mnwninlove

Tense Moment #2

Karina sudah berada di depan pintu kamar 2523, ia merogoh tasnya, ketika kalimat ‘Thank you, Dika’ Joshua send dan langsung dibaca oleh pemilik nomor tujuan. Sedikit lega? Tentu saja, dan akan semakin melegakan bila ia tidak menemukan Wonwoo di sudut manapun di dalam ruangan ini.

Pintu hotel berhasil di buka, ketika Karina masuk ia langsung membuka alas kaki ber-heels miliknya dan meletakkan sembarang, acuh hingga tidak melihat ada sepatu yang tidak biasa tersimpan rapih di sana. Berbeda dengan asisten pribadi suami Karina, ia membelalakkan matanya ketika ingin meletakkan sepatunya dan melihat sepatu putih sneakers milik anak manis yang sedang ia cari.

Mampus! Wonwoo’s here!’ jantungnya mulai berdegup kencang tak karuan, tentu saja, berharap 5 menit yang ia minta pada Dika cepat datang, agar ada seseorang di balik pintu mengebel atau telepon kamar berdering, kalau bisa sebelum Karina mendudukkan tubuhnya di sofa putih empuk itu.

Kring~ kring~

Tepat! Setelah Karina mendudukkan dirinya, “Duduk Jo, aku angkat telepon dulu.” jawab Karina.

***

Telepon di kamar ini berdering, sama dengan deringan yang melantun dari luar kamar, Wonwoo tidak pernah mengangkatnya karena hal simple, Mingyu tidak pernah memperbolehkannya — namun saat ini, tidak ada Mingyu, mungkin saja justru pria itu yang menghubunginya melalui telepon kantor. Entahlah. Jadi, Wonwoo mengangkat telepon itu dengan santai karena remaja SMA itu tidak tahu apa yang terjadi di luar. Betapa terkejut ia ketika diperdengarkan suara wanita yang ada di sambungan itu. Tante Karina. Wonwoo menutup telepon dengan perlahan, ia berharap semoga istri kekasihnya tidak merasa ada orang lain yang mengangkat telepon dari tempat lain.

OH SHIT! TANTE KARINA IS HERE!’ rutuk Wonwoo dalam hatinya dan ia menjatuhkan dirinya pelan ke samping tempat tidur yang berlawanan dengan pintu kamar. Pria manis itu segera mengambil tasnya, lalu mendekap tas sekolah, dan menyembunyikan diri — di kamar itu, sebisanya.

Bukan hari ini kan?

***

Ah, I see. Give me 5 minutes more, saya mau ke kamar mandi dulu dan setelah itu saya akan langsung ke lantai 17. Yes, thank you.” kata Karina dan menutup teleponnya.

“Aku disuruh ke Spa Center sekarang karena lagi ramai katanya, kalau aku telat, aku bisa nunggu sejam lagi dan pasti jadwalku sama Mingyu mundur. Ya kan?” tanya Karina, ia bersungguh-sungguh membawa lingerie pemberian suaminya dan sudah berencana untuk menggoda sang suami hari ini. Ia sudah lama tak dijamah oleh suaminya, wanita cantik itu rindu sentuhan-sentuhan pria kekar itu di tubuhnya. Sama dengan yang pernah ia ceritakan pada Joshua, suaminya tampak sedikit berubah, ia akan seduce suaminya dengan tubuh proporsionalnya, agar tidak bisa meleng kemana-mana lagi.

Karina berjalan ke arah kamar yang memang selalu dibiarkan dengan tertutup — pintu kamar utama, yang terdapat Wonwoo di dalamnya.

“Eh, kamu mau ngapain?” tanya Joshua ketika melihat Karina sudah ingin membuka pintu kamar Mingyu itu, menahan istri sahabatnya untuk tidak masuk ke sana, karena ia yakin 100 persen bahwa Wonwoo ada di dalam.

“Mau ke kamar mandi, gotta pee? Why?” tanya Karina kepada Joshua, di dalam kamar itu, Wonwoo dapat mendengar suara yang semakin jelas.

Karina tetap membuka pintu kamar suaminya itu, lalu melenggok memasuki tanpa merasakan curiga sedikitpun, karena yang ia lihat kamar ini masih kosong, hanya saja tempat tidur yang sedikit berantakan, Karina menggeleng, ia pikir mungkin suaminya sempat ke sini tadi. Ia langsung ke arah kamar mandi, sedangkan Joshua mengintip kamar tersebut dari jarak tempatnya berdiri.

Damn! Wonwoo beneran di sini!’ pikirnya semakin yakin ketika melihat tempat tidur yang terlihat dalam keadaan tidak rapih seolah ada seseorang yang baru saja menidurinya, sama seperti dengan yang Karina lihat.

“Aku pipis dulu sebentar.” teriaknya dari dalam kamar mandi yang tak kalah mewahnya dari semua benda yang ada di president suite room milik Mingyu ini.

“Oke.” kata Joshua dari depan pintu yang Karina biarkan terbuka.

Joshua masuk perlahan ke dalam kamar ketika mulai terdengar suara percikan air dari dalam kamar mandi, dan pria manis yang seumuran dengan Mingyu langsung melihat Wonwoo sedang meringkukkan tubuh jenjangnya menjadi sangat kecil, “Oh my God!! Cepet keluar, ngumpet di belakang pintu kamar samping, now!” pinta Joshua dengan berbisik. Wonwoo menatap ke segala penjuru, “Cepet!” bisiknya, anak manis yang masih menggunakan seragamnya langsung pergi dari kamar utama.

Dengan hati-hati mereka berdua keluar dari kamar itu. Wonwoo segera berjinjit lari ke tempat yang sudah diperintahkan Joshua, sedangkan pria di umur 38 tahun yang hampir jantungan itu duduk dengan perawakan sok tenangnya di sofa putih president suite room tersebut, sembari sesekali menatap kamar yang terdapat Wonwoo di belakang pintunya. Meyakinkan dirinya bahwa pria muda itu tidak akan terlihat oleh Karina.

“Kamar Mingyu kok agak berantakan ya? Apa tadi sempet ke sini?” tanya Karina ketika menutup pintu main room di ruangan ini. “Please tell the cleaning service to tidy up this room ya, Jo. I will seduce Mingyu to make love with me this afternoon.” tawa Karina sembari mengambil ponselnya dan meninggalkan tasnya di sana.

Suara samar masih terdengar, dari tempat Wonwoo berada, sedangkan dengan entengnya Joshua langsung mengambil sepatu kets Ace Bee Sneakers dari Gucci — milik Wonwoo — saat sampai rak sepatu ketika Karina mulai menatap rak yang berisikan sepatu Mingyu, “Kamu pake sepatu sneakers putih? Tumben?” tanya Karina yang melihat Joshua menggunakan sepatu milik Wonwoo. Iya, istri Mingyu sudah menatap ke rak sepatu dan sebelum adanya pertanyaan aneh yang membuat asisten pribadi Mingyu bingung untuk menjawabnya, maka Joshua pun mengambil sepatu yang kebetulan memiliki ukuran yang sama dengan miliknya.

Bunyi pintu terkunci sangat jelas terdengar di telinga pria manis berkacamata yang berada di belakang pintu, ia mendudukkan dirinya di sana, di dalam kamar itu untuk meredakan detak jantungnya yang terpacu. Selain ia baru bangun tidur, semuanya masih terasa seperti mimpi. Playing this kinda hide and seek driving hik crazy.

Kali ini ia masih bisa bernapas.

Tense Moment #1

“Mingyu masih di ruangannya ya, Jo?” tanya seorang wanita cantik yang siang ini hanya menggunakan jeans dan kemeja biru oversized dengan rambut dicepol tinggi sedikit berantakan, kacamata hitam merk designer ternama dan tas jinjing kulit mahal berukuran sedang, sembari memegang ponsel-nya.

“Iya, masih. Tapi, aku udah bilang kok kalau hari ini kamu sama dia ada jadwal body spa.” jawab Joshua sembari menenangkan dirinya agar tidak terlihat terlalu gugup di depan wanita ini. Sang ratu.

“Ngga terlalu sibuk kan, Jo? Ke kamar dulu yuk! Aku tuh mau ngobrol sama kamu, udah lama banget kan?!” ajak wanita yang memiliki tahi lalat di dagu kirinya.

“Tapikan, jadwal kamu ke Spa Center jam 11, Kar, kaya tinggal 5 menit lagi. Kenapa ngga langsung ke sana?” tahan Joshua.

Its okay, mereka pasti mau nunggu kok. Kan aku langganan tetap mereka.” jawab Karina sembari menarik tangan Joshua ke depan elevator khusus para executive. “Lagian aku istri CEO di sini, masa mereka rela ngga kerja lagi karena black list aku?” tawa renyah Karina.

Over, my life is over.’ keluh Joshua dalam hatinya.

“Pak Jo, kunci cadangan untuk kamar—” kata seorang tiba-tiba datang, namun terpotong, Joshua menghentikan kalimat pria yang menggunakan pakaian tak kalah rapih dari Asisten Pribadi Mingyu.

“NGGA!! Ngga jadi, bukan sekarang. I’ll call you, saya harus antar Mrs. Kim dulu ke kamarnya. Give her some respect, Dika.” pinta Joshua kepada pria tersebut — Dika Sukmabiantoro nama yang terdapat di name tags pada dada bidang itu, Manager Hotel di hotel tempat Mingyu dan Joshua kelola.

Pria itu menundukkan kepala, menyapa Mrs. Kim yang disebutkan Joshua, Karina menyapanya kembali dengan ramah, tak lama lift terbuka, pria yang bernama Dika itu membiarkan kedua orang itu masuk, sedangkan Joshua sudah memberikan gesture I’ll call your later dengan jemarinya kepada pria tampan itu. Dika tersenyum dan mengangguk pelan, lalu memencet tombol agar keduanya dapat segera naik menuju tempat yang ingin mereka datangi.

Wonwoo sangat hafal kemana elevator ini akan membawanya, tidak perlu waktu yang lama, pintu dengan pantulan dirinya itu terbuka, mau tak mau ia harus keluar dan mencari pintu yang biasanya ia kunjungi bila berkunjung ke sana. Tak lama ia berhenti di salah satu pintu yang bertuliskan nomor 2523, di lantai 25 dengan kamar nomor ke 23. President suit room dengan penandangan kota Jakarta yang terlihat bagus ketika malam hari datang. Wonwoo meraih kantung seragam yang terdapat didadanya, dan membuka kamar itu dengan benda tipis yang berada di tangannya.

Wonwoo melangkahkan kakinya ke dalam kamar yang berhiaskan interior mewah serba putih dan abu-abu itu, seolah ia masuk ke dalam kamarnya sendiri, ia melepaskan sepatunya, dan memasukkan sepasang sepatu putih kets-nya ke dalam rak sepatu yang terdapat di samping pintu masuk, lalu si dia yang manis itu masuk ke dalam salah satu ruangan yang berisikan tempat tidur besar dengan interior yang tak kalah mewah dengan ruang lainnya. Masih ada ruang lain sebenarnya, tapi ia selalu masuk ke dalam ruang ini karena wangi maskulin Mingyu bertebaran di sini. Lemari baju di kamar ini berisikan baju-baju milik kekasihnya, dari baju santai, baju olarhaga, hingga baju formal. Kemudian, botol-botol skin care dan parfume Mingyu terletak rapih di meja rias ruang itu.

Ia sudah selonjoran di tempat tidur king bed itu dengan anteng dan membalas chat dari teman-temannya satu persatu yang masuk ke ponselnya.

Day 5

“Terima kasih, tante, jadi merepotkan.” kata Wonwoo ketika mobil lamborghini aventador merah yang ia tumpangi sudah sampai di garasi rumah putih mewah bergaya mediterania itu. Karina — wanita yang ia panggil tante dan berada di kursi kemudi dengan senyumnya yang begitu anggun menggeleng, “Ngga kok, tante tuh tadi sekalian lewat sekolah kamu, jadi tante pikir sekalian aja jemput supaya ada temen ngobrol di jalan. Haha.” jawab wanita itu masih dengan anggunnya. Membuat Wonwoo merasa menjadi orang paling jahat di dunia.

“Ayo, masuk! Anggap saja rumah sendiri, Kakak Wonwoo. Kakak bebersih dulu, lalu kita makan siang, dan belajar lagi ya, kalau kakak capek, belajarnya sore juga ngga apa-apa, Woozi juga pasti senang kalau bisa tidur siang.” kata Karina sembari mengelus lengan pria yang lebih muda belasan tahun darinya itu sembari berjalan.

Wonwoo langsung disambut oleh anak berumur 12 tahun itu ketika ia memasuki rumah, “Kak Nu, kita mulai belajar sore saja ya? I’m so sleepy, dan kakak pasti capek kan? Ya kan?” kata anak kecil itu lagi sembari menggoyangkan tubuhnya lucu. Berharap Wonwoo mengindahkan permintaannya.

“Lho, kok lari, kan Woozi sedang makan?” tanya Wonwoo, anak itu memasang tampang melas. “Lagipula, Woozi selesai makan tidak boleh langsung tidur.” jawab Wonwoo.

I know, tapi tidak langsung belajar, kak.” keluh anak itu.

“Baiklah, kalau begitu. You can go to my room when you’re ready to study, deal?” tanya Wonwoo pada anak manja itu.

Deal!” dan merekapun melakukan pinky promise seperti biasanya. Wonwoo berpamitan untuk pergi ke kamar tamu yang sudah ia tinggali selama 5 hari ini untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, lalu ia ikut untuk makan siang bersama Karina dan kembali lagi ke kamarnya.

***

Hari ini Woozi meminta izin kepada mamanya untuk belajar di kamar Wonwoo, bibik juga membawakan cemilan buah untuk mereka nikmati dengan minuman juice agar mereka tetap fokus belajar.

Sudah jam 9 malam, dengan terkantuk-kantuk Woozi masih ada di atas karpet empuk di kamar tamu, berkutat dengan buku try out dan kertas-kertas lainnya.

“Woozi, tidur saja. Besok kita lanjut lagi, kamu udah ngantuk banget itu.” pinta Wonwoo.

“Tidak sanggup ke kamarku, let me sleep in your bed, Kak Wonwoo.” izin Woozi.

Sure, prince.” tanpa berpikiran panjang, Wonwoo mengizinkannya.

Anak 12 tahun itu langsung terbangun dari duduknya dan merebahkan dirinya ke atas kasur Wonwoo. Pria manis bermanik rubah itu menyelimuti Woozi agar tidak kedinginan, karena AC di kamarnya bersuhu cukup tinggi.

Sembari merapihkan barang-barang yang berantakan seusai mereka belajar tadi, Karina mengetuk pintu kamar Wonwoo, tentu saja ia mencari anaknya.

“Tidur?” bisik Karina.

“Ngga apa-apa, tante. Tidur di sini aja sama saya.” jawab Wonwoo.

“Dia tidurnya suka kemana-mana.” jawab Karina. “Nanti kamu kesempitan. Tante panggilon Om aja ya, baru pulang orangnya.” lanjutnya.

Deg! Ia sedang tidak ingin bertemu dengan Mingyu sebenarnya. Itu salah satu alasan ia bangun sangat pagi 5 hari ini dan datang ke sekolah saat Pak Satpam bahkan belum sampai. Wonwoo mual dan cemburu ketika melihat Karina selalu menggoda Mingyu seolah menunjukkan kemesraan mereka di dalam rumah. Sedangkan, Mingyu seolah tidak menolak, menerima saja apa tang istrisnya lakukan. Iya sih, itu merupakan hal normal merekakan sepasang suami istri yang sah, namun, hal yang paling menyebalkan untuk Wonwoo adalah ketika mata mereka bertemu dan manik elang itu menatap tajam ke arahnya, tatapan yang Wonwoo pun tak tahu apa artinya.

Setiap melihat pemandangan itu, Wonwoo seolah ingin berteriak, ‘Pria itu yang barusan Tante peluk adalah pria yang selalu mendesahkan nama saya tanpa tante tahu!’ rutuknya dalam hati, tapi ia harus bertahan. ‘9 hari lagi, We. Lo bisa!

Karina masih berada di kamar Wonwoo, dan pria manis itu tersenyum ramah, “Serius, tante. Ngga apa-apa kok, kasurnya juga gede. Saya ngga akan keganggu.” jawab Wonwoo yakin, yang terpenting untuknya saat ini adalah ia tidak tidak bertemu dengan Mingyu.

“Baiklah, biarin dia tidur di sini ya. Terima kasih, Kakak Wonwoo.” jawab sang tante yang menepuk lengan Wonwoo dan di balas anggukan oleh pria manis berkacamata sembari mengantarkan Karina ke depan pintu kamar.

Jam sudah menunjukkan waktu dimana Wonwoo sudah mengantuk efek dari membaca novel yang sedang dibacanya belakangan ini. Setelah menguap beberapa kali, ia pun menyerah dan langsung meletakkan bukunya di nakas samping tempat tidur, membuka kacamatanya, dan mematikan lampu yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, dan membiarkan sisi lainnya menyala. Woozi masih terlelap tidur di samping Wonwoo dengan memunggunginya, anak kecil manis itu belum bergerak terlalu banyak seperti yang Tante Karina deskripsikan. Sedangkan, Wonwoo memunggungi pintu kamarnya, dan mulai terlelap ke alam mimpinya.

***

Setengah tertidur, Wonwoo merasakan ada seseorang yang masuk ke kamarnya, tapi ia terlalu mengantuk untuk terbangun dan membuka mata. Mungkin seseorang yang ingin membawa Woozi kembali ke kamarnya, pikir Wonwoo, dan kembali ingin melelapkan tidurnya.

Sedangkan penyelinap berjalan perlahan, sedikit mengelilingi tempat tidur king bed di kamar tamu tersebut, mengecup jidat anak kecil yang berada di sana dan duduk di samping Wonwoo. “Geseran dikit, sayang.” Wonwoo sangat mengenal suara pria yang bebisik itu, ia adalah sang tuan rumah atau raja dari palace yang lima hari ini ia tumpangi.

“Ssst, jangan ngomong apa-apa, geser aja.” bisik pria itu lagi.

“Pintu?” tanya Wonwoo masih berbisik, agar anak manis di sampingnya tidak terbangun.

“Udah saya kunci.” mereka masih berbisik, Wonwoo bahkan belum melihat wajah kekasihnya, namun, ia segera menggeserkan tubuhnya agar pria dengan tubuh atletis tersebut dapat merebahkan badannya di balik punggung milik Wonwoo.

Mingyu — pria yang masuk diam-diam dan sudah merebahkan tubuhnya di samping Wonwoo langsung memeluk tubuh ramping itu dari belakang, menahan pria manis itu untuk tidak membalikkan badannya. Ia memberikan lengan kirinya sebagai pengganti bantal sang kekasih kecilnya, sedangkan jari jemarinya mengelus kepala anak semata wayangnya yang masih tertidur. Selain itu, tangan kanan Mingyu mulai perlahan bermain-main di tubuh Wonwoo dari bawah bedcover putih yang menjadi penghangat mereka malam ini.

“Kangen.” bisiknya sembari mencium pelan tengkuk pria di sebelahnya.

Jari-jemari Mingyu sudah bermain-main di atas kulit tubuh Wonwoo yang mulus dari balik white t-shirt dan boxer pendek yang pria manis itu gunakan untuk tidur. Jarinya mulai mengelus paha Wonwoo, lalu ke perutnya, kemudian tangan jahil itu mulai naik ke atas dada pria manis yang mati-matian menahan desahan dan rasa gelinya. Seolah tahu namun acuh, Mingyu mulai menggoda tubuh pria yang lebih muda itu bermain dengan dua tonjolan di dada pria di dekapannya, memilinnya, lalu mengelusnya pelan, mencubitnya gemas. Wonwoo sudah menggigit bibirnya untuk menahan desahannya agar tidak membangunkan Woozi yang tertidur di sampingnya. Wonwoo berusaha mati-matian untuk menahan desahannya, Mingyu memberikan tanda kepemilikan kecil pada tengkuk Wobwoo.

Dengan perlahan, Mingyu semakin mendekatkan tubuh mereka agar lebih merapat, lalu mengelus milik Wonwoo yang masih terlapisi sehelai kain katun yang berasal dari merk underware terkenal saat ia memasukkan tangannya ke dalam boxer tipis yang si manis gunakan.

Wonwoo semakin gelisah dengan apa yang Mingyu lakukan pada bagian selatannya. Pria manis itu bahkan tidak bisa menggeliat, karena gerakannya tentu saja akan membuat Woozi terganggu. Pria tampan bertubuh atletis yang lebih tua dengan hati-hati membalikkan tubuh Wonwoo, melihat pria manisnya panas dingin, dan tersenyum. Melihat bangga ulah yang ia lakukan pada baby foxy-nya. Sentuhan-sentuhan yang Mingyu berikan mampu memicu detak jantung si manis lebih cepat, serta kelenjar keringatnya memproduksi keringat lebih banyak malam ini, meskipun Wonoo sangat ingat bahwa ia menghidupkan AC di kamarnya dengan volume yang cukup tinggi.

Kini tubuh mereka sudah saling berhadapan, kedua pria dewasa secara hukum itu dapat melihat wajah mereka dalam samar lampu temaran, dan tanpa menunggu lebih lama lagi, Wonwoo menyatukan bibir keduanya yang langsung disambut oleh sang daddy, mereka saling melumat perlahan, untuk meminimalisir suara yang tercipta dari decakan antara bibir yang beradu. Sementara tangan Mingyu dengan lincah sudah menyatukan milik mereka di bawah sana, menggesekkan keduanya dari mulai tempo yang pelan hingga tempo yang sedikit cepat, desahan pelan tertelan di dalam cumbuan mereka. Mingyu melepaskan tautan mereka untuk melihat kekasihnya membuka mulutnya nikmat dengan suara tertahan di kerongkongannya. Hingga mereka menemukan puncaknya, cairan putih kental yang mengotori perut, baju dan sedikit bedcover putih yang menutupi tubuh mereka. Dua sejoli itu kembali melumat, seolah sedang mengungkapkan rasa rindu pada masing-masing. Tak lama setelah kejadian itu, Wonwoo kembali terlelap, masuk ke alam mimpinya, hingga pagi datang. Saat bangun dari tidurnya ia tak melihat daddy-nya di sana. Iya, sudah pasti bukan? Itu sesuatu yang obvious.

***

Untuk pertama kalinya dalam 5hari Wonwoo tinggal di istana serba mewah disetisp sisinya ini, pria manis berkacamata itu ikut sarapan di satu meja makan yang sama dengan pria yang semalam menjamahnya, istri cantik pria-nya, serta anak kecil yang sudah menggunakan seragam sekolah, mirip dengan seragamnya, hanya berbeda warna saja.

“Kak Wonwoo, berangkat sama Om Mingyu saja ya, nanti dianter setelah mengantar Woozi.” kata wanita itu membuyarkan lamunan Wonwoo yang sedang memikirkan kejadian tadi malam di kamarnya. Apakah Woozi mendengar mereka? Apakah Woozi sempat terbangun karena beberapa kali merasakan ranjangnya sedikit bergoyang?

Wonwoo terdiam seolah enggan menatap wajah pria yang sebenarnya 5 hari ini ia acuhkan pesan-pesannya, namun sesungguhnya Wonwoo sangat merindukan Mingyu, terlihat dari betapa ia menerima pria itu meraba tubuhnya tadi malam tanpa pemberontakan, bahkan pria manis itu sangat menikmatinya. Bila kita bertanya kenapa Wonwoo tidak membalas pesan pria yang lebig tua itu, mudah saja, karena ia marah, iri dan merasa cemburu dengan apa yang ia lihat. Namun, Wonwoo tahan mati-matian selama berada di rumah ini.

We go to school together, yeay!” sorak Woozi yang dibalas senyum manis Wonwoo, anak kecil itu sangat bersemangat.

“Semalam kamu tidur di ruang kerja lagi ya, Pa?” tanya Karina kepada sang suami, sembari membersihkan bibir Mingyu yang tersisa remahan roti bakar. Wonwoo memberikan tatapan sinisnya pada pria itu, Mingyu melihatnya? Tentu saja.

I thought Papa come to Kak Wonwoo’s room, semalam.” Wonwoo menatap Woozi dengan tatapan gugup yang disambut santai oleh Mingyu.

“Iya, I’m searching for my boy to gave him a little kiss good night!” jawab Mingyu tenang sembari mengedipkan matanya kepada Wonwoo. Wonwoo mengacuhkannya. Sayang sekali Karina yang sedang sibuk dengan sarapannya tentu saja melewatkannya. Wajah Wonwoo sebenarnya memanas, sedikit memerah, ia malu, Woozi yang mendapat jawaban, tapi hati Wonwoo yang bergemuruh. Tidak bisa ia bohongi bahwa jantungnya berdup lebih dari biasanya hari ini.

“Hehe, I know right!” balas Woozi sembari menghabiskan makanannya.

“Oh iya Papa, hari ini kita body spa di hotel kamu ya?” tanya Karina memeluk lengan Mingyu. Seandainya Wonwoo bisa menghilang, dia lebih memilih pilihan itu.

Mingyu membalasnya dengan anggukan, “I'll bring the lingerie you gave me, baby.” bisik Karina yang masih terdengar jelas di telinga Wonwoo, pria muda itu menatap ke sisa sarapan yang ada di hadannya, lalu tersenyum sinis. Semoga Karina sedang tidak menatap ke arahnya.

Wonwoo, Karina dan Mingyu kembali menghabiskan sarapan mereka dan bersiap-siap untuk kembali pada kegiatan yang harus mereka lakukan hari Jum’at ini.

***

Betul saja kata Karina, kini Wonwoo sudah duduk di kursi penumpang belakang, sedangkan Woozi sudah di kursi penumpang depan, dan Mingyu di kursi supir, mengemudikan mobil SUV hitam yang selalu pria tampan itu bawa untuk mobilitasnya. Kuda besi itu berjalan dengan mulus tanpa hambatan, walaupun ada beberapa jalan yang memang biasa macet.

Kini, mereka sudah berhenti di salah satu sekolah SD yang tidak terlalu jauh dengan lingkungan sekolah Wonwoo, hanya berbeda beberapa blok untuk sampai ke pintu sekolah pria manis di bangku penumpang belakang, seharusnya Mingyu tidak perlu mengantar hingga gerbang sekolah Wonwoo, karena Woozi dan Wonwoo kebetulan bersekolah di bawah Yayasan yang sama. Wonwoo bahkan bisa mengakses pintu khusus anak-anak murid di sana.

Woozi sudah izin turun dan meninggalkan kedua pria dewasa itu berdua. Sepanjang jalan, pria manis itu masih terdiam duduk di kursi belakangnya, sampai saat ini. Sesekali menatap kaca spion yang memantulkan bayangan Mingyu, begitupun Mingyu.

“Kamu masih mau nyuekin saya, Baby?” tanya Mingyu, membuka suaranya ketika hanya ada mereka berdua di dalam mobil itu. Wonwoo masih mengacuhkannya. “Kita ngga akan ke sekolah kamu kalau kamu masih seperti ini, Baby.” lanjut Mingyu, dan Wonwoo masih mengacuhkannya.

Mingyu memberikan sen mobilnya, mengambil arah yang berlawanan dari gerbang sekolah Wonwoo. Dan benar saja, mereka tidak pernah menuju gerbang sekolah Wonwoo.

They’re Safe


tw: not-so-NSFW but implisit content, sx in the car, a lil bit public sx, quickie.

Di meja makan dengan keluarga yang terlihat tampak baik-baik saja membuat Wonwoo rasanya ingin muntah. Seperti saat ini, kekasihnya — suami dari wanita paling cantik di meja makan itu — seolah sedang berperan layaknya suami yang terbaik, penuh perhatian, dan kasih sayang. Bagaimana tidak, Mingyu — kekasihnya — yang duduk persis di seberangnya kini dengan tangan kanannya memegang tangan kiri sang istri, sedangkan kakinya dengan lincah mengelus paha Wonwoo, begitupun dengan pria manis itu yang justru sesekali membelai kaki kekasihnya ketika sudah mulai menggoda pusat yang berada di selangkangannya. Wajah Wonwoo berubah? Tidak, ia justru berusaha untuk terlihat biasa saja. Jujur, ia semakin menikmati permainan hide and seek ini.

Wanita yang Wonwoo panggil Tante Karina itu sedang bercerita dengan bangga dan bahagia bagaimana liburan keluarga mereka di Los Angeles, sekitar 3 bulan yang lalu saat Wonwoo sedang menyiapkan segala tes masuk perguruan tinggi dan ujian nasionalnya, namun, tanpa Karina tau pada saat yang hampir bersamaan pria manis itu juga berada di sana. Bila Tante Karina bercerita tentang view indah untuk berjalan-jalan bila keluarga mereka akan kembali lagi atau memberikan rekomendasi tempat makan di sana. Tetapi, yang Wonwoo ingat, saat di sana ia dan Mingyu beberapa kali bersenggama di bawah lagit serta kerlipan bintang City of Angels dari ruang tidur salah satu hotel suite room bintang 7 yang Mingyu pesankan hanya untuknya dan Wonwoo. Atap kamar yang bisa dibuka sehingga sang penghuni dapat melihat kerlipan bintang dan cahaya bulan, bahkan rintikan hujan ataupun salju. Liburan dan berbelanja, tidak pernah semewah dengan apa yang Wonwoo rasakan.

“Kita ketemu kan ya, Kak, waktu di LA?” tanya sang wanita berumur 36-an itu. Wonwoo mengangguk sambil tersenyum sangat manis kepada wanita itu. Pertemuan itu jelas tidak sengaja. “Terus gimana, Kak Wonwoo test masuk kuliah di sana? Lulus?” iya, Wonwoo beralasan kalau ia di sana untuk menjalani test beasiswa dari Kedutaan Indonesia, tentu saja ia bohong.

“Masih menunggu, tante.” Wonwoo sudah mahir dalam berbohong, tidak hanya kepada orang lain, namun dirinya sendiri. Tidak perlu diragukan lagi. Sedangkan wajah Mingyu lebih santai dan datar, jelas ia lebih mahir lagi untuk bersandiwara.

***

Wonwoo dan Woozi kini sudah pindah ke ruang tengah untuk kembali belajar, anak kelas 6 itu bosan dengan suasana ruang belajar yang menurutnya terlalu sumpek.

“Ngga apa-apakan Kak Nu kalau aku mau belajar di ruang tengah, ada mama sama papa? Tapi, jauh kok mereka.” tanya Woozi, tentu saja Wonwoo menyetujuinya, apa yang bisa ia lakukan sih? Ia hanya seorang tutor. Wonwoo mengangguk, lalu duduk di atas karpet super empuk dan Woozi di sampingnya.

Sedangkan, Mingyu beserta sang istri duduk tidak jauh dari tempat mereka, dari pandangan Wonwoo, kini Tante Karina berada di lahunan kekar yang selalu ia duduki, ia melihat mereka tertawa nyaring bersama, wanita itu sesekali mencium suaminya — yang sering Wonwoo cium juga, Mingyu mengelus pinggang dan paha wanita berambut panjang itu, pemandangan yang …. sangat memuakkan untuk Wonwoo. Iya, dia cenburu, hanya ada satu kalimat yang terlintas dibenaknya, ‘That should me me, right? No?

Sebelum Wonwoo kembali ber-acting layaknya tutor, mata mereka bertemu. Mingyu tahu Wonwoo melihat semuanya, dan Wonwoo tahu Mingyu tahu dari tatapannya bahwa ia tidak suka dengan pemandangan itu, tapi apa yang bisa pria manis berkacamata tersebut lakukan?

Di samping itu, Wonwoo juga harus professional, ia perlahan mulai mengembalikan fokusnya, melupakan sepasang suami istri itu dan terfokus pada anak kecil yang sedang serius di sampingnya, membuat Woozi terlihat sangat lucu saat ini. Pemandangannya, sangat menggemaskan.

***

“Wah, udah jam setengah 9, adek ngga kasian sama Kak Wonwoo, nanti pulang kemalaman lho!” kata Tante Karina membuyarkan konsentrasi Wonwoo dan fokus Woozi saat ini. Mingyu berada di belakang wanita berambut panjan yang Woozi panggil Mama memperhatikan pria berkacamata itu dengan manik elangnya, dan tatapan mereka bertemu.

“Kak Nu, menginap saja!” pinta Woozi menatap Wonwoo penuh harap, dan menatap orang tuanya penuh melas.

“Tidak bisa, besok kakak harus berangkat sekolah.” tolak Wonwoo sembari mengacak lembut rambut anak manis itu.

“Hari Jum’at les lagi kan, Kak?” tanya Karina. Oh iya, ia harus menggantikan janji temunya karena Jum’at ia dan Mingyu akan pergi.

“Jum’at saya ada les insentif untuk ujian mandiri, tante. Kalau kita ganti Kamis, jadi saya majuin sehari, boleh?” tanya Wonwoo. “Untuk minggu ini les di hari Selasa, Rabu dan Kamis.” jelas pria manis itu.

“Gimana, adek?” tanya Karina kepada anak semata wayangnya.

“Boleh! Besok Kak Wonu ke sini lagi? Iyeay!” jawabnya.

“Untuk Minggu depan bagaimana?” tanya Karina lagi.

“Karena 2 minggu lagi Ujian Nasional tingkat SDnya, saya akan insentif mengajar Woozi, tante, we’ll start from next week, right, Mr. Woozi?” tanya Wonwoo,

Right, Ma! Let Kak Wonwoo stay here, jadi aku bisa belajar setiap saat.” izin Woozi kepada Mamanya. “Maukan, kak?” tanya Woozi kepada Wonwoo. Wonwoo hanya tersenyum canggung, berharap sang ibu tidak menyetujui perkataan anaknya. It will be awkward.

Alih-alih menolak, “Let him stay here while Woozi exam, who knows Woozi is more happy to study, karena ada Kak Wonwoo yang nemenin.” suara Mingyu, seolah percikan neraka untuk Wonwoo. Tinggal di sini? Hahaha, Mingyu tidak pernah membuat lelucon yang lebih lucu dari ini. ‘Dan saya tentu akan semangat untuk pulang ke rumah.’ lanjut Mingyu dalam hatinya.

“Boleh kalau papa sudah setuju, nanti tante siapkan kamar untuk Kak Wonwoo. Gimana? Adek senang?” tanya sang bunda kepada anak manisnya yang terlihat sangat bahagia.

“Baiklah kalau begitu, karena besok saya akan ke sini lagi, saya pamit pulang dulu.” kata Wonwoo. Iya, ia ingin pulang. “Kakak pulang dulu ya, besok kita hajar habis soal-soal jelek itu.” kata Wonwoo kepada Woozi yang dibalas anggukan menggemaskan si anak manja.

“Papa, tolong anterin Kak Wonwoo ya, Pak Asep lagi dibawa Mama ke Bandung.” pinta sang istri yang tentu saja disambut hangat oleh suaminya, seperti diberi banyak kesempatan untuk bersama. Lebih dari hari biasanya.

“Ngga usah, Om Tante. Saya bisa pulang sendiri.” sela Wonwoo.

No no, kak. It's already late, mama said it's dangerous kalau kakak berjalan sendiri.” tolak Woozi, Mingyu langsung mengangguk setuju. Tentu dia bahagia akan bisa lebih lama dengan kekasih manisnya.

“Dianter papa ya, ngga apa-apa kok, papa hari ini lagi cuti.” kata Tante Karina insist.

Wait, Kakak Wonwoo boleh siap-siap dulu, saya ambil kunci mobil.” kata Mingyu. Wonwoo menuruti pinta kekasihnya seperti biasa.

***

Dan kini mobil SUV hitam milik Mingyu sudah meninggalkan pekarangan istananya, membawa Wonwoo yang duduk di kursi penumpang dengan baju yang lupa ia ganti — seharian ini dengan nyamannya ia menggunakan baju tidur satin ungu yang diberikan Mingyu.

“Oh, bajuku, ketinggalan.” kata Wonwoo ketika menyadarinya.

“Ngga apa-apa, sayang. Biarin aja, toh per minggu depan kamu tinggal di sanakan? Buat baju ganti.” Wonwoo tahu, kalimat Mingyu adalah kalimat godaan yang memang ingin menjahilinya.

“Ngga usah nyebelin, bukan aku yang minta, tapi anak kamu.” jawab Wonwoo.

My son looks like me, right? We’re both really like you.” kata Mingyu, mengelus paha pria mudanya dari bangku kursi pengemudi.

Seperti yang sudah-sudah mereka lalui bila bersama, Wonwoo dan Mingyu selalu tertawa, berbagi cerita dengan Wonwoo menceritakan sekolahnya yang pernah Mingyu lalui 20 tahun lalu, Mingyu juga menceritakan pekerjaannya yang membuat pria manis itu bingung, namun dengan sabar pria tampan di kursi kemudi menjelaskannya.

“Sudah sampai, sayang.” kata Mingyu ketika SUV hitam itu berhenti di depan pintu lobby apartemen yang sering menjadi tempat persinggahan untuk Mingyu. Wonwoo tahu, ini hanyalah persinggahan.

Can you stop by for a moment, Daddy?” tanya Wonwoo dengan suara manjanya.

Where? Ke dalam? I can’t, baby foxy, not today.” tolak Mingyu yang menggenggam tangan lentik pria itu dan mengecup punggung tangannya.

At least kamu parkir dulu, ada yang mau aku omongin.” kata Wonwoo pada pria itu, mencoba merayunya dengan mengelus paha kekar pria di sampingnya.

“Oke.” Mingyu menuruti anak manis itu, lalu mereka berputar, mencari parkir, hingga mereka menemukan parkiran sepi yang dapat dikatakan nyaris kosong di belakang gedung paling ujung komplek apartemen itu. Hanya lampu remang yang masuk ke dalam mobil, dan kaca film mobil inipun gelap, semakin meminimkan cahaya yang masuk.

Wonwoo melepas seatbelt-nya, dan bangun, duduk di atas lahunan Mingyu dan mematikan lampu jauh yang tadi Mingyu hidupkan, membuat suasana di dalam sana semakin gelap. Pria yang lebih tuapun menekan tombol hingga otomatis kursi kemudi itu terdorong ke belakang, membuat ruangan mereka sedikit lebih luas dan Wonwoo tidak akan dengan tanpa sengaja memencet klakson.

“Kenapa, my baby foxy?” tanya Mingyu yang langsung mengelus pinggang kekasih gelapnya, dan Wonwoo yang sudah memegang kedua bahu bidang sang daddy.

“Aku cemburu liat Tante Karina di pangku sama kamu.” jawab Wonwoo. Mingyu tersenyum, mengelus pipi dan bibir bayinya, lalu mengecup bibir itu perlahan.

“Bukan saya yang minta, sayang.” jawabnya. “Berbeda dengan kamu” lanjutnya.

“Aku juga iri liat dia bisa cium-cium kamu kaya tadi.” jujur Wonwoo, Mingyu kembali tersenyum, dan menciumi seluruh permukaan wajah Wonwoo.

“Tapi, ngga saya bales kok, kamu lihat sendirikan?” jawab Mingyu.

I see that sih, tapi aku juga liat kamu ngelus-ngelus paha dan pinggang tante, I’m not mad at you, aku ngerti, aku ngga boleh egois, tapi, boleh ngga aku request?” tanya Wonwoo, sembari memainkan telunjuknya pada dada Mingyu yang hanya terlapisi white t-shirt dan cardigan. “Nanti jangan sampe aku liat apapun tingkah laku mesra kamu sama dia, only when I'm at your house? Sisanya terserah, asal aku ngga tau, asal aku ngga liat, asalkan aku ngga denger.” lanjutnya.

Bukannya marah, Mingyu malah merasa sangat gemas dengan pria di hadapannya, tanpa aba-aba, ia malah mencium bibir pria di lahunannya, melumat bibir merah muda ke-orange-an, dengan tangannya yang mulai menggoda titik selatan pria manis itu. Wonwoo pun tak segan-segan kembali ke kursinya lalu menungging hingga kursi driver dan memberikan mouth job-nya untuk sang kekasih, membuat pria yang lebih tua menggila.

Pria yang lebih tua itu membuka laci mobil di depan kursi penumpang dan menemukan lubricant-nya di sana untuk membantu proses quickie mereka, ia langsung mengolesi pelumas itu pada tangannya, lalu ke belakang milik Wonwoo, dan kembali membawa tubuh Wonwoo untuk menyatukan tautan mereka di bawah sana.

“Saya — hhh — suka kamu cemburu, cantik.” kata Mingyu sedikit mendesah ketika Wonwoo melakukan gestur naik dan turun di sana. “Itu menandakan kamu sangathhh menyukaih saya.” lanjut Mingyu, masih dengan desahannya yang dibalas desahan lain oleh Wonwoo.

“Aku cemburuuhh — hh — aku iri ngghh — ahhng — aku marah.” desah Wonwoo hingga mempercepat temponya.

Dan mereka kembali lolos dalam babak kali ini.

In the Palace


tw: implisit content 18+, not-so NSFW, forbidden love, secret romance.

ting tong akhirnya setelah menatap pagar tinggi berwana hitam cukup lama, Wonwoo yang sudah basah kuyup menekan bel rumah bergaya mediteran dengan 3 lantai di hadapannya.

“Kak Nuuu, Kak Nuuu, tunggu sebentaaaar!” iya, suara Woozi menggema di intercomm saat melihat wajah Wonwoo dilayar kecil dari dalam rumah. Wonwoo hanya tersenyum mendengar suara itu, suara peri kecil yang dimiliki rumah kokoh bercat putih yang terlihat sangat mewah. Mewah sekali. Hingga terasa tidak mungkin ia masuk ke dalamnya dan menggantikan ratu dari istana ini.

Seorang wanita paruh baya sedikit berlari kecil dengan membawa payung dan menghampiri tempat Wonwoo berdiri, “Duh, Kak Nu nanti sakit kalau hujan-hujanan seperti ini.” kata wanita itu membawa tubuh Wonwoo yang sudah sangat basah berjalan ke arah dalam rumah.

Sang Raja yang tampan dari rumah ini sudah menantinya, ia membukakan pintu utama saat Wonwoo dan wanita paruh baya itu ingin masuk melewati pintu samping saja. “Lewat sini saja Kak Wonwoo, Bibik tolong di pel ya, biar saya yang antarkan Kak Wonwoo ke kamar tamu untuk bebersih.” kata pria itu membalikkan tubuhnya sesekali untuk melihat bahwa pria manis kesayangannya masih ada di belakangnya.

Mingyu berhenti sejenak, membuat Wonwoo menabrak punggungnya yang berjalan dengan terfokus ke lantai basah karena ulahnya. “Astaga!” kata Wonwoo terkejut, Mingyu langsung berbalik, memamerkan kedua gigi taringnya saat tersenyum, dan berbisik, “Jangan bengong, sayang. Fokus.” Kepala Wonwoo menatap kanan kirinya ribut, takut seseorang mendengar kalimat dari bibir Mingyu.

“Ngga ada siapa-siapa di sini, selain—” kalimatnya terpotong.

“KAAAAKKK WONUUUU!!” anak umur 12 tahun itu berhamburan ingin memeluk pria manis yang sudah ia panggil sedari tadi, namun terhenti saat melihat kakak tutor-nya basah kuyup. “Oemji, kakak basah sekali. Woozi tidak jadi minta peluk.” katanya, Wonwoo hanya tersenyum gemas mendengarkan kalimat anak kecil itu.

“Papa akan antarkan Kak Wonwoo ke kamar tamu untuk bebersih dulu ya, anak manis.” kata Mingyu kepada anak semata wayangnya itu dan mengelus pucuk kepalanya. Anak manis itu mengangguk yakin dan kembali menatap kakak tutornya.

“Woozi akan meminta bibik buatkan cokelat hangat untuk Woozi dan Kak Nu, Kak Nu harus mandi dulu! Papa said that you can get sick if you wet like this.” kata Woozi sembari berlari ke arah dapur, “Papa, do you want it too?” tanya anak kecil itu membalikkan badannya untuk melihat jawaban ayahnya yang sedang mengangguk, lalu Woozi kecil memberikan jempol yang berarti oke, lalu menghilang di pintu dapur.

***

Kini Mingyu dan Wonwoo sudah berada di kamar tamu yang Mingyu maksud, pintu sudah terkunci rapat, dan pria bermanik rubah itu sudah terhimpit oleh tubuh sang pemilik rumah dengan tembok berwarna abu-abu tua di belakangnya. Seolah tak ingin membuang waktu, mereka sudah menyatukan bibir mereka dan saling memagut mesra di sana. Dengan tangan lincahnya, Mingyu sudah melucuti pakaian basah kuyup Wonwoo yang terkena air hujan saat ia menerobosnya tadi.

“Ahh—” desahan pertama Wonwoo keluar saat bibir Mingyu mulai mengabsen rahang tegasnya, lalu ke leher jenjang miliknya, hingga ketulang selangkanya. Dengan tangan yang bermain-main di dada dan bagian bawah miliknya. Mingyu juga tak segan untuk menanggalkan pakaiannya, dan menggendong Wonwoo ke kamar mandi yang tersedia di dalam kamar itu.

Daddy, Woozi di luar.” kata Wonwoo sembari berbisik.

I know, baby. But we have to continue what was delayed this morning, sayang.” kata Mingyu seolah tak peduli bahwa mereka kini bukan di aprtemen Wonwoo, bukan di ruang kantornya, bukan juga di salah satu kamar dari hotel-hotel miliknya, atau tempat mereka berlibur, tapi ini di rumahnya — istananya yang sudah memiliki ratu dan tidak membutuhkan selir.

Desahan serta erangan menguap di ruangan hampa udara itu berserta dengan suara kucuran air, serta kulit basah mereka yang saling beradu. Ciuman, lumatan hingga saling bersilat lidah, bertukar saliva dengan desahan pelan yang lolos, maupuh erangan nikmat keduanya. Pelepasan demi pelepasan Wonwoo yang mengotori bagian tembok di hadapannya, hingga isi perutnya yang dipenuhi cairan putih milik pria yang ia panggil daddy.

Satu jam lebih waktu yang Mingyu dan Wonwoo habiskan di kamar mandi yang terdapat di kamar tamu itu hingga mereka benar-benar membersihkan diri dari kegiatan panas mereka yang sempat tertunda pagi tadi.

Daddy, sumpah pinggangku sakit banget sekarang.” omel Wonwoo saat sedang menggunakan pakaian yang Mingyu ambilkan dari lemari di dalam kamar itu — piyama ungu yang sangat pas dengan tubuh rampingnya, berbahan satin.

“Saya sengaja siapin itu buat kamu, berjaga-jaga kalau hari ini akan datang.” senyum Mingyu sembari mengecup leher jenjang milik Wonwoo dan collarbones-nya yang terekspos karena piyama kerah V yang pria manis itu gunakan. “Mana pinggangnya yang sakit?” tanya Mingyu setelah puas menjelajahi leher jenjang milik Wonwoo.

Pria manis itu menunjuk ke pinggangnya yang terasa sakit karena permainan mereka siang ini, lalu mengecupnya. “Semoga pinggang kamu cepat sembuh ya, baby foxy, karena sudah saya berikan obat yang paling ampuh.” Kata Mingyu, membuat Wonwoo tersipu malu karena diperlakukan selayaknya putri kecil.

Mingyu mengecup bibir Wonwoo dan meninggalkan pria manis itu di kamar tamu hanya dengan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya, berjalan ke arah kamar utama di istana ini dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa. Sedangkan Wonwoo, berjalan pelan menuju ruang belajar tempat ia biasanya gunakan saat mengajari Woozi.

Ia mendapati Woozi sedang tertidur di atas karpet bulu berwarna abu-abu sembari memeluk boneka Pororo yang sempat Wonwoo belikan sebagai oleh-oleh saat berlibur di Korea Selatan (dengan Mingyu).

Wonwoo duduk di samping pria remaja itu, menopangkan tangannya di pipi, sedangkan tangan bebasnya yang lain mengelus surai Woozi.

Anak manis berhati lembut ini bukanlah anak yang pantas mendapatkan perlakuan jahat seperti yang barusan aja gue lakukan, bukan? Woozi anak baik, maafin kakak ya. Very very sorry.’ hati lembut Wonwoo sedikit sakit memikirkannya.

Is he sleep?” tanya pria tampan dengan suara baritone-nya memecah suasana hening di ruang belajar Woozi, Wonwoo sedikit mendongak, lalu mengangguk.

Mingyu masuk perlahan ke dalam ruangan itu, seolah tidak ingin mengganggu anak semata wayangnya yang sedang tertidur, menghampiri Wonwoo yang terduduk di sebelahnya, mengambil dagu pria manis itu pelan agar mata mereka bisa saling bertatap, “Bangunin aja 15 menit lagi, dia harus belajar karena besok try out, oke, baby?” tanya Mingyu dengan suaranya yang lirih, Wonwoo menjawabnya dengan anggukan. “Have fun belajarnya, sayang.” lanjutnya, lalu mengecup bibir Wonwoo sebentar, membuat pria manis itu cukup terkejut dan meninggalkan kekasih gelapnya dengan anak semata wayang yang ia miliki di ruangan penuh buku serta mainan pengasah otak lainnya.

***

“Kak Wonwoo dan Den Muda, sekarang sudah jam 6, bapak sudah mengajak untuk makan malam.” kata wanita paruh baya yang menjemputnya di gerbang tadi siang setelah mengetuk pintu ruang belajar.

Please hang on, bibi, and tell papa that I’m taking my try out very seriously and can't be bothered.” jawab anak umur 12 tahun itu, sembari menggaruk kepalanya dengan ujung tumpul pinsil mekaniknya, tanpa melihat sekeliling, hanya terfokus pada soal di kertas yang terdapat di hadapannya.

“Waduh, den, saya cuma tahu sampai hang on saja, sisanya tidak hafal bibik.” kata wanita paruh baya itu, sembari menggaruk kepalanya yang Wonwoo tahu itu hanya gestur seseorang yang sedang kebingungan.

“Kakak ke depan sebentar, boleh?” izin Wonwoo kepada Den Muda yang sedang serius mengerjakan soal-soal itu.

Yes, please, Kak. I'm sure bibik doesn't know what I'm saying.” jawab Woozi mengizinkan Wonwoo untuk menemui ayahnya.

Absolutely, sweety.” jawab Wonwoo segera berdiri dari duduknya, mengelus acak surai anak kecil itu dan meninggalkan kamar belajar young prince, lalu berbicara kepada sang bibi.

“Di mana bapaknya, Bik?” tanya Wonwoo pelan.

“Masih di ruang kerja, Kak Wonwoo.” tunjuk jempol bibik pada salah satu pintu yang tepat berada di samping ruang belajar Woozi.

“Oke, saya coba ke sana ya? Kalau Tante Karina, sudah pulang?” tanya Wonwoo dengan sedikit ragu.

Sembari menunggu jawaban si Bibi, suara klakson mobil terdengar dari luar. Ratu dari rumah ini sudah kembali ke kerajaannya.

“Nah, itu suara mobilnya Ibu, saya turun dulu ya, Kak Wonwoo.” kata sang bibik meninggalkan Wonwoo di depan pintu ruang kerja Mingyu. Entah harus mengacuhkan saja pesan Woozi untuk sang papa, atau tetap masuk ke dalam ruang kerja prianya itu.

“Masuk!” pinta pria dari dalam kepada Wonwoo yang ternyata sudah mengetuk pintu kayu jati yang dicat rapih dengan warna putih, sangat bersih.

Wonwoo membuka pintu putih itu, dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam, hanya sedikit hingga ia bisa kabur saat Mingyu mendekatinya. Pria tampan itu langsung mengalihkan pandangannya dari layar leptop ke Wonwoo yang berdiri mematung, namun justru menurut Mingyu, Wonwoo dengan apapun merupakan pemandangan terindah sepanjang hidupnya.

Come, baby.” pinta Mingyu. Wonwoo menggeleng, ia mendengar suara langkah kaki yang berjalan elegan naik menuju arahnya.

“Ada tante.” jawab Wonwoo singkat. Mingyu berdiri dari kursi singgasananya, berjalan menghampiri Wonwoo yang masih membeku berdiri di tempatnya. “Don’t come closer.” pinta Wonwoo yang tentu saja tidak akan diindahkan Mingyu.

Mingyu segera menutup rapat ruang kerjanya, dan memeluk Wonwoo erat. “Stress banget saya, I can't even concentrate knowing you're in the next room. Bawaannya pengen pangku kamu, and caress your subtle body.” bisiknya.

Please behave, Daddy. Tante Karina di kamar sebelah.” kata Wonwoo dengan berbisik juga.

Mingyu memang sudah tidak bisa memikirkan hal lainnya, ia hanya ingin merengkuh Wonwoo selama mungkin, terutama saat ia bisa, walaupun dikeadaan seperti saat ini. Pria tampan berbadan kekar itu dengan impulsive-nya mengecup bibir Wonwoo berkali-kali, ia tak akan berhenti hingga pria manis berkacamata itu membalas kecupannya.

Terdengar samar suara wanita berkata, “Oh, Kak Wonwoo nya keluar, apa ke ruang kerja Papa?” tanyanya (mungkin) pada Woozi kecil. “Tapi mama ngga liat Kak Wonwoo deh di sini.” suara itu jelas semakin terdengar.

“Mama ke ruang kerja Papa dulu ya, sayang.” suara yang sudah sangat jelas terdengar. Suara yang jelas datang dari belakang daun pintu jati berwarna putih.

Mingyu masih memeluk erat tubuh si manis, seolah tak ingin melepaskannya dan tak perduli dengan apa yang ada di belakang daun pintu ruang kerjanya, ia masih mengecupi leher jenjang Wonwoo yang bagaikan candu baginya. Meanwhile, Wonwoo sudah hampir menggila karena pria di hadapannya yang masih sempat mengukungnya, debaran jantungnya yang tak karuan, keringat gugup mejadi sebesar biji jagung dipelipisnya ketika mendengar suara yang tak asing untuk mereka berdua semakin mendekat. Knop pintu yang sudah terdengar seolah ada orang yang akan membukanya, bahkan Mingyu masih tidak memperdulikannya.

Apakah ini waktunya?

Spend Tonight with You


tw: implicit content, not-so-really NSFW, romance, bed-talk.

“Siapa, Kak?” tanya seorang pria berkacamata dengan sweater abu-abu oversized dan celana boxer mini hitam yang tiba-tiba muncul dari arah dapur, sedang memegang secangkir teh manis di tangan kanan dan memberikannya kepada pria yang ia panggil kakak itu — Joshua.

“Oh, temen ku.” jawabnya sedikit terkejut menatap layar telepon genggamnya, lalu mengunci layar, dan meletakkannya di meja yang berada di depan sofa hitam yang ia duduki.

“Makasih lho, kamu jadi berbagi makan malam sama aku.” lanjutnya, menyeruput air di dalam cangkir yang ia terima dari pria manis sang pemilik apartemen.

Pria di samping Joshua hanya mengangguk sebentar, dan berkata, “Selow, Kak. Kalau Kak Joshua sering-sering main ke sini juga ngga apa-apa. Aku juga ngga terlalu suka makan sendirian kok, hahaha.” Joshua tau tawa itu kosong, pria muda di sampingnya ini pasti kesepian.

“Udah 2 tahun ya tinggal di sini, Won? Tapi, aku jarang main, I’m sorry.” jawabnya, sembari meletakkan cangkirnya.

“Nanti aku lebih sering main deh. Ngga nyangka juga anak SMA kaya kamu bisa bikin apart jadi se-cozy ini lho setelah kamu rombak. Kenapa ngga coba arsitek interior, Won?” lanjutnya, pria manis dengan manik rubah itu hanya tersenyum.

“Kayaknya ngga deh, kak, aku lebih tertarik di HI atau Psikologi.” jawab pria itu. “Lagian renovasi apartemen juga banyak dibantuin sama ide-idenya Om Mingyu.” lanjutnya.

“Aku percaya sih kalau kamu bilang banyak tangan Mingyu di sini, secara dia ngga bisa lakuin itu di rumahnya.” Joshua tersenyum sembari kembali menyeruput teh yang sudah tidak terlalu hangat, dan Wonwoo mengerti apa maksud perkataan kakak manis di sampingnya ini. “Ngomong-ngomong, regarding jurusan yang tadi aku bilang, Won, do what you like, that’s more important than my thoughts.” jawab Joshua sembari tersenyum dan kembali meletakkan cangkir tehnya. “By the way, gimana tadi registrasi UM nya?” tanyanya untuk membuka topik pembicaraan lagi, karena ia melihat tampaknya Wonwoo sedang sedikit murung.

Pria manis di samping Joshua itu pun mulai menceritakan kegiatannya hari ini.

“Jadi, 3 minggu lagi aku harus ke Yogyakarta, buat test.” kalimat itu menjadi kalimat terakhir untuk menyudahi ceritanya.

“Mingyu udah kamu kabarin kalau akan ke sana?” tanya Joshua pada Wonwoo.

“Belum, tapi pasti kamu yang kasih tau ngga sih, Kak? Aku ngga perlu bilang.” jawab pria manis itu, karena tidak perlu diberitahu, Mingyu pasti sudah tahu apa yang akan Wonwoo lakukan, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Mingyu sangat mempercayai Joshua untuk mengurus agenda kekasih gelapnya ini.

“Wonwoo ah, kesannya aku comel banget.” keluh Joshua kepada pria yang jauh lebih muda darinya itu, sambil tersenyum manis.

“Haha kan iya, tapi ya ngga apa-apa juga sih, kak, at least walaupun jarang ngubungin aku, aku tau kabar dia dan dia juga tau kabar aku.” kata Wonwoo sembari menunduk dan memainkan kukunya.

He loves you. That’s all you need to know.” kata Joshua sembari mengelus punggung pria muda itu. Ia tau, pria muda itu memikirkan banyak hal, salah satunya tentang hubungannya dengan sahabatnya — Mingyu — pria beristri yang 3 tahun ini sudah menyita pikiran dan tenaga Wonwoo.

Is he?” tanya Wonwoo yang dijawab dengan anggukan yakin oleh Joshua.

Saat mereka sedang berbicara, tak lama terdengar seseorang yang mencoba memasukkan kode password apartemen milik Wonwoo. Pria manis bermanik rubah itu sedikit bingung, selain dirinya dan Mingyu tidak ada satu orangpun yang tahu kata sandi apartemennya. Mingyu juga tak mungkin datang malam ini, seharusnya mereka bertemu Jum’at nanti. Namun, orang di luar sana berhasil membuka kode kuncinya.

Baby foxy, I miss—” kalimatnya terpotong saat melihat sahabatnya sedang duduk manis di samping Wonwoo yang langsung berdiri, terkejut mendengar suara pria yang sangat ia kenali dan rindukan hari ini.

“Lo ngapain?” tanya pria tampan yang baru saja datang, meletakkan tasnya di counter kitchen dan segera menghampiri pria manis yang masih terkejut dengan kedatangan kekasihnya itu. Mingyu lalu mencium bibir Wonwoo singkat dan merapihkan surai pria manisnya yang sedikit berantakan.

“Lah? Guekan nganterin makan malem buat Wonwoo sesuai komando dari chat lo.” Joshua segera bangun dari duduknya.

“Ya, gue kira langsung pulang.” kata Mingyu, sembari memeluk pinggang Wonwoo dan mengelusnya dengan ibu jari.

“Aku yang minta Kak Joshua temenin, Daddy. Makanan dari kamu banyak banget, enough for two.” jawab Wonwoo dengan nada lembutnya. Suara yang entah bagaimana caranya bisa membuat lelah Mingyu menguap.

Okay, Prince Wonwoo, your king is already here, so, it's time for me to go.” Joshua mengambil blazer yang berada di kepala kursi sofa single di ruangan itu, dan melangkahkan kakinya ke pintu.

Pria tampan berkemeja hitam itu mengikuti baby-nya untuk mengantarkan Joshua ke pintu keluar, dan masih memeluk pinggang Wonwoo dengan possessive.

Thanks, Josh.” kata Mingyu yang dibalas lambaian tangan Joshua dan berlalu.

Wonwoo dan Mingyu kemudian kembali masuk ke dalam, tak perlu menunggu waktu yang lama, Mingyu langsung membalikkan tubuh Wonwoo yang melangkah di depannya.m dan mendorongnya ke tembok dekat pintu dengan perlahan, mengukung tubuh ramping anak SMA itu.

I'm surprised you came.” kata Wonwoo dengan suara yang pelan sembari membuka dasi yang sudah berantakan milik pria di hadapannya, lalu manik mereka bertemu, saling menyelami.

I told you that I miss you, dan foto yang kamu kirim tadi bisa membuat saya segila itu untuk ada di sini malam ini.” jawab pria tampan yang memiliki gigi taring manis di jajaran atas gigi rapihnya. Mingyu membukakan kacamata Wonwoo dan meletakkannya di atas kepala si manis.

Sedangkan, Wonwoo membuang sembarang dasi yang berhasil ia lepas, melingkarkan tangannya di leher janjang milik Mingyu, mengelus tengkuknya dan mendekatkan wajah mereka, manik elang serta rubah itu masih saling menatap semakin dalam. Mingyu pun menggendong pria yang lebih muda, melingkarkan kaki mulus itu di sekitar lingkar perutnya, Wonwoo mengaitkan kakinya di belakang sana.

Seolah tak ingin menyia-nyiakan waktu mereka bersama, Wonwoo langsung menyatukan bibir mereka tanpa ragu, demikian pula dengan pria yang lebih tua, menyambut bibir manis itu, mereka saling memagut mesra seolah dunia hanya ada mereka berdua.

Jari-jemari lentik Wonwoo mulai dengan lincah membuka kancing kemeja sang daddy, begitupun tangan Mingyu yang mulai menelusup masuk ke dalam celana boxer mini yang baby-nya pakai. Mereka masih saling melumat, dan beradu lidah saat Mingyu membawa tubuh ramping melewati dapur — tempat Mingyu meletakkan tasnya, kemudian meninggalkan ruang tengah — tempat Mingyu menemukan Joshua, tadi. Mereka kini sudah masuk melewati pintu kaca menuju ruang tidur satu-satunya yang berada di apartemen itu.

Wonwoo melepas tautan mereka dan bibirnya menuju rahang Mingyu, lalu menghisapnya perlahan, kemudian menjilatinya lagi, dan ia ulangi kegiatan itu berkali-kali dengan sangat hati-hati agar tidak meninggalkan bekas. Mingyu yang menerima rangsangan itu hanya mampu mendesah serta menikmatinya. Ingin rasanya ia membiarkan pria manis ini menyisakan tanda kepemilikan pada tubuhnya di sana, tapi bukan sekarang, tidak hari ini.

Pria tampan berbadan bidang kekar itu mendudukkan dirinya di pinggir tempat tidur queen nyaman saat Wonwoo menyudahi kegiatannya. Kini, pria muda bermanik rubah itu sudah berada dilahunan Mingyu. Ia menanggalkan kemeja Mingyu dan membuangnya sembarang.

How’s your day, Baby? tanya Mingyu dengan bisikan sembari mengelus paha dalam Wonwoo pada bagian selangkangan yang masih tertutupi celana tipisnya.

“Hari ini aku test SIMAK.” jawabnya sembari mendorong tubuh kekar pria yang ada di bawahnya hingga terlentang. “Terus, aku registration untuk UM UGM.” lanjutnya sembari membuka sweater oversized-nya, membuang ke belakang tubuhnya.

Mingyu dengan tenang mendengarkan sembari mengambil bantal di atasnya, menekuk satu tangan di belakang kepalanya, dan menatap serta meraba lembut tubuh tak berbusana di atasnya. “Lalu?” tanyanya sembari menarik lengan sedikit berotot berwarna putih susu itu untuk merebahkan tubuhnya di samping, sedangkan dirinya bangun untuk bergantian mengukung pria itu.

“3 minggu lagi ahh aku test di Yogyakarta.” kata Wonwoo mendesah disela ceritanya saat Mingyu sudah memilin salah satu nipples-nya dan memberikan tanda merah jambu keunguan di bawah collarbones cantik miliknya.

“Hmmm— terush?” tanya Mingyu yang sedang mengecupi dada Wonwoo perlahan, menggoda pria yang lebih muda.

“Hhhh — aku juga udahh kirim file ke Kak Joshhh— uah—” katanya dengan desahan yang tertahan karena sedang bercerita kepada sang Daddy.

“Nanti saya antar ke Yogyakarta ya?” tanya pria tampan yang kini sedang membuka boxer mini tipis yang Wonwoo gunakan, dan meletakkan kain hitam itu entah dimana. Wonwoo sudah totally naked dan Mingyu pun tak ingin kalah, dengan ia melucuti sisa kain pada tubuhnya.

“Hmm? Ngga usahhh, akuuuhhng — bisahh sendiriih kok, Daddyh aaah— enakhhh hhh—” jawab pria itu mengerang di tengah kalimatnya.

“Bukan sendiriannya, sayang, saya ingin menghabiskan banyak waktu bersama kamu. Hmm?” kata Mingyu yang di balas desahan Wonwoo saat pria yang lebih tua dengan perlahan memijat kejantanannya yang mulai mengeras di bawah sana.

Dan malam ini, hampir sama dengan malam-malam panas mereka lainnya, ada mereka yang saling bercerita diantara erangan serta desahan yang mengisi apartemen one room tersebut. Kedua insan terlarang itu menghabiskan waktu mereka bersama, saling bercumbu mesra hingga seperempat malam datang. Mingyu memeluk erat tubuh ramping Wonwoo yang kini berada di atas tubuhnya, pria manis itu juga sudah memiliki banyak tanda-tanda merah jambu keunguan miliknya, begitupun dengan pria yang lebih muda, membalas pelukan itu tanpa berniat melepaskan tautan mereka di bawah sana, setelah pelepasan mereka yang kesekian kalinya.

Kini mereka saling berpelukan menghabiskan sisa beberapa jam ke depan dengan badan yang lengket penuh peluh, seolah AC di ruangan itu tidak pernah dihidupkan. Memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi.

Good night

My Daddy and I'm Your Baby


tw: implisit content, slightly 18+, main characters introduction

“Angkat aja deh telponnya, Dad. Siapa tau penting.” kata pria manis itu sembari melepaskan tautan bibir mereka dan mendorong tubuh pria atletis yang memeluknya dengan posesif.

“Sebentar ya, Baby.” izin pria yang dipanggil Dad itu. Ia mengecup kening pria manis yang sedari tadi berada di lahunannya, membawa tubuh ramping yang sudah tak menggunakan sehelai pakaian ke samping tempatnya tadi duduk, lalu berdiri dari sofa hitam, berjalan ke arah balkon, membuka pintu kaca yang berada di dalam kamar tersebut, dan menghubungi seseorang di sambungan teleponnya. Sedangkan pria yang ditinggalkan, hanya berdiri dari posisinya, memungut white long-sleeved shirt kebesaran yang tercecer di lantai apartemennya, lalu memakainya asal, kemudian ia mengambil kacamatanya yang tergeletak begitu saja di meja, dan dengan santai berjalan ke arah dapur.

Baby? Oh, itu kemeja saya.” kata pria yang masih bertelanjang dada itu memanggil si baby-nya sembari melangkahkan kakinya ke dapur.

“Udah selesai?” tanya pria manis itu yang menatap nanar dan memerhatikan microwave yang menyala ketika merasakan tubuh besar Dad-nya sudah memeluk tubuhnya dari belakang, hingga seluruh tubuhnya sudah tenggelam di dalam dekapan pria berkulit sedikit lebih gelap itu. Pria yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya dan mengecupi bahu putih susu yang terlihat karena pria yang dipanggil baby itu tidak menggunakan long-sleeved shirt miliknya yang berwarna putih ditubuhnya dengan benar.

“Udah, sayang.” jawab pria tampan itu mengeratkan pelukan pada perut si sayang, seolah pria manis itu tidak bisa dan tidak boleh kemana-mana.

“Tante Karina udah di rumah?” tanya sang baby itu dengan santainya, seolah sudah mengetahui apa yang akan terjadi ketika pria dengan panggilan Dad itu selesai mengangkat teleponnya. Bukan yang pertama, bukan yang kedua, tapi sudah ratusan kalinya, hingga pria manis berkacamata oval dengan frame hitam itu sudah hafal apa yang akan terjadi selanjutnya. “Pulang gih, kasian istri kamu nungguin di rumah kaya orang tolol.” lanjut pria yang dipanggil baby itu.

“Iya, setengah jam lagi. Saya hari ini sengaja jemput kamu di sekolah mau merayakan kelulusan.” kata pria tampan berbadan bagus itu sembari menggendong pria manis yang berada dipelukannya dan membondongnya ke satu-satunya tempat tidur berukuran queen di apartemen itu.

Pria yang sedari tadi dipanggil baby dengan kemeja putih kebesaran di tubuhnya adalah Jeon Wonwoo. Pria berumur 18 tahun yang baru saja menyelesaikan jenjang pendidikannya di salah satu Sekolah Menengah Atas. Sedangkan, pria bertubuh atletis yang kini sedang mengabsen tubuh pria manis itu adalah Kim Mingyu, pria tampan berumur 38 tahun yang sudah berkeluarga. Ia memiliki istri yang namanya diimbuhi dengan kata tante oleh Jeon Wonwoo, serta satu anak brumur 12 tahun, bernama Woozi. Mingyu, panggilan akrab dari pria yang kini tubuhnya sudah penuh dengan peluh dibawah pria manis yang sedang bergerak naik dan turun tak kalah berkeringat itu adalah president director salah satu hotel bintang 5 di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya.

Sekitar tahun 2017, 3 tahun yang lalu untuk pertama kalinya mereka bertemu, setelah Wonwoo memperkenalkan diri sebagai guru private Woozi yang masih duduk di bangku SD. Pertemuan pertama yang singkat, namun, membuat Mingyu tidak bisa melupakan pria yang dipanggil kakak cantik oleh anak semata wayangnya — Wonwoo. Hingga suatu hari, Wonwoo terjebak oleh pesona orang tua dari muridnya dan membiarkan pria berkeluarga itu memasuki serta memporak-porandakan kehidupannya. Dapat dikatakan, sejak saat itu kehidupan Wonwoo si anak manis, sedikit berubah.

Barawal dari Mingyu yang membelikannya sebuah apartemen studio dengan satu tempat tidur untuk menjadi tempat tinggal si manis, yang lama kelamaan menjadi tempat Mingyu dan Wonwoo untuk bertemu melepas rindu. Wonwoo sendiri merupakan seorang pria dari keluarga yang lumayan berkecukupan, namun memang anaknya yang tidak ingin mencolok, sehingga ia memilih untuk tinggal di koss-kossan karena ia terpisah jauh dengan keluarganya sejak SMA. Ia memilih sekolah di Jakarta untuk mengambil universitas bergengsi di Ibu Kota agar suatu saat bisa bekerja di perusahaan besar pula di kota ini. Kemudian, tak ingin baby-nya merasa kepanasan bila menggunakan transportasi umum, Mingyu pun membekali Wonwoo sebuah mobil sedan Audi yang si manis itu gunakan untuk kemana-mana, tentunya selain ke rumah utama Mingyu, tas sekolah, dan uang jajan. Sedikit banyaknya yang Wonwoo miliki saat ini merupakan dukungan dari bapak president director yang seringkali ia panggil Daddy.

Dan dari situlah cerita mereka dimulai.


no trigger warning, karena ini hanyalah narasi orang yang sedang berpacaran

“Sayang” sapa pria manis yang masih menggunakan satin robe berwarna ungu memasuki salah satu ruangan kerja pemilik penthouse yang sudah ia anggap seperti rumahnya sendiri itu.

“Iya, cantik? Mau breakfast?” tanya pria yang dipanggil sayang.

“Ngga, mau liat kamu aja. Lagi ngapain?” tanya pria manis bermanik rubah itu sembari berjalan menuju meja kerja sang kekasih.

Pria tampan dengan surai gelap yang masih berantakan itu menarik salah satu pergelangan tangan pria manisnya ketika si dia sudah sampai di hadapannya dan mendudukan si manis di lahunannya. Tanpa perlawanan pria manis itu terduduk menyamping di atas paha kekar pria yang lebih tua, lalu jemarinya mengelus pipi kekasihnya.

“Kamu ngga apa-apa?” tanya Mingyu, pria tampan yang sudah melingkarkan tangannya pada pria berjubah satin tipis berwarna ungu dipangkuannya.

“Aku yang harusnya nanya kamu.” jawab pria manis itu.

I’m good, as long as you’re fine.” kata Mingyu sembari mengecup bibir tipis kekasihnya. “Kamu pasti kaget, more surprised than me.” lanjutnya, pria manis itu menyandarkan kepalanya di dada bidang sang kekasih, lalu mengangguk pelan.

“Iya kaget, tapi I’m ok, kok. Cuma kepikiran kamu, pasti pusing ya?” tanya pria manis itu, mengerucutkan bibirnya.

“Ngga apa-apa, sekarang aku lagi ngurusin kepulangan jenazah Ji Eun sama Seok Woo.” jawab Mingyu sembari menunjukkan room chat-nya dengan temannya yang bernama Seok Woo.

“Maaf ya, weekend gini aku nyuekin kamu, padahal hari ini niatnya mau cuddling seharian, and I should be enjoying being pumped by you now.” lanjut Mingyu, berbisik ke daun telinga kekasihnya ketika mengucapakan kalimat terakhirnya. Menggoda sang pria manis.

Next time, sayang. Aku bisa ngelakuin itu kapanpun ke kamu, I have the privilege to do that.” kata Wonwoo, si dia yang bermanik rubah cantik itu dengan suara yang berbisik pula.

Mingyu tersenyum mendengar jawaban kekasihnya, ia mengelus bibir tipis sang kekasih dengan ibu jarinya, lalu melumat perlahan bibir tipis berwarna merah jambu milik Wonwoo, begitupun dengan pria bermanik rubah yang mengikuti ritme bibir sang kekasih yang sedang bersatu dengan miliknya, sembari memegang lengan kekasihnya.

“Gimana jenazah Ji Eun jadinya, Yang?” tanya Wonwoo kepada kekasihnya setelah ciuman itu mereka sudahi.

“Masih nunggu Cheol, tapi aku suruh yang di sana istirahat dulu. Kasian, sampe sana udah ada aja kerjaannya.” jawab Mingyu.

“Kasian ya, Ji Eun bisa end up kaya gitu, aku ngga kepikiran akan kaya gini.” kata Wonwoo.

“Aku juga, tapi ya ngga apa-apa, mungkin memang sudah jalannya.” jawab Mingyu. “Aku juga jadi lega, karena sekarang ngga akan ada yang ganggu kamu lagi.” lanjut pria berbadan athletic itu sembari mengelus bahu kekasihnya.

“Semua orang ngomong hal yang sama lho ke aku kaya gitu, Mingyu.” kata Wonwoo. “Ngga boleh gitu ih, gimana juga kan dia pernah jadi motivasi aku buat jadi yang lebih baik.” lanjut pria manis itu. “Aku bisa jadi Wonwoo yang sekarang juga berkat dia.” pria manis itu meletakkan kepalanya di dada Mingyu.

“Iya, I'm sorry for speaking like that and my condolences to his family, tapi ya mau gimana lagi?” kata Mingyu sembari merapihkan surai di kening Wonwoo. “Aku seneng karena ngga akan ada lagi yang bikin kamu sedih.” lanjut Mingyu. “Jadi, kamu bisa fokus buat bangun karir kamu lagi, kita jalan sama-sama. I will with you no matter how long it takes.” kata Mingyu, mengambil dagu Wonwoo dengan jari jemari gemuknya dan kembali menyatukan bibir mereka.

“Ngomong-ngomong, kamu belum buka twitter atau apapun itukan, cantik?” tanya Mingyu kepada kekasihnya, Wonwoo terdiam dan menggeleng.

“Aku udah liat, tapi ngga apa-apa kok. Fans Ji Eun nyangkut pautin itu ke aku we have a bad history and everyone knows kan?” kata Wonwoo.

“Iya sih, tapi tetap aja, aku ngga terima liat kamu trending karena ini, dan semua ketikan yang jahat tentang kamu.” jawab Mingyu. “Tadi aku sudah ngobrol sama Seokmin dan akan diurus oleh tim media kita, jadi, jangan khawatir ya.” lanjut pria bermanik elang itu sembari mengecup pucuk kepala sang prianya.

I'm not worried about anything, soalnya ada kamu.” jawab Wonwoo sembari menatap kekasihnya, dan bangun dari tempat duduknya.

Wonwoo lalu kembali ke atas pangkuan Mingyu dengan mengapit kedua paha prianya, dan memeluk tubuh kekar Mingyu, mengistirahatkan kepalanya di bahu pria itu. Mingyupun membalas pelukan kekasihnya, mengusap punggungnya dari kain satin robe ungu itu dan mencium surai gelap milik Wonwoo sesekali.

“Kamu di sini aja sama aku.” kata Mingyu sembari mengelus paha kekasihnya itu dan langsung di balas dengan anggukan dari Wonwoo, tanda setuju.

“Iya, memang itu tujuan aku, here with you.” kata Wonwoo, melepaskan pelukannya dan menatap Mingyu yang sedang memamerkan kedua gigi taringnya yang mengintip saat pria itu tersenyum. “From the start I gave my body to you, because I really wanted to be with you, seperti sekarang.” lanjut pria manis itu.

Mereka kembali saling menyatukan bilah bibir mereka, kemudian bibir Mingyu mulai mengabsen bagian leher jenjang milik Wonwoo, dengan tangannya yang mulai menari-nari, dan masuk ke dalam jubah satin yang Wonwoo gunakan, meraba lembut di dalam sana.

Mingyu dan Wonwoo kini sudah saling menatap penuh kasih sayang, dengan manik yang penuh dengan binar-binar. Di balik senyumannya, pria manis itu menatap wajah tampan pria yang lebih tua di dan Wonwoo sangat bersyukur dipersatukan dengan Mingyu yang ternyata memang sangat menyayanginya, pria yang lebih tua itu bahkan tidak enggan lagi menunjukkannya pada semua orang. Karena pria manis itu tau, apapun yang kekasihnya itu lakukan untuknya merupakan balasan dari perasaan Wonwoo yang terpendam sejak lama. Wonwoo tidak pernah menyesali malam itu, dimana pertama kalinya mereka menyatukan tubuh mereka, dan hari-hari setelahnya hingga detik ini.

“Sayang banget sama kamu.” kata Wonwoo. “Aku ngga takut apapun yang orang bilang tentang aku, as long as you believe in me.” lanjutnya. “Itu yang paling penting.”

I love you more, Kitty, you really stole my heart and all my focus, kamu taukan, only you can drive me this crazy.” balas Mingyu, Wonwoo kemudian menyatukan kembali kedua bilah bibir mereka dengan melingkarkan tangannya dileher sang pria dominan dan mengelus tengkuk prianya.

Tanpa melepas tautan bibir mereka Mingyu menggendong Wonwoo ala Koala style ke kamarnya, mengunci pintu tempat tidur utama itu dan menikmati sarapan mereka.

WONWOO, WONWOO!!

Saat ini, gue ada di depan cashier salah satu IGD rumah sakit di daerah Jakarta Selatan, dan sedang registrasi ini itu setelah Seungkwan mengirimi gue scan kartu barcode asuransi seorang pria yang sekarang sedang berada di salah satu tempat tidur — masih di infus sih seharusnya. Waktu gue tinggal tampaknya pria itu sudah tertidur nyenyak. Padahal gue tadi cuma lagi iseng ngeliat ke arah meja si dia pas gue kirim reply chat yang sebelumnya dia kirim, karena penasaran sama mimik wajahnya yang selalu lucu — gue jadi ngerti sih kenapa temen-temennya manggil dia Kucing — dan siang ini bukan mimik lucu yang gue lihat, malah wajah si Seungkwan yang panik, pas gue keluar dari ruangan gue, cowok itu udah sedikit mendongak dan disumpal tissue penuh darah. Gue tau gue cool tapi pas ngeliat darah, jujur kaki gue lemes, tapi dimana wibawa gue di depan subordinate kalau gue ngga stay calm di saat kaya gini? Akhirnya, dengan impulsive-nya gue gendong cowok itu dan membawa dia ke sini.

Jangan ikutan gue bingung kenapa bisa gue dengan tenangnya ngurus administrasi orang yang bahkan bukan keluarga gue dan sekarang ada di depan counter yang bertuliskan apotek, menunggu nama si dia dipanggil? Gue juga ngga tau, kadang gue bingung sama diri gue yang hari ini, kaya bukan gue aja gitu. Ckckck.. Kim Mingyu Kim Mingyu, waras lo?

Agak lama sih memang gue ninggalin dia sendirian di IGD, semoga udah mendingan ya itu anak kucing. Ada-ada aja. Sekarang gue liat smart watch gue, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 waktu Indonesia bagian barat yang berarti, gue bukannya makan siang sama si dia sambil ngobrol dan pendekatan, yang ada sekarang gue naro sebungkus plastik obat, dan langsung duduk di sebelah brankar IGD.

“Udah bangun?” tanya gue kepada pria yang tadi sempet gue liat ngintip-ngintip dengan membuka matanya, dan langsung membalikkan tubuhnya seolah gue ngga tahu kalau dia udah bangun, tapi kayaknya dia malu-malu sama gue, jadi gue cuma senyum aja. Jangan gemes-gemes deh lo, Jeon Wonwoo!

Sekarang pemandangan gue berubah jadi punggung dia yang baru gue sadari kalau lebar ya? Leher dia putih, terus jenjang gitu, biasanya typical cowok kaya gini suka banget nyemprotin parfum di sana. Tadi gue cium wangi dia agak peach fruity gitu sih, enak wanginya. Hahaha. Terus, pinggang dia yang ramping tercetak dari selimut IGD yang tipis seadanya di depan gue. Anjir, ini pinggang kecil banget! Please banget untuk ngga judge gue dan bertanya kenapa gue merhatiin cowok ini sedetail itu, karena gue juga ngga tau ya. SUMPAH NGGA TAU! DON'T JUDGE ME!

“Wonwoo?” panggil gue masih dengan suara pelan gue. Saat ini gue sedang menopang dagu gue ke pipi, siku gue udah gue letakkin di brankar IGD yang tersisa, soalnya Wonwoo masih munggungin gue. Jujur sih gue laper sekarang, gue pengen ngajak dia makan dulu sebelum gue balikin ke rumahnya, tadi juga Seungkwan udah ngasih alamatnya ke gue, gue ngga tahu kalau si dia wara-wiri Cibubur-Jakarta, tahu gitu kan gue ajak bareng aja, since gue suka berangkat dari rumah nyokap di Bogor. Yakan?

Ngga lama, dia membalikkan badannya ke arah gue, terus dia kaget, gue juga kaget, njir. Hahaha. Gue cuma bisa mundur dan duduk tegak, sedangkan dia mundur ke belakang, untung aja ngga ngejomplang itu anak, langsung gue pegangin. Kocak banget sih ini orang satu. Sumpah, gue karungin lo!

“Hah!” iya, badannya agak loncat, soalnya, muka gue deket banget sama bahu dia.

“Eh, jangan mundur lagi, nanti jatoh!” kata gue langsung setengah berdiri dan megang bahu dia. Iya, maaf ya gue ngga sopan megang-megang lo, kalau lo jatoh gimana? Nanti geger otak!

“Udah bangun?” tanya gue lagi, gue cuma liat dia ngangguk, pikirannya tuh kaya abis disedot sama alien, kosong gitu. Kasian banget kaya kucing ilang.

“Udah sadar belum?” tanya gue lagi, just make sure kalau ini anak beneran ngga hilang ingatan gara-gara mimisan.

“Udah.” suara dia mencicit gitu, sambil nunduk.

“Syukur deh, kita tunggu sampe infusannya habis ya, abis itu kita pulang.” kata gue. “Masih pusing?” tanya gue, dia geleng-geleng sih pelan.

Asli ini anak ngga kaya gini deh kalau di kantor, soalnya yang sering gue perhatiin (dan tolong jangan tanya ke gue kenapa gue merhatiin gerak-geriknya bahkan di kantor) dia di kantor dan di depan temen-temennya tuh ngomongnya kenceng, ketawanya juga renyah banget kalah biskuit Kong Guan. Di depan gue melempem gini deh, ini yang lupa nutup kaleng siapa?

Sekarang di salah satu bilik ruang IGD yang berpenghuni dia dan gue ini hening banget, kalau di anime udah ada gambar putih-putih angin semerbak gitu di antara gue sama Wonwoo, kalau ada efek suaranya juga kedengeran sih gue yakin. Sehening itu. Daritadi yang gue liat si doi cuma mainin tangannya sama jempol-jempol kakinya. WOY! Itu gemes banget! Gue diem kegemesan, dia diem kenapa gue ngga tau.

“Mingyu—” HAH! Finally dia memecah keheningan antara kita berdua, gue mengangkat kedua alis gue sembari tersenyum, nantu dia makin takut sama gue kalau gue pake muka datar, ya kan?

“Kayaknya infusnya udah abis deh.” tunjuknya kepada plastik cairan infus yang menggantung di sebelah kirinya.

“Oh iya, bentar. Gue panggilin perawat dulu.” kata gue langsung berdiri dan sigap banget keluar dari ruangan yang cuma dibatesin kain tirai aja buat nyari perawat yang ada di sana.

Gue jalan sama perawat di depan gue, dan “Oh, mas pacarnya sudah bangun ya?” tanya perawat itu ketika masuk ke bilik tempat Wonwoo berada. Sebentar suster, siapa yang memberikan informasi seolah gue ingin mengamininya? Wonwoo yang denger juga hanya kaget dengan membelalakkan matanya yang bermanik rubah itu ke arah gue. Gue cuma geleng-geleng, seolah ngasih tau dia kalau SUMPAH GUE NGGA NGOMONG APA-APA, SUSTERNYA AJA YANG NGAMBIL KESIMPULAN SENDIRI!

Wonwoo akhirnya tersenyum ngeliat tingkah laku gue yang geleng-geleng sambil menyilangkan kedua lengan — ehem, kekar — gue di dada.

***

“Mau makan siang dulu?” tanya gue ketika gue dan Wonwoo sudah sampai di dalam mobil, harusnya gue ngga nanya sih, soalnya gue udah laper banget. Tapikan, gue membawa pasien ya, bukan bawa cowok gue jalan-jalan, jadi gue harus make sure kalau emang dia bisa gue bawa makan dulu, kemana kek.

“Mau makan di mana gitu?” tanya dia dengan nada yang agak lemah gitu. Kan, gue ngga tega kalau gini ceritanya.

“Ngga usah deh, gampang.” kata gue, gue langsung membawa mobil gue mengikuti arahan maps yang udah gue siapin sebelum jalan, tadi.

“Bentar deh, kenapa jalannya agak janggal ya?” tanya Wonwoo.

“Iya, mau masuk tol, rumah lo di Cibubur kan?” tanya gue dengan santainya.

“Iya sih, kok kamu tau?”

“Ya, bertanya ke temen lo agar tidak tersesat.” jawab gue masih dengan nada santai, Wonwoo hanya mengangguk.

“Ya iya bener sih, tapi kalau mau lebih deket, apartemen aku di Setiabudi sih, ngga usah ke rumah bokap.” kata dia menjawab dengan santainya.

“Lho? Kata Seungkwan rumah lo di Cibubur?” gue bingung, sebentar ini Seungkwan mau gue kasih kerjaan apa gimana? Kok informasinya tidak membantu.

“Iya, tapi aku tinggal di Setiabudi.” kata dia sembari tersenyum. ANJIR, STOP SENYUM NGGA SIH gue makin ngga konsen. “Lagian laper kan? Itu yang bunyi-bunyi perut kamu kan?” Wah, tau aja ni cowok kalau gue laper banget.

“Mampir aja, nanti aku masakin.” katanya lagi. WAIT WHAT? LO BISA MASAK JUGA? Ini cacing-cacing diperut gue bunyi-bunyi bukan karena gue laper sih, tapi mereka lagi main sama kupu-kupu. Geli juga, laper juga ini perut gue.

HAHAHAHA, fix sih gue kayaknya naksir sama Jeon Wonwoo. Minggir lo semua, ini cowok mau gue pepet!!