mnwninlove

Ya Tuhan, Kim Mingyu!

Oh hai, kenalin nama gue Jeon Wonwoo, biasanya orang manggil gue Wonwoo, Nu, Kucing, Ucing, or whatever they called me, gue selalu nyaut aja, kecuali satu orang, dia harusnya sih manggil gue Sayang, panggilan itu udah paling cocok buat gue dari dia. Cowok yang sekarang sudah menggendong gue dengan ala-ala bridal style ke arah lift, gue tahu banget karena gue denger bunyi ting barusan. Iya, cowok yang tangan kekarnya sedang gue sandari ini bernama Mingyu, brand manager yang perawakannya galak, tapi ganteng banget, tiap kali mau gue genitin aja nyali gue langsung lembek dari pudding Puyo kesukaannya Kwan — Wajah tampannya setegas itu.

Jujur, jantung gue mau jatoh aja alias shock banget pas dia tiba-tiba gendong gue kaya sekarang. Gue denger dia sempet ngobrol sama temennya, yang maaf sekali lagi gue ngga tahu apa-apa, karena gue masih memejamkan mata efek dari malu dan nahan tissue yang masih nyumpel diidung gue, masih ngalir ya ini darahnya? EEEEWH!

Kalau ditanya, gue kenapa? Gue juga ngga tahu harus jawab apa karena gue juga bingung, tiba-tiba gue mimisan setelah chat sama Mingyu buat nentuin makan siang di mana, harusnya ngga usah pake drama sih, tinggal makan siang terus pulangnya kita jadiankan? Tapi, kenapa sekarang malah gue udah ada di mobilnya, dan masih memejamkan mata? Sumpah sih ngga pake tipu-tipu gosok ale-ale, pas gue buka mata aja Mingyunya jadi ada tiga, muter-muter kepala gue.

“Mingyu?” heh, bitch siapa yang suruh lo manggil nama Mingyu dengan suara lemah mencicit seperti tadi? Sehat lo? Istighfar wahai anak muda!

“Ya?” wow, gue mendengar suaranya yang sedikit berat menjawab panggilan gue, oke, Mingyu, gue akan tanya sama nyokap bokap gue tanggal yang baik untuk kita menikah tuh kapan, tapi gue butuh tanggal lahir lo kapan? Nama panjang lo siapa selain Kim Mingyu? Nanti, lo akan gue kabari lagi setelah diitung tanggalan jawanya sama bokap gue.

“Ini kita mau kemana?” tanya gue, ketika merasakan ada sesuatu yang mendekati tubuh gue, WAIT! Mingyu sedang membantu gue menggunakan seatbelt. Ya Tuhan, ini cowok gentle banget, jadi punya gue kek gitu. Huhu.

“Ke rumah sakit terdekat ya, supaya mimisannya diobatin dulu.” jawab pria itu, dan gue merasakan kuda besi yang Mingyu miliki ini sudah berjalan meninggalkan basement karena gue merasakan sinar matahari sanggup menusuk kelopak mata gue yang terpejam.

“Tidur aja, Won, don't worry about a thing, nanti gue yang urus semua sampe di rumah sakit.” katanya lagi, sumpah makasih banget untuk keluarga Kim yang sudah mengadon seorang Kim Mingyu dengan benar, dan sudah menjadikannya seorang pria yang tampan, serta baik hati, kurangnya cuma satu — belum menjadi milik gue.

Gue beneran mau tidur, tapi, sesaat gue hampir lelap, badan gue tegang semua ketika gue merasakah ada tangan yang megang kening gue untuk mengukur suhunya. Bentar!! kalau kaya gini ceritanya ya Kim Mingyu, kita ngga usah tembak-tembakan deh, lo langsung gue jadiin suami, besok nama lo di contact gue jadi “suamiku” udah bukan sayang lagi ini sih. Kita punya 2 anak, gue mau anak pertama gue cowok, supaya bisa jagain adeknya, kalau lo ada pendapat lain, bisa kita omongin kok, cita-cita gue cuma pengen membangun keluarga yang sakinnah, mawadah dan warrohmah aja sama lo.

Sekarang, beneran deh gue mejemin mata aja, sakit banget kepala gue efek mimisan sialul nih. Ada-ada aja kelakuan gue. Hiks. Semoga Mingyu masih mau sama gue, ya Allah.

You’re, I'll keep choosing you


tw: NSFW, mature and details explicit content, blowjob, dirty talk, have sex, safe sex, patting, rhimming, etc.

Jam meja di nakas salah satu room suite hotel itu sudah menunjukkan jam 9 malam, sembari menunggu kekasihnya yang belum juga kunjung datang, pria manis berbusana white satin robe tanpa menggunakan sehelai kain lain itu kini sedang mengolesi body lotion di kedua kakinya yang sudah ia cukur bersih, lalu, ke kedua tangannya yang mulus secara bergantian. Si dia mendengar seseorang membuka kunci pintu kamar hotelnya dan suara prianya sedang berbicara dengan orang di depan pintu, tak lama terdengar langkah yang sudah cukup ia hafal. ‘He’s here!’ katanya dalam hati dan tersenyum, beranjak dari tempatnya, menghampiri pria yang sudah ia tunggu.

“Hai!” sapa pria tampan yang lebih tua darinya sembari tersenyum sedikit letih ketika melihat kekasihnya berjalan dengan anggun ke arahnya. Wonwoo membalas senyuman pria itu masih sambil berjalan, semakin mendekat.

“Hai, ganteng.” katanya sembari tersenyum dan melingkarkan kedua tangannya di leher pria yang lebih tua darinya sembari mengelus ujung surainya.

“Aku udah minta Chan pulang. Now, just the two of us.” katanya sembari tersenyum, merapihkan surai Wonwoo ke belakang telinga, mengelus lembut daun telinga kekasih manisnya dengan ibu jari.

How’s your day, Kitty?” lanjut Mingyu sembari menggendong kekasihnya ke dalam pelukannya, Wonwoo yang kini sudah berada di dekapan sang kekasih, memberikan senyuman manisnya dan mengaitkan kedua kakinya di pinggang kokoh milik Mingyu. Si dia lalu mengecup ranum pria yang lebih tua darinya sekilas, dan mulai menceritakan kegiatannya hari ini.

So so, tadi as you know, aku shooting for my own Youtube channel, terus, makan sama kru videographer, Kak Kwan dan Chan. Habis itu, aku ngobrol sedikit sama Kak Kwan untuk projek kecil-kecilan, aku mandi, nungguin kamu ke sini, and now I’m in the most comfortable place.” jawab Wonwoo sembari mengelus surai gelap kekasihnya itu. “How about you?” tanyanya, menatap manik elang kekasihnya yang masih berbinar.

Mingyu membawa kekasihnya ke dalam kamar utama suite room tersebut dan mendudukkan tubuhnya di salah satu ujung tempat tidur, dengan Wonwoo yang kini sudah berada dipangkuannya.

Same here, so so, meeting for the new recruitments, terus kamu bikin kekacauan di social media, so do I, terus aku diomelin but I don’t care, meeting lagi, baca e-mails, make a lot of decisions, and the worst thing is I really miss you.” jawab Mingyu, sembari menarik salah satu tali robe yang merumbai pada pita satin di bagian perut yang Wonwoo gunakan malam ini.

I really miss you too, handsome.” jawab Wonwoo sembari melepaskan dasi yang sudah sedikit longgar di leher Mingyu, sedangkan tangan Mingyu sudah berjalan perlahan mengelus selangkangan pria yang berada di atasnya, lalu menuju kedua bongkahan pada pantat sang kekasih, mengelusnya di sana.

Ini pertemuan pertama mereka setelah dua minggu terpisahkan jarak, karena belakangan ini Mingyu sangat sibuk dengan urusannya yang sangat banyak, dan Wonwoo sedang mencoba bangun kembali dari keterpurukan yang menghajar karirnya. Rindu? Tentu saja. Mereka hanya bisa berbicara di telepon saat malam sampai tertidur hingga tersadar di paginya. Lalu, mereka kembali sibuk lagi dengan pekerjaan masing-masing.

Are you hungry, ganteng?” tanya Wonwoo dengan mata yang mulai sedikit sayu karena sentuhan-sentuhan lembut Mingyu mulai melemahkan fungsi tubuhnya.

Not yet, but I want to swallow you up, Kitty.” jawab Mingyu semakin meremat bongkahan Wonwoo di belakang sana.

“Mhm,” desah Wonwoo pelan, membalas tatapan dalam manik elang tegas pria yang sedang metapanya nyalang, tak perlu waktu yang lama untuk pria manis itu menyatukan kedua bilah bibir mereka untuk berpagutan, saling tebuai dengan bunyi kecapan karena penyatuan bibir mereka.

“Aku bau ngga? Should I take a shower first?” tanya Mingyu dengan suara berbisik setelah Wonwoo menyudahi ciuman itu untuk mengambil nafas sebentar.

“Ngga kok, I love the smell of you coming home from work, very intimidating.” bisik Wonwoo, “And torturing me, making this even harder.” lanjutnya sembari membawa telapak tangan kekasihnya ke tengah selangkangannya, memintanya dengan gerakan untuk menyentuh kejantanannya yang mulai mengeras. Ia rindu sentuhan Mingyu. He’s craving for his boyfriend’s touch.

Can you feel it, yanghh? Mphh—” tanya Wonwoo sembari mendesah ketika Mingyu perlahan mulai mengelus miliknya, pria tampan itu tersenyum melihat kekasihnya, sesekali menatap ke benda yang sedang ia elus perlahan,

Tubuh depan milik Wonwoo sudah terekspos setelah Mingyu menarik pita pada tali satinnya tadi, lalu, pria tampan itu tak segan-segan untuk menanggalkan satu-satunya kain tipis yang Wonwoo gunakan malam ini, membiarkan sehelai kain itu jatuh ke atas karpet di kamar hotel yang menutupi lantai. Mingyu kemudian membanting pelan tubuh putih mulus milik Wonwoo ke sampingnya, si dia terbangun untuk menanggalkan jas yang sedari tadi masih ia gunakan, melempar dasi yang sudah Wonwoo buka simpulnya, membuka tiga kancing teratas kemeja putihnya, dan menyingsingkan lengan panjang pada kemejanya secara acak. Tanpa berkedip mata Mingyu dan Wonwoo saling bertemu saat proses itu terjadi, they tease each other without saying anything, just by the staring. They know, they want each other.

Mingyu membuka lebar kedua kaki putih mulus Wonwoo yang sudah telentang di atas tempat tidur dan masih menatap ke arahnya seolah ingin melihat apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Kemudian, tanpa ragu ia menarik sedikit tubuh Wonwoo untuk mendekat, dan sang pria tampan itu berlutut di depan benda panjang tak bertulang yang mulai menegak. Si dia kecup paha kencang yang selalu workout di gym itu bergantian dari kaki kanan ke kaki kiri, kemudian sebaliknya, sampai ke ujung dalam selangkangan Wonwoo dan memberinya tanda kemerahan di sana. Wonwoo tersenyum geli dengan belaian bibir plum yang sedikit basah di pahanya, hingga desahan nikmat memanggil nama Mingyu lirih ketika merasakan gigitan kecil dan hisapan dalam kekasihnya di bawah sana.

“Hngg— Gyuhh—” desah pria manis itu mencengkeram seprai putih di sampingnya saat merasakan rongga hangat dan benda basah tak bertulang milik kekasihnya sudah menyelimuti kejantanannya. Mingyu tentu saja menikmati suara yang terdengar sangat sexy dari bibir kekasihnya, ia semakin bermain-main di bawah sana, sembari meremat pinggang Wonwoo, lalu mengelus tubuh bagian depan prianya dari perut bagian bawahnya, naik ke bagian atas, jari-jemari besar Mingyu menemukan dua tonjolan kecil yang mengeras di bagian dada kekasih manisnya, tanpa ragu ibu jari dan telunjuknya bermain di kedua nipples itu.

“Aaaahhh— sayang— hngg— that feels ahmazinghh—” desah Wonwoo ketika prianya itu mengabsen kejantanannya dengan lidah basah di bawah sana serta rangsangan yang bersamaan pada dadanya. Lumatan pada kejantanan Wonwoo semakin lama semakin acak, desahan serta erangan pria yang lebih muda semakin menjadi, bagaikan irama merdu malam ini hingga yang lebih tua itu semakin semangat mamasuk dan mengeluarkan benda berurat di bawah sana dari mulutnya, hingga kejantanan si manis menegang sempurna.

“Haaa— fuck Mingyu, aahhh aahhhh stophh aaahhhh ssss I’m cumming, baby.” Wonwoo menjambak rambut Mingyu untuk melepas lumatannya yang disertai dengan erangan panjang dan kaki yang bergetar hingga Mingyu-pun dapat merasakannya dan semakin membuka lebar kedua kaki kekasihnya — menahan kedua paha dalam itu dengan lengannya yang kekar. Desahan Wonwoo semakin acak, Mingyu tidak ingin kalah, mengacuhkan jambakan pria manisnya dan semakin meremat pinggang Wonwoo, seakan ingin memakan benda itu semakin dalam. Wonwoo menyerah, si dia mengeluarkan cairan putih pekat nan lengket di dalam rongga kekasihnya yang masih menanam penis miliknya. Rasa ngilu menjalar dalam tubuh Wonwoo, ia masih mengeluarkan putihnya yang cukup banyak.

Mingyu membersihkan bibirnya dari cairan putih yang sempat lolos, mengecup benda yang lunglai itu, lalu, menidurkan dirinya di samping Wonwoo yang masih mengatur nafasnya dengan kasar karena pelepasannya yang pertama.

Setelah mengecup bibir Wonwoo, ia merapihkan surai Wonwoo yang sudah mulai basah oleh peluv dan berkata pelan, “Kangen.” bisiknya.

Wonwoo memiringkan tubuhnya, “Hhh— Me too, I woke up wet this morning saking kangen sama kamu.” jawab pria manis itu sambil mengelus pipi Mingyu dengan satu tangannya, lalu mengelap kening Mingyu yang sedikit lembab.

I'll make you even more wet tonight, sayang.” jawab Mingyu dengan senyum miringnya.

Can’t wait, daddy.” tantang Wonwoo dengan tawanya.

Mingyu menarik tubuh Wonwoo semakin mendekat, lalu mulai memgecupi seluruh wajah si dia yang manis, dari kening hingga terhenti cukup lama di bibirnya, menyatukan dua ranum mereka, saling melumat, hingga bertukar saliva, dan bersilat lidah di sana. Sedangkan jemari Wonwoo yang lentik mulai melucuti kancing kemeja Mingyu satu persatu, menanggalkannya, kemudian mengelus tubuh sixpack berwarna sedikit gelap itu. Memujanya, Wonwoo sangat menyukai kegiatan mereka malam ini.

President Director of Be Model itu membawa satu kaki Wonwoo ke atas pinggangnya, mengelus paha mulus pria di hadapannya hingga ke lubang yang terbuka di belakang sana dan memainkan pinggiran lubang berkerut yang sedikit licin itu dengan jari tengahnya. Tak hanya jari, bibirnya pun mulai mengabsen leher jenjang kekasihnya, memberinya tanda tipis di sana semakin ke bawah, bermain di salah satu collarbones Wonwoo. Pria manis itu hanya mendesah dengan nada erotis dan menikmati sentuhan demi sentuhan yang diberikan, sembari tangannya membuka resleting milik Mingyu dan menyelipkan tangannya ke dalam celana kekasihnya perlahan memijat lembut di bawah sana.

I want this inside me, Mingyu.” dengan suara sedikit serak Wonwoo berkata sembari memegang kejantanan kekasihnya.

All yours, sayang.” jawab Mingyu.

Pria itu bangun dari tidurnya, menanggalkan seluruh kain yang sedari pagi ia gunakan, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan miliknya, sedangkan Wonwoo mengambil kondom yang sudah ia bawa, lengkap beserta dengan lubricant favorite mereka berdua dan meletakkannya di samping nakas.

Pria manis itu sedang tiduran dengan tubuh membelakangi kamar mandi, dan menatap layar ponselnya menonton kucing sedang bermain ketika ia merasakan tangan yang setengah basah mulai meremat pantatnya sembari memanggilnya, “Cantik,”

“Udah?” tanya Wonwoo membalikkan tubuhnya dan segera terduduk, menatap pria tampan dengan badan atletis yang tidak tertutup sehelai benang, kini sudah berdiri, sedang memijat kejantannya perlahan.

Mingyu mendongakkan wajah Wonwoo dan kembali melumat bibir si manis. Sang model-pun membantu Mingyu untuk memanjakan kejantanannya dengan mem-blow his boyfriend’s mind with the tongueblowjob.

Fuck, kitty— sucks mine harder. Oh, shit your tongue so good!” desah Mingyu dengan suara beratnya saat kejantanannya sudah masuk sepenuhnya di dalam rongga mulut pria yang ia panggil kitty.

Yes, Jeon Wonwoo.” kata Mingyu saat bibir Wonwoo memanjakan miliknya.

Kini posisi mereka sudah berganti, Mingyu telentang di tempat tidur dengan Wonwoo sudah berada di atas tubuh Mingyu, masih bermain dengan kejantanan pria aries yang cukup besar di dalam rongga mulutnya dan Mingyu sudah menggunakan dua jarinya dengan kondom yang basah dilumuri lubricant sedang bermain dengan lubang berkerut milik kekasihnya yang kini berada di hadapannya. Mingyu tidak ingin mengacuhkan lubang favoritnya, ia kecup lubang yang sudah wangi karena Wonwoo mempersiapkan dirinya dengan baik untuk Mingyu nikmati malam ini, hingga menjilatnya karena terasa sangat manis dan addictive.

“Nghhh—” desahan panjang yang teredam karena mulut yang penuh terdengar saat Mingyu memasukkan dua jarinya yang terlapisi karet silikon tipis dan licin.

“Ah, yes, kitty. Depeer, cantik.” Pinta Mingyu sembari memukul pelan bokong Wonwoo dengan tangan bebasnya. Wonwoo hanya mendesah enak saat Mingyu melakukan hal itu sambil memasuk-keluarkan jarinya dengan pinggul Wonwoo bergoyang tak beraturan, membuat pria yang lebih tua ingin segera mengacak-acak lubangnya hingga pria manisnya tak sanggup berjalan esok pagi.

Kejantanan Mingyu sudah berdiri tegak saat pria itu meminta kekasihnya untuk menghentikan kegiatannya dan tiduran di sampingnya, sedangkan, pria tampan itu bangun lalu memakai kondom tipis yang Wonwoo bawa, melumuri lubricant lagi untuk mengurangi rasa sakit yang akan Wonwoo rasakan.

Mingyu menarik tubuh kekasihnya lebih dekat, mengangkat satu kaki Wonwoo, meletakkannya ke bahu dan dengan perlahan memasukkan kejantanannya ke dalam lubang yang sudah ia pesiapkan sedari tadi.

“Aaaaahhkk!” erang Wonwoo sedikit kesakitan ketika kepala kejantanan Mingyu sudah masuk.

“Tarik nafas, sayang.” pinta Mingyu sembari mengelus perut rata sang kekasih.

Wonwoo menurutinya, ini bukan yang pertama untuk mereka — tentu saja, tapi mereka selalu merasakan perasaan yang sama seperti ketika mereka melakukan hal ini untuk pertama kalinya dan saling menginginkan tubuh satu serta lainnya setelah hari itu. Detak jantung mereka yang berdegup kencang saling beradu, dan perut yang tergelitik karena dipenuhi kupu-kupu beterbangan.

Go on, Gyuuh—” kata Wonwoo ketika ia merasa sudah siap menerima seluruh kejantanan milik kekasihnya di dalam sana.

“AAAAHHH— AHHHHH— Hngggg—” erangnya ketika Mingyu memasukkan seluruh miliknya dan langsung menggoyangkan pinggulnya masuk keluar di dalam lubang itu. Mereka berdua mendesah saling memanggil nama hingga pet name yang mereka miliki, tubuh yang semakin lengket karena keringat, suara kecapan kulit lembab yang bertabrakan yang semakin lama semakin intens terdengar, berantakan.

Oh shit! Don't clench your hole, baby.” kata Mingyu saat mereka sudah menggunakan gaya missionary agar ia dapat mencapai titik manis Wonwoo dengan mudah.

“Aaaah, aaahhh, there, hand—nghh—some— Oh my Godhhh aaaah— you’re so big.” desah Wonwoo ribut ketika Mingyu berulang kali menabrakkan kejantanannya dengan sweet spot milik pria manis itu, tumbukkan yang semakin dalam seolah lubang Wonwoo menelan habis kejantanan kekasihnya itu.

Don’t stoohoop— yes— aaahng~”

Here, ehhh — right?” tanya Mingyu yang dibalas anggukan Wonwoo yang sedang menggeliat di bawah sana.

“Gyu, I want to cumhhhh aaah aaahhh—” katanya, Mingyu mengangkat kedua tangan Wonwoo ke atas, dan semakin mempercepat gerakannya di bawah sana, hingga kaki Wonwoo kembali bergetar ditambah dengan erangan-erangan yang membuat kejantanan Mingyu semakin sesak di dalam sana. Kejantanan Wonwoo kembali mengeluarkan putihnya tanpa tersentuh, hingga membasahi perutnya dan perut sang kekasih.

Mingyu tersenyum miring saat melihat kekasihnya itu masih mengeluarkan putihnya dengan wajah yang merona. Sangat cantik hingga ia semakin ingin mengacaukannya.

Pria tampan itu masih menggoyangkan pinggulnya tanpa lelah, hingga Wonwoo merasakan kejantanan sang kekasih kini sudah sedikit demi sedikit membesar, “Sayanghhhh—” panggilnya diantara desahannya.

Youhh aaahh can — aaahh — come inside me, please.” pinta Wonwoo terbata di antara erangannya, dan Mingyu menuruti perintah sang kekasih, ia mengeluarkan kejantanannya dari dalam sana untuk melepaskan kondomnya, dan kembali menanam semua miliknya ke dalam lubang kesukaannya itu, menggoyangkannya kembali, kali ini Wonwoo membantunya dengan menggoyangkan pinggulnya berlawanan arah dengan gerakan Mingyu.

Kini benda berurat di dalam sana sudah semakin membesar dan berkedut, seolah ingin mengeluarkan seluruh isinya. “Nghhhhhhhhh—” erangan panjang dengan suara berat Mingyu menandakan ia mengeluarkan semen-nya di dalam sana dan hangat yang Wonwoo rasakan memenuhi lubangnya.

Tersisa nafas berat keduanya dengan peluh membasahi seluruh tubuh mereka yang tak terbungkus sehelai kain, seolah AC di dalam kamar itu tidak berfungsi — malam ini. Mingyu mencabut miliknya perlahan ketika sudah tak ada yang ia keluarkan. Melemparkan senyumnya dan kembali melumat ranum pria yang ada di bawahnya.

Love you, cantik.” ucapnya.

Love you more, ganteng.” balasnya.


Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi kurang beberapa menit, Wonwoo dan Mingyu sudah membersihkan tubuhnya dari kekacauan yang hawa nafsu mereka sebabkan. Masih tanpa menggunakan sehelai kainpun di bawah selimut tebal hotel, kini mereka sudah saling berpelukan di atas king bed kamar utama suite room itu. Wonwoo tiduran sembari membaca buku novel yang ingin ia selesaikan dengan menjadikan lengan kanan Mingyu sebagai bantalnya, tangan kanan itu mengelus surai kekasihnya sembari Mingyu menonton televisi yang menyala dan ponsel di tangan bebas lainnya.

“Cantik,” panggil Mingyu.

“Hmm?” jawab Wonwoo yang masih diasyikkan dengan kegiatannya.

“Aku boleh ke New York?” tanyanya. Wonwoo segera mengalihkan pandangannya kepada sang kekasih, begitupun Mingyu, mereka saling bertatapan.

“Ji Eun mangkir dari panggilan NYPD, aku kayaknya harus ke sana.” lanjutnya. Wonwoo dengan segera menggelengkan kepalanya.

“Kenapa?” tanya Mingyu.

“Ngga mau ditinggal kamu, kalau kamu ke sana aku ikut.” jawab Wonwoo.

“Bahaya, sayang.” kata Mingyu sembari mengelus lembut surai kekasihnya itu.

“Nah, itu kamu tau.” jawab Wonwoo. “Aku ngga mau kamu ngadepin Ji Eun sendirian lagi.” lanjut si manis.

“Aku berangkat sama Irene dan Seungcheol kok.” kata Mingyu, masih berusaha meyakinkan kekasihnya.

Still, I said no, and you won’t go.” Wonwoo terduduk, sudah siap memotong segala jenis argument yang akan diberikan Mingyu. “Jawaban aku selalu sama.” lanjutnya.

Perharps, are you jealous?” tanya Mingyu sembari tersenyum melihat tingkah kekasihnya.

No!!” Wonwoo langsung membantahnya.

“Oh, sayangnya Mingyu is jealous.” ejek pria yang lebih tua 10 tahun itu.

“Nggaaaaaaakkkk—” teriak Wonwoo saat Mingyu menarik tubuhnya untuk kembali ke dalam dekapannya.

“Ya udah, kalau ngga cemburu, berarti aku boleh kan ke sana?” candanya.

Wonwoo langsung menaiki tubuh prianya yang masih bersandar pada headboard tempat tidur itu, membuang ponsel kekasihnya sembarang, “Aku bilang ngga ya ngga, Kim Mingyu.” jawabnya.

Or you can go, but you'll never get this again,” kata Wonwoo sembari mengecup bibir kekasihnya. “Or this,” lanjutnya, mengecup leher jenjang Mingyu sembari memberikan bekas tipis di sana.

Or see me like this,” kata Wonwoo lagi sembari membawa kedua tangan Mingyu dan menuntun tangan itu untuk memilin kedua nipples-nya, Wonwoo mendongakkan kepalanya, dan mendesah pelan. Mingyu tersenyum miring, melihat apa yang akan kekasihnya lakukan kemudian.

Or do this,” Wonwoo melihat senyum tipis itu, tapi tetap membawa tangan kekasihnya ke bagian bawah belakang tubuhnya, menuntun jari-jemari Mingyu untuk menyentuh lubangnya.

And do this?” tanya Mingyu, memasukkan jari tengah dan telunjuknya ke dalam lubang Wonwoo sembari menghisap salah satu nipples kekasihnya dan memilin puting satunya.

“Ngghhhh— iyaahh—” desah Wonwoo yang sedikit terkejut dengan gerakan kekasihnya yang tiba-tiba. Ia tahu Migyu akan seperti ini, namun, ia tidak pernah siap ketika saat-saat seperti ini datang.

Mingyu melepaskan gerakannya dan langsung menggendong Wonwoo untuk berpindah dari atas tubuhnya ke tempat tidur di sebelahnya. Mingyu juga ikut duduk di belakang tubuh Wonwoo yang sudah terduduk, menatap punggung kekasihnya, mengecup molesnya di sana, lalu kecupan demi kecupan itu menjalar ke bahu Wonwoo, “Then it can't be happen,” katanya sembari membuka lebar kedua kaki Wonwoo, mengelus paha itu, lalu berhenti untuk memanjakan kejantanan Wonwoo yang sudah sedikit terstimulus olehnya tadi.

Then don’t go, hmm?” balas Wonwoo, menyenderkan tubuhnya pada dada bidang Mingyu, “Jangan pergi ke Ji Eun atau ke siapapun.” lanjut Wonwoo dengan suara lirihnya sembari menikmati elusan kekasihnya di bawah sana.

I won’t go to anybody, because I’ll keep choosing you, my Kitty.” jawab Mingyu yakin, Wonwoo memiringkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya, dengan gesture kecil ia meminta pria berbadan athletic itu untuk mengecup bibirnya, bukan kecupan yang Wonwoo dapatkan, tapi lumatan pelan penuh kasih sayang. Ciuman mereka masih berlangsung ketika tangan pria manis itu mengelus punggung tangan Mingyu di bawah sana dan menuntun tangan pria tampan yang lain untuk memilin salah satu nipples-nya. Wonwoo sangat senang ketika Mingyu memberinya afeksi dengan sentuha-sentuhan seperti yang ia dapatkan.

Desahan pelan keluar dari dalam bibir mereka yang masih menyatu. Malam itu belum berakhir untuk mereka. Kedua insan sejoli yang selalu dimabuk cinta itu kembali menyatukan tubuh mereka, kali ini dengan ditemani suara televisi, desahan serta erangan mereka yang saling bersautan, dan tentu saja bunyi suara kulit mereka yang bertabrakan menambah kesan betapa erotisnya kegiatan mereka disepertiga malam ini.

Lagi-lagi, Mingyu kalah dan gagal mengalahkan Wonwoo.

I don’t want to have the world’s attention, yours is enough. — J.W.W

Wonwoo masih sesekali menatap ke arah bunga yang ia letakkan di kursi penumpang, di sebelah tempat bekal yang berisi pudding chocolate pandan buatan Mommy. Cukup lumayan lama tadi ia memilih bunga itu, bunga berkelopak putih, tidak akan terlalu mencolokkan?

Jam tangan pria berumur 28 tahun itu sudah menunjukkan pukul setengah satu lewat beberapa menit, ia keluar dari mobilnya, membawa titipan mommy-nya dan dengan percaya diri menenteng bunga yang ia beli untuk kekasihnya. Pria manis yang beberapa minggu ini mengacuhkannya karena ia sangat percaya diri bahwa yang akan keluar dari dalam rumah adalah asisten keluarga Kim, Bi Tini.

Pintu gerbang di buka dan memperlihatkan pria dengan tubuh tinggi, berpakaian putih dan celana rumah berwarna cokelat, pria yang yang sudah tiga minggu ini tak pernah membalas satupun bubbles chat-nya, Wonwoo tentu saja terkejut. Ia kira pria ini sedang sibuk belajar atau malah tidak ada di rumah. Tidak hanya Wonwoo, pria manis itu juga terkejut melihat keberadaan pria yang masih ia acuhkan belakangan ini kini sedang berdiri tegap dengan pakaian rumahnya, membawa bunga dan tempat bekal ditangan lainnya.

Bentar, hampir meleleh kepanasan tuh ternyata bisa bikin halusinasi ya?’ ujar Mingyu dalam hatinya.

“Hai?” sapa pria tampan itu dengan sedikit ragu.

Wait, kenapa suaranya nyata?’ Mingyu masih bertanya dalam batinnya.

“Dek?” panggil pria itu lagi, masih dengan nada sedikit meragu. Mingyu terbangun dari lamunannya. Sesaat degup jantungnya berdetak lebih kencang dari ritme normalnya, Panggilan sapaan dengan suara berat pria yang sudah lama tak ia dengar. Can not lie ia rindu sosok pria ini, sangat merindukannya.

“Ya?” jawab pria yang lebih muda itu.

Tidak hanya Mingyu, sosok pria di hadapannya pun merasakan rindu yang sama. Ingin rasanya ia segera memeluk pria di hadapannya ini, tapi ia tahu, adik manisnya ini pasti masih membencinya, ia masih harus menahan rindunya. Bagaimanapun hubungan mereka masih menggantung, entah apa yang akan Mingyu lakukan pada hubungan mereka, Wonwoo hanya bisa berpasrah dengan memberikan kekasih manisnya ini waktu yang tak terbatas untuk berfikir.

“Ini pudding dari mommy, vla-nya di dalem, langsung dimasukin kulkas, takut basi.” kata Wonwoo menyodorkan tempat bekal dari tangan kanannya.

“Yah, ngga bisa aku masukin kulkas, lagi mati lampu.” kata pria manis itu menekukkan wajahnya gemas. Saat ini rasanya Wonwoo ingin sekali meng-uwel-uwel wajah pria manisnya.

“Lho, kok bisa? Dari kapan?” tanya Wonwoo melihat ke arah dalam rumah Mingyu, untungnya masih terang, sehingga tampak begitu gelap. “Berani kamu sendirian? Atau ada Seungkwan?” tanya pria yang lebih tua lagi. Nadanya sih sedikit khawatir.

“Ngga, aku sendiri.” jawab Mingyu. “Soalnya, pas bangun tidur udah ngga ada siapa-siapa.” cerita sang adik. Mereka masih pada tempatnya — di depan gerbang rumah, Mingyu belum memintanya masuk.

“Berani?” tanya pria tampan itu lagi, dan lagi-lagi nadanya masih khawatir karena Wonwoo sangat tahu sang pria manis di hadapannya ini tidak menyukai kegelapan, selain saat menonton di bioskop.

“Masih terang sih, jadi ga gelap banget.” jawab Mingyu, badannya berbalik melihat ke dalam rumahnya.

“Oh, ya sudah kalau gitu.” jawab Wonwoo. Sebenarnya dalam lubuk hatinya yang terdalam saat ini, ia ingin sekali Mingyu mengatakan bahwa pria itu masih menginginkan sesosok abang untuk menemaninya. “Abang pamit dulu ya, dek.” lanjut Wonwoo setelah memberikan bunga yang tadi ia beli dan titipan dari Mommy-nya, nadanya sedikit kecewa, seolah merasa sang kekasih tak membutuhkannya karena tak memintanya untuk stay.

“Kamu sibuk ya, bang?” suara lembut pria itu menghentikan langkah kaki Wonwoo yang sudah memunggunginya, dan sang pria yang lebih tua itu kembali berbalik, menghadap ke arah sang adik. Saat ini rasanya jantung Wonwoo ingin terbang — bahagia.

Wonwoo menggelengkan kepala sebagai jawaban tanpa perlu ia berpikir berkali-kali kepada pria yang berada di depannya.

“Kalau masuk, bantuin cek listrik atau temenin Inggu, mau?” tanya Mingyu dengan suaranya yang semakin lama semakin lirih. “Tapi kalau ngga mau ya ngga apa-apa, Inggu coba telepon PLN lagi.” lanjutnya.

“Ngga, abang coba cek dulu, boleh?” Wonwoo memasuki kakinya ke pekarangan rumah yang biasa ia datangin ketika menjemput kekasih manisnya itu.

GOTCHA! I FOUND YOU


Have enough courage to trust love one more time and always one more time.

Sebuah mobil berwarna biru muda yang dinaiki seorang pria bersurai gelap, sedikit ikal itu, sudah berada di depan lobby hotel — persis dengan lokasi yang diberikan oleh salah satu teman Wonwoo di room chat pagi buta ini.

“Gue udah sampe, Chan, matiin aja ngga sih teleponnya?” tanya pria manis kepada adik kekasihnya yang sedari tadi masih setia mengajaknya mengobrol sepanjang perjalanan ke hotel yang ia tuju.

Mingyu segera turun dari taksi setelah mengucapkan terima kasih kepada bapak pengemudi taksi itu, dan masih ada Chan di sambungan teleponnya. Si dia yang manis itu berjalan masuk ke lobby hotel tersebut dengan menggunakan piyama berbahan satin berwarna biru muda dengan hiasan awan-awan dan bintang di pakaiannya, berjalan menuju resepsionis.

“Ngga apa-apa, santai, lo ke receptionist aja dulu.” jawab pria di seberang sana dengan suara berat yang terdengar sedang mengantuk. “Gue mau mastiin kalau lo udah masuk ke kamar dan ketemu abang.” lanjutnya.

“Oke, gue lagi jalan ke resepsionis.” jawab Mingyu, Chan hanya menjawab dengan kata “Hmm.”

Sesampainya di salah satu sudut dan menemukan ada 2 resepsionis yang sedang berjaga, Mingyu segera berbicara kepada mereka dengan menyebutkan nomor kamar yang diberitahukan teman kekasihnya di room chat tadi. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan pribadi yang dilontarkan untuk memverifikasi data karena tidak sembarangan orang dapat masuk ke sana seperti yang akan Mingyu lakukan di pagi buta ini. Tak lama resepsionis pria itu mengangguk, memberikan kunci kamar yang berupa kartu dari bahan PVC dengan logo hotel dan nomor kamar yang akan ia tuju.

“Silahkan, ini untuk kunci kamar atas nama Mr. Jeon Wonwoo, Mas Mingyu bisa menggunakan lift yang berada di depan dengan menggunakan kartu akses ya, Mas. Lalu, keluar lift Mas ke kanan dan bisa menemukan pintu dengan nomor kamar 717, bila ada yang dibutuhkan lainnya bisa menghubungi layanan hotline hotel kami dengan menekan angka 1 dari telepon kamar, dan petugas kami akan membantu kebutuhan Mas selama anda menginap di hotel kami.” jelas sang resepsionis yang menggunakan tags nama Chen Lee.

“Oke, thank you, Mas Chen Lee.” kata Mingyu meninggalkan meja resepsionis tersebut dan langsung mengikuti arahan yang sudah diberikan tadi.

“Gue masuk lift, pasti sambungannya keputus, Chan.” kata Mingyu memperingati temannya, bila beberapa saat lagi, telepon mereka mungkin akan terputus.

Take your time, lo deg-deg-an ngga?” tanya Chan.

“Deg-deg-an kenapa?” tanya Mingyu lagi kepada temannya itu.

“Ngeliat sisi je—” benar saja sesuai dengan dugaan Mingyu, telepon mereka terputus, Chan masih di sana tapi pria manis itu tidak dapat mendengar suara temannya sama sekali.

Ting

Pria dengan tinggi 187cm itu sudah sampai di lantai yang ia tuju, suara Chan juga sudah kembali terdengar, “Suara lo ilang, Njir! Gue ngomong sendiri.” omelnya.

Told you, gue di lift, ege. Tadi lo ngomong apa?” sahut Mingyu.

Don't mind me. Sekarang udah ketemu kamarnya?” tanya pria di seberang sana.

Gotcha!” kata Mingyu.

“Yaudah masuk, bisa masuk kan?” tanya Chan, yang tak lama terdengar suara pintu otomatis terbuka.

“Bisa kok, pintunya udah kebuka.” jawab Mingyu.

Alright, jagain abang gue ya, beresin urusan lo berdua, semoga tidak ada perpecahan.” kata Chan. “Gyu—” panggil Chan dengan nada serius yang membuat Mingyu menghentikan langkah kakinya.

“Maafin abang gue ya, abang gue emang tolol. He just doesn't know what to do, because loves you that much. From day one.” lanjut Chan. “Feel free to nonjok dia, jadiin dia samsak, atau apain kek sepuas lo.” kata Chan lagi, Mingyu tertawa renyah.

“Iya, tenang aja, gue akan melampiaskan semuanya ke abang lo kok.” jawabnya.

“Haha, kalau lo tonjok, please jangan sampe bonyok, abang gue cuma punya mukanya doang yang bisa dijual, nyali aja ngga punya, apalagi otak.” jawab sang adik dari kekasih Mingyu yang sedang membicarakan kakak satu-satunya itu.

“Haha, iya, tenang aja. Gue juga ngga mau lagi sama dia kalau tiba-tiba jelek.” jawab Mingyu dengan nada bercandanya. “Ini gue matiin ya, Chan. Thank you udah nemenin gue sepanjang jalan, have a good sleep! Good morning!” kata Mingyu lagi.

Yes, morning! Lo juga, Gu, istirahat ya, have a good sleep.” dan Chan mematikan sambungan telepon mereka.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat pagi kurang beberapa menit, Mingyu berjalan perlahan memasuki kamar hotel yang cukup besar itu, meletakkan ponselnya di meja yang terdapat berbagai welcome snack dan minuman lainnya. Mingyu melihat baju yang tadi pagi kekasihnya gunakan sudah tergeletak di lantai hotel yang beralaskan karpet tebal, dari jaket bomber-nya, t-shirt putih, celana jeans, serta beanie hitam, lalu menatap ke atas tempat tidur yang berukuran king bed terdapat seorang pria sedang tertidur telentang dengan celana boxer tom & jerry dan dada gagah tegap berkulit putih tanpa tertutup sehelai kain.

Mingyu menghampiri pria itu, membuka kaos kakinya, menyelimuti tubuh prianya agar tidak kedinginan, namun, “HAAAA!!” pria berkulit sawo matang itu terkejut ketika dengan keadaan tanpa sadar seperti saat ini, Wonwoo masih mampu menarik tubuh bongsornya hingga terjatuh tepat didekapan pria tampan tersebut, dan sang pria memeluk tubuhnya dengan possessive, menguncinya, seolah Mingyu tidak bisa kemana-mana lagi.

Finally.” kata pria itu dengan suara paraunya, semakin mendekap kekasihnya, dan kembali mendengkur — Wonwoo sleep talking — pikir pria manis itu. Mingyu hanya terdiam, menikmati kehangatan dari tubuh kekasihnya dan ikut memejamkan mata. Tubuh dan fikirannya sangat lelah sedari kemarin, ingin rasanya ia mengistirahatkannya sejenak, setidaknya pria yang membuatnya kesal dan khawatir kini sudah berada di sampingnya, sedang memeluknya hangat, walau dengan tubuh yang menyengat berbau alkohol. ‘Biarin deh, omelin besok pagi aja.’ kata Mingyu dalam hati, dan mulai memasuki alam mimpinya.

***

Mingyu terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara orang yang sedang memuntahkan sesuatu di dalam kamar mandi, matahari sudah kembali bersinar, jam digital di nakas sebelahnya juga sudah menunjukkan angka 9 dan 10 dengan titik dua yang berada di antaranya. Si dia langsung terbangun dan menghampiri suara yang mengganggu tidurnya pagi itu, sembari membawa segelas air putih ditangannya, lalu menghampiri tubuh kekasihnya, mengelus punggung lebar prianya untuk membantunya menghabiskan sisa-sisa alkohol yang menguras isi perut six-pack-nya, tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Kini Mingyu sudah duduk di sofa single yang berada di sebelah jendela kamar hotel tersebut dengan memegang secangkir teh manis hangat sembari melihat ke jalanan kota yang berada di hadapannya setelah menyantap breakfast mereka yang sudah di antar ke kamar beberapa saat yang lalu. Sedangkan, Wonwoo sedang membersihkan tubuhnya untuk menghilangkan bau alkohol yang sangat mengganggu indera penciuman Mingyu dari subuh tadi.

Saat sarapan tadi, Mingyu hanya mengeluarkan beberapa kata yang menurutnya penting ketika Wonwoo memberikan pertanyaan padanya, seperti, “Sampai jam berapa di sini?”, “Kok kamu tahu aku di sini?” atau “Gimana kemarin ke PRJnya?”, karena rasa-rasanya si dia sangat ingin meledakkan amarahnya kepada sang kekasih saat ini, namun, Mingyu masih berusaha untuk menahannya, ia tahan sekuat yang ia bisa. Belum waktunya untuk memuntahkan semua keluh kesahnya kepada sang abang. Belum.

Setelah keluar dari kamar mandi, Wonwoo hanya menggunakan bathrobe putih dan langsung berjalan menghampiri Inggunya yang masih terduduk di sofa, mengecup salah satu pipi, lalu pucuk kepala pria yang lebih muda itu dari belakang. Mingyu masih acuh walaupun detak jantungnya berdetak mulai tak karuan karena afeksi yang diberikan oleh pria 28 tahun itu.

'Huhu, ya siapa yang ngga deg-deg-an sama cowo yang udah wangi, bibirnya masih dingin sedikit basah udah nyium pipi. Bunda, Mingyu harus apa sekarang?' rengeknya dalam hati. 'No no, Inggu ngga boleh lemah kaya gini!' lanjutnya ketika merasakan tubuh Wonwoo semakin memeluknya erat dari belakang.

“Masih bau ngga akunya?” tanya pria itu dengan suara bass-nya yang membuyarkan lamunan Mingyu.

'Ihs! Mentang-mentang ganteng! Inggu mau ngomel-ngomel! Inggu ngga suka kalau abang kaya gini. Huh! Pokoknya, abang harus tau kalau Inggu tuh beneran marah!' jawabnya dalam hati.

“Abang bau! Jelek! Inggu ngga suka!” 6 kata yang Mingyu ucapkan sembari memanyunkan bibirnya, dan membuang wajahnya, mengartikan bahwa ia sedang tidak ingin menatap wajah Wonwoo yang sudah berada di bahunya, pria yang lebih tua itu menatap wajah lucu kekasihnya.

“Cium dulu, aku kan udah mandi.” kata Wonwoo mendekatkan wajahnya.

“Ngga mau, aku ngga suka!” jawab Mingyu, menghempaskan tangan Wonwoo dan berdiri dari sofa single yang ia duduki, meninggalkan Wonwoo yang terkejut melihat tingkah kekasihnya yang dari pagi terdiam. Selama mereka berpacaran, ia tidak pernah melihat popok bayi-nya marah seperti saat ini.

“Inggu diem bukan berarti Inggu ngga apa-apa sama kelakuan kamu ya, Bang Nu!” iya, Mingyu marah, rasanya emosi yang sudah menumpuk ingin diledakkan siang ini. “Harusnya kamu tuh tungguin aku di rumah, bukan malah pergi mabuk-mabukan sama temen-temen kamu!” lanjutnya, Mingyu kini sudah duduk di pinggir kasur, Wonwoo menghampirinya.

Don't come closer!” kata Inggu saat melihat kekasihnya itu ingin duduk di sebelahnya, pria tegap itu langsung menuruti Mingyu dan duduk bersimpuh di bawah lantai yang beralaskan karpet berwarna cokelat gelap, sembari menatap wajah Inggu dalam.

“Ngga ngerasa nyesel gitu kamu, Bang?” Tanya Mingyu dengan nada yang sedikit lebih rendah. “Seharusnya kamu tuh dateng ke aku, jelasin apa yang aku liat di kamar kamu kemarin sama Jeonghan-Jeonghan mantan gebetan kamu itu! Yakinin aku buat percaya sama kamu! Bukan malah ke club kaya semalem, emang kamu pikir aku akan langsung maafin kamu?!” suaranya kembali meninggi dari sebelumnya.

“Aku—” Mingyu memotong kalimat Wonwoo.

I don't want to hear you defend yourself for what you did last night ya, Jeon Wonwoo!” kata Mingyu. “Aku ke sini cuma mau denger penjelasan kamu, kenapa aku bisa liat kamu pasangin Jeonghan kancing kemeja dan pegangan tangan sama dia di kamar kamu! Di tempat aku tidur!” lanjut Mingyu, Wonwoo masih menunduk dan terdiam.

“Kalau kamu ngga bisa jelasin, yaudah, ngga ada yang perlu aku pertahanin lagi! Capek!” kata Mingyu berdiri. “Toh sekarang kamu bisa langsung jadian sama Jeonghan itu, I am really sorry if I've been an obstacle to you for the past few months.” lanjut Mingyu, berjalan ke arah pintu, hendak meninggalkan kamar itu.

“Nggu—” Suara berat Wonwoo menghentikan langkahnya. “I will explain everything to you, boleh kamu duduk, dengerin aku?” his deep voice tells everything, Wonwoo menatap wajah kekasihnya saat pria manis itu membalikkan tubuhnya, memohon agar Mingyu ingin mendengarkan penjelasannya. Pria manis itu menatap lekat wajah Wonwoo-nya.

“Aku ngga akan defense apapun tentang kelakuan aku semalem, I am really really really sorry, aku salah, aku kalut, aku gila, call me everything you want.” jelas Wonwoo. “Tapi, aku mau kamu tahu apa yang terjadi kemarin pagi, if you want to leave me, at least you have to know. Aku ngga mau kamu pergi dengan tanda tanya.” lanjutnya lagi, bangun dari tempatnya bersimpuh, mengambil tangan Mingyu, menggandengnya lembut dan membiarkannya kembali duduk di pinggir kasur, sedangkan Wonwoo kembali duduk bersimpuh persis di hadapannya, menatap manik elang yang lelah itu dengan mata rubahnya yang tak kalah lelah.

Shot.” pinta Mingyu dengan satu kata sembari menatap lurus ke dalam mata Wonwoo. Kata orang, mata adalah jendela dunia, maka hal itu yang pria manis ini sedang lakukan, Mingyu ingin melihat kejujuran dari jendela dunia-nya.

Tanpa banyak basa-basi, Wonwoo langsung menjelaskan segalanya,

“Han masih sedikit tipsy kemarin, dia buka kancing kemejanya, dia nantang aku untuk tidur sama dia karena aku bawa dia ke kamarku, maaf karena aku harus bawa dia ke sana, harusnya cuma kamu yang boleh masuk.” jelasnya dengan suara lembutnya, pelan-pelan Wonwoo menggenggam tangan Mingyu yang sedang mengepal di atas pahanya.

I've never held his hand, dia yang megang duluan tapi aku berani sumpah, aku tepis, only you can hold this hands.” lanjutnya, mengangkat kedua tangannya di depan Mingyu. “Aku sayang banget sama kamu, I'm not lying.” ia mengecup kedua tangan punggung kekasihnya.

“Aku tolol, aku tau. kamu pasti mau tololin aku kan?” tanya Wonwoo yang dijawab anggukan yakin dari Mingyu. “Iya, cuma kamu yang boleh tololin aku, aku rela.” lanjutnya.

Tanpa berfikir lebih jauh, Mingyu langsung bertanya, “Terus, bener kata Jeonghan kalau kamu jadiin aku pelarian karena kamu ngga bisa ngungkapin perasaan kamu ke dia?” Wonwoo menatap manik Mingyu lebih dalam dari yang sebelumnya. Ia ingin membaca mata itu, walaupun ia takut akan jawabannya, Mingyu ingin tahu kebenarannya.

Too bad, I never thought that way. Kamu dateng ke kehidupan aku saat aku bener-bener ngga pernah berfikiran untuk punya relationship sama siapapun.” jawabnya dengan yakin. “Maaf kalau kamu pikir aku jadiin kamu pelarian, maaf karena aku terlihat ngga pernah ingin mempertahankan kamu, maaf kalau terlihat hanya kamu yang berjuang, I have to learn a lot for that.” kata Wonwoo.

“Segitu ngga sempurnanya aku buat kamu ya, Nggu? Cuma bikin kamu sedih dan overthinking tentang aku yang beneran sayang sama kamu atau ngga, dan fikiran lainnya ditambah Han yang tiba-tiba ada di antara aku sama kamu.” lanjutnya. Wonwoo menempelkan keningnya di lutut Mingyu yang ada di hadapannya.

Si dia kembali mendongakkan kepalanya dan menatap kekasihnya yang masih terdiam, “If you want to leave me because of all this, aku ngga bisa ngalangin kamu, semuanya pilihan kamu.”

“Kalaupun memang menurut kamu aku harus mengulangi semuanya dari awal, aku mau kok ngulangin lagi semuanya dari awal. Aku akan mengulanginya dengan tepat, asalkan tujuanku tetep kamu.” lanjut Wonwoo, menatap kedua mata pria di hadapannya yang mulai berkaca-kaca.

Wonwoo terbangun dari duduk simpuhnya, memegang kedua pipi Mingyu dengan telapak tangannya, membawa wajah pria manis itu untuk kembali saling bertatap dan mengecup keningnya. “I love you, I really do.” kata pria tampan itu.

Drunk Call 📞


never touch your phone when you’re drunk

Mingyu terbangun ketika ia merasakan vibrate pada ponsel-nya yang bergetar berkali-kali. Dari awal, ia acuhkan karena tertera nama “Abang Pacar” dengan emoji hati pink, si dia yang manis itu sedang tidak ingin bertengkar, atau mendengarkan alasan apapun dari kekasihnya. Ia hanya ingin sendiri dulu. Namun, benda pipih di nakas sebelah tempat tidurnya benar-benar bergetar tiada hentinya seolah tak akan usai bila ia tidak mengangkatnya. Akhirnya, Mingyupun memutuskan untuk menekan tombol hijau dan meletakkan benda itu ke telinganya.

Hingar, dan sangat berisik, itu yang pertama kali Mingyu dengar saat mengangkat sambungan telepon dari kekasihnya.

di mana?’ itu pertanyaan pertama yang muncul dari benak Mingyu.

Wonwoo masih terdiam, sedangkan di belakang sana ada suara beberapa pria dan wanita sedang berbincang tentang rencana mereka setelah dari tempat yang yang saat ini mereka datangi. Samar-samar beberapa dari mereka menyebutkan nama-nama hotel terdekat yang terdapat di daerah tempat mereka berada. Mingyu langsung terduduk.

“Mingyu!” akhirnya pria yang meneleponnya mengangkat suara. “Jangaann tenggaleen akoo!” suara berat pria itu sedikit berteriak, mungkin berusaha agar Mingyu dapat mendengar kalimatnya, kemudian disambung dengan suara tangisan. Mingyu terdiam mendengarkan suara pria itu.

“Ngga ngapa-ngapain akoo! Han yang mulai, aku nggaaaa!” omelnya tidak terima. “Bukan akuu yang minta Han buka kanceeenh, sayaaang huhuuuu—” suara berat pria mabuk dan terdengar di sana.

“Kamu buvkan pelarian aku, buvkan persinggahan afku taaooo!! You’re my newf home, andhh I want to stay with youu ffffor a loong loooooong loooooooooooong timefghjkovcjj.” jelasnya dengan suara parau yang berat dan kalimat tak jelas selayaknya orang mabuk, dilanjutkan oleh suara isakan.

“Povpok bayiik~ Ayy wuuff yuu jangan pergiisss.” lanjutnya. “Gaaakk!! Gue gaaakk mauuu pulang~ mauu ayaaaanggsss! Hiks, Ingguuufff!” kata pria itu.

Entah mengapa, setelah mendengar pengakuan kekasihnya itu, Mingyu hanya mampu tersenyum. Aneh memang, si dia yang manis itu juga merasakan ini tidak biasa, tapi ini lucu. Pria di ujung telepon itu menangis, lalu, sedikit marah, kemudian menarik ingusnya kencang, lalu menangis lagi dan merengek agar pria manis itu tidak meninggalkannya.

“Han etooo masa laluu akoo yang — uhukk — bahkan bvelum fernahh aku mulai, buff you arrreee may fyuceeeerrr—” kata Wonwoo. “Ngga maauu~ mau Mingyuuu—” ponsel itu pun segera berpindah tangan.

Sedangkan Wonwoo di Colosseum sedang dipapah oleh Joshua untuk segera beranjak dari tempatnya, dan Hao mengambil alih ponsel-nya.

“Hai, Inggu kan?” kata pria di ujung sana.

“I— iya, kak.” jawab Mingyu dengan tergagap, karena ia tidak pernah mendengar suara pria di seberang sana sama sekali.

“Kayaknya, gue sama Joshua juga ngga akan sanggup pulang, I mean, the three of us are still tipsy, even though we're not as drunk as Wonwoo.” jelasnya.

“Kita bawa Wonwoo ke hotel, and let you know the location.” lanjutnya, suara pria berambut merah itu terdengar tenang. “Lo jemput aja di sana, gue dan Joshua akan check-in di tempat lain, so don’t worry.

“Lo mabok gila, Won!” tanya Joshua kepada temannya, Wonwoo hanya menyebutkan nama Mingyu sepanjang waktu, dan pria manis berbadan bongsor itu masih mendengar samar suara kekasihnya.

“Aman kok, I’ll guarantee for that.” setelah itu sambungan dimatikan, dan Mingyu hanya menatap nanar layar ponsel-nya, menunggu pesan siapapun pria tersebut untuk mengirimkan lokasi Wonwoo.

IS IT A BAD SIGN?

Mingyu tersenyum sumringah melihat hasil karyanya sudah tertata cantik di atas meja makan milik keluarga Jeon. Wonwoo yang baru keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan sigap mengambil ponsel yang ada di saku jaket bomber hitamnya itu dan langsung mengabadikan makanan yang dibuat oleh kekasihnya.

“Wiiih, kalau gini sih aku lebih milih diem di rumah daripada pergi-pergi.” godanya sembari mengambil angle foto dari seluruh sudut.

“Kamu ngga boleh buncit ih, kalau buncit aku tinggalin.” kata pria yang pagi ini sudah mengenakan furr sweater merah jambu dan boxer pants — milik Wonwoo yang ia gunakan dari semalam — dari samping Wonwoo sembari memperhatikan kekasihnya yang masih sibuk berkeliling meja makan untuk mengambil foto.

“Bang, kamu mah, duduk, sarapan dulu, nanti terlambat lho ke kantornya.” ujar wanita paruh baya yang keluar dari dapur, sembari membawa nampan dengan milk jar dan beberapa gelas, Mingyu dengan sigap mengambil alih bawaan sang wanita, dan berjalan ke arah meja makan.

“Makasih, sayang.” kata sang wanita sembari mengusap rambut Mingyu dan mengikuti kekasih anak sulungnya itu ke meja makan.

Mingyu, Wonwoo, Mommy, Chan dan Papski sudah berkumpul di meja makan sembari berbincang serta bercanda dengan menyantap sarapan mereka masing-masing hingga suara bel pintu rumah mereka ditekan oleh seseorang.

“Kwan ya, Dek?” tanya Wonwoo kepada si bontot, Chan yang dipanggil menggelengkan kepalanya.

“Ngga, Kwan ngga mungkin ngasih surprise sih, iseng banget.” jawab Chan, sembari mengambil ponselnya dan membuka room chat gebetannya itu, mengetikkan sesuatu di sana.

“Bang muda, ada temennya datang.” kata Bi Minem, salah satu asisten rumah tangga di kediaman Jeon dengan nada lembut.

“Siapa? Hao?” tanya Wonwoo. Pria tampan itu sedikit penasaran karena pagi ini dia tidak sedang menunggu siapapun, kecuali bila Hao sedang iseng, bisa saja pria kurus itu menjahilinya.

Good morning! Halo tante, om, eh ada si bontot— Haii!” sapa pria yang mengaku sebagai temannya bang muda itu muncul dari belakang tubuh Bi Minem. Bi Minem hanya tersenyum seadanya dan meninggalkan ruangan makan itu untuk kembali ke belakang.

“Ngapain Han ke sini pagi-pagi? Kaya gitu lagi gayanya.” omel Mommy sembari berbisik menatap ke arah Wonwoo yang masih duduk di sebelah Mingyu, sedangkan pria yang diajak bicara oleh Mommy juga tidak mengetahui apa maksud dan tujuan Jeonghan datang ke rumahnya di pagi hari seperti saat ini, apalagi di sana sedang ada Mingyu.

Pria manis dengan rambut yang sedikit ikal bersurai gelap bermanik elang itu hanya menatap kedua pria yang lebih tua darinya secara bergantian. Banyak sekali tanda tanya yang muncul di kepalanya, tapi, tak ada satu kalimatpun yang ingin ia ungkapkan. Mingyu masih terdiam, mencoba menenangkan dirinya dalam hati.

Tenang, Gu, everything will be okay. Everything will be okay. Ada Mommy, Papski dan Chan yang sayang sama kamu, ada Wonwoo yang akan meluk kamu.” ucapnya dalam hati berulangkali bagai merapal sebuah mantra.

Wonwoo menghampiri pria berambut pirang itu, sedangkan pria itu melewatinya dan segera duduk di samping Mingyu — tempat duduk si sulung.

“Han boleh ikut sarapan ya, Om dan Tante? Sarapannya looks so delicious.” kata Han yang segera mengambil sisa makanan yang berada dipiring Wonwoo dengan elegan. Mingyu semakin gugup.

“Gue ambilin yang—” kalimat Wonwoo dipotong langsung oleh Jeonghan.

“Ngga usah, Won, gue makan dari piring lo aja, kan lo ngga suka yang manis-manis.” kata Han sembari tersenyum, memberikan senyuman termanisnya kepada orang yang berada di meja makan, sedangkan yang diberikan senyuman hanya menatapnya, sedang mencerna yang diinginkan tamu tak diundang itu. “Sini, lo duduk.” lanjut Han sembari menepuk kursi kosong di sebelahnya. Wonwoo menurutinya.

“Ada apa, Nak Jeonghan? Kok pagi-pagi sudah datang? Tumben sekali, tante sampai kaget.” kata Mommy menahan rasa sebalnya.

“Hehe iya, tante, aku kebetulan lagi lewat daerah sini, terus, keingetan tante, jadi langsung ke sini deh! Sekalian aku ikut sarapan ya, tante?” tanya Jeonghan sembari menatap wajah Mingyu. Seolah sedang mencari tahu apa yang lebih dari pria itu daripada dirinya.

Wonwoo menatap ke arah Mingyu, si dia melihat betapa tidak nyaman kekasihnya itu berada di samping Jeonghan, pria manis itu bahkan mengepalkan tangannya, meremat gagang garpu dan serbet yang berada di genggamannya, semakin erat setiap kali pria pirang itu bicara.

“Sini, Han!” Wonwoo langsung menarik tangan Jeonghan untuk menjauh dari meja makan, kemudian berjalan cepat menju ke kamarnya di lantai dua.

“Kamu ngga kenapa-napa toh, nak?” tanya Mommy langsung menghampiri Mingyu dan melihat keadaan anak sahabatnya itu. Sang pria manis hanya menggeleng dan memberikan senyuman manisnya, mencoba memikirkan bahwa tak akan ada hal aneh yang akan terjadi, antara dia dan Wonwoo — tentu saja.

“Apa sih maksudnya? Ganggu orang sarapan aja!” dumel Chan, Mingyu dan si bontot saling bertukar pandangan, lalu Mingyu memberikan senyum pahitnya, Chan yang memang sangat sensitif itu dapat merasakan apa yang membuat Mingyu seperti itu.

“Lo mau gue anter balik sekarang?” tanya Chan pada Mingyu. Sangat ingin rasanya Mingyu untuk menganggukkan kepalanya, rasanya ia sangat ingin kabur saja saat ini. Segala pertanyaan berkecambuk dalam pikirannya, kenapa? Ada apa? Tapi, badannya terasa membeku. Mingyu menggelengkan kepalanya pelan ketika menjawab pertanyaan Chan.

Di Kamar Wonwoo

Wonwoo mendorong Jeonghan untuk masuk ke kamarnya, menutup pintu itu tidak terlalu rapat, sengaja.

“Kok lo kasar banget sih, Won?” tanya Jeonghan sembari mengelus pergelangan tangannya yang sedari tadi diremat oleh Wonwoo.

“Lo ngapain ke sini pagi-pagi gini?” tanya Wonwoo pada temannya itu tanpa berbasa-basi.

“Tadikan gue bilang, kalau gue kebetulan lewat sini.” Jawab Jeonghan dengan percaya diri sembari memandang kamar pria yang ia sukai itu.

“Gue tau lo dari rumah Joshua, Han, gue juga tau mau gimana juga lo ngga akan ngelewatin rumah gue. Siapa yang mau lo boongin sih?” tanya Wonwoo.

“Haha, since when, I can't come to your house?” Wonwoo terdiam mendengar pertanyaan itu. “Gue ngga boleh dateng ke rumah lo, terus ngapain lo bawa gue ke kamar lo? Lo mau ngajak gue tidur sama lo? Ada cowok lo lho Won di bawah.” lanjut Jeonghan sembari membuka cardigan biru langit yang sedari tadi ia pakai ke lantai kamar Wonwoo.

“Ya, nggak lah, lo udah gila? You’re still tipsy, aren't you?” kata Wonwoo masih dengan nada suara yang ia usahakan terdengar setenang mungkin saat melihat Jeonghan melepaskan satu persatu kancing kemeja yang pria seumurannya itu kenakan.

I'm not, gue 100% sober.” jawab Jeonghan tanpa rasa malunya. “Tapi, gue ngga akan nolak kalau lo beneran ngajak gue tidur kok.” lanjut Jeonghan menantang Wonwoo, kini hanya tersisa 2 kancing terakhir yang belum terbuka, Wonwoo menghentikan tangan pria cantik tersebut.

Your joking isn't funny, Han! Udah deh, kancing lagi kemeja lo!” kata Wonwoo dengan nada yang sedikit mengomel, tapi pria pirang itu tidak memperdulikan ucapan Wonwoo, menangkis tangan Wonwoo, melepaskan sisa kancing, kemudian melangkah semakin mendekat ke arah Wonwoo, pria tampan itu berjalan mundur.

“Han, ngga lucu!” Wonwoo sedikit mendorong tubuh Jeonghan, pria itu terdiam, bahkan suara bass pria tampan itu terdengar samar hingga ke lantai bawah. Mingyu, Chan, Mommy dan Papski terdiam, menghentikan kegiatan mereka. Mingyu tampak khawatir.

'What's going on upstairs?' Mingyu penasaran, ia berdiri dari tempat duduknya.

“Lo kok teriakin gue?” tanya Jeonghan.

“Becandaan lo ngga lucu, kancingin lagi kemeja lo!” omel Wonwoo sembari membantu Jeonghan mengancingi kemejanya.

“Gue ngga bercanda, Won.” kata Jeonghan menatap ke arah Wonwoo, pria berambut pirang itu menghentikan tangan Wonwoo dengan menggenggam kedua tangannya.

“Gue tau lo sekarang udah punya cowok, tapi gue ngga bisa, Won. Gue mau lo cuma liat gue.” pria cantik itu berkata sembari memegang kedua pipi pria yang lebih tinggi darinya itu. Tidak bisa dipungkiri, kalimat Jeonghan membuat Wonwoo cukup terkejut, walaupun ia tahu Jeonghan menyimpan rasa padanya sejak ia melihat wajahnya di desktop komputer kantor Jeonghan, tapi, bukan itu kalimat yang ingin Wonwoo dengar saat ini, dan ia juga sangat yakin bahwa Jeonghan masih di bawah pengaruh alkohol yang ia tenggak tadi malem bersama Joshua.

“Gue mau lo!” lanjut pria cantik yang berada di hadapan Wonwoo, kini dengan mimik wajah yang serius.

“Han? Udah becandanya, ini ngga lucu. Oke?” kata Wonwoo kembali berusaha tenang, tidak terbuai oleh kalimat mantan crush-nya itu sembari menepiskan tangan Jeonghan dari pipinya.

“Lo yakin, ngga ngejadiin dedek manis lo pelarian karena lo ngga bisa ngungkapin perasaan lo ke gue?” Han kali ini mengambil tangan Wonwoo dan menyatukan jari jemarinya dengan sela jari Wonwoo, siapapun dapat mengira bahwa mereka sedang berpegangan tangan, sama halnya seperti yang pria di depan daun pintu kamar Wonwoo pikirkan, ditambah lagi dengan pertanyaan Jeonghan yang tidak langsung dibantah oleh kekasihnya di dalam sana — ia hanya membalikkan tubuhnya dan berlalu. Berpura-pura tidak pernah mendengar pertanyaan itu.

“Mending lo sekarang berangkat ke kantor sama gue, udah hampir jam 11.” Wonwoo menepis tangan Jeonghan dan meninggalkan pria berambut pirang itu, menuruni tangga rumahnya, kembali ke ruang makan yang tersisa hanya Chan dan ayahnya saja, wajahnya melirik ke sana ke mari mencari kekasihnya.

“Dapur!” kata Chan ketika melihat tingkah laku abangnya. Wonwoo pun berjalan ke arah tempat yang sudah bontot sebutkan.

Mingyu kini berada di dapur ketika Wonwoo mencarinya, pria manis itu sedang membantu Mommy membersihkan piring-piring yang kotor, bekas sarapan tadi.

“Mommy ke depan dulu ya, sayang.” kata wanita separuh baya itu dan meninggalkan Mingyu, ketika melihat keberadaan anak sulungnya di samping counter table.

Wonwoo segera menghampiri Mingyu ketika Mommynya, menepuk bahunya dan meninggalkan mereka berdua.

“Aku berangkat ke kantor dulu ya?” izin pria yang lebih tua 7 tahun itu sembari memeluk tubuh kekasihnya dari belakang dan mengecup bahu bidang pria bongsor yang sedang membelakanginya.

Mingyu hanya menganggukkan kepalanya, tanpa mengubah arah pandangnya, si dia masih menyibukkan diri dengan mencuci piring, sedangkan Wonwoo hanya mengelus bahu kekasihnya yang masih membelakanginya. “Nanti kalau aku pulangnya kesorean, kamu minta anter Chan ya? Setelah pulang kantor, aku ke rumah kamu.” Lanjut Wonwoo, mematikan air keran di hadapan kekasihnya, dan membalikkan tubuh bongsor itu.

“Hmm?” yang ia ajak bicara hanya mengangguk.

Wonwoo mengambil dagu Mingyu agar manik rubah itu dapat melihat langsung mata indah elang kekasihnya, “Love you.” kata Wonwoo mengecup kening kekasihnya. Mingyu masih tak berkutik, hanya memejamkan matanya secara refleks.

Love you.” katanya lagi sembari mengecup kedua pipi Mingyu, pria itu masih terdiam.

Love you.” kata Wonwoo lagi saat memberi kecupan pada mole on the tip of the nose kekasihnya, Mingyu masih belum menjawab apapun.

Love you damn much.” kata pria tampan itu sebelum ia menyatukan kedua ranum miliknya dengan Mingyu, walaupun awalnya pria manis itu tidak membalasnya, Wonwoo seolah tidak ingin mengalah pagi ini, ia menggigit pelan bibir kekasihnya, membuat Mingyu terbuai, hingga meremat jaket bomber yang sedari tadi Wonwoo gunakan dan akhirnya membalas ciuman pria tampan di hadapannya.

Love you too-nya mana?” tanya Wonwoo saat ia mengakhiri ciumannya, mengelap bibir Mingyu yang basah dengan ibu jarinya dan merapihkan surai gelap ikal kekasihnya.

Love you too.” lirih pria yang lebih muda, Wonwoo langsung memeluk pria, mengelus surainya lembut dan berlalu.

Pria yang lebih tua itu tak lupa izin kepada kedua orang tuanya, menitipkan kekasihnya kepada adiknya, dan berjalan meninggalkan ruang makan menuju garasi rumahnya yang diikuti oleh Jeonghan di belakangnya tanpa bersuara. Suara mesin mobilnya terderngar jelas, kemudian berlalu.

Di sana, di dapur yang cukup luas itu, hanya ada Mingyu yang masih terdiam, dengan banyak pertanyaan dan merasa dirinya kembali sebagai pecundang. Pecundang yang terlalu terbuai dengan gurauan semesta yang seolah membawa angin sejuk diawal, dan berakhir dengan angin tornado yang tak kalah kencang, pagi ini.

Setelah menerima pesan dari kekasihnya dan tanpa menunggu waktu lama lagi, Wonwoo segera menekan logo video

Kayank: “Hai, cantik!”

Si Centil: “Ih, ganjen.”

Kayank: “Bales dulu, hai ganteng gitu.”

Si Centil: “Ngga mau ah, nanti kamu jadi buaya!”

Kayank: “Astaghfirullah, ngga buaya juga dong, yang.”

Si Centil: “Hahaha.”

Kayank: “Lagi apa? Udah mam belum?”

Si Centil: “Baru selesai mandi dong. Di luar panas banget. Kamu lagi apa, Kak? Kok tumben jam segini bisa telepon aku?”

Kayank: “The power of kangen, aku langsung stop meeting pas kamu chat aku.”

Si Centil: “Najis, ngga mungkin banget.”

Mingyu memiringkan senyumnya tanda tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, Wonwoo tidak pernah

Bandung adalah salah satu kota yang penuh kenangan untuk Wonwoo dan Mingyu, entah itu hanya untuk menghabiskan waktu makan bubur di depan Gedung Sate, iseng-iseng nongkrong di Jalan Braga yang penuh dengan café sepanjang jalannya sembari berfoto-foto, atau seperti saat ini, Mingyu ingin merayakan Valentine’s Day mereka sembari refrehing dari sibuknya urusan pekerjaan dan menghabiskan waktu mereka berdua.

Belakangan ini memang Kitten-nya itu tampak sangat sibuk dengan pekerjaan yang menghantuinya, mungkin sedikit staycation dan berjalan-jalan di Kota Kembang ini tidak pernah menjadi destinasi yang salah untuk mereka berdua, pikir Mingyu. Maka dari itu, si dia yang tinggi dan tampan itu memesan serta mencari sendiri tempat yang tepat untuk mereka menginap, dan menghabiskan waktu mereka di kota itu.

“Makan di hotel aja ya? Nanti agak sorean baru kita jalan-jalan.” ucap pria tinggi berbadan tegap yang berada di kursi kemudi itu kepada pria manis yang sedari tadi duduk sila, memamerkan paha putih mulusnya karena menggunakan celana hotpants dengan purple sweatshirt oversized yang ia gunakan untuk berangkat pagi ini.


tw:

Setelah menerima pesan dari kekasihnya, Mingyu tidak langsung pergi ke tempat yang sudah kakaknya itu katakan, karena dia sangat yakin bahwa lelaki tampan yang lebih tua darinya itu hanya menggodanya saja, balas dendam kepada dirinya yang selalu memancing birahi.

Tapi memang benar, penampilan Wonwoo ke gym hari ini sangat menggoda Mingyu, hingga celananya sedikit mencuat ke depan membentuk tenda saat ia melihat sang kakak sedang mengangkat beban, keringat berkucuran di dahinya, tangannya yang kekar menjadi sangat bersinar karena keringat. Mengingatnya kembali membuat Mingyu semakin gusar.

“Halo, Kak. Kamu di mana sih?” tanya Mingyu, menghubungi kekasihnya itu karena tidak dapat melihatnya di sekitar alat-alat beban yang ia temui setelah dari caffetaria.



Seorang pria manis dengan surai gelap sedikit ikal itu sedang asyik menikmati drama Korea yang tayang di layar kaca smartTV 40 inch ketika ia mendengar suara garasi rumah tempatnya berada itu terbuka bersamaan dengan suara car engine yang sudah sangat ia kenali.

Mingyu, sang pria manis itu segera berdiri dari duduknya, berlari kecil ke arah pintu utama, lalu menata kembali blouse putih dengan pola berlubang yang sudah ia kenakan sedari tadi. Ia membuka satu kancing atasannya, lalu sedikit memiringkan belahan baju hingga memperlihatkan collarbones kokoh miliknya, tentu saja tidak lupa untuk merapihkan celana bahan hotpants-nya, kemudian membuka pintu berwarna putih yang berada di hadapannya.

Welcome home, ganteng!” sapanya dengan merentangkan kedua tangannya ketika melihat pria tampan bersurai gelap, berkacamata frame hitam bulat yang hari ini mengenakan t-shirt putih, sedangkan blazer navy yang tampaknya seharian ia gunakan melingkar di tangannya, sudah berada di hadapannya.

“Astaga!” pria tampan itu tersentak kaget ketika mendapatkan sambutan hangat dari kekasihnya. Ini bukan pertama kali Mingyu seperti ini, tapi ia selalu terkejut dengan tingkah kekanakan sang kekasih.

“Ihs, kok gitu sih?” tanya Mingyu sembari mencibikkan bibirnya yang berwarna merah jambu mengilap efek dari lipgloss yang ia gunakan, tadi.

Wonwoo, sang pria tampan itu tersenyum simpul lalu menarik tubuh pria bongsor yang lebih muda darinya itu dan memeluknya lembut. “I'm home, cantik.” jawabnya sembari berbisik dan mengecup sekilas bibir lembut pria di hadapannya membuat rengutan sang pria yang lebih muda itu menghilang dan tergantikan dengan senyum renyahnya.

“Kamu kok makin tinggi sih, yang?” tanya Wonwoo sembari mengusak-usak rambut ikal sang kekasih, dengan kakinya yang sedikit rusuh sedang membuka sepatu snickers yang ia gunakan seharian.

“Ngawur! Mana ada aku makin tinggi? Ngga usah ngarang!” jawab Mingyu dan mencubit pelan lengan kekasihnya, sedangkan, Wonwoo hanya tersenyum jahil ketika melihat prianya mengomel seperti saat ini. Entah mengapa, ia sangat senang menggoda kekasihnya.

“Kamu dari tadi sendirian dong?” tanya Wonwoo ketika sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa abu-abu yang berada di ruang tengah rumahnya.

“Ngga kok, ada si mbak di kamar belakang, Mommy pergi nemenin Papi tadi katanya ada acara ulang tahun koleganya, Kwan lagi ngerjain tugas di rumah Ichan sama Hansol, katanya.” jawab Mingyu yang sudah duduk di samping kekasihnya dan merebahkan kepalanya di dada bidang milik Wonwoo yang sedang mengistirahatkan tubuhnya, sedangkan pria yang lebih tua sudah melingkarkan tangannya di pinggang pria centilnya.

But here we are, just you and me.” bisik Mingyu sembari memainkan jarinya di dada bidang sang kekasih, menggodanya.

“Oh, makanya kamu pake baju bolong-bolong kaya gini?” tanya Wonwoo menatap pria cantik di sampingnya sembari mengelus pinggang pria itu.

“Ihs, nggak lah, ini aku lagi pamer baju baru.” jawab pria manis itu santai. “Which one do you prefer? This one or pink one?” tanyanya sembari memamerkan baju barunya.

This one lah jelas! I can see your exotic skin right away with my naked eyes.” jawab Wonwoo iseng sembari tersenyum miring.

Oh My Gosh! Jeon Wonwoo mesum!” katanya, memukul dada bidang Wonwoo dengan pelan.

Just kidding, darling. I like whatever you wear, even if you’re naked.” kata Wonwoo berbisik, mengambil tangan kiri kekasihnya dan mengecup cincin berlian yang terpatri cantik di jari manisnya, mempertemukan wajah mereka dan menatap dalam manik elang Mingyu. “Kamu selalu cantik, centil.” lanjut Wonwoo.

I know, ganteng and you’re such a pervert.” jawab Mingyu dengan senyum miringnya yang entah mengapa selalu Wonwoo sukai.

I love you, too.” jawab Wonwoo, membawa tubuh pria yang memiliki tinggi sama dengannya itu untuk duduk di atas paha kekarnya.

Mingyu kini sudah berada di atas lahunan Wonwoo, membuka kacamata kekasihnya itu, meletakkannya ke meja yang berada di belakang dan melingkarkan tangannya di leher pria yang lebih tua, mengelus surainya sembari tersenyum, lalu tanpa menunggu lebih lama, pria yang lebih muda itu bergerak maju, menyatukan kedua bilah bibir mereka. Salah satu tangan Wonwoo naik ke pipi Mingyu, mengelus rahang tegasnya dengan usapan ibu jari perlahan, sedangkan tangan lainnya meremat pinggang pria yang kini berada di atasnya. Sedangkan, Mingyu mengelus pelan tengkuk kekasihnya, membalas afeksi Wonwoo dengan sentuhan-sentuhan lainnya. Berawal dari ciuman lembut yang berubah menjadi ciuman menuntut, dan lidah yang saling terpaut di antara keduanya — bertukar saliva. Hingga desahan Mingyu yang pelan tertahan di antara ciuman mereka yang semakin lama semakin dalam dan semakin penuh dengan napsu.

“Nghh—“ Desahan pelan milik Mingyu yang tertahan di dalam ciuman mereka mulai terdengar, tangan Wonwoo yang tak bisa diam pun perlahan turun dan naik, menjamah titik sensitif bagian atas milik Mingyu, mengelus bagian yang masih terbalut kain putih dengan motif berlubang yang kekasihnya itu gunakan, bahkan saat ini Wonwoo dapat merasakan benda merah jambu kecoklatan itu sudah mengeras.

Turn on, darling?” tanya Wonwoo melepas tautan mereka, tanpa menunggu jawaban dari Mingyu, bibir tipis itu turun mengecup dagu Mingyu, lalu, ke pipinya yang terdapat mole menggemaskan, kemudian, turun ke rahangnya, mulai berjelajah di daerah sana, kecupan demi kecupan diberikan Wonwoo pada leher jenjang pria yang lebih muda di atasnya, dan berhenti di ceruk leher Mingyu, menghirup wanginya yang menurut Wonwoo sangat menenangkannya setelah seharian ia lelah bekerja, sedangkan Mingyu mendongakkan kepalanya, seolah memberi prianya akses untuk menjelajahi leher jenjangnya. Then, Wonwoo licked Mingyu's crook of the neck, sucked it, leaving a clear mark there, kemudian bibir Wonwoo pun turun ke collarbones kekasihnya yang selalu mengganggunya, memberikan tandanya di sana.

Desahan-desahan pelan dari bibir pria yang lebih muda terdengar saat tangan Wonwoo mulai melesak masuk ke dalam blouse putih yang Mingyu gunakan, jari-jemari panjang itu perlahan menjelajahi bagian depan pria yang lebih muda dengan bergerak mengelus lembut perut six pack pria manis di atasnya, lalu bermain dengan kedua nipples yang semakin menegang di sana. Mingyu tak mampu protes seolah ia terhipnotis oleh semua sentuhan Wonwoo, ia hanya mampu meliukkan tubuh sexy-nya, melempar kepalanya ke belakang, mendesah sembari memanggil nama sang kakak dan mengelus surai pria yang ada di bawahnya, sesekali menuntun tangan seputih susu itu untuk terus memainkan putingnya.

Call my name, sayang.” pinta Wonwoo sembari megecup acak dada bidang yang entah sejak kapan sudah semakin terekspos, blouse itu sudah tersampir di bahu Mingyu, hanya menyisakan satu kancing yang masih terkait. Tangan pria yang lebih tua seolah tidak ingin menyiakan kesempatannya, jari-jemari panjang itu turun ke arah selatan Mingyu, mengelus kejantanan pria cantik yang mulai terasa menegang dari balutan bahan celana hot pants, sesekali tangan Wonwoo mengelus kedua paha mulus kekasihnya. “Do you like it, darl?” tanya pria yang lebih tua dengan suara bass-nya, Mingyu mengangguk yakin.

“Ngghhh— Kaaakk— Sukhaahh—” desah Mingyu mengeratkan pelukannya kepada lelaki yang di bawahnya ketika Wonwoo menelisikkan tangannya di antara karet celana bagian belakang hot pants pria yang lebih muda untuk mengelus bongkahan sintalnya yang sedari tadi bergerak gelisah.

Hmm, who asked you not to wear underwear at my home, centil?” tanya Wonwoo ketika merasakan tak ada kain yang menutupi bongkahan di belakang sana.

Well, hngg, just in case you prefer dessert over the main course of our dinner, kak.” jawab Mingyu dengan suara erotisnya menggoda diantara desahan pada telinga Wonwoo yang masih mengelus bongkahan sintalnya, dan sesekali prianya itu menggoda pinggir lubang miliknya yang berkerut di belakang sana. Tangan Mingyu kini mulai meraba dada Wonwoo yang masih terlapisi t-shirt putih, menggerakkan tangan gendutnya untuk turun ke bawah, lalu, mengelus lembut gundukan di antara selangkangan yang masih terbalut celana bahan.

I want you to fuck me, kak, want this to fill me, my hole is craving for your sperm.” bisik Mingyu dengan suara lembutnya yang menuntut, lalu menggigit salah satu daun telinga Wonwoo dan menjilatinya. Membuat Wonwoo meringis dengan napas Mingyu yang memenuhi indera pendengarannya.

Well, aku suka banget kalau kamu udah nakal kaya gini, I want to hear you moan more and more.” kata Wonwoo tersenyum jahil, sedangkan wajah Mingyu memerah cantik ketika kekasihnya berkata demikian. Wonwoo kembali menarik tengkuk Mingyu, dan melumat bibir manis pria itu semakin menuntut, kembali saling bertukar saliva dengan tangan yang masih saling menjelajahi tubuh masing-masing.

Pria yang lebih tua melepaskan tautan mereka terlebih dahulu, menjatuhkan prianya ke sofa kosong di sebelahnya, terbangun dari tempat duduknya, dan mengambil tubuh Mingyu yang bongsor ke dalam rengkuhannya, “Kamu berat juga ya, centil!” goda Wonwoo sembari tertawa ketika Mingyu sudah berada digendongannya.

Shut up, take me to your room, and fuck me.” bisik Mingyu, menggigit daun telinga kekasihnya, lalu mencibikkan bibirnya. Wonwoo hanya tersenyum jahil dengan kalimat yang keluar dari bibir tipis pria centilnya itu.

Sedangkan, Mingyu membenamkan wajahnya di bahu Wonwoo ketika pria berbadan lebar itu membawanya ke kamar, sembari ia bisikan kalimat-kalimat nakal dengan suara erotic-nya, “Darl, I’m dripping. Aahhh, kegesek perut kamu nghhh—” lagi-lagi yang Wonwoo lakukan hanya tersenyum mendengar keluhan si manjanya, lalu mereka menaiki tangga, suara napas tersenggal kembali berbisik dan berkata, “Darl, I want to lick your dick like a lolipop. Tasty!” kemudian, kalimat terakhir sebelum mereka masuk ke kamar Wonwoo, “Hari ini ngga usah pake kondom ya? Aku mau main raw hmm—” lanjutnya.

Wonwoo membawa masuk pria manis itu dan mendudukkan Mingyu ke atas tempat tidur king size dengan seprai yang sudah diganti dan terlihat sangat rapih. Adik manis itu segera bangun dari tempatnya, menghampiri Wonwoo dan segera menanggalkan t-shirt yang kekasihnya itu gunakan — membuangnya sembarang, lalu, membuka celana bahan milik Wonwoo sembari menurunkan fabric tersebut hingga ia bersimpuh, mengecup kejantanan Wonwoo yang sudah setengah berdiri karena aliran darah yang mengalir akibat dari tingkah liarnya. Pria tampan itu segera mengambil tubuh bongsor Mingyu, kembali membawanya ke atas tempat tidur, menelentangkannya dan mengukung tubuh pria itu di bawahnya.

Mingyu melingkarkan tangannya ke leher pria kesayangannya, “First, kita mau ngewe, don’t call yourself saya. Oke?” pinta pria manis itu sembari menarik wajah Wonwoo mendekat dan mengecup bibir pria yang berada di atasnya.

Fuck me harder, jangan ngga tegaan, I want to moan and shout your name when your dick inside me.” kata Mingyu, “Aku mau sex yang lebih dari vanilla.” lanjutnya sembari mengerlingkan mata dan merapihkan surai kekasihnya yang berada di atas tubuhnya.

“Mana say—“ telunjuk Mingyu membungkan bibir Wonwoo, lalu mengecup bibir kekasihnya hingga bunyi kecupan di sana.

“Kamu pasti bisa, kak. Aku akan bilang kalau sakit, janji.” kata Mingyu. “Oh iya, Wait.” kata pria manis itu lagi, mendorong tubuh Wonwoo hingga membuat pria tampan itu menjatuhkan tubuhnya ke samping sang kekasih yang segera terbangun dari tempat tidur dengan bersemangat.

Mingyu sudah berjalan ke arah sofa hitam yang berada di dalam ruangan tersebut, membuka tas jinjingnya, mengambil leather pouch dan sebuah kotak panjang berwarna cokelat dari dalam goodie bag, berjalan kembali menghampiri Wonwoo yang masih terbaring malas, lalu menunjukkan benda yang si cantik bawa.

Look, what I bought!” kata Mingyu, dan Wonwoo tampak tidak tertarik. Si dia tetap melanjutkan, “Dildo, finger vibrator, cock ring, prostate massagers—” kalimat Mingyu terhenti ketika Wonwoo menarik tubuh tegapnya untuk berada di pelukannya.

“Harus pake alat-alat itu memangnya?” tanya Wonwoo yang sudah mendapati Mingyu di dalam pelukannya, sembari mengelus surai si centilnya yang sedang menatap sedikit memohon. Mingyu mengangguk yakin, “Tapi, ada yang lebih menarik lagi.” katanya dengan nada manjanya, meminta untuk Wonwoo menurutinya.

“Aku mau coba, kalau ngga enak, kita ngga akan pake lagi, mau kamu yang pakein, mau kamu yang liat, mau coba semua sama kamu, boleh ya, kak?” rengeknya masih dengan nada manja dan mengeluarkan jurus mata melasnya, Wonwoo mana bisa sih menolak keinginan Mingyu bila kekasihnya sudah bertingkah seperti saat ini.

But promise me, if you don't like it just say it, dan kita ngga akan pakai itu lagi. Oke?” Wonwoo berkata sembari mendudukkan badannya untuk melihat sex toy apa saja yang Mingyu bawa.

Yes yes, I love you, Jeon Wonwoo.” kata Mingyu segera memeluk tubuh Wonwoo dari belakang dan menciumi bahu prianya yang sudah tak terlapisi sehelai kainpun.

We'll use this.” kata Wonwoo ketika memegang dan langsung mencoba finger vibrator di jarinya, lalu membuka kotak cokelat panjang yang berada di samping pouch di hadapannya, terdapat bando dengan bentuk puppy ears furry berwarna abu putih dengan furry puppy tails berwana senada dengan butt plug di ujungnya, Wonwoo menatap kekasihnya yang sedang tersenyum sumringah.

“Ini?” tanya Wonwoo, Mingyu mengangguk bahagia seperti maltese yang mendapatkan mainan baru. “Well, it’ll be sexy on you, so, we will use this as well.” kata Wonwoo tersenyum.

“Kalau gitu, kita pake dua ini aja. Ini ngga, ini ngga.” lanjut Wonwoo setelah memegang benda berbulu dan silikon berwarna transparan dengan pola bergerigi, kembali menatap kekasihnya yang sedari tadi masih memeluk tubuhnya.

“Kok cemberut?” tanya Wonwoo ketikah melihat kekasihnya mengernyitkan keningnya. “Kan ini udah diturutin.” lanjutnya, sembari mencium punggung tangan kekasihnya dan mencium pipi lembut wajah yang masih berada dibahunya.

“Mau yang itu juga, kak.” tunjuknya pada benda berbahan stenlis lurus dengan bulatan sepanjang ukurannya — prostate massagers. Wonwoo segera menggelengkan kepalanya, tanda bahwa ia tidak setuju.

No, no, it will hurt you, centil, ini keras, sayang.” omel Wonwoo. “Ini aja ya?” bujuk Wonwoo sembari memiringkan tubuhnya, meraih benda berbulu berbentuk lingkaran dengan bolong di tengahnya, berbahan silikon seperti cincin — ring cock, ia mencoba untuk merayu kekasihnya dengan ketiga benda yang ia setujui.

“Hnggg, ya udah.” jawab Mingyu dengan pasrah.

Love you?” kata Wonwoo dengan mengecup kening Mingyu.

Too.” jawab Mingyu sembari melingkarkan tangannya ditubuh sang kakak, dan mengecup bibir tunangannya itu.

“Oke, kalau gitu, aku bebersih dulu sebentar ya.” izin Mingyu, beranjak dari tempat tidur lalu membawa dan membersihkan sisa sex toys yang berantakan di atas tempat tidur, kemudian menghilang di balik pintu kamar mandi, meninggalkan Wonwoo.

Seperti yang sudah-sudah, bila sedang menunggu Mingyu membersihkan bagian vitalnya, Wonwoo selalu menghabiskan waktu dengan menonton apapun di youtube, sembari menyenderkan kepalanya di headboard tempat tidur, menutup bagian bawahnya dengan bedcover yang senada dengan seprainya. Tanpa ia sadari, kali ini Mingyu sudah telanjang tanpa sehelai kainpun, dengan bando puppy ears berbulu dikepalanya, ia sudah merangkak dengan gerakan meliuk ke kiri dan ke kanan yang disengaja untuk menghampiri tunangannya yang sedang menatap ke layar ponsel dengan serius, kemudian menduduki paha atas Wonwoo yang masih terbalut selimut. Ia mengambil, da meletakkan benda pipih tersebut ke atas nakas sebelah tempat tidur, dan membawa tangan kosong Wonwoo kebagian bawah belakang tubuhnya yang sudah ia persiapkan.

Cares me all over, kak.” pintanya sembari berbisik. “Di sini tuh gatel.” lanjutnya dengan menuntun jari tengah Wonwoo, menunjukkan tempat yang ia katakan gatal.

Wonwoo yang memang sudah terpancing dengan tingkah nakal Mingyu saat ini sudah tak ingin lagi menunggu, karena si dia sudah sangat ingin mengacak Mingyunya.

Pria dominan itu membanting tubuh bongsor Mingyu ke sampingnya, menyingkirkan bedcover yang ia gunakan, lalu menangkup tengkuk Mingyu dan mengelus paha halus tanpa sehelai kain di bawah sana dengan lembut, tanpa rasa ragu si dia yang tampan menyatukan bilah bibir mereka, lumatan demi lumatan yang menuntut menciptakan desahan-desahan dari keduanya yang saling beradu teredam di dalam sana dengan jari-jemari Wonwoo yang bermain-main nakal di bagian bawah Mingyu.

“Nggghh—“ rintihan nikmat dari Mingyu keluar saat Wonwoo langsung menelusupkan kedua jarinya bersamaan ke dalam rektum pria yang lebih muda, tak hanya sampai disitu lidah Wonwoo juga sudah turun dan bermain dengan nipples Mingyu yang tegang, seolah mengundang Wonwoo dan meminta pria dominan itu untuk memanjakannya.

Oh, shit. Ngghh— deeper, kakhhh—“ dengan napas yang beradu, dada yang membusung, salah satu kakinya sudah berada di bahu sang kekasih, Mingyu meminta jari-jemari Wonwoo untuk terus menusuk titik manisnya, tempat yang sudah sangat tunangannya hapal. Tubuh indah Mingyu meliuk nikmat.

“Suka?” tanya Wonwoo dengan suara beratnya sembari memasuk keluarkan jarinya di bawah sana, semakin cepat, semakin dalam.

“Aah— aaahh— baaahhh—ngeett.” jawab pria yang ditanya sembari terbata-bata sambil menelan saliva-nya kasar dan membusungkan tubuh indah tersebut dengan kejantanannya yang sudah menegang karena stimulasi yang Wonwoo berikan membuatnya berantakan, peluh mulai keluar perlahan dari dahi pria manis bersuarai gelap sedikit ikal itu. Wonwoo semakin menatapnya penuh puja. Pria ini, wajah ini, moment seperti ini, menjadi pemandangan paling indah yang selalu ia kagumi.

Wonwoo melepaskan jarinya, mengecup bibir Mingyu yang masih terbuka dengan saliva yang sedikit menetes di sana, kemudian, membuka kedua kaki Mingyu lebih lebar dan memasukkan furry puppy butt plug yang sudah diberikan pelumas kesukaan Mingyu agar stainless steel itu tidak menyakiti lubang pria kesayangannya. “Nuuuu— hnggghh—“ rintih pria itu ketika merasakan ada benda dingin dan kokoh terbuat dari metals memasuki lubang berkedutnya yang sudah mengeluarkan cairan bening.

Yes, hottie?” jawab Wonwoo saat menatap mata kekasihnya yang sudah basah dengan air mata serta peluh yang membasahi surainya. “Come here!” kata Wonwoo, membawa tubuh Mingyu ke atas pangkuannya, yang sudah bersandar pada headboard. Pria dengan bando dan buntut berbulu tersebut langsung menurut, kemudian sibuk mengecupi ceruk leher Wonwoo, menyisakan bekas di sana, menggigit daun telinga dominannya itu sembari menggesekkan kemaluannya dengan milik Wonwoo yang masih tertutup underwear, walau sudah terasa sangat padat.

“Kak, I want you to see me jerk off.” bisik Mingyu dengan suara paraunya. “Aku mau kamu lihat se-horny apa aku kalau mikirin kamu.” bisiknya dengan suara pelan yang sedikit parau, membuat seluruh bulu kuduk Wonwoo berdiri.

Mingyu memulai aksinya, tubuh indah itu mulai meliuk sangat menggoda, pria yang lebih muda mengecup seluruh tubuh Wonwoo sembari mendesah karena gesekan benda di dalam lubangnya ketika ia bergerak. Dengan gerakan erotis, Mingyu turun ke bagian bawah Wonwoo, melucuti satu-satunya kain yang tersisa di tubuh sporty prianya, membuang fabric itu sembarang.

Mingyu kembali menaiki tubuh Wonwoo, membelakangi pria itu, “You should see my hole, is it cute?” tanya Mingyu saat menunggingkan bokongnya yang bulat sempurna ke depan wajah kekasihnya agar si dia dapat melihat plug yang sudah tertanam di dalam lubangnya.

Cute, baby. I want to bite your ass!” kata Wonwoo sembari menarik bongkahan bulat sempurna di hadapannya dan memukulnya benda itu pelan, dan menggigit bokong kekasihnya. Ringisan erotis Mingyu bergema di ruangan itu.

Sementara suara berat Wonwoo keluar karena Mingyu yang bekerja di bawah sana, “Ssssshhh— Fuck, Igu— yess, deeper, sexy!” desah Wonwoo saat merasakan benda basah tak bertulang berada di kejantanannya, serta tangan hangat kekasihnya memegang miliknya dengan sempurna. Mingyu licked and sucked Wonwoo’s dick until his lovers almost went crazy from the amusement and pleasure at the same time.

Mulut yang selalu berceloteh itu menghisap kejantanannya, memberikan gestur naik dan turun, serta permainan lidah yang memabukkan pemiliknya. Pria cantik itu juga memainkan kedua testicles Wonwoo secara bergantian, menjilatnya, memasukkannya ke dalam mulut hangatnya, lalu, kembali sibuk pada penis berurat Wonwoo yang semakin menegang, menjilati benda itu bagai ice cream chocolate mint favorite-nya.

Wonwoo hanya bisa meringis dalam kenikmatannya, mendesah memanggil nama Mingyu, sesekali ia menampar pelan benda sintal yang ada di hadapannya. Menciumnya, bahkan memberikan tanda kemerahan di sana.

Yes, Igu it’s so good! Your tongue— sshhh—” Wonwoo menggerakkan pinggulnya agar kejantanannya dapat masuk utuh ke dalam mulut Mingyu.

“Ngggghaahh!!” desah Mingyu, melepaskan kejantanan Wonwoo yang sudah menegang sempurna di dalam mulutnya.

Si dia berbalik, mengecup bibir Wonwoo, lalu membangunkan tubuh kekasihnya, mengajaknya untuk berdiri dan menuntun tubuh dominan itu ke pinggir tempat tidur, meminta Wonwoo duduk di pinggirnya. Ia sendiri berjalan mundur menuju sofa hitam yang berada di ruangan ber AC itu, agar kekasihnya dapat melihat jelas apa yang akan dia lakukan.

Watch me, babe.” pinta Mingyu kepada kekasihnya. Wonwoo yang sudah terduduk di pinggir kasur menatap kekasihnya tanpa berkedip, mencari tahu apa yang akan si dia lakukan di sana.

Pria manis itu menidurkan tubuhnya dalam posisi miring di sofa panjang, lalu membuka lebar dan meletakkan salah satu kakinya ke atas sandaran sofa, memamerkan lubang anus-nya yang terisi penuh oleh puppy tails butt plug dan sedikit basah, kemudian ia mengelus kejantanannya sebentar untuk meratakan pre-cum-nya pada benda berurat yang mengeras itu, setelah dirasa rata, kemudian Mingyu memilin salah satu nipples-nya, salah satu tangan lainnya sudah berada di butt plug yang tertanam itu, perlahan melakukan gesture masuk dan mengeluarkan butt plug-nya.

“Angghhh — Wonuuhhh — hngggg — babe aaaahhh aaaahhh aaaahhh — Kaakk — ssshhh — I want to cum — aaaahh aah ahhh aaaah — Kak Nuuu — ngghhhh —“ desah dan erangnya sembari mempercepat butt plug yang keluar masuk di bawah sana, membayangkan seolah benda tersebut adalah kejantanan Wonwoo. Si dia yang manis itu memanggil ribut nama tunangannya dengan kaki yang sudah bergetar hebat, bersamaan dengan putihnya yang melesak keluar tanpa ia sentuh, mengotori perutnya. Sedangkan Wonwoo yang melihat permainan solo kekasihnya ikut mengocok kejantanannya, tak kuasa menahan putihnya yang nyaris keluar, pemandangan itu semakin membuatnya terangsang, gairah seksualnya sudah tidak terbendung lagi. Penisnya tak kalah berkedut sehingga ia bangun menghampiri sang kekasih, membuka lebar lagi kedua kaki Mingyu, membuka butt plug itu kasar dan memasukkan langsung kejantanannya ke dalam lubang Mingyu, “Fuck, kamu sexy banget.” kata Wonwoo dengan nada rendahnya, menggoyangkan pinggulnya rusuh, mendorong tubuh Mingyu.

“Aaahh aaahh, kak— ahh— cum inside me— ngghh—” desahan ribut Mingyu dengan suara tersenggal, pinggul Wonwoo bergerak acak dan penis-nya masuk keluar dengan leluasa di bawah sana.

“Aaaaahhhhhggg— Damn you, hottie” Mingyu merasakan kejantanan kekasihnya berkedut, dan ada cairan yang mengisi lubangnya. Wonwoo mencapai puncak pertamanya, lalu, ia memeluk tubuh bagian depan Mingyu, walaupun ada sperma pria manis itu, ia tidak perduli. Sang pria yang lebih tua itu mengecup seluruh wajah tunangannya, mengelap peluh di kening pria itu, mengeluarkan penisnya perlahan dan menggendong tunangannya kembali ke tempat tidur dengan bridal style.

“Centil, kamu super hot, I can't even control myself.” bisik Wonwoo yang sudah merebahkan diri di samping Mingyu, memberikan lengan atasnya sebagai bantal untuk pria di sampingnya.

They're still naked, hugging each other, and cuddling. Their game isn't over yet.

“Aku kaget kamu samperin gitu, tapi suka banget kamu kaya tadi, I'm happy to be your whore kak.” jawab pria yang lebih muda itu, mengecup dada bidang dominannya.

You'll always be my only one whore, sayang.” jawab pria yang lebih tua itu. “Ngapain aku nakal di luar kalau pulang ke rumah udah ada kamu yang siap ngangkang untuk aku, hmm?” lanjut Wonwoo dengan kalimat uncensored-nya, sembari memeluk erat kekasihnya, sesekali memberikan kecupan-kecupan gemas diseluruh wajah prianya.

Setelah cuddles, Mingyu memegang kejantanan Wonwoo, “But, I’m still craving for this.” kata pria manis itu sembari naik ke tubuh Wonwoo, memberikan bagian bawah tubuhnya ke hadapan kekasihnya, lalu ia kembali mengulum benda milik dominannya yang masih sedikit sensitif itu.

“Sssshhh— pelan-pelan, sayang.” pinta Wonwoo sembari berdesis karena kejantanannya yang masih sedikit ngilu.

“Mpphh—“ Mingyu seakan mengacuhkan permintaan Wonwoo untuk pelan-pelan memanjakan kejantanannya.

Melihat Mingyu yang mengacuhkannya, Wonwoo membuka lebar kaki kekasihnya, ia langsung bertemu dengan lubang manis itu yang meminta untuk segera kembali dijamah. Lidah Wonwoo dengan refleks bermain di sana, perlahan menjilati pinggiran berkerut berwarna merah muda efek permainan sebelumnya, lubang yang masih terasa sensitif, tapi, justru Mingyu saat ini sangat menikmati ketika sang dominan memberikannya rimming, terlihat dari kejantanannya kembali bangun perlahan.

“Hnggg—“ desah Mingyu manja saat lidah Wonwoo di dalam sana. “Masukin, kak! Aaaahh—“ pintanya, desahan bersamaan dengan pinggulnya yang bergoyang seolah menuntun lidah Wonwoo bermain-main di lubangnya. Tak sampai di situ, Wonwoo memijat kejantanan Mingyu dengan tangan yang sudah ia hiasi finger vibrator di jari tengah tangan kanannya, meletakkan benda bergetar itu di ujung penis Mingyu untuk menstimulasi kejantanan sang kekasih yang sudah kembali menegang walaupun masih terasa sensitif.

“Haaaa~aakkk—” Mingyu yang sedang mengulum kejantanan Wonwoo sedikit kaget dibuat oleh rangsangan yang ia terima. Ia lupa keberadaan benda kecil itu.

“Hhhh — Suka, sayang?” tanya Wonwoo disela desahannya ketika ia mulai bermain dengan kedua testicles Mingyu secara bergantian dengan jarinya, memberi sensati vibrasi di bawah sana.

Kejantanan Mingyu sudah menegak sempurna, namun, pria manis yang lebih muda itu masih memanjakan benda berurat milik kakaknya. Wonwoo yang masih memanjakan lubang anus Mingyu dengan lidahnya pun kini sudah memainkan kedua nipples Mingyu dengan finger vibrator dijarinya hingga tubuh pria manis itu bergerak berisik di atas tubuhnya. Desahan demi desahan yang semakin berisik mulai terdengar dan saling bersautan di ruangan itu, memanggil nama masing-masing sebagai tanda kenikmatan yang mereka rasakan.

Setelah merasa puas dengan kejantanannya yang berdiri tegak, pria yang lebih tua itu menyudahi permainan mereka dengan posisi seperti saat ini.

“Sini, centil.” Wonwoo mendudukkan badan keduanya, posisi mereka saat ini adalah dada Wonwoo yang kembali lengket sudah menyentuh punggung Mingyu yang tak kalah berkeringat.

Pria yang lebih tua mengambil kedua tangan Mingyu untuk berada di atas kepalanya, agar ia dapat lebih mengakses bagian depan tubuh tunangannya. Dengan gairah seksual yang sudah tak mampu dibendung, pria yang lebih muda pasrah dengan apapun yang akan Wonwoo lakukan untuk mendapatkan sentuhan-sentuhan sensual dari sang kakak.

Kini posisi duduk mereka berseberangan dengan kaca besar yang terdapat di kamar sang dominan.

Look at you, my hottie slut!” bisik Wonwoo sembari membuka lebar kaki sang kekasih, mengecup telinga dan pipi tunangannya. Kaca di seberang sana sudah memantulkan lubang merah jambu yang masih berkedut, dan basah, dengan kejantanan Mingyu yang hampir menegang sempurna, tak lupa memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya yang berwarna ungu karena hickeys yang ditinggalkan Wonwoo.

Look in the mirror, cantik, lihat dengan jelas apa yang akan aku lakukan ke kamu.” pinta pria tampan itu, Mingyu menatap gerakan kekasihnya melalu pantulan di cermin.

Wonwoo mengambil cock ring furry yang ia sudah siapkan juga, membuka jepitan pada benda berbulu itu dan memasangnya di pangkal kejantanan Mingyu yang hampir berdiri tegak.

This is mine.” kata Wonwoo, memijat sensual bagian batang kejantanan Mingyu, naik dan turun.

“Ahhhng~” Mingyu mendesah, terdengar desahan itu masih tertahan.

And this is also mine.” lanjut Wonwoo setelah melihat Mingyu masih menahan desahannya, ia langsung menelusupkan kedua jari polos tanpa alat sekaligus ke lubang yang memerah di bawah sana. Mingyu menggigit bibir bawahnya untuk menahan erangan nikmat. “Liat kaca, sayang. I will fuck you harder as you wish.” kata Wonwoo, sembari memilin salah satu nipples Mingyu dengan finger vibrator yang masih ia gunakan, membuat sensasi menggelitik pada tubuh Mingyu.

One— hhh— more finger, please—” pinta Mingyu. Tanpa perlu berpikir panjang, Wonwoo menambah satu jarinya lagi. “Aahhngg— so good— Aahhh— hnggg—“ desah Mingyu tak tertahan, akhirnya menggema diseluruh kamar ketika ketiga jari Wonwoo memberikan gesture keluar masuk di bawah sana, ditambah lagi dengan gigitan serta hisapan pria tampan itu di tubuhnya. Tangan Wonwoo yang lain sudah sibuk memijat kejantanan Mingyu, memanjakan kedua tersiclesnya yang ikut bergoyang seiring dengan gerakan jari Wonwoo di sana. Darah memenuhi benda berurat milik Mingyu yang mulai berkedut di bawah sana, namun, tidak bisa keluar karena ring cock yang terpasang.

Kini bibir mereka kembali bertautan, lumatan demi lumatan untuk meredam desahan nikmat yang keluar dari bibir Mingyu dan erangan gemas dari Wonwoo. Air mata terjun bebas ke pipi Mingyu, tapi, ia menyukai sensasi yang ia rasakan saat ini.

“Kak— hngg—“ desah Mingyu manja setelah Wonwoo melepaskan pagutan mereka. “Masukin sekarang, I want your dick right now, please.” mohonnya, memijat kejantanan Wonwoo di belakang sana dari posisinya saat ini. Wonwoo melepaskan pijatan Mingyu karena sejujurnya ia juga sudah tak sabar merasakan lubang Mingyu yang sangat basah dan siap melahap kejantanannya.

Ronde kedua mereka baru akan dimulai, Mingyu sebagai pemeran utamanya, dan Wonwoo akan memberikan semua yang pria manjanya itu inginkan.

Wonwoo memberi gigitan kecil pada daun telinga Mingyu, dan menunggingkan pinggul cantik kekasihnya itu, Wonwoo kembali membasahi lubang Mingyu, kali ini hanya dengan saliva-nya, begitupun dengan kejantanannya yang sudah siap menerjang rektum berkedut milik pria yang berada di hadapannya itu.

“Aaahhh—“ erangan kecil pria manis di depannya saat Wonwoo memasukkan kepala kejantanannya. Kekasihnya itu sedang menggoda.

Mingyu menggoyangkan pinggulnya, membantu dominannya agar mudah memasukkan sisa penis ke dalam lubangnya, karena ia sudah tidak sabar lagi. “Aaaaaaanghhh~” erangan panjang keluar dari mulut Mingyu saat Wonwoo memasukkan sisa miliknya dalam sekali dorongan. Lubang itu loss, ia dapat memasukkannya dengan mudah.

Wonwoo memegang kedua pinggul Mingyu, menggerakan selatannya dengan gerakan yang semakin lama semakin cepat, tak lupa dengan tanda-tanda kepemilikan yang Wonwoo berikan di punggung pria yang lebih muda.

Rintihan erotis kenikmatan dari bibir mungil Mingyu yang akan menuju puncaknya namun tertahan oleh benda yang berada di pangkal kejantanannya, serta desahan nikmat Wonwoo dengan suara rendahnya yang saling bersahutan menjadi backsound aksi mereka malam ini. Keringat peluh yang mengalir, air mata nikmat Mingyu, hingga suara kulit bertabrakan berkecipak, menjadi saksi kedua sejoli yang sedang merasakan surga dunianya.

Kini Mingyu sedang bergerak lincah di atas pinggul Wonwoo, ia masih sesekali menatap dirinya yang sudah berantakan dari pantulan cermin. Si dia yang sexy itu naik dan turun di atas Wonwoo, “Ahhng— Haaa—“ desahan yang tak terkendali, dengan kedua tangan Wonwoo yang membantu sang tunangan untuk semakin dalam menelan kejantanannya, hingga menyentuh sweet spot kekasihnya berkali-kali. Penis Mingyu yang semakin berkedut, dan kejantanan Wonwoo yang siap memuntahkan isinya di dalam sana untuk yang kedua kalinya malam itu.

“Jangan dijepit, Gu— Shit lubang kamu enak banget, sayang—” kata Wonwoo disela erangannya ketika pria di atasnya mulai memainkan rektumnya.

“Aaah— punya kamu makin gede~” ujar Mingyu manja merasakan kejantanan Wonwoo yang sudah berkedut, semakin besar, hingga menekan p-spot-nya lagi, membuat penis-nya ingin segera mengeluarkan kembali putihnya.

I want to come, Gu~” erang Wonwoo dengan suara rendahnya.

Cum enghhh— inside me, kak.” pinta Mingyu, masih terus mengapit kejantanan Wonwoo di dalamnya. “Ahhhh~ aku juga mau keluar, hngggg~ sakiitt—.” lanjutnya ketika merasakan kejantanannya sesak dan terhalang ring cock di bawah sana.

Wonwoo segera mencabut ring cock yang Mingyu gunakan ketika kekasihnya itu mengeluh manja. Sedangkan Mingyu masih menelan dan menjepit kejantanan sang dominan.

Shit, Jeon Mingyu, your hole is clenched.” erang Wonwoo ketika lubang Mingyu menjepit kejantanannya.

Hingga satu hentakan keras saat Wonwoo menekan pinggul kekasihnya ditambah dengan erangan panjang Mingyu, membuat Wonwoo memuntahkan semen di dalam lubang berkedut yang masih menjepitnya, dan dalam waktu yang bersamaan, “Engghhhhhh~” erangan panjang Mingyu menandakan bahwa ia kembali mengeluarkan putih kental dari penis yang belum tersentuh, hingga cairan itu beleber di atas seprai yang baru saja ia ganti tadi siang dan juga di perut Wonwoo.

Mingyu terkulai di atas tubuh Wonwoo, “Jangan dilepas, ngilu semua.” keluhnya manja, Wonwoo mengecup pucuk kepala kekasihnya itu, mengelus surainya lembut.

“Coba kak kamu panggil aku Jeon Mingyu lagi,” pinta Mingyu dengan suaranya yang lirih kepada pria dewasanya.

I love you, Jeon Mingyu, you worked hard tonight.” kata Wonwoo dengan nada suara rendahnya, mengecup bibir pria bongsor yang ada di atas tubuhnya.

“Heengggg~ *I love you too, Jeon Wonwoo.” jawab Mingyu.

“Hey, kenapa? Kok nangis?” tanya Wonwoo mengambil wajah kekasihnya yang masih bertengger di dadanya, air mata sudah turun ke pipi menggemaskannya, Wonwoo menghapusnya.

“Huhu, seneng akunya dipanggil Jeon Mingyu.” jawab pria yang lebih muda itu dengan nada suaranya yang manja dan parau.

“Sayang, kamukan memang soon to be Jeon.” kata Wonwoo, mengelus punggung kekasihnya yang masih tak berbusana dengan sisa keringat.

“Mulai hari ini, kalau kita lagi ngewe, aku mau dipangil Jeon Mingyu, kak.” kata Mingyu dengan polosnya, membuat Wonwoo yang melihatnya gemas setengah mati.

“Iya, sayangku, Jeon Mingyu.” jawab Wonwoo sembari tersenyum, memukul pelan bokong kekasihnya.

“Ngomong-ngomong, I want your videos when you’re solo in my phone and leptop, you’re hot as hell.” Goda Wonwoo, Mingyu menutupi wajahnya, malu.

Pemandangan yang sangat menggemaskan bagi Wonwoo, hingga pria tampan itu tak sanggup menahan kembali libidonya, ia melumat kembali bibir kekasihnya yang sudah bengkak itu, membawanya lagi ke dalam ciuman yang penuh dengan hawa napsu, kejantanan Wonwoo yang masih berada di dalam rektum Mingyu seolah merasa bersemangat kembali dan penuh gairah, hingga aliran darahnya turun lagi ke bawah sana — berdiri di dalam sana.

“Kak?” tanya Mingyu kepada tunangannya ketika merasakan ada sesuatu yang kembali mengeras di dalam lubangnya.

Sorry darling, he's so excited inside your hole.” jawab Wonwoo tanpa rasa bersalah, kembali memanjakan kedua puting Mingyu dengan jarinya, dan memagut bibir tipis pria di atasnya.

Kini waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Wonwoo dan Mingyu masih di dalam phase melepas rindu setelah 2 minggu tidak bertemu. Mereka tidak perduli apa yang terjadi di luar sana saat mereka sedang bersatu seperti saat ini, karena kini hanya ada mereka yang masih beradu di atas tempat tidur king size berbalut seprai hitam yang sudah berantakan, menikmati kembali rasanya terbang ke langit ke tujuh, dengan badan kembali berpeluh, bersamaan dengan lembabnya kulit, sehingga suara tabrakan kulit mereka masih menjadi latar belakang malam ini dengan desahan yang saling beradu memanggil nama mereka, menemani dua sejoli yang masih bersenggama itu, menghabiskan malam hingga berganti menjadi fajar.