nikmat yang keluar dari bibir Mingyu dan erangan gemas dari Wonwoo. Air mata terjun bebas ke pipi Mingyu, tapi, ia menyukai sensasi yang ia rasakan saat ini.
“Kak— hngg—“ desah Mingyu manja setelah Wonwoo melepaskan pagutan mereka. “Masukin sekarang, I want your dick right now, please.” mohonnya, memijat kejantanan Wonwoo di belakang sana dari posisinya saat ini. Wonwoo melepaskan pijatan Mingyu karena sejujurnya ia juga sudah tak sabar merasakan lubang Mingyu yang sangat basah dan siap melahap kejantanannya.
Ronde kedua mereka baru akan dimulai, Mingyu sebagai pemeran utamanya, dan Wonwoo akan memberikan semua yang pria manjanya itu inginkan.
Wonwoo memberi gigitan kecil pada daun telinga Mingyu, dan menunggingkan pinggul cantik kekasihnya itu, Wonwoo kembali membasahi lubang Mingyu, kali ini hanya dengan saliva-nya, begitupun dengan kejantanannya yang sudah siap menerjang rektum berkedut milik pria yang berada di hadapannya itu.
“Aaahhh—“ erangan kecil pria manis di depannya saat Wonwoo memasukkan kepala kejantanannya. Kekasihnya itu sedang menggoda.
Mingyu menggoyangkan pinggulnya, membantu dominannya agar mudah memasukkan sisa penis ke dalam lubangnya, karena ia sudah tidak sabar lagi. “Aaaaaaanghhh~” erangan panjang keluar dari mulut Mingyu saat Wonwoo memasukkan sisa miliknya dalam sekali dorongan. Lubang itu loss, ia dapat memasukkannya dengan mudah.
Wonwoo memegang kedua pinggul Mingyu, menggerakan selatannya dengan gerakan yang semakin lama semakin cepat, tak lupa dengan tanda-tanda kepemilikan yang Wonwoo berikan di punggung pria yang lebih muda.
Rintihan erotis kenikmatan dari bibir mungil Mingyu yang akan menuju puncaknya namun tertahan oleh benda yang berada di pangkal kejantanannya, serta desahan nikmat Wonwoo dengan suara rendahnya yang saling bersahutan menjadi backsound aksi mereka malam ini. Keringat peluh yang mengalir, air mata nikmat Mingyu, hingga suara kulit bertabrakan berkecipak, menjadi saksi kedua sejoli yang sedang merasakan surga dunianya.
Kini Mingyu sedang bergerak lincah di atas pinggul Wonwoo, ia masih sesekali menatap dirinya yang sudah berantakan dari pantulan cermin. Si dia yang sexy itu naik dan turun di atas Wonwoo, “Ahhng— Haaa—“ desahan yang tak terkendali, dengan kedua tangan Wonwoo yang membantu sang tunangan untuk semakin dalam menelan kejantanannya, hingga menyentuh sweet spot kekasihnya berkali-kali. Penis Mingyu yang semakin berkedut, dan kejantanan Wonwoo yang siap memuntahkan isinya di dalam sana untuk yang kedua kalinya malam itu.
“Jangan dijepit, Gu— Shit lubang kamu enak banget, sayang—” kata Wonwoo disela erangannya ketika pria di atasnya mulai memainkan rektumnya.
“Aaah— punya kamu makin gede~” ujar Mingyu manja merasakan kejantanan Wonwoo yang sudah berkedut, semakin besar, hingga menekan p-spot-nya lagi, membuat penis-nya ingin segera mengeluarkan kembali putihnya.
“I want to come, Gu~” erang Wonwoo dengan suara rendahnya.
“Cum enghhh— inside me, kak.” pinta Mingyu, masih terus mengapit kejantanan Wonwoo di dalamnya. “Ahhhh~ aku juga mau keluar, hngggg~ sakiitt—.” lanjutnya ketika merasakan kejantanannya sesak dan terhalang ring cock di bawah sana.
Wonwoo segera mencabut ring cock yang Mingyu gunakan ketika kekasihnya itu mengeluh manja. Sedangkan Mingyu masih menelan dan menjepit kejantanan sang dominan.
“Shit, Jeon Mingyu, your hole is clenched.” erang Wonwoo ketika lubang Mingyu menjepit kejantanannya.
Hingga satu hentakan keras saat Wonwoo menekan pinggul kekasihnya ditambah dengan erangan panjang Mingyu, membuat Wonwoo memuntahkan semen di dalam lubang berkedut yang masih menjepitnya, dan dalam waktu yang bersamaan, “Engghhhhhh~” erangan panjang Mingyu menandakan bahwa ia kembali mengeluarkan putih kental dari penis yang belum tersentuh, hingga cairan itu beleber di atas seprai yang baru saja ia ganti tadi siang dan juga di perut Wonwoo.
Mingyu terkulai di atas tubuh Wonwoo, “Jangan dilepas, ngilu semua.” keluhnya manja, Wonwoo mengecup pucuk kepala kekasihnya itu, mengelus surainya lembut.
“Coba kak kamu panggil aku Jeon Mingyu lagi,” pinta Mingyu dengan suaranya yang lirih kepada pria dewasanya.
“I love you, Jeon Mingyu, you worked hard tonight.” kata Wonwoo dengan nada suara rendahnya, mengecup bibir pria bongsor yang ada di atas tubuhnya.
“Heengggg~ *I love you too, Jeon Wonwoo.” jawab Mingyu.
“Hey, kenapa? Kok nangis?” tanya Wonwoo mengambil wajah kekasihnya yang masih bertengger di dadanya, air mata sudah turun ke pipi menggemaskannya, Wonwoo menghapusnya.
“Huhu, seneng akunya dipanggil Jeon Mingyu.” jawab pria yang lebih muda itu dengan nada suaranya yang manja dan parau.
“Sayang, kamukan memang soon to be Jeon.” kata Wonwoo, mengelus punggung kekasihnya yang masih tak berbusana dengan sisa keringat.
“Mulai hari ini, kalau kita lagi ngewe, aku mau dipangil Jeon Mingyu, kak.” kata Mingyu dengan polosnya, membuat Wonwoo yang melihatnya gemas setengah mati.
“Iya, sayangku, Jeon Mingyu.” jawab Wonwoo sembari tersenyum, memukul pelan bokong kekasihnya.
“Ngomong-ngomong, I want your videos when you’re solo in my phone and leptop, you’re hot as hell.” Goda Wonwoo, Mingyu menutupi wajahnya, malu.
Pemandangan yang sangat menggemaskan bagi Wonwoo, hingga pria tampan itu tak sanggup menahan kembali libidonya, ia melumat kembali bibir kekasihnya yang sudah bengkak itu, membawanya lagi ke dalam ciuman yang penuh dengan hawa napsu, kejantanan Wonwoo yang masih berada di dalam rektum Mingyu seolah merasa bersemangat kembali dan penuh gairah, hingga aliran darahnya turun lagi ke bawah sana — berdiri di dalam sana.
“Kak?” tanya Mingyu kepada tunangannya ketika merasakan ada sesuatu yang kembali mengeras di dalam lubangnya.
“Sorry darling, he's so excited inside your hole.” jawab Wonwoo tanpa rasa bersalah, kembali memanjakan kedua puting Mingyu dengan jarinya, dan memagut bibir tipis pria di atasnya.
Kini waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Wonwoo dan Mingyu masih di dalam phase melepas rindu setelah 2 minggu tidak bertemu. Mereka tidak perduli apa yang terjadi di luar sana saat mereka sedang bersatu seperti saat ini, karena kini hanya ada mereka yang masih beradu di atas tempat tidur king size berbalut seprai hitam yang sudah berantakan, menikmati kembali rasanya terbang ke langit ke tujuh, dengan badan kembali berpeluh, bersamaan dengan lembabnya kulit, sehingga suara tabrakan kulit mereka masih menjadi latar belakang malam ini dengan desahan yang saling beradu memanggil nama mereka, menemani dua sejoli yang masih bersenggama itu, menghabiskan malam hingga berganti menjadi fajar.