mnwninlove

Pemilihan hari untuk fanmeeting ke 6 Seventeen Caratland sudah ditentukan, 13 pria tampan dengan sifat dan latar belakang yang berbeda-beda itu kini sudah berkumpul di dalam suatu ruangan untuk membicarakan hal lainnya yang terkait dengan jumpa fans yang akan dilaksanakan sekitar 3 bulan lagi.

“Jadi, sekarang kita mau nentuin lagu apa aja yang akan bawa, plus, group reverse dan kuis-kuis-nya.” kata sang leader yang berzodiak Leo itu membuka meeting mereka siang ini.

Mereka ber-13 mulai dengan memilih list lagu yang akan dibawakan, riuh pikuk tentu saja terdengar di ruangan itu, berebut untuk menyampaikan aspirasi mereka hingga pembicaraan yang cukup alot terjadi di ruangan itu.

Membutuhkan waktu sekitar 2 jam hingga mereka akhirnya menentukan semua judul-judul lagu yang akan mereka bawakan, lalu, kuis-kuis yang akan mengisi acara fanmeeting nanti, kemudian, datanglah saatnya mereka menentukan kejutan yang akan diberikan oleh para fans dan tentu saja mereka tahu hal ini juga sangat dinantikan oleh Carat di luar sana — group reverse.

“Kali ini, mau gimana nih group reverse?” tanya sang leader, Seungcheol. “Perunit lagi? Any idea?” lanjutnya.

Caratland lalu kan kita udah perunit, hyung—” protes member terkecil.

“Gimana kalau—” semua mata tertuju pada salah satu member dengan surai gelap dan bermata tajam, leader dari performance unit.

“Kalau?” tanya salah satu member lainnya.

“Kalau kita group reverse per-line aja?” ungkapnya.

“Boleh tuh, kitakan belum pernah bawain lagu di album Semicolon selain konser Incomplete kemarin.” Seungkwan angkat bicara.

“Berarti nanti Cheol, gue sama Joshua bawain “Do Re Mi”, gitu?” celetuk Han.

“Eh, lucu tuh Kak, nanti Kwan, Vernon sama Dino yang jadi anak kecilnya kaya di concert Incomplete.” Celetuk main vocalist group itu sambil menampilkan giginya, tertawa.

“Iya, gitu aja ngga sih? Lagian, orang-orang juga kayaknya excited gitu, soalnya, gue liat di twitter tuh udah pada heboh manifesting pake meme.” kata Hoshi.

“97 line nyanyi Light a Flame.” celetuk Jun tiba-tiba sambil tersenyum ke arah pria kurus di sampingnya, dan dihadiahi tatapan judes oleh pria kurus itu. “Kenapa? Pasti bagus kok, nanti aku bantuin koreonya.” lanjut Jun lagi.

“Hao, inget meditasi lo, walaupun Jun nyebelin lo harus?” tanya Mingyu, member tertinggi.

“Sabarrr—” jawab pria yang ditanya dan menimbulkan gelak tawa di ruangan itu.

Meeting yang memakan waktu 4 jam itu akhirnya disudahi oleh sang leader setelah menentukan

Setelah mengetik pesan meminta Seungkwan untuk menunggunya yang akan menghubungi, Wonwoo segera menyingkap selimut yang menutupi bagian pinggang ke bawahnya dengan kaki besar seseorang yang masih mengunci kaki mungilnya.

Di sana, ada Mingyu yang terbaring tanpa menggunakan sehelai kain selain celana dalam katunnya. Entah sejak kapan pria itu melepaskan satin robe-nya, karena yang Wonwoo tahu, tadi pagi ia terbangun dengan tangan Mingyu yang melingkari pinggangnya, kaki mereka yang saling terkait, dan dada bidang berwarna tan yang sexy itu menjadi pemandangan pertamanya pagi ini.

“Mau ke mana, sayang?” tanya pria dengan suara serak bangun tidur yang masih memejamkan matanya, memeluk pinggang Wonwoo, dan semakin mengeratkan kakinya agar pria manisnya tidak dapat pergi kemana-mana. Wonwoo membeku hanya karena satu kata ‘sayang’ yang belum terbiasa ia dengar dari suara baritone seorang Kim Mingyu.

Lalu, ia kembali tersadar dari lamunannya ketika Mingyu melepaskan pelukannya, dan meletakkan kepalanya di atas paha Wonwoo, menjadikan paha kecil namun kekar itu sebuah pengganti bantal.

“Keluar sebentar, Gyu. Aku mau nelepon Kak Kwan dulu.” jawabnya jujur. “Kamu tidur yang bener.” kata Wonwoo, menyisir anak rambut Mingyu dan mengelus pipi pria itu.

Mingyu mengambil tangan Wonwoo, menciumi punggung tangan ramping itu berkali-kali dan kemudian meletakkan di dada — mendekapnya.

“Kalau saya tahu bangun di sebelah kamu bisa menenangkan dan bikin saya tidur nyenyak seperti ini, seharusnya, dari dulu saya jujur sama diri saya dan bilang ke kamu ya?” kata Mingyu, matanya masih terpejam, ia memiringkan tubuh, menenggelamkan wajahnya di perut Wonwoo, dah meminta sang kekasih untuk mengelus surai gelapnya.

Wonwoo hanya tersenyum dalam diamnya saat mendengar pengakuan Mingyu, wajahnya tersipu malu. Ia tidak tahu kalau ternyata seperti ini rasanya ketika ia memiliki seorang Kim Mingyu. Walaupun, ini bukan pertama kalinya mereka terbangun di satu tempat tidur yang sama, bahkan bila semalam tidak terjadi, mungkin akan berakhir sama seperti sebelumnya, ia akan menemukan tubuh mereka sudah tidak menggunakan sehelai fabric-pun, dan hanya menganggap itu merupakan kejadian lumrah, kemudian, mereka akan melakukan kegiatan masing-masing seperti tidak terjadi apapun semalam.

Tapi, tidak dengan pagi ini. Wonwoo terbangun dengan pakaian lengkapnya, tidak ada bekas hickeys atau bibir yang sedikit bengkak karena lumatan panas sisa semalam, ia juga tidak merasakan tubuhnya yang pegal-pegal akibat gempuran yang dimainkan ronde demi ronde pria yang saat ini sedang mengecup perut six pack-nya melalui kain satin yang ia gunakan dan mengelus pinggulnya lembut. Tidak ada bekas kondom di lantai kamar, tidak ada sisa bau semen di seprai. Hanya ada satu pria dewasa yang sedang bermanja sembari memejamkan mata di pahanya dan dirinya yang sedang membelai lembut surainya, sembari sesekali memberikan kecupan pada lengan kekar pria itu.

Good morning! Aku mau telepon Kak Kwan dulu, Gyu.” kata Wonwoo, meninta izin untuk Mingyu berpindah posisi tidurnya karena ia harus keluar untuk menghubungi manager-nya setelah memberi kecupan dan elusan pada lengan pria itu.

“Kamu bisa telepon dia di sini, saya sudah nyaman.” jawabnya, mengubah posisi menjadi telentang dan perlahan membuka matanya.

I can’t, aku mau ngomongin kamu, masa kamu denger?” kata Wonwoo. “Atau gini, I will kiss you, and you’ll let me call Kak Kwan outside, okay?” tawar Wonwoo dengan suara pelannya setelah mengecup mole tip of nose milik Mingyu.

Mendengar itu, Mingyu menarik tengkuk kekasihnya dan mengecup bibir Wonwoo dengan lembut — pada awalnya — lalu muncul lah lumatan kecil dari Wonwoo pada bibir atas Mingyu, yang kemudian dibalas oleh sang dominan dengan melumat cupid bow-nya. Posisi mereka saat ini, Wonwoo berada di atas Mingyu yang masih telentang dengan wajah mereka yang saling menghadap berlawanan. Lumatan itu seolah tak ingin berhenti, bibir bawah Wonwoo sudah dijelajahi Mingyu, dan sebaliknya. Lidah yang saling bersilat, menentukan siapa yang akan mendominasi untuk menghabiskan sarinya pagi ini. Tangan Mingyu yang tak bisa diam, kini sudah membuka kancing piyama Wonwoo dan kain satin itu sudah menampilkan dada bidang berwarna putih susu di sana, sedangkan tangan Wonwoo sudah mengelus dada Mingyu, mengabsen otot-ototnya dan memijat lengan bicep pria di bawahnya. Mereka menikmatinya, selalu menikmati sesi intim mereka.

Lenguhan perlahan terdengar dari bibir mereka yang masih menyatu. Hingga, Wonwoo melepaskannya terlebih dahulu, ia menyerah karena paru-parunya yang membutuhkan oksigen lebih, dan ia mengecup dagu Mingyu, lalu terduduk tegap.

Mingyu pun terbangun dari tidurnya, memberikan ponsel Wonwoo yang si manis itu letakkan sembarang di tempat tidur saat mereka berciuman tadi agar dapat leluasa meraba tubuh atletis kekasihnya itu dengan kedua tangan lentiknya. Sang pemilik ponsel mengambil benda pipih itu, tersenyum manis, mengecup bibir Mingyu sepintas, lalu berdiri, dan berkata “I’ll be right back, ganteng.” si manis itu mengerlipkan matanya dan berlalu menghilang melalui pintu kamar, meninggalkan Mingyu yang kembali melemparkan tubuhnya untuk tiduran, bermalas-malasan sembari menanti Wonwoo selesai menelepon.

-***-

Wonwoo kembali ke kamarnya dan menatap tempat tidur yang masih menenggelamkan tubuh kekar pria tampan di atas sana. Pria manis itu berjalan perlahan ke sisi tempat tidur, Mingyu masih memejamkan matanya. Dengan tersenyum yang masih terpatri, Wonwoo menyentuh hidung mancung itu dengan jari terlunjuk lentiknya perlahan seolah sedang melukis garis-garis wajah pria yang seperti tertidur itu. Dari hidungnya, lalu, kebagian alisnya, ke kedua mata elangnya, dan kemudian tangan Mingyu menghentikan pergerakan jari kekasihnya itu, menggenggam pergelangan Wonwoo, menarik pria ramping agar masuk ke dalam dekapannya. Pria manis itu cukup kaget, “AAH!” teriaknya, karena beberapa detik sebelumnya ia pikir Mingyu sudah kembali pulas.

“Udah sama Seungkwannya?” tanya pria itu, kini tubuh ramping Wonwoo sudah menjadikan badan bagian depannya yang kekar, lebar dan berotot milik Mingyu sebagai alasnya. Pria tampan itu memeluk serta mengaitkan sepuluh jarinya di belakang pinggang bagian bawah pria cantik di atasnya, dan si dia mengangguk, kemudian mengecup dada bidang Mingyu, lalu, menempelkan telinganya, mendengarkan desiran darah yang mengalir ditubuh kekasihnya itu dan mendengarkan detak jantungnya.

Are you nervous?” tanya Wonwoo mendengarkan detakan jantung Mingyu yang sedikit lebih cepat. Dia baru kali ini merasakannya, atau sebenarnya memang seperti ini tapi dia tidak ngeuh?

Pipi Mingyu merona, “Emang kamu ngga? Coba saya periksa.” kata Mingyu membanting tubuh Wonwoo ke samping posisinya tadi dan terbangun. Si pria yang lebih tua memasukkan kepalanya ke dalam piyama satin ungu Wonwoo yang dibalas tawaan renyah pria yang lebih muda itu.

“Geli, Kim Mingyu!” katanya.

“Sssst, ngga kedengeran.” kata Mingyu yang dibalas giggles Wonwoo, ia merasakan tergelitik akan napas Mingyu dan bulu-bulu halus dari dagu sang kekasih yang sedang berada di dadanya. Wonwoo melepas kancing-kancing piyamanya yang terasa sesak itu karena ada kepala yang menonjol di dalamnya.

Got you!” kata Wonwoo sambil tersenyum dan menarik wajah Mingyu dari dadanya untuk di sejajarkan dengan wajahnya. Manik elang dan rubah itu kembali bertemu. Tatapan mata yang saling memuja.

Love you.” kata Mingyu mengecup bibir pria di bawahnya dan tersenyum.

Too.” jawab Wonwoo, menaikkan wajahnya dan membalas kecupan Mingyu.

Sayang kamu.” kata Mingyu, kembali mengecup bibir Wonwoo.

More.” jawab Wonwoo dengan senyum manisnya, dan kembali membalas kecupan Mingyu. Mereka melakukan itu cukup lama hingga kecupan dan kecupan berubah menjadi lumatan serta lumatan di siang hari seolah menggantikan sarapan yang terlewat, hingga napas mereka kekurangan asupannya, dan mereka melepaskan kaitannya, dengan benang saliva yanh masih terkait di antara lidah mereka berdua.

Ah! Almost forgot, he asks you to check your cellphone, something urgent come up, katanya. Di kantor butuh kamu.” katanya santai.

“He?”

“Kak Kwan, ganteng.” kecup Wonwoo pada pipi kekasihnya yang masih di bawah kungkungan Mingyu. Pria tampan itu hanya mengangguk.

Can you let me go? Aku mau isi air bak buat kita mandi dan pesen makan. Laperkan?” tanya Wonwoo.

“Aku aja yang masak, gimana?” tanya pria itu, sudah melepaskan tubuh Wonwoo dari kungkungannya dan mala dengan santai memiringkan tubuhnya menatap Wonwoo yanh berjalan masuk ke kamar mandi.

Sure, aku bantuin.” jawab pria itu berteriak dari kamar mandi.

I’ll check my phone, first!” kata Mingyu, pria itu terbangun dari tempat tidur, mengambil cellphone-nya dan mengecek satu persatu pesan yang masuk dengan senyuman yang tidak dapat diartikan.

Ia berjalan keluar dan menghubungi kedua teman dekatnya bersamaan. Wonwoo belum tahu isi berita yang beredar pagi ini seperti apa selain portal berita gossip yang Seungkwan share tadi di chat room mereka, ia bahkan tidak tahu yang netizen ketik di dalam komentar pemberitaan mengenai dirinya. Walaupun ia sedikit penasaran, Wonwoo meyakinkan dirinya untuk tidak melihatnya, dan harus menjauhinya. Ia tak ingin berita itu menghancurkan mentalnya, ia tidak mau membacanya.

That's us, I know we could


tw: explicit and matured content, 18+ scene, NSFW, foreplay, blowjob, deep-throat, fingering, kissing, having sex in the car.

13:04 – Terminal 3 Soekarno Hatta

Pria dengan long coat hitam itu berdiri dari tempatnya, merapihkan barang bawaan yang ia keluarkan tadi ketika melihat seorang pria menggunakan topi, kacamata bulat, masker dan jaket hitam yang berdiri di depan mejanya sembari menyilangkan tangannya di dada. Walaupun tidak terlihat begitu jelas, tapi ia sangat mengenali postur tubuh si manisnya, manik rubah yang terlihat sedang memicing sebal ke arahnya. Setelah memeriksa kembali meja dan tempat duduknya hingga tak ada barang tersisa, ia segera berdiri di samping sang pria yang masih menggunakan headset sebelah dan menatap nyalang ke arahnya.

“Hi, galak banget mukanya?” sapa pria dengan long coat hitam itu kepada pria di hadapannya, pria yang sudah seminggu lebih ini tidak ia jumpai, hanya kebiasuan yang ia dapatkan, pria itu masih terdiam di sampingnya. “Barang-barang kamu kemana?” tanya pria itu lagi, melihat ke sekelilingnya, tak ada koper baju.

“Sama Kak Kwan.” jawabnya singkat.

“Yaudah, ngga ada yang kamu tunggu, kan? Pulang, yuk! Kamu butuh istirahat.” kata Mingyu memamerkan kedua canin tooth-nya dengan tersenyum, memegang pinggang ramping pria di sebelahnya dan berjalan menuju tempat ia memarkirkan mobil SUV-nya. Seolah-olah tak ada mata yang memandang ke arah mereka berdua.

***

13:35 – Perjalanan pulang

Kini mereka sudah berada di dalam mobil SUV putih yang terparkir di pelataran Bandara Soekarno Hatta, pria yang sudah duduk manis di kursi penumpang itu segera melepas topi, masker, kacamata bundar dan jaket hitamnya, menyimpannya di samping tas ransel yang sudah ia letakkan di jok belakang sebelumnya, hanya menyisakan kemeja jeans tipis yang ia gunakan. Sama halnya dengan Mingyu, ia juga membuka long coat hitam yang sedari pagi ia gunakan dan membuang sembarang ke kursi penumpang dan hanya menyisakan t-shirt hitam yang pas di badan athletic-nya, mencetak dada bidang pria tampan itu, membuat auranya semakin berkarismati, terlebih lagi untuk pria bermata elang di sebelahnya yang sedari tadi sedikit mencuri pandang ke sampingnya.

Kuda besi empat roda itu berjalan menelusuri jalanan beraspal untuk meninggalkan pelataran parkiran bandara dengan keheningan yang masih menyelimuti mereka berdua, hanya ada suara dari playlist apple music yang menemani perjalanan mereka siang ini. Biasanya, pria ramping itu akan ikut bernyanyi dengan playlist yang disuguhkan Mingyu atau bercerita tentang kegiatannya, tidak pernah sesepi ini.

Hingga akhirnya Mingyu jengah sendiri dan membuyarkan keheningan mereka.

“Kamu tuh marah sama saya?” tanya pria yang lebih tua kepada pria di sampingnya, masih belum ada jawaban. “Wonwoo, kalau kamu diam terus seperti ini, saya ngga tahu kamu kenapa, I'm not a psychic.” lanjutnya, menatap sepintas pria yang masih memalingkan wajahnya yang sedang menatap nanar ke jalan, dan si diapun kembali fokus kepada jalan di hadapannya.

Wonwoo menatap ke arah Mingyu yang masih menatap lurus ke jalan, memiringkan sedikit badannya yang terhalang seatbelt. “Oke, aku emang harus ngomong, aku ngga bisa diem terus, yakan?” akhirnya, pria manis itu angkat bicara, dibalas dengan anggukan tegas oleh Mingyu. “So, give me a reasons, kenapa aku menerima perlakuan kamu yang sangat menyebalkan ketika aku pergi sama Jun kemarin?*” tanya Wonwoo, Mingyu terdiam.

“Ngga mungkinkan kamu serewel kemarin karena kamu mikir berita itu bisa menjelekkan nama kamu dong ya? Kamu bisa lihatkan antusiasnya fans aku sama Jun?” tanya Wonwoo, yang ditanya masih terdiam, ia bingung harus menjawab apa, karena pertanyaan yang sama tidak hanya dilontarkan oleh si manis, tetapi sahabat-sahabatnya.

“Bahkan kalau kamu search di google, atau dimanapun, aku dan Jun masih jadi trending topic lho?” jelas Wonwoo. “Ini bisa jadi ide bisnis yang bagus kan untuk kamu, kalau aja kamu mau bahas ini ke CEO Ellite Model untuk aku dan Jun—” kalimat Wonwoo terpotong saat Mingyu menghentikan mobilnya sedikit kasar di pinggir jalan tol airport.

Mingyu menatap mata rubah itu dalam, “Maksud dari omongan kamu itu apa?” tanya pria yang lebih tua itu.

“Maksudnya adalah kenapa kamu nyebelin?” tanya Wonwoo. “Kamu bilang apa kemarin? Is it fun bla bla bla?” lanjutnya dengan nada yang mencibir pria yang sudah menatapnya.

Mingyu membuka seatbelt dan memiringkan tubuhnya untuk berhadapan dengan pria manis yang dua hari belakangan ini tidak mengindahkan pesannya.

“Saya khawatir, Wonwoo.” tanyanya, sembari mengelus pipi mulus pria yang lebih muda itu, meluluhkan kekesalan yang Wonwoo bawa sedari kemarin di dalam hatinya. “Khawatir kalau kamu diapa-apain sama Jun gimana? Saya ngga ada di samping kamu.” lanjutnya.

Wonwoo menundukkan kepalanya, rasanya ingin sekali ia meneriakkan kata-kata yang sudah ia pendam selama hampir dua bulan ini. Kenapa khawatir? Emang aku ini apa untuk kamu? Kita bahkan bukan apa-apa kan? Dan banyak pertanyaan lainnya yang sangat ingin ia lontarkan.

Pria tampan itu mengangkat dagu Wonwoo dengan telunjuk dan ibu jarinya agar manik rubah itu menatap mata elangnya, Mingyu memajukan wajahnya, dan tanpa perlu basa-basi ia menyatukan kedua bibir mereka, menekankan benda lembut miliknya dengan ranum merah muda merona tipis pria berkulit putih di hadapannya. Mingyu mengelus rahang pria manis itu dengan Wonwoo yang mengelus tangan Mingyu yang terdapat di rahangnya dengan satu tangannya, membalas lumatan itu mengikuti tempo pria yang lebih tua dan meremat ujung t-shirt hitam pria itu dengan tangan bebasnya.

When my heart is beating for you That's when I lose my control When my heart is beating for you

Mingyu menekan button merah yang mengunci seatbelt Wonwoo, hingga benda itu terlepas bebas, tidak menghalangi mereka untuk melanjutkan lumatan demi lumatan yang tercipta. Jantung Wonwoo berdetak ribut seperti biasanya setiap saat pria di hadapannya ini mulai memanjakan dirinya dengan sejuta afeksi yang ia berikan melalui sentuhan. Wonwoo menundurkan wajahnya perlahan karena pasokan oksigen yang dirasa sudah mulai menipis, efek ciuman mereka yang terlampau lama.

Pria yang lebih tua menekan satu tombol di sampingnya hingga jok pada kursi supir itu mundur ke belakang perlahan, seakan memberikan banyak ruangan di sana.

Come here!” kata Mingyu, menarik lengan Wownoo perhalah, membantu pria manis itu untuk duduk dilahunannya, tempat favorite si dia belakangan ini. Wonwoo menurutinya, dan kini Mingyu sudah berada di bawahnya. Posisi yang cukup intim untuk mereka.

What are you thinking, Kitty?” tanya pria itu mendongak menatap lurus ke mata Wonwoo, memegang pinggul ramping pria yang lebih muda itu dengan tangan bebas lain mengelus pipi lembutnya.

Do you really care what I'm thinking?” tanya Wonwoo, melingkarkan tangannya di leher Mingyu dan memeluknya, pria yang lebih tua itu mengelus lembut punggung pria yang di atasnya. Ia tahu ada yang Wonwoo pikirkan, mungkin dia tahu alasannya, tapi seperti inilah Mingyu, tida seolah tidak perduli.

I do, Kitty. Always do.” jawabnya, mengecup telinga Wonwoo yang bisa ia gapai untuk dikecupi.

“Kalau perasaan aku?” tanya Wonwoo dari bahu pria yang sedang ia peluk dengan erat itu. Tak ada jawaban di sana, Mingyu terdiam, bahkan elusan pada punggung Wonwoo berhenti. Wonwoo sudah tahu jawabannya, ini adalah skenario yang selalu berputar di dalam otaknya Mingyu tidak pernah perduli dengan perasaannya, ia hanya menjadikan Wonwoo sebagai pelampiasan napsunya.

'I've to settle this down, I need to say Mingyu that I can't continue this, I want him to know that I need reassurance' rintihnya dalam hati.

It's crazy, I see nothing but you Baby my heart's beating for you Come close to me, give me a kiss to me, listen to me

Hening beberapa saat, sampai suara baritone itu kembali terdengar, “Isn't it too early for us to talk about feelings, Kitty?” tanya Mingyu mendorong pelan tubuh ramping di atasnya dan menatap mata cantik pria itu yang kini sedang tidak bersinar seperti ketika ia dihadapkan dengan banyak kamera yang sedang menyorotnya.

'Yes, it's too early because all you want is to have sex, and that's enough for you. Right, Kim Mingyu?' tanya Wonwoo dalam hatinya.

Ia kesal, ia marah, tapi entah mengapa kecupan demi kecupan yang diberikan pria ini tidak ingin ia elak, seperti saat ini, Mingyu meraba bagian dadanya dari luar pakaian yang masih terkancing rapih itu dengan ibu jarinya, pelan — pelan yang membuat Wonwoo sedikit frustasi. Wonwoo menutup mulut dengan telapak tangannya, tak ingin ada desahan yang keluar walaupun rangsangan itu sangat menggodanya.

Mingyu dengan perlahan melepas kancing kemeja jeans tipis yang Wonwoo gunakan satu persatu lalu mengecupi perut six pack si manisnya dan menyisakan tanda kemerahan di sana. “But, it's mine.” katanya sembari tersenyum dan memamerkan canin tooth-nya yang mengintip dari sana. Lalu, bibir pria tampan itu naik ke dadanya, mengecup perlahan nipples pink yang sedikit kecoklatan itu, lalu memilin benda empuk itu dengan lidahnya, menekan dan memutarnya.

“Hmhh—” desahan lembut Wonwoo keluar, ketika ia juga merasakan kedua tangan Mingyu sudah meremas bokong sintalnya melalui saku belakang celana jeans-nya.

This also mine.” katanya lagi, mengecup kedua nipples Wonwoo bergantian, lalu tersenyum. Menarik perlahan rahang pria manis di atasnya yang sedang bernapas berat dengan bibir yang sedikit terbuka. Dilumatnya perlahan bibir bawah Wonwoo hingga pria manis itu kembali mengikuti ritmenya.

“Mhhh — Gyu, kita di pinggir tol — shhh —” kata Wonwoo mengingatkan ketika Mingyu memberikan kembali tanda kemerahan di dadanya, tangannya yang memijat perlahan selangkangan dalamnya, lalu menjalar ke kejantannya dari luar celana jeans pria muda itu yang terasa sudah mulai mengeras karena rangsangan-rangsangan yang diberikan oleh pria yang lebih tua itu pada tubuhnya sedari tadi.

“Ngga akan ada yang bisa lihat kita Kitty, hanya saya yang bisa lihat kamu.” jawabnya acuh. “Huff—” Mingyu menarik napasnya berat ketika Wonwoo melakukan hal yang sama pada kejantanannya yang masih terlapisi celana jeans itu. “Hhh —” desah Wonwoo yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.

“Joknya bisa mundur lagi ngga? Nghh?” tanya Wonwoo yang menjatuhkan kepalanya di dada bidang Mingyu karena kini celana yang ia gunakan sudah terbuka dan turun ke pahanya. Satu jari tengah Mingyu terasa sedang bermain-main iseng di belahan bokong-nya.

“Mphh — di samping, Kitty.” jawab Mingyu dengan desahan pelannya karena merasakan tangan lentik Wonwoo masih bermain di bawah sana.

Wonwoo menekan tombol yang Mingyu maksud dan membiarkan kursi itu mundur sampai maksimal, menarik tangan Mingyu dari bagian belakang bagian tubuhnya, dan memundurkan dirinya hingga ia berlutut di atas karpet mobil dari bahan beludru itu, membuka celana jeans yang digunakn pria tampan itu setengah paha dan celana dalam yang melapisi kejantanannya yang terasa sedikit sesak.

'This is the second time I told myself to stop doing this, but...' katanya dalam hati.

Look what this baby boy doing right now, saat ini Wonwoo sedang memanjakan benda padat tak bertulang itu, memijatnya dengan gesture erotis yang dapat Mingyu menatap pria manisnya di bawah sana yang sedang memuja kejantanan miliknya, penis-nya semakin menegang, darah di dalam tubuhnya perlahan menuju ke bawah sana.

“Hhh— yes—” desah Mingyu, saat benda berurat itu sudah menginvasi rongga mulut Wonwoo tanpa meminta izinnya.

Perasaan hangat dibawah sana, dengan saliva yang menempel dan lidah yang bermain dengan kejantanannya, bibir tipis manis itu menggeseknya dengan lembut tanpa terburu dengan pola maju mundur yang membuat Mingyu terbang ke angkasa. Mingyu mengerang nikmat penuh dengan napsu, memanggil nama Wonwoo disela desahannya, mengatakan banyak kalimat pujian, hingga pria manis di bawah sana semakin bersemangat mengulum dan memanjakan kedua testicles-nya dengan jari jemari lentiknya. Mingyu menikmatinya dengan sangat, terlihat dari mulutnya yang sesekali terbuka dan tangan yang mengelus puja wajah Wonwoo yang masih sibuk di bawah sana.

Suara erangan lembut yang teredam di dalam mulut Wonwoo merupakan lantunan musik yang memabukkan bagi Mingyu, suara itu terdengar sesekali dari bibir manis Wonwoo, menambah keintiman di dalam sebuah mobil SUV dengan ruang yang sangat terbatas.

“Ngghhh— it feel is good —” desah Wonwoo tertahan ketika ia merasakan tangan besar Mingyu mengelus surainya dan memintanya mengulum lebih dalam lagi kejantanan yang semakin membesar di sana. “Ah, yes, Wonwoo! You're so pretty! Aahh—” kata Mingyu sesaat sebelum muatannya keluar memenuhi mulut Wonwoo yang sudah bercampur dengan saliva. Wonwoo menelannya. Ini bukan hal pertama untuknya, bukan?

I miss you.” kata Mingyu, membawa tubuh Wonwoo untuk menggantikan tempatnya duduk sedari tadi dengan senderan kursi pengemudi yang sepenuhnya sudah tertidur, mengukung Wonwoo yang sudah sedikit berkeringat itu di bawahnya. Mingyu melahap ranum Wonwoo dengan tempo yang sedikit acak karena sangat gemas dengan makhluk sexy yang kini berada di hadapannya, pria manis yang terkukung itu berusaha mengikuti tempo ciuman Mingyu yang tak beraturan, memeluk tubuh pria yang lebih tinggi darinya itu untuk semakin mendekat padanya.

I miss you too.’ rengek Wonwoo dalam hatinya.

“Nghh — Susah, Gyu—” katanya ketika Mingyu ingin menelusupkan jarinya ke dalam lubang mengerut di belakang sana, celana jeans Wonwoo masih ia gunakan.

“Ngga ada yang susah, Kitty.” kata Mingyu mengedipkan sebelah matanya, menanggalkan seluruh celana yang digunakan Wonwoo, hingga paha putih mulus itu terekspos, penis yang lebih mungil dari miliknya itu sudah menegang dan hampir mengeluarkan pre-cum-nya.

Mingyu merapihkan posisi mereka, menidurkan tubuh Wonwoo dan dirinya dengan posisi miring dan saling berhadapan, sangat rapat, hingga mereka dapat merasakan derua napas mereka yang saling bekerjakan, degupan jantung yang terpacu oleh adrenalin, hingga kejantanan mereka saling bergesekan saat Mingyu mengangkat kaki Wonwoo untuk melingkarkan salah satu kaki mulus itu di pinggangnya, memudahkan pria dewasa itu untuk mencari lubang berkedut yang sangat ia rindukan.

“Gyu, udah pake tissue basah?” kata Wonwoo ketika merasakan satu jari Mingyu sedang mengabsen pinggiran lubangnya. Kebersihan masih nomor satu untuk Wonwoo.

“Udah, cantik, saya pake handsanitizer tadi.” jawabnya, lalu mengecup pipi pria yang bertanya. “Saya masuk ya?” tanya pria tampan itu, kemudian mengecup kening Wonwoo, si dia menjawab dengan anggukan. Saat ini, Pria manis itu sudah menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Mingyu, karena merasa sedikit malu saat mendengar atasannya itu meminta izin untuk mengacak lubangnya. Biasanya, Mingyu tidak pernah meminta izinnya.

Satu jari terasa biasa, ia sudah terbiasa dengan jari jemari Mingyu yang bermain di dalam sana. Si pria cantik itu hanya mendesah pelan. Jari kedua Mingyu masukkan perlahan, dengan gestur keluar masuk yang teratur, desahan pelan erotis itu terdengar sedikit lebih kencang dari sebelumnya.

I'll give you anything — mphh — as long as today you'll moan softly, —hhhh — lower than my radio's volume.” tantang Mingyu disela desahannya karena Wonwoo sedang asyik menggesekkan kenjantanannya dengan milik pria di hadapannya dengan rhythm yang sama dengan jari Mingyu, jemari gemuk itu masih memenuhi lubang Wonwoo dengan tumbukan yang semakin dalam, sesekali pria yang lebih tua itu memberikan gestur menggunting pada jarinya yang membuat bibir Wonwoo sedikit terbuka, dan melempar kepalanya ke belakang, memberikan Mingyu banyak akses untuk menyesap pelan leher jenjangnya tanpa meninggalkan jejak.

“Jangan — hhh — berbekas, Gyu.” pinta pria manis yang sedang gelisah itu.

“Oke.” bisik Mingyu dengan nada yang menggoda. “Bagaimana dengan tawaran saya? Hmmh?” tanya Mingyu kemudian tanpa menghentikan kegiatannya, jarinya semakin dalam mengacak lubang Wonwoo, lalu, menambah jari ketiganya yang sudah menelusup masuk ke dalam lubang itu, menumbuk titik manis pria di hadapannya yang sangat dia hapal letaknya.

AC di dalam mobil itu seolah dimatikan, kulit mereka yang sudah mulai lembab, perlahan mengeluarkan peluh yang menambah suara gesekan antar kulit di dalam mobil itu terdengar nyaring.

Anythinghh?” tanya Wonwoo menatap manik elang pria di hadapannya, mata rubahnya yang semakin sayu itu menghiasinya sedari tadi, gairah seksualnya yang tak tertahan ketika Mingyu mengisinya, tak akan pernah sanggup ia tolak — Wonwoo menyukainya. Sangat.

“Hmm—” kata Mingyu mendeham lalu kembali mengulum bibir si dia yang lebih muda di hadapannya. Bibir bawahnya tampak sedikit membengkak sekarang, habis dihisap sarinya oleh si pria yang lebih tua.

Wonwoo menahan sebisanya untuk tidak mendesah dengan vocal seperti ia biasanya, Mingyu menikmati alunan desahan lembut Wonwoo yang terendam di dada Mingyu dan menggigit t-shirt hitam miliknya ketika ia merasakan kejantanan sang pria manis berkedut, hampir sampai pada puncaknya. Tubuhnya melengkung bagai busur cantik, dengan kakinya yang bergetar hebat, jari jemari kakinya yang bergerak gelisah. Pria yang lebih tua itu seakan tidak perduli, menumbuk lubangnya yang sudah basah itu semakin kencang semakin mengeratkan tubuh mereka hingga gesekan pada kejantanan mereka semakin terasa kasar.

Gyuhh” bisiknya. “Nghh —” desahnya lembut.

“Apaa?” tanya Mingyu menantangnya.

“Hmmmpphhh—” Wonwoo menggigit t-shirt Mingyu dan sebisa mungkin menahan erangannya, sangat sulit sekali, terlihat dari peluh yang keluar, semakin membuat tubuhnya lembab siang ini. Hangat, cairan kental itu keluar dari kejantanan Wonwoo yang berkedut hebat mengotori t-shirt hitam Mingyu dan perut miliknya yang terpampang jelas karena kancing kemeja yang pria manis itu gunakan sudah terlepas dari kaitannya, sedari tadi.

Let me come to visit yours.” kata Mingyu berbisik, lalu menjilati daun telinga Wonwoo, “I miss you.” dan si dia yang tampan itu mengeluarkan ketiga jarinya. Wonwoo masih menahan mati-matian desahannya, hampir gila rasanya. Pria manis itu sangat tertarik dengan tawaran Mingyu bahwa ia akan memberikan apapun yang Wonwoo inginkan. Apapun. Sehingga ia akan memelankan suara gairahnya, hanya untuk hari ini.

Mingyu membalikkan tubuh Wonwoo, menyingkap kemeja jeans berlengan pendek yang masih Wonwoo gunakan, mengangkat pinggul pria manis yang memabukkan di hadapannya, menunggingkan badannya, hingga ia dapat meremas lembut bokong milik Wonwoonya.

This ass also mine.” katanya pelan namun terdengar jelas di telinga Wonwoo sesaat setelah ia menggigit salah benda kenyal itu.

Tanpa Mingyu sadari, di bawah sana kedua pipi pria yang sedang menungging itu merona saat mendengar kalimat yang tak biasa itu keluar tanpa rasa bersalah dari bibir pria yang lebih tua, dan ia sangat menyukai apa yang sedang mereka lakukan saat ini.

Hanya pada saat seperti ini Wonwoo merasa Mingyu adalah miliknya, ketika melakukan hal ini lah Wonwoo merasa Mingyu sangat menyayanginya. Saat seperti ini merupakan waktu yang tepat untuk Wonwoo berhalusinasi bahwa rasa Mingyu padanya tidaklah semu.

Saat ini Mingyu sedang memijat mandiri kejantanannya dengan mengapitkan kedua bongkahan sintal itu dengan gestur naik dan turun, Wonwoo sempat tersentak, hampir saja ia menggagalkan misinya sendiri. “Aahh — shake it, Wonwoo.” pintanya, pinggul si dia yang dipanggil itu entah mengapa menuruti permainan pria di belakangnya.

Permainan kali ini terasa sedikit berbeda, entah apa yang asing, namun, Wonwoo dapat merasakannya, ada yang lain selain hawa napsu dan rasa rindu yang tidak saling menyapa selama satu minggu pada permainan mereka kali ini.

Kejantanan Mingyu sudah mengeras sempurna, “Saya ngga punya kondom, Nu. Can I just put this in your beautiful hole, cantik?” bisik pria itu di atas punggung Wonwoo, menggigit pelan daun telinganya, memilin bahkan menekan nipples pria manis di bawah sana yang sudah menegang. Wonwoo masih menggigit bajunya, ia menahan desahannya. Lagi, detakan jantungnya sudah sangat ribut, debaran yang semakin menjadi, dan darah yang mengalir, memenuhi kejantanannya untuk berdiri semakin tegak.

Ia mengangguk, tersiksa karena kehampaan di belakang sana. Ia masih ingin disentuh, ia masih ingin dirusak, ia masih ingin diacak oleh pria tampan yang sedang memeluk tubuhnya dari belakang, menanti izin dari sang pemilik rumah. “Hmm — Gyu, masukin aja.” jawabnya dengan bisikan, membuka lebar kedua keki sebisanya di tempat yang terbatas ini, meletakkan dadanya pada sandaran jok, meremat benda sintal miliknya sendiri hingga kini Mingyu dengan sudah sangat jelas melihat lubang mengerut yang addictive itu berada di depan kedua matanya.

Mingyu menepuk kejantanannya pada lubang itu, Wonwoo hanya sedikit tersentak merasakannya. Lubang merah muda yang sudah berkedut nan basah itu meminta lebih dari sekedar tepukan, pria dominan itu tahu apa yang diinginkan pria manis di bawahnya, ia masukkan kepala benda berurat yang sudah tegak sepenuhnya itu perlahan untuk menjadi makanan pembuka.

Hnggg—” desahan teredam dari gigitan kemeja miliknya yang menandakan kejantanan Mingyu sudah masuk sepenuhnya ke dalam tubuh Wonwoo, dapat ia rasakan benda besar dan panjang itu berada diperutnya. Ia elus perutnya, lalu menggoyangkan pinggulnya untuk mengawali permainan yang masih siang di tepian jalan tol yang ramai dilewati mobil.

This isn’t the way it was supposed to go, right Jeon Wonwoo? This situation is going exactly the opposite. Seharusnya saat ini lo sedang memarahi dan memaki pria ini, bukannya malah menikmati lalu mendesah keenakan saat ia memasukkan miliknya ke dalam lubang lo! Bukan ini, Won, ngga seharusnya lo malah menggoyangkan pinggul lo and asking him to thrust his dick to your hole deeper and pound your sweet spot!’ lubuk hatinya yang terdalam memaki dirinya sendiri yang sudah dibalut oleh kabut napsu, seakan tak perduli akan bathinnya yang sedang merutuki apa yang kini sedang ia lakukan.

Air mata karena rasa sesak di dada, juga lubang yang sedikit nyeri dan nikmat menjadi satu keluar dari manik rubahnya, “Relax, Kitty, I won’t hurt you.” kata Mingyu mengecup bahunya lebar yang masih terlapis kain berwarna biru itu, mendekap tubuh Wonwoo dari belakang dan masih menggoyangkan pinggulnya, dengan memasuki-mengeluarkan kejantanannya. Penis Wonwoo yang kembali terbangun. Suara dari jok kulit yang beradu dengan paha Wonwoo yang berkeringat beradu terasa lebih nyaring dari volume tape Mingyu di dalam mobil itu.

Benda berurat yang semakin membesar di dalam sana mulai berkedut, sama halnya dengan milik Wonwoo, Mingyu memijatnya teratur, semakin lama semakin cepat, sesuai dengan tempo pinggul Mingyu yang tak ada habisnya menghajar titik prostat milik Wonwoo, mencari puncaknya bersama. Wonwoo masih mendesah sepelan mungkin, walaupun ingin rasanya ia berteriak memanggil nama Mingyu, membalas erangan pria itu saat memanggil namanya karena rasa nikmat yang lubangnya berikan.

Pelepasan, itu yang saat ini mereka rasakan, tangan Wonwoo yang memeluk senderan jok kulit di bawahnya dengan badan yang kembali melengkung, kaki yang bergetar karena telah mencapai pelepasannya, jari-jari kaki yang bergerak ribut, dan telapak tangan Mingyu yang masih memijat miliknya, seolah ingin menguras habis putihnya dari benda tak bertulang itu, ngilu dan nikmat yang menyatu. Tak sampai disitu, Wonwoo masih diserang dengan luapan putih milik pria tampan di atasnya masih keluar dari kejantanan yang masih berada di dalam lubangnya, benda itu terasa masih berkedut. Hangatlah yang perut Wonwoo rasakan.

Cairan itu seolah terlalu banyak dan lubang Wonwoo tak sanggup menampungnya hingga menetes melalui paha mulusnya. Mingyu dengan sigap membuka t-shirt hitamnya, membersihkan paha Wonwoo yang kini sudah menyentuk kursi kulitnya, pria itu telungkup di kursi supir, lelah yang ia rasakan.

“Bersihin dulu yuk, Nu.” kata Mingyu, Wonwoo segera terbangun dan merangkak untuk pindah ke kursi penumpang depan, tanpa membuat pria itu menunggu. Namun, sesaat ketika Wonwoo ingin mendudukkan tubuhnya, Mingyu menahan pinggang ramping itu dengan satu tangannya, membuat sang model berhenti diposisinya, pria yang lebih tua itu kembali mengecupi kedua bongkahan sintal berwarna putih itu, merematnya seakan apa yang barusan mereka lakukan tak pernah cukup untuknya.

Hati kecilnya masih ingin merengkuh pria di hadapannya ini, ia masih ingin menghirup wangi manis tubuhnya, masih ingin merasakan hangat pria itu, tapi, ia mengurungkan niatnya. Saat ini mereka masih berada di pinggir tol airport, tidak lucu bila security yang berjaga memergoki mereka seperti saat ini.

Saat ini Wonwoo membersihkan perut dan kejantannya dengan tissue basah yang tersedia di mobil itu — bahkan ia sudah hafal letak beberapa benda di mobil ini — dan menggunakan kembali celana dalam serta jeansnya, mengancingi bajunya dengan benar. Sementara, Mingyu sedang membersihkan jok mobil kulit tempatnya duduk karena putih Wonwoo dan miliknya yang sedikit bercecer di sana.

“Kamu ada baju lagi kan?” Wonwoo merogoh tas gym yang berada di bawah jok kursi penumpang belakang. Dengan lincah ia mengambil satu t-shirt berwarna putih, mengambil t-shirt hitam yang ada di tangan Mingyu setelah membersihkan kursinya dan membuangnya sembarang ke bawah jok belakang.

Pria ramping itu memakaikan t-shirt itu ke pria tampan di hadapannya, lalu, “Coba kamu tiduran sebentar.” pintanya, pria yang tidak memiliki ide itu hanya menuruti kalimat dari pria manis itu. Wonwoo mengambil sehelai wet tissue yang sedari tadi sudah berada di pahanya, membersihkan kejantanan Mingyu perlahan, pria tampan itu menahan desahannya.

“Kenapa mukanya gitu?” pria manis itu tersenyum menggoda pria di hadapannya. “Coba kamu naikin pinggulnya dikit!” pinta Wonwoo dan tanpa ragu ia menaikkan posisi celana dalam, mengancingi kembali celana jeans Mingyu yang ia buka dan tak tertanggal sepenuhnya sedari tadi.

Wonwoo dengan lincah menekan tombol untuk menaikkan senderan pada kursi pengemudi, menatap tajam mata Mingyu yang masih memperhatikan apa yang selanjutnya pria manis itu lakukan.

“Gyu?” tanya Wonwoo. Tidak dapat dipungkiri, panggilan itu membuat jantung Mingyu berdetak lebih cepat, bukan karena adrenaline atau gairah seksual yang sedang tinggi-tingginya. Ini detakan jantung yang berbeda. Otaknya berhenti sementara.

Wonwoo melanjutkan kalimatnya, “Aku menang kan and you will grant my wish? Aku sayang kamu, sayang banget — hanya itu yang mau aku denger dari mulut kamu, ngga harus sekarang, tapi saat kamu benar-benar merasakannya.” lanjut Wonwoo tersenyum, mengecup ujung hidung Mingyu sekilas. Pria tampan itu tidak dapat mengerjapkan matanya, tubuhnya seolah berhenti bekerja. Wonwoo memakaikannya seatbelt dan kembali duduk tenang di kursinya, langsung menggunakan seatbelt-nya, menunggu Mingyu yang masih terpaku.

He gave Mingyu as much time as he needed.

When my heart is beating for you And my mind feels Baby Blue Baby my heart's beating for you Come close to me Close to me

***

16:05 – In the halfway

Sepanjang perjalanan pulang dari Cengkareng ke Jakarta Selatan, hanya diam yang menjadi teman mereka, dengan pemikiran mereka masing-masing. Mingyu berusaha fokus dengan jalanan di depannya, sedangkan Wonwoo hanya menghadap jendela seolah menikmati pemandangan selama perjalananannya.

Listen to me I am the man that you've been waiting for Would you push the button that you've been looking for With just one kiss, you're gonna need it more Baby, I could give you what you want

***

16:45 – Lobby Wonwoo’s Apartment

Thank you for picking me up.” kata Wonwoo sebelum membuka pintu mobil itu. Pria manis itu hanya mendapatkan anggukan kepala dari Mingyu. Mingyu masih terdiam sepanjang jalan, kalimat yang Wonwoo katakan tadi masih menggema di kepalanya.

Tak mengapa, hanya itu yang dipikirkan Wonwoo, tak mengapa bila memang hari ini adalah hari terakhir ia merasakan dimanja oleh Mingyu. Tak mengapa bila memang tadi adalah kali terakhir ia mendengar erangan Mingyu memanggil namanya dengan gairahnya yang meluap-luap. Tak mengapa bila tak ada lagi kecupan selamat pagi dari pria itu setelah mereka tidur bersama. Tak mengapa bila ia tak dapat memeluk pria impiannya itu lagi. Tak mengapa bila memang harus seperti itu caranya untuk menyudahi permainan mereka. Tak mengapa dan semoga tak ada penyesalan untuknya.

Wonwoo tersenyum manis ke arah Mingyu, dan keluar dari mobil SUV putih itu, berjalan lurus tanpa melihat ke belakang. Dadanya sakit, hatinya seperti diremat sembilu. Sedangkan, Mingyu masih menatap punggung bidang itu hingga menghilang ditelan pintu automatic lobby apartemen milik si manisnya.

But I guess for now We'll be all inside my head An imaginative state You'd be sleeping in my bed

TEASING YOU IS MY SKILL


TW: explicit sexual mature content, foreplay, NSFW, kissing, rimming, handjob, blowjob, petting, dirty talk, vanilla & jealousy sex, etc.

Wonwoo’s POV

Mingyu menepati janjinya, tadi malam pria itu datang hanya menggunakan t-shirt hitamnya yang dibalut hoodie dan sweatpants seolah tergesa-gesa setelah aku kirimkan pesan, mengundangnya untuk datang, dan kini ia masih tertidur pulas di sampingku tanpa menggunakan sehelai kainpun setelah semalam we’re engage in some very hot activities.

Sedangkan aku saat ini sedang menatapnya, mengelus surainya, dan membayangkan bagaimana rasanya disayang, serta dicintai pria ini seutuhnya? Membayangkan bila menghabiskan setiap waktu dengannya, menggenggam tangannya dikeramaian tanpa takut tertangkap media, dan melayaninya tanpa memikirkan ada wanita lain di luar sana yang sedang menunggu kabarnya.

Sedari tadi ponselnya bergetar, aku tidak terkejut melihat wajahku di wallpaper ponselnya, ia sudah meminta izin padaku sebelumnya dan tentu aku memperbolehkannya. Aku membaca notifikasi yang masuk, dari rekannya, reminder calendar-nya bahwa hari ini ia sudah memiliki janji temu dengan wanitanya untuk makan malam, dan tentu pesan dari wanita tersebut. Kupeluk tubuhnya erat, tidak ingin kulepaskan rasanya. Aku tidak ingin dia pergi, aku ingin dia makan malam di sini bersamaku dan menikmatiku seperti yang biasa kami lakukan.

“Hmm?” matanya masih terpejam, tapi kudengar suara berat bangun tidurnya yang selalu membuat bulu kudukku merinding. Si dia mengelus punggungku yang sama dengannya — masih tak terbalut apapun.

Morning.” kataku, mengecup bibirnya lembut.

Morning, Kitty.” katanya membuka satu persatu matanya dan menemukan ruang tidurku sudah terang dengan sinar matahari yang menelusup masuk melalui korden dari jendela besar di belakangnya.

Did you sleep well?” tanyanya, mengecup puncak kepalaku. Jangan salahkan aku yang selalu terjebak dalam perasaanku terhadapnya, ia tidak pernah memberiku ruang untuk bernapas. He took it from me — my air.

Very well, thanks to you.” jawabku sembari tersenyum dan menatap manik elangnya dalam. Morning kiss pasangan normal lain mungkin hanya sebatas peck kiss on the lips, tidak sedalam ciuman pagi yang selalu kami lakukan. Walaupun begitu, aku dan dia menikmatinya, menunggu hingga salah satu dari kami kehabisan napas, terengah. Seperti saat ini.

“Jam berapa sekarang?” tanyanya, mengambil ponselnya yang sengaja kupindahkan dari nakas sebelah tempatnya tidur, ke nakas di sampingku. Dia tahu aku pasti melihat notifikasi ponselnya, tapi si dia tidak pernah protes akan hal itu. Entah apa yang dia rasakan terhadapku, aku hanya takut mencari tahu. I'm enjoying us like this.

Brunch here?” tanyaku, bangun dari posisiku dan mengambil t-shirt abu-abu oversized yang semalam dibuang sembarang oleh pria besar yang masih berada di tempat tidurku.

There’s plenty of time, I'll waste it with you.” kata pria itu, masih bermalas-malasan.

Up to you, Sir, you can come and go as you please, like usual.” kataku meninggalkannya, menuju ke dapur untuk membuatkan kopi untuk kami berdua dan sarapan yang terlewat karena jam sudah menunjukkan pukul 10.30 siang.

I got me like a fool, and I'm confused what's the truth ′bout his feeling towards me?

“Kamu kenapa?” tanyanya, si dia yang kusayang sudah memeluk tubuhku dari belakang saat aku sedang termenung di depan toaster, menunggu dua helai roti terpanggang. Aku tahu dia peka, tapi, mungkin sama halnya denganku, ia takut mendengar jawabannya.

“Ngga apa-apa, kamu mau pakai selai or sunny side?” tanyaku, mengelus pipi kanannya yang berada di bahuku dan mengecup tahi lalat lucu di pipi kirinya.

“Selai,” jawabnya, menghirup ceruk leherku, mengecup leher jenjangku sembari menulusupkan tangannya ke dalam t-shirt-ku, stroking my belly with his erotic gesture. Aku tentu saja menikmatinya, aku yang bodoh tidak pernah menolak pria penuh afeksi ini walaupun hanya melalui setiap sentuhan yang si dia berikan.

How long are you planing to be like this?” tanyaku ketika si dia masih bergelayut di belakangku. “Kamu berat, Gyu.” kataku, tapi tetap membiarkannya se-clingy ini, bahkan tidak melepaskan pelukannya, aku hanya menunggu.

“Mau kaya gini for a long time with you.” katanya.

Tidak sekali ia mengatakan hal itu, tapi, aku tahu ia hanya mencoba untuk menghiburku agar aku tak merasa seperti mainannya, tapi mengapa jantungku selalu berdetak cepat? Apakah aku semakin tenggelam padanya?

***

Kini kami berdua sudah berada di atas sofabed besar abu-abu di apartemenku, dengan dada bidang Mingyu yang tak tertutup kain sebagai alas tubuhku, lalu dia dengah jahilnya menciumi bagian-bagian dari tubuhku yang dapat terjangkau olehnya sesekali. Aku mencoba serius menonton Disney+ saat ini, sedangkan si dia asik dengan ponsel di tangan kanan scrolling pesan yang masuk tanpa membalasnya. Sedangkan, tangan kirinya bermain dengan tubuh bagian depanku dari dada hingga ke selangkanganku, menggodaku, tak jarang lenguhan kecil keluar dari mulutku, dan dia hanya mengecup bahu atau pucuk kepalaku setelah tersenyum menang di belakang sana. Aku masih menahan untuk tidak memintanya memanjakan seluruh tubuhku dengan jari-jemari nakalnya siang ini. Aku masih bertahan untuk tidak mengulum kejantanannya dan menulusupkan benda berurat itu pada lubang manisku. Aku masih sanggup.

Hingga, telepon genggamnya bergetar, “Tsk.” ia berdecak tak suka untuk beberapa kalinya, mebuatku risih mendengarnya, tak pernah ku dengar si dia berdecak seperti itu. Aku renggut ponsel dari tangannya, dan terpampang jelas nama si penelepon “Lee Ji Eun” di layar ponsel pintarnya.

“Angkat!” pintaku.

“Ngga, ngga usah, kitty, ngga penting.” katanya mengecup bibirku.

“Angkat aja, Gyu.” kataku.

Telepon Mingyu berhenti bergetar sesaat di tanganku, lalu bergetar lagi tak berapa lama. Si Wonwoo yang masochist ini menekan tombol hijau di layar, membuat panggilan itu dengan mode loudspeaker, kuletakkan ponsel itu di meja yang beralaskan marmer di depan kami, dan suara wanita di seberang sana menggema di ruangan tengah apartemenku. Mingyu membelakkan matanya, terkejut dengan apa yang aku lakukan.

“Halo, Inggu! Kok kamu baru angkat telepon aku sih? Kemana aja kamu?” wanita itu mengomel, mungkin dia kira itu akan lucu, aku hampir muntah dibuatnya.

Aku sudah berbalik menghadap Mingyu, berada di pangkuan pria itu, mengapit paha kekarnya denga paha dalam milikku, melingkarkan tanganku di lehernya, “Jawab.” bisikku, mengecup daun telinganya.

“Kenapa, Ji—?” pertanyaan Mingyu menggantung, aku melumat bibirnya sebelum ia memanggil nama lengkap wanita itu. Pria di hadapanku membalas ciumanku, menggigit gemas bibir bawahku dan memasukkan lidahnya ke rongga mulutku yang hangat, mengajak lidahku untuk bermain dengan miliknya, seolah panggilan itu tak ada.

“Jangan lupa, hari ini kita ada Valentine Dinner ya, Nggu.” suaranya terdengar sangat bersemangat, sedangkan pria yang ia panggil sudah melucuti t-shirt-ku dan sedang melumat salah satu nipples-ku, memilin dengan lidah hangatnya.

“Nghh—” Oops, lenguhan pelanku terlepas di sana. Entah apa yang kuharapkan, mungkin semoga wanita di sana mendengarnya?

“Nggu? Denger akukan?” tanya wanita di seberang sana.

Yeesshh” jawab pria yang wanita itu panggil Inggu, mencoba menahan desahannya ketika aku memasukkan jari-jemari lentikku ke celana dalamnya dan memijat kejantanan hingga testicles-nya.

Bibirku kini sudah berada di perpotongan lehernya, menghisap dan memberinya tanda di sana. Mungkin ketika nanti mereka bertemu, at least wanita di ujung sana yang masih berbicara dengan berisik itu bisa melihat ada tanda kepemilikan pria ini atas seseorang.

“Aku juga udah booking kamar untuk kita berdua, Nggu.” wanita di ujung sana tersenyum malu-malu, sedangkan, aku sedang berlutut di antara paha Mingyu, melucuti celana dalam pria itu.

Tuhan, May I stop this man from leaving me today? Aku tidak sanggup membayangkan apa yang akan mereka lakukan malam ini.

“Aku udah siap, Nggu, untuk kamu. I want you to touch me tonight.” kata wanita itu lagi, aku sudah mengulum kejantanan Mingyu dengan sensual dan rakus, menijat batangnya, saat wanita itu masih bicara. Poor her.

“Aaah — ngga perlu, mmph — kita langsunghhh—” lagi, kalimatnya tergantung ketika aku dengan semakin agresifnya melahap seluruh kejantanan Mingyu ke dalam mulut hangatku, dan memijat kedua testicles-nya. Dia sangat berusaha menahan desahan nikmatnya. Begitupun denganku. Benda di dalam mulutku ini membuat kejantanan ku menegang, ukurannya yang besar dari rata-rata pria membuatku sangat terisi danmerasa kosong bila benda itu tidak tertanam ditubuhku,

“Oh, damn Won thats good” si dia berbisik memuji kelihaianku memanjakannya, dan kurasakan tangannya memegang suraiku, sedikit mendorong kepalaku untuk semakin dalam mengulum kejantanannya. “Mphh—” balasku menjawab pujiannya. Suara kecapan dari mulutku saling beradu dengan kulit kejantanannya. Desahannya tertahan mengingat panggilan telepon masih tersambung.

“Kamu tuh lagi ngapain sih?” seketika wanita yang berceloteh di saluran dari ujung sana itu bertanya saat kejantanan Mingyu sudah berkedut di dalam mulutku, semakin besar ukurannya, kuberikan jilatanku pada kepala penis-nya dan memasukkan benda itu lagi, menekannya lebih dalam.

“Nghh — seben-tar —” Mingyu mengambil ponselnya menekan mode mute pada layarnya.

“Aaaaaaahhh!!! Fuck! It’s good, Kitty.” cairan putih kental lengket itu mengalir bebas melewati kerongkonganku, sementara cairan yang bebas menetes dari pinggir bibirku.

“Kok di mute?” tanyaku jahil, si dia membersihkan sisa spermanya di pinggiran mulutku dan kami kembali terbuai dalam ciuman panjang. “Kan sengaja biar dia denger.” lanjutku.

Tease me more, then.” tantangnya.

Challenge accepted, handsome.” kataku, meraih ponselnya dan mematikan mute mode itu.

“Kita sampai mana tadi?” tanya Mingyu pada ponselnya yang sudah ku letakkan kembali. “Go ahead, saya dengerin.” kata pria itu.

Aku menanggalkan seluruh kain yang masih menutupi tubuhku di hadapan pria yang 10 tahun lebih tua dariku itu, dia menarik tubuh rampingku, memegang pinggangku dan menciumi perut six pack yang sudah aku pelihara beberapa tahun belakangan ini. Tatapan kami bertemu, kulihat tatapannya penuh puja dan napsu menjadi satu, mungkin akupun seperti itu.

Lick me,” bisikku yang kemudian sudah mengambil posisi menungging, memamerkan lubang merah jambu favoritnya dengan menumpu tanganku pada meja marmer.

“Oh iya, by the way, nanti ada mama sama papaku juga, Nggu. Kita sekalian bahas pertunangan, it’s okay kan?” tanya wanita itu santai, suaranya masih excited dan aku tak kalah bersemangat ketika merasakan Mingyu yang semakin menarik pinggangku, memasuki benda lunak, basah dan hangat itu ke dalam lubang anal-ku.

“Aaaahng! Gyuu, deeper—” lenguhan nikmat keluar dari mulut manisku.

Listen carefully, bitch! Your man is digging my hole with his tongue right now, for your information, its good, so good that I’m flying to heaven.

“Nggu!! What are you doing right now? Sama siapa?” Oh, dia udah sadar sekarang.

“Mmmphh” lenguhan Mingyu yang sedang menjilati lubangku menjawab pertanyaan wanita itu.

“Hnnggghh!” desahku saat Mingyu mengganti lidahnya dengan kedua jarinya untuk menumbuk titik prostatku. Kejantananku kini sudah berkedut, ia sudah terbangun sedari tadi, menunggu dimanja oleh tuannya.

“Mingyu! Aku udah bilang kan kalau aku—” dengan tergesa pria besar itu mematikan panggilan teleponnya secara sepihak.

You’re bad kitty.” kata Mingyu membawaku ke pangkuannya, mengulum bibirku yang sudah terasa sedikit membengkak karena menggigit bagian bawahnya saat menahan desahan demi desahan yang ingin keluar dari mulutku, tadi.

Let me,” kataku menggenggam kejantanannya yang kembali mengeras ke arah lubangku yang sudah basah karena ulahnya.

“Pelan-pelan, saya ngga mau kamu kesakitan.” kata pria di depanku ini penuh concern.

“Nghh — aku — aaahhhh” sakit dibagian analku tidak sebanding dengan perasaan was-wasku, kuhentikan kegiatanku, membiarkan kepala penis itu menelusup masuk ke dalam lubangku.

Air mataku mengalir, karena aku merasakan perih di dadaku mengingat Mingyu akan bertemu dengan keluarganya dan keluarga wanita itu, lalu menghabiskan malam bersamanya. Wanita yang selalu berusaha mengambil yang seharusnya menjadi milikku secara paksa. Wanita yang membuat aku mengalah 2 tahun belakangan ini.

“Kenapa, cantik?” tanya Mingyu, menghapus air mataku. “Sakit? Mau udahan aja?” tanyanya, aku menggeleng, air mata turun perlahan, dengan turunnya pinggulku secara pelan-pelan juga.

Take it easy, Kitty, kamu jangan sampai kesakitan, you’re my treasure.” katanya, mengelus suraiku, lalu ke punggungku, mengecupi kelopak mataku.

“Sakiit—” kataku, memeluk lehernya, dadaku yang sakit, Gyu.

“Mau udahan aja?” tanyanya, nadanya khawatir. Aku menggeleng, pria itu mengecup seluruh area wajahku, termasuk kelopak mataku yang sedikit basah.

Ku lanjutkan permainan kami, ia sudah membuka kedua bongkahan sintalku untuk mempermudah kejantanannya masuk, mencoba mengurangi rasa sakitku. “Aaaakkkh!!” erangku ketika kuturunkan pinggulku paksa dan melahap semua miliknya. Kugoyangkan perlahan pinggulku naik-turun, tangannya yang masih berada di kedua bongkahan pantatku mengikuti tempo pinggulku.

“Ngga — aahhh — mau kamu — nghhh — tidur — hmmmph — sama dia — nghhhh —” kataku mengucapkan kalimatku susah payah di sela desahanku, dengan tempo gerakanku yang berantakan ketika tangan kiri Mingyu mengocok kejantananku yang sudah mengeluarkan pre-cum-nya dan mulai berkedut.

Are you — nghhh — jealous right — mnhhm now?” tanyanya, aku mengangguk yakin. Ia merebahkan tubuhku di sebelahnya.

With this kind of missionary style, I don't know how long it will last. I want this to last for a long time.

Si dia memasukkan miliknya semakin dalam dan menumbuk titik prostatku terus menerus, ia juga tidak melewati kesempatannya untuk menjilati nipplesku dengan lidah hangatnya, lalu, memilin tonjolan itu dan memanjakan bagian lainnya, tak lupa untuk mengelus suraiku. Tubuhku membusur dan menggelinjang tak karuan. Aku suka sensasi ini.

Suara kulit kami yang saling beradu semakin terdengar jelas, desahanku memanggil namanya dan begitupun si dia yang terus-menerus melenguhkan namaku menjadi serenade kami siang ini.

“Ahnn — it feels good, Gyu— Ahh!” racauku setelah ia melepas ciumannya pada bibirku yang sedikit membengkak dengan pelepasan pertamaku siang ini saat perutnya menggesek kejantananku tadi, putihku ada di perutnya dan perutku. Kakiku lemas.

Satu kali tumbukan, dua kali dan desakan terakhir aku rasakan ada sesuatu yang hangat mengalir di dalam perutku dengan lantunan erangan panjangnya dan lenguhanku yang memanggil namanya desperately. Putihnya sudah keluar di sana. Tubuhnya yang berkeringat, ia baringkan di atas tubuhku yang tak kalah lembab, ia memeluknya erat dan penuh kehangatan.

“Jangan dilepas,” pintaku sembari mengelus surainya, ia mengangguk dan kembali memagut bibirku mesra, seolah kami baru melakukan pemanasan.

Why you are so sexy?” keluhnya, menatap manikku lekat, ku bawa wajahnya mendekat ke arah wajahku, kuberikan senyuman termanisku dan aku lumat bibirnya lebih menuntut, meminta ronde selanjutnya untuk pria itu untuk mengacak-acak seluruh tubuhku.

You spelled me well, saya tersihir sama kamu, hingga tidak bisa melihat orang lain lagi, Wonwoo.“ katanya ketika sudah membaringkanku di atas tempat tidur.

Memang menurutnya aku bagaimana selama ini?

EFEK RINDU


tw: NSFW, explicit sexual content with too much details, mature scene, kissing, petting, rimming, moaning, licking, foreplay, handsjob, blowjob, doggy style, bodyguard style, smutt, etc.

Mingyu sudah keluar dari kamar utama dengan menggunakan bathrobe yang disediakan Wonwoo sebelum pria manis itu meninggalkan ruang tidurnya, dan kini pria tinggi besar yang sebelumnya menumpang mandi langsung bisa menemukan sang pemilik apartemen yang sedang duduk di sofa berwarna abu-abu, serius menatap layar TV 42 inch yang ada di ruang tengah tempat tinggalnya dengan meletakkan kaki jenjang putih itu ke atas meja marmer di hadapannya, menyilangkan kakinya cantik.

Why he always look so hot and sexy no matter what he does? I want sleep next to him, I want to hug that guy right away.’ kata Mingyu dalam hatinya, ia berdiri tak jauh dari tempat Wonwoo duduk dan memperhatikan pria itu dari jari kakinya yang sedang bermain-main hingga ke wajah cantik pria di sana.

Kulit putihnya yang mengilap, look at that plum wet pink lips, cute cheeks, manik rubah yang super cantik. Hmm, look at his smooth thighs, tulang selangka yang tegas, so sexy, reminds me when he cries and shout me “deeper, Gyu”. His hot hips, His moans can make me going crazy, oh, that pink nipples too. Wow, something hard here! Goblok!’ rutuk Mingyu dalam hati ketika melihat dan memperhatikan Wonwoo.

“Ehem?” goda Mingyu, mengalihkan perhatian pria yang lebih muda itu.

“Oh, udah beres mandinya?” tanya Wonwoo beranjak dari sofa empuknya, dan berjalan ke arah dapur. “Aku ngga masak banyak, soalnya ngga tau kamu ke sini. Is it okay?” tanya Wonwoo ketika membuka tudung saji yang terdapat di meja makannya.

“Iya, cukup kok.” kata Mingyu, mengikuti Wonwoo masuk ke dapur saat pria itu ingin mengambil piring dan nasi untuk makan malam mereka.

Mingyu memeluk perut ramping pria manis itu dari belakang, mendekapnya erat, menghirup wanginya melalui perpotongan leher bebas tidak tertutup bahan, wangi yang selalu membuatnya hilang akal, mengecupnya berkali-kali hingga Wonwoo mendongakkan lehernya untuk memberi akses lebih kepada pria yang lebih tua di belakangnya.

“Hhngg—” desah Wonwoo tanpa disadari terlepas dari bibir manisnya saat tangan Mingyu sudah menarik naik ujung oversized kemejanya, lalu mengelus selangkangan Wonwoo yang bebas dan memijat lembut kejantanannya yang masih terlapisi kain sutra tipis, sedangkan satu tangan lainnya sudah memilin puncak dada Wonwoo dari dalam kemejanya. Kali ini Wonwoo yang kehilangan akalnya.

“Tumben kamu masak?” tanya Mingyu tepat di daun telinga Wonwoo, membuat pria yang lebih muda itu merasakan bulu halusnya berdiri, suara baritone lembut itu sangat sexy untuk ia dengar.

Wonwoo can't resist Mingyu’s touch, he was carried away. He could feel the scalding heat of Mingyu’s breath whisper in his ears.

“Hm?” jawab Wonwoo sembari menahan desahannya.

“Hmm— kok kamu tumben masak, Kitty?” tanya Mingyu lagi, mengulang pertanyaannya. Wonwoo tidak bisa menjawab karena konsentrasinya sudah hilang saat Mingyu memasukkan tangannya ke dalam celana g-string yang ia kenakan. “Suka?” tanya Mingyu lagi, menggodanya, Wonwoo pasrah, mengangguk lemah karena sentuhan pria tampan yang sangat memabukkan itu.

“Kalau gini?” tanya Mingyu, ibu jarinya kini sudah mengelus kepala kejantanannya dengan lembut di bawah sana, Wonwoo kini juga merasakan jari-jemari Mingyu yang bergerak dan mengelus lembut miliknya. Jari-jemari gendut itu menggoda Wonwoo.

Wonwoo mengangguk, “Hnggg, Gyu,” desahnya ketika melihat wajah Mingyu berada di bahunya, pria yang lebih tinggi itu melumat bibir si tipisnya, lalu kembali menghirup bahu yang terbuka sedari tadi karena 3 kancing kemeja yang sengaja pemiliknya lepaskan.

Pria itu dengan sensual menjilat bahu Wonwoo, “Sabun kita sama kan, but why is the one you use sweeter than mine?” tanya Mingyu berbisik, lalu menciumi daun telinga pria manis di depannya, dan kembali menjilati leher Wonwoo, mengisapnya perlahan dengan seductive hingga menyisakan tanda merah jambu di sana. Wonwoo sudah tak berdaya dengan sentuhan pria itu, ia hanya mengelus surai gelap pria di belakangnya dan mendesah berantakan. Ia suka sentuhan itu, ia merindukannya, ia ingin melakukannya lagi hanya dengan pria di belakangnya ini. Pria dengan sejuta afeksi yang hingga terkadang tak sanggup untuk ia layani. Seperti saat ini.

“Nghhh— Gyu.” desahan pelan milik Wonwoo memanggil nama Mingyu, pria yang saat ini sudah melepaskan kedua tali g-string-nya secara bersamaan hingga terjatuh ke lantai, lalu ia memijat kembali pelan kejantanannya.

Sekelebat, tiba-tiba perkataan Mingyu mengganggu pikirannya, ‘What he mean by “you’re mine and i’m yours”? Are we really do this? Mingyu and me as a couple?’ Wonwoo bergumam dalam hatinya.

Mingyu membalikkan tubuh Wonwoo untuk menghadap ke arahnya. Wonwoo pasrah dengan wajah sayunya, tangan Mingyu tak bisa diam karena dalam posisi inipun pria tampan itu masih meremat kedua benda sintal Wonwoo dan mendekatkan tubuh mereka lebih dalam lagi. Lagi-lagi pria manis itu kembali terbuai dalam sentuhan Mingyu saat pria dengan canine tooth itu menatap manik rubah yang sudah sayu hanya karena sentuhannya, “Gyu, Kiss me—” pinta Wonwoo, hasratnya membuat napasnya menderu, dadanya naik turun acak. Ia meremat bathrobe yang Mingyu gunakan.

Can I?” tanya Mingyu menggoda pria di hadapannya sembari tersenyum miring.

Don't you feel this?” tanya Wonwoo membawa salah satu tangan Mingyu dari pantatnya untuk menyentuh kejantanan yang sudah mengeluarkan sedikit pre-cum akibat dari sentuhan-sentuhan pria itu.

Me too.” kata Mingyu membiarkan Wonwoo menyentuh miliknya, tanpa berpikir panjang Wonwoo membuka simpul tali pada bathrobe yang menutupi tubuh kekar pria di hadapannya, menanggalkannya hingga kain putih itu terjatuh ke lantai dan merasakan kembali benda berurat yang mulai terbangun. Pria berkulit sedikit tan kini tak menggunakan sehelai kainpun. Tak dapat dipungkiri, tubuh Wonwoo semakin memanas, tubuh atletis yang selalu ingin ia rengkuh.

Mingyu menyatukan dua bilah bibir mereka dan membawa Wonwoo ke dalam ciuman penuh gairah, pria ramping membalasnya, udara di dapur sudah semakin memanas dengan kegiatan yang mereka lakukan.

Tak ingin menikmati surga dunia itu sendiri, Wonwoo mengecup leher Mingyu, turun ke bawah tulang selangka milik pria tampan itu, memberika tanda yang ingin sekali ia jadikan teritorial — milik Jeon Wonwoo — dan memijat kejantanan pria di hadapannya, Mingyu mendesah, lalu menghentikan kegiatan mereka. Pria yang lebih tua lalu menggendong Wonwoo hingga si dia membelalakkan matanya, terkejut.

“Ahkk!” teriak Wonwoo refleks kakinya sudah melingkari pinggang Mingyu. “Don't blame me, Kitty, you're too seductive right now.” kata Mingyu. “I want to eat you slowly.” lanjutnya.

Mingyu menggendong Wonwoo dan kembali ke ruang tengah di dalam apartemen pria manis itu, dengan tak sabar Wonwoo menangkup kedua rahang kekasihnya saat mereka sudah setengah perjalanan ke tempat yang ingin Mingyu tuju. Pria manis itu membawa bibir basahnya ke dalam lumatan yang dalam dengan ciuman yang penuh gairah dan hawa napsu yang memuncak, lebih dari ciuman mereka sebelumnya. Lidah yang saling bersilat mencoba untuk mendominasi. Wonwoo ingin mereka seperti ini, saling bertaut.

“Hnggg,” erang Wonwoo manja di dalam ciuman dalam mereka saat Mingyu dengan jahil bermain-main dengan pinggiran lubangnya yang berkerut tanpa sehelai kainpun menutupinya di bawah sana. Mingyu hanya tersenyum menyeringai.

Pria yang lebih tua berhenti di depan sofa abu-abu besar dengan meja berlapiskan marmer berkaki pendek sebagai pasangannya. Mingyu mendudukan Wonwoo dengan pelan di sana, berlutut di depan Pria manis yang sudah duduk di atas meja.

Do i have to take my clothes off too?” tanya pria yang lebih muda itu menatap Mingyu sayu. Gairah sexualnya sudah tak mampu ia tahan lagi, ia ingin sekali pria di hadapannya menyentuh seluruh tubuhnya tanpa ada sisi yang terlewat, mengacak-acak dunianya dengan memberinya rangsangan demi rangsangan. Ia ingin Mingyu juga menginginkannya.

No need, Kitty, gitu aja.” kata Mingyu berbisik, mengecup pipi kenyal pria di hadapannya. Wonwoo tersenyum manis, senyuman yang membuat Mingyu tidak dapat lagi menahan keinginannya untuk mendengar desahan dan erangan pria itu. Mingyu ingin semakin merusaknya.

Si dia yang tampan itu memulai permainannya dengan mengambil salah satu kaki jenjang Wonwoo, menciuminya dari mata kaki hingga lutut bersih Kitty-nya, “Kamu abis waxing ya, Kitty?” tanya Mingyu yang dijawab anggukan dari si dia, sangat menggemaskan. “You’re so incredible.” puji Mingyu menjilati paha dalam Wonwoo dan menghisapnya, meninggalkan bekas kemerahan, tidak hanya sekali, namun juga berkali-kaki, pria itu hanya melenguh pasrah, darahnya mengalir deras, suhu tubuhnya terasa semakin memanas. Kejantanannya pun tak kalah ingin dimanja.

Mingyu memanjakannya, memijat kejantanan Wonwoo sebentar, “Do you miss me when I’m not around?” tanya Mingyu memasukkan kejantanan Wonwoo ke dalam mulutnya membuat Wonwoo dapat berkata-kata, pria itu hanya membuka lebar bibir tipisnya, suara hisapan, desahan dan jilatan keluar dari mulut Mingyu — dan Wonwoo yang sangat menikmati benda hangat itu.

Si dia yang tampan mengangkat satu kaki Wonwoo ke atas meja, agar ia bisa mengakses lubang anus kekasihnya itu. Tubuh Wonwoo menjadi lebih lembab, hawa dingin memasuki lubangnya yang sudah terbuka lebar.

Mingyu memasukkan kedua jarinya ke mulut Wonwoo dan meminta pria manis itu mengulumnya, si dia yang sudah dibawa terbang entah kemana oleh kenikmatan yang diberikan Mingyu pun menurutinya dan mengemut jari-jari gemuk itu dengan erotis, tidak bohong bila kejantanan Mingyu semakin mengeras karena ter-stimulus oleh desahan sexy dan jilatan pria manis pada jarinya, seakan lidah itu sedang memanjakan miliknya.

“Nghhh—” desah Wonwoo saat sedang menikmati kedua jari Mingyu di dalam mulutnya, ia membayangkan sedang mengulum kejantanan pria yang juga sedang memanjakan miliknya.

Mingyu mendorong pelan tubuh si dia yang kejantanannya masih ia manja hingga pria itu membaringkan tubuhnya di meja yang tidak terlalu besar itu, setengah tubuhnya yang sudah menggantung menatap langit-langit tempat tinggalnya dengan kedua kaki yang sudah berada di atas meja. Wonwoo membukanya lebar agar kedua jari gemuk Mingyu yang sudah basah lebih mudah mengaksesnya untuk masuk satu-persatu ke dalam lubang Wonwoo.

Tak perlu menjahili lubang berkerut itu, Mingyu sudah menumbuk titik prostat si pria cantiknya berulang kali — ia sudah hapal letaknya — pria tampan itu mengeluarkan jarinya, kemudian memasukannya lagi, ia ulang gerakan itu berkali-kali. Wonwoo mendesah tak karuan mendapatkan sentuhan yang begitu nikmat pada tubuhnya.

“Aahh! Gyu — I missed — agh — you so nghhh much — ngghh—” Wonwoo mengutarakan isi hatinya saat Mingyu sedang merasakan tubuhnya harus terbata-bata karena sedang menikmati perlakuan Mingyu pada kejantanan dan lubangnya. Desahan nikmat terdengar jelas di ruang tengah itu, menggema bagaikan melodi latar untuk dua insan itu saling mengaitkan.

I wonder if he knew how much I love him. Betapa jantungku menggila membayangkan waktu-waktu yang akan aku habiskan bersama dengannya.

Si dia yang masih mendesah itu mengelus surai Mingyu dengan tangannya lembut, sesekali mendorong kepala kekasihnya untuk semakin melahap kejantanannya. Pria di bawah sana masih memaju mundurkan wajahnya di antara selangkangan putih mulus itu dengan jarinya yang masih mengaduk-aduk lubang Wonwoo yang sudah sedikit lembab dan basah, sesekali memberikan gestur menggunting, lalu tanpa ragu menumbuknya lagi. Wonwoo berantakan, desahannya semakin membuat kejantanannya mengeras.

Milik Wonwoo mulai membesar, dan berkedut, ia sudah sangat ingin mengeluarkan muatannya sedangkan Mingyu masih melumatnya, kaki dan badan si pria manis bergetar hebat, gemetar, keringat tipis melapisi beberapa bagian tubuhnya. Wonwoo dalam posisinya yang hampir sit up itu menarik rambut prianya yang tidak ingin menyudahi kegiatan di bawah sana, malah semakin menghisapnya menjadi-jadi dan membuat seluruh tubuh Wonwoo terasa semakin ngilu, “Deeper— ahhh!! Gyu hnggg coming! Comiiiiing!! Aaaaaaaahhhhhng—” akhirnya, ia sampai pada pelepasan pertamanya dengan erangan panjang, sedangkan Mingyu masih menerima cairan putih kental itu di dalam rongga mulutnya.

Semua pelepasan Wonwoo ditelan Mingyu. Pria manis itu menangkup pipi kekasihnya, melepaskannya perlahan karena bagian itu masih terasa ngilu, ia terduduk di atas meja dan langsung mencium bibir pria berkulit tan itu, memberinya ciuman dalam, menggigit bibir tebal bawahnya, dan memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut si dia seolah ingin membersihkan tempat itu dari semen-nya yang keluar bebas di sana.

“Jangan ditelen lagi, Gyu, jorok.” kata Wonwoo mengelap bibir pria yang lebih tua itu, mengecupnya sekilas.

It’s okay, I want to see you masturbate, anyway, Kitty.” jawab Mingyu.

Why do you want to see that?” tanya Wonwoo, kalimat Mingyu memang mengejutkannya, namun gairahnya masih menggebu, matanya semakin sayu, suaranya pun begitu menggoda Mingyu.

Why not? Saya selalu mikirin kamu while masturabating, cantik.” jawab Mingyu, membawa tubuh Wonwoo kembali tertidur di atas meja marmer itu, menumpu tubuh besarnya dengan salah satu tangannya, menghimpit Wonwoo. “Kamu tau ngga kalau kamu stunning saat kamu mendesah dan orgasme? I like it, that’s my favorite view.” kata Mingyu, mengangkat seluruh kemeja oversized Wonwoo hingga menunjukkan kedua nipples merah jambu yang mengeras. Mingyu menjilati salah satu gundukan di dada Wonwoo, memilinnya, menggoda pria manis itu, membawa tangan Wonwoo untuk memijat kejantanannya.

“Aaahhh— Mingyu, what image ahhh!! of me did you have in your nghh mind?” desah Wonwoo ketika mendengar pernyataan Mingyu barusan.

“Hmmph—” desah Mingyu masih menghisap tonjolan Wonwoo saat pria itu dengan jari lentiknya bermain dengan testicles milik Mingyu di bawah sana. “Mine. Ahhh!!” jawab Mingyu sembari berbisik dengan desahannya di telinga Wonwoo, kembali menggodanya. Bulu halus Wonwoo kembali berdiri.

Fill me, Gyu. Love me like I love you.’ pinta Wonwoo dalam hatinya.

Mingyu masih memanjakan nipples Wonwoo, berganti tempat. Pria yang lebih muda 10 tahun dari Mingyu itu semakin mendesah, kejantanannya mulai kembali menegang.

“Angghhh — jangan gigit — Oh shit, it’s good.” kata Wonwoo, menggesekkan milikknya dengan milik Mingyu. Wonwoo menggelinjang cantik di dalam kungkungannya.

Mingyu sudah berdiri membawa Wonwoo yang sudah semakin berantakan di depannya, duduk, mengambil posisi yang sudah bersejajar dengan kejantanan si pria tampan, benda yang sudah semakin menegak sedari tadi.

Suck me, Kitty.

Wonwoo menggenggam lembut kejantanan itu dengan jari lentiknya, menjilati benda tak bertulang yang cukup besar itu, bermain dengan gaya sensual yang tak bisa Mingyu temukan dimanapun. Memijat kedua testicle Mingyu yang meggantung dan melumat benda yang sedikit lebih besar dari pria lainnya, penis itu sudah mengisi penuh dimulut kecilnya, bunyi slurp dan desahan keluar dari bibir manisnya. “Haa— it feels so good, Nu. Hngghh — I think I’m going crazy.” kata Mingyu menggoyangkan pinggulnya, agar lebih dalam lagi Wonwoo mengulum miliknya.

“Hmph—” desah Wonwoo, Mingyu memekan kepala pria di bawah itu pelan, memintanya untuk melahap semua miliknya.

Fuck, Jeon Wonwoo, anghhh, you’re so pretty.” kata Mingyu, semakin memasukkan kejantanannya, Wonwoo menerimanya dengan baik. Tidak sekali ini saja dia mengulum milik Mingyu, bukan?

Benda besar itu sudah berkedut di dalam mulut Wonwoo, ia tahu pria di hadapannya sudah ingin melepaskan muatannya, namun dengan sengaja ia malah menggoda ujung kepala kejantanan pria tampan itu dengan lidahnya, memainkan kedua testicles-nya, memanjakannya. “Won, aaahhh, I’m com— iiiiiiiinggggggg ngggghhhhhhhh.” satu hentakan yang Wonwoo berikan membuat cairan putih kental keluar di dalam rongga Wonwoo hingga berceceran keluar melalui sela bibirnya.

Pelepasan pertama mereka sudah keluar, Mingyu segera menggendong Wonwoo kembali dan membawa pria itu kembali ke dalam ciuman berantakan yang dapat Wonwoo kendalikan. Jari Mingyu kembali bermain di lubang berkerut Wonwoo yang kosong, memasukkan jari-jemarinya satu demi satu ke lubang yang kembali berkedut. Wonwoo melepaskan ciuman mereka dan membusungkan dadanya, “Hhannhh—” desahnya manja.

Your sucking is the best in the world, baby boy. I should reward you.” kata Mingyu yang masih melonggarkan lubang Wonwoo.

Then, give me hngghhh the best reward, big daddy ahhh.” jawab Wonwoo sembari mendesah, Mingyu menurunkan Wonwoo dari gendongannya. Wonwoo naik ke atas meja marmer itu dan menungging, memamerkan bahwa lubangnya sudah siap menerima kejantanan pria besar yang sudah kembali menegang sempurna itu. Mingyu tersenyum miring dengan sexynya yang menggoda mengangkat satu kaki Wonwoo ke perpotongan sikunya, dan menjilati lubang Wonwoo yang menurutnya addictive itu, lubang yang membuatnya tak bisa menyentuh lubang lain. Pria itu menghisapnya acak.

“Gyu, enough, nghhh ganteng. I’m — ahh — ready.” kata Wonwoo menggodanya dengan desahan yang semakin lama semakin menggoda, Mingyu lagi-lagi tidak bisa dan tidak mau menolaknya.

Pria yang lebih tua mengurut miliknya sebentar dan memasukkan kejantanannya pada lubang yang berada di hadapannya, “Aaaaah— wait, wait.” Wonwoo menahan Mingyu untuk bergerak saat kepala kejantanan pria memasuki gate-nya, Mingyu belum masuk semua.

Breathe, inhale — exhale, repeat it.” pinta Mingyu saat Wonwoo merasa lubangnya sedikit perih saat ini.

Wonwoo menuruti perintah Mingyu, namun, pria itu memasuki semua kejantanannya yang membuat si dia histeris. “Aaaaaaaaanghhhh— sakit, Gyu!!” omelnya.

You've never been in my position, Kitty. How can I standing still when I see your sexy body breathing.” goda Mingyu saat punggung Wonwoo yang masih terlapisi kemeja dengan dada telanjangnya menyatu. “Saya goyang ya, hottie.” Mingyu semakin menggodanya, semakin turn on Wonwoo dibuatnya.

Nipples yang sudah ia habisi itu kembali ia manjakan saat Mingyu sudah menelusupkan salah satu tangan bebasnya ke bawah kain putih itu. Si dia memilin, mencubit, menekan dari belakang benda menonjol yang sudah menegang itu sembari memaju-mundurkan pinggulnya.

“Hnggh— ahh— Mingyuhh—” desahan demi desahan keluar lagi tanpa ragu, dalam kenikmatan mereka saling memanggil nama satu salam lain, mengisi ruang tengah apartemen Wonwoo, suara terengah, desahan, bunyi kulit basah saling bertabrakan seakan menjadi melodi erotis yang tiada hentinya malam itu.

Faster — Oh my God, that aaahh spot— please more deep — peerrr — Oh shit, Kim Mingyu.” desahan Wonwoo membuat Mingyu semakin bernapsu menumbuk dan memporak-porandakan lubang pria berkulit putih di hadapannya.

Yes, suck it up, hottie. Nghhh, shake it faster aaahhh—, Nuuu — Hmmph,” desah Mingyu saat Wonwoo menggoyangkan pinggulnya maju dan mundur berlawanan dengan tumbukan pria di belakangnya, memperdalam tautan mereka. Bunyi kulit basah saling bertabrakan terdengar jelas di ruangan itu.

Mingyu membawa tubuh pria manis itu yang masih menungging itu berlutut membelakanginya, punggung mulus terlapisi kain putih itu menyentuh dada bidangnya, tangan lembut sang kekasih ia bawa ke lehernya, mengalunginya, hingga kini dada Wonwoo sudah semakin membusung dan memperlihatkan kejantanannya yang sudah menegang, Mingyu menyukainya, “Oh my cutie kitty.” katanya memegang kejantanan Wonwoo dari belakang sana. Pria yang lebih tua mengikat ujung depan kemeja Wonwoo yang sedikit mengganggu pemandangannya. “Your dick so cute, I like something cute.” goda Mingyu di telinga Wonwoo, wonwoo membalasnya dengan desahan.

Wreck me, come in, gyu. Feel me. I can't hold it anymore.” rengek pria di depannya. Wonwoo sudah tak sabar merasakan benda besar itu ke dalam lubangnya.

“Tahan ya, Kitty. I will rock your world, hold me tight.” pinta Mingyu, dan benar apa yang dikatakan pria di belakangnya, Mingyu memaju-mundurkan pinggulnya, keluar masuk lubang Wonwoo yang sedikit sempit karena posisi mereka saat ini. Perasaan perih yang terlapisi oleh nikmat, Wonwoo mendesah enak, dan membantu Mingyu dengan memijat kejantanan pria itu di lubangnya yang menyempit. Mingyu hampir gila, tubuhnya panas dingin menerima rangsangan ini, Wonwoo effortless membuatnya hilang kendali.

Mingyu mengocok kejantanan Wonwoo yang sudah menegang tak tersentuh dengan tempo sedikit cepat, sesuai dengan gerakan pinggulnya yang semakin berantakan, “I’m coming, Nu, heenggggg—” erangan Mingyu yang disahut dengan erangan Wonwoo, kali ini mereka mengeluarkannya bersama, cairan semen Wonwoo yang berceceran ditangan dan permukaan meja marmer di alasnya, sedangkan Mingyu mengeluarkannya di dalam lubang pria manis yang berada di depannya, sembari meremat pinggul ramping pria itu.

Wonwoo mengambil tangan penuh dengan cairan putihnya dari samping tubuhnya, membersihkan tangan itu dengan lidahnya, ia lumat tangan itu dengan penuh puja, seakan ia tidak ingin tangan pria kesayangannya itu kotor. Tautan mereka di bawah sana belum mereka lepaskan, bahkan Wonwoo masih merasakan cairan hangat mengisi perutnya.

Mingyu kembali menelusupkan tangannya yang bersih ke dalam kemeja Wonwoo, meletakkan tangannya di perut pria manis itu, mengeratkan pelukan mereka, begitupun dengan Wonwoo yang memegang lembut tangan berurat kekar itu. “Jangan pake baju kaya gini di depan orang ya, Kitty. You see the effects, right?” kata Mingyu. “Pakenya di depan saya aja, I will bring heaven to you, like always.” bisiknya dari belakang. Wonwoo tersenyum dan menatap wajah pria yang sudah bersandar di bahunya, mengecup bibir itu.

“Iya, Mingyu. Cuma sama kamu.” jawab Wonwoo. “And I can’t wait to feel your other paradise.” Goda Wonwoo, jari mereka saling mengait, Mingyu melumat bibir itu semakin dalam, menghantarkan perasaannya, begitupun Wonwoo yang membalas lumatan itu dengan lumatan lainnya. Lidah yang kembali saling bersilat, hingga napas mereka kembali tersenggal dan sesuatu di dalam tubuh Wonwoo terasa mengeras kembali.

Want to see another one, Kitty?” bisik Mingyu menggoda.

Bring it to me, Big Daddy.” jawab Wonwoo sembari terkekeh cantik. Kedua pria dewasa itu tahu apa yang akan mereka lakukan setelah ini.

Wonwoo dan Mingyu kembali ke dalam ciuman panjang lainnya. Makan malam yang seharusnya adalah lauk pauk dan nasi yang Wonwoo buat, berubah menjadi kegiatan bersenggama mereka setelah satu minggu tidak bertemu. Melepas rindu dengan satu ronde lainnya yang berubah menjadi ronde berikutnya. Dari sofa abu-abu besar, dapur, kembali ke ruang tengah, tempat tidur, kamar mandi, dari malam berubah hingga sepertiga malam. Mingyu tidak melepaskan Wonwoo sedetikpun, Wonwoo pun tak ingin Mingyu melepasnya. Walaupun lelah yang demikian, mereka saling menikmatinya, lagi dan lagi.

YOU’RE MINE (I’m Yours)

Sudah hari ke lima sejak Wonwoo berada di apartement miliknya, karena memang minggu ini ia tidak ada jadwal pemotretan majalah dan lainnya.

Si dia yang manis itu baru saja selesai memasak dan segera mandi karena tubuhnya terasa lengket akibat berpeluh keringat saat menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.

Ia keluar dari kamar utama apartemen-nya, pria itu sudah menggunakan long-sleeved shirt kebesaran, sengaja melepas 3 kancing kemeja berwarna putih yang cukup besar hingga mampu menutupi seperempat pahanya yang sengaja ia beli untuk digunakan saat bersantai di rumah seperti saat ini.

Wonwoo sudah duduk di ruang tengah apartemennya sembari menonton salah satu drama Korea yang banyak dibicarakan orang di internet, hingga ia terkejut karena bell pintu apartemennya berbunyi. ‘Siapa?’ tanyanya dalam hati sembari melangkahkan kakinya menuju pintu, mengintip dari lubang kecil di daun pintu.

Wonwoo tahu siapa yang datang, ia segera membukakan pintu apartemennya dan menemukan pria tinggi tampan dengan wajah lelah, membawa tas jinjing merk terkenal berukuran sedikit besar, pria cantik itu menatap pria di hadapannya, “Masuk, Gyu.” pinta Wonwoo, berjalan meninggalkan pria itu yang sudah masuk dan meletakkan tasnya.

“Ada apa kamu ke sini? Bukannya—” kalimat Wonwoo menggantung, tamu itu membalikkan tubuh Wonwoo yang ramping, menarik pinggang dan tengkuknya, melumat bibir ranum Wonwoo yang mengilap efek dari lipgloss strawberry yang ia gunakan tadi. Wonwoo terbuai, bukannya berontak ia malah menutup kedua matanya dan merasakan lumatan itu dengan mengikuti permainan bibir dari pria tinggi itu, meremat lengan kemeja pria di hadapannya, saling mengaitkan lidah mereka.

Wonwoo sangat menyadari bahwa, ia juga merindukan pria ini.

Lama mereka dalam posisinya hingga kehabisan napas, “Ahh! Gyu!” Wonwoo mendorong pria itu, melepaskan tautan mereka, mundur beberapa langkah. Saat pria itu maju selangkah, “Stop, stay there!” Mingyu berhenti.

Back to your sense, Jeon Wonwoo. You have to say to this man that you can’t continue sleeping with someone who doesn’t even like you, never want you besides your body, and what’s even worse is he has a girlfriend.’ rutuk Wonwoo dalam hatinya, menyadarkannya kembali, apa yang ingin dia lakukan sebelum pria ini datang. Slowly but moving on.

Why, Wonwoo? Don’t you miss me? Because I miss you and I’m going crazy.” kata pria itu dengan wajah lelahnya.

“Mingyu,” panggil Wonwoo.

He’s totally lying. He came here just because he’s wanted having sex and then tomorrow disappears in the morning, treats me like a slut.’ Wonwoo sedang meyakinkan dirinya.

“Saya langsung ke sini untuk ketemu kamu, saya kangen kamu.” kata Mingyu, berjalan mendekat ke arah pria yang masih terpaku.

Why are you telling me this, Gyu?” tanya Wonwoo, pikirannya sudah tidak bisa kembali waras.

Wajah pria yang sangat ia kagumi sudah berada di hadapannya, raut mukanya yang lelah, matanya yang sayu, Wonwoo tidak bisa mengacuhkannya. Ia tidak ingin.

“Supaya kamu tahu, kalau saya memang benar merindukan kamu, not only just want to have sex with you, Nu.” katanya.

Mingyu menarik tengkuk Wonwoo dan menyatukan kembali ranum merah jambu manis itu dengan miliknya, menciumnya dalam, menggigitnya pelan, dan kembali bersilat lidah hingga bertukar saliva.

I told myself to stop doing this. I will stop this, this isn’t true.’ Wonwoo kembali meyakinkan dirinya.

“Mingyu, nghhh — this isn’t right.” kata Wonwoo terbata saat Mingyu mengecup perpotongan leher jenjangnya, lalu meremat benda sintal Wonwoo yang tak terlapisi apapun karena sore ini ia hanya menggunakan celana g-string putihnya.

“Gyu, stop!” kata Wonwoo, mendorong pria besar di hadapannya.

Please, jangan gini.” wajah pria manis itu menunduk, tak lama ia mendongakkan wajahnya, “I don’t wanna do this anymore!” lanjutnya, suaranya tegas dan yakin kali ini.

Why? Aku tahu kamu menikmatinya, so, do I.” kata Mingyu tak kalah tegas.

“Coba kamu pikir, Isn’t it weird that I’m kissing and sleeping with someone who already have a lover, and there's not even any relationship with me? Apa kata orang?” marah, Wonwoo marah kali ini. Bukan hanya kecewa dengan Mingyu, ia juga kecewa dengan dirinya sendiri.

Is that it?” tanya Mingyu.

“Hah?” kata Wonwoo, ia bingung dengan jawaban pria yang berada di hadapannya itu.

Do I just have to date you and break up? If I want to continue sleeping and having sex with you.” kata Mingyu, tiba-tiba lelah menghilang dari tubuhnya, ia kesal karena Wonwoo membahas hal ini seakan mereka sedang melakukan hal yang salah dengan membawa kata lover saat membawa nama Lee Ji Eun ketika mereka sedang bersama.

GUE NGGA SUKA JI EUN, WONWOO! SHE’S NOT— MY LOVER!’ rutuk Mingyu dalam hatinya.

“Mingyu,” Wonwoo hampir saja menangis mendengar perkataan Mingyu.

“Nu, please understand, building a relationship with me right now is the same as you having an affair with me. Saya ngga mau karena kita karir kamu terancam, you’re rising star, my star.” Mingyu menangkup kedua pipi Wonwoo, air mata terjatuh di pipi indahnya.

And as you know public relations is ridiculous at this stage of your career, kamu harus berbohong kepada orang lain, avoiding their watchful eyes, and restricting your actions.” jelas Mingyu, memeluk tubuh ramping itu ke dalam pelukannya, menghirup wangi pria yang seminggu ini ia rindukan. “Tapi, kalau memang itu yang kamu mau, it’s not impossible. Let's date secretly.” kata Mingyu, mengecup bahu pria dipelukannya.

Wonwoo masih berpikir, ia hanya merasakan pelukan Mingyu, “You don’t have to force yourself to do that. Aku tahu kamu ngga mau dan ngga ada alesan juga untuk itu sama aku.” kata Wonwoo pasrah. Ia lelah dengan perasaan ini. Kenapa bisa menjadi sangat serumit ini?

Pria manis itu lelah memikirkan hubungan mereka. Ini menjadi sulit dari dugaannya. Apa yang akan ia lakukan ketika mendapat afeksi Mingyu? Apa yang akan ia berikan pada Mingyu bila pria itu memberinya rangsangan-rangsangan yang selalu memabukkannya? Apa kata orang bila mereka tertangkap publik? APA? HARUS APA?

Who said I didn’t want to? All I did for the past a week was think about you. I’m going nuts.” katanya, menghapus air mata Wonwoo, mengelus rahang pria di hadapannya, mengelus lembut bibir pria manis itu.

From today on, you’re mine, Jeon Wonwoo. Saya akan beresin semua urusan saya dan Ji Eun, after that we’ll tell the world that you’re mine and I’m yours.” kata Mingyu. “Tunggu ya, Kitty, itu janji saya.” kata Mingyu menangkup kedua pipi Wonwoo, mencium salah satu pipinya dan kembali melumat bibir pria yang memegang punggung tangan Mingyu dengan lengan kemeja oversized yang menutupi kulit putih pria itu.

Sebenarnya, apa yang terjadi Mingyu? Kenapa harus membereskan urusan kamu dengan Lee Ji Eun? Ada apa?’ tanya Wonwoo dalam hatinya. Walaupun bibir mereka tertaut, pikiran Wonwoo menerawang entah kemana hingga Mingyu menggigit pelan bibir bawahnya, menyadarkan kegiatan yang saat ini sedang mereka lakukan.

Wonwoo melenguh tanpa ia sadari membuka bibirnya, membalas ciuman Mingyu, saling melumat mesra, kecapan terdengar di sana, desahan tenggelam di dalam bibir mereka yang bertautan saat Mingyu mulai mengelus punggung indah pria itu dari dalam kemeja oversized-nya, lalu turun ke pinggangnya, menjahili tali g-string-nya, deru napas yang berat, lidah yang saling bertaut. Mereka sedang melepas segala rindu.

“Hh,” Wonwoo kehabisan oksigen, lalu menyatukan kedua kening mereka. “Aku masakh—” katanya sedikit terengah, dadanya naik-turun, mengatur napasnya.

“Kamu udah makan?” tanya Wonwoo menatap manik elang pria di hadapannya ketika napasnya sudah teratur.

Mereka masih berdiri sedari tadi di tengah apartemen dengan 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 ruang televisi, dapur dan meja makan.

Jadi? Kita pacaran? Am I hallucinating?’ kata Wonwoo. ‘Am I going nuts? I am. Yes, I am.’ rutuk pria manis itu dalam hatinya.

Mingyu mengecup kening Wonwoo, lalu ke kedua kelopak matanya. “Belum, saya boleh numpang mandi dulu?” tanya Mingyu.

“Oh, boleh.” Wonwoo salah tingkah sekarang, ia lalu berbalik cepat, diikuti oleh Mingyu menuju kamar utama, menunjukkan kamar mandi di dalam kamarnya.

“Saya mandi dulu, nanti kita makan bareng.” kata Mingyu, mengecup rahang Wonwoo dan berlalu ke kamar mandi.

Jantung Wonwoo tidak baik-baik saja, kupu-kupu bagai sedang bermain-main dan berterbangan di perutnya.

Apa yang sebenarnya terjadi?’ ia bingung.

SSSTT.. INI RUANG GANTI


tw: NSFW, explicit sexual, content, mature scene, kissing, petting, rimming, moaning, licking, foreplay, doggy style, cowboy style, etc.

Mingyu mendekatkan wajahnya dengan milik Wonwoo, kini mereka bisa saling merasakan deru napas masing-masing.

Stop, Mas.” Wonwoo mendorong pelan bahu Mingyu yang hampir tak berjarak di hadapannya. “This is wrong, okay?” lanjutnya, suaranya meninggi.

“Kamu udah punya Ji Eun, everybody knows dan aku ngga mungkin dan ngga mau ada ditengah-tengah kalian.” jelas Wonwoo, memberi batasan pada President Dicetor perusahaan agency-nya itu.

The person he liked was her. I was angry myself right now. Angry because of everything that happened, I still love him.’ gumam Wonwoo sembari menatap manik elang itu.

“Dan, Mas Mingyu, kamu juga pasti udah tidur sama dia seperti apa yang pernah kita lakukan kan? I can't possibly sit on the same man's lap as someone else's.” Wonwoo menatap manik elang itu, mencari jawaban atas semua pertanyaannya, apakah Mingyu mencintai Ji Eun? Apakah ia dan Ji Eun sejauh mereka? Dan apakah lainnya.

“Kata siapa saya pernah tidur dengan Lee Ji Eun?” tanya Mingyu, mengelus rahang Wonwoo lembut, mengelap air mata yang perlahan jatuh dari manik rubah cantik itu.

“Te—rus?” tanya Wonwoo terbata, ia tak sanggup menahan perih di hatinya yang sudah lama ia rasakan.

Do I have to tell you about that?” tanya Mingyu, tersenyum miring seakan tidak perduli pria di hadapannya sudah menangis.

“Apapun — apapun yang udah kamu lakuin sama dia, I don’t wanna know. Just — just go, please.” ia menahan lagi sakit hatinya, ia meminta Mingyu untuk pergi, Wonwoo berdiri dari kursinya berniat untuk membukakan pintu ruang gantinya. Namun, bukan Mingyu bila ia langsung menyerah begitu saja. Pria berbadan atletis itu menahan tangan Wonwoo.

Wonwoo menarik napasnya kasar, “Mas, inget kamu straight! You're just having fun with me, you're just curious what it’s like to have sex with a guy.” kata Wonwoo, nadanya meninggi. “Kalau kamu gini, aku bisa salah baca sexual preference kamu. Aku bukan barbie, aku ngga mau jadi sex toy kamu.” lanjut Wonwoo dengan nada yang sama, ia marah, bukan marah dengan Mingyu, tapi marah kepada dirinya sendiri yang selalu tampak bodoh dihadapkan dengan pria ini.

Setelah mendengar kalimat Wonwoo, Mingyu mendorong pria itu ke meja rias, menghimpitnya. “You don’t know how much I’ve looking after you, don’t you Jeon Wonwoo?” kata Mingyu.

“Aku ngga pernah nyuruh kamu, you don’t need to take me into consideration. I’m good as it is.” kata Wonwoo dengan suara yang terdengar yakin.

Really? Kalau gitu saya kasih tahu kamu sesuatu.” kata Mingyu, mendekatkan wajahnya dengan Wonwoo, menatap yakin manik cantik pria di hadapannya. “Sejak kejadian Queens Head, 2 tahun lalu, saya bahkan ngga tau harus have sex dengan pria atau wanita karena semua ngga ada yang semanis kamu.” lanjut Mingyu.

“Mas?” Wonwoo membelalakkan matanya ketika Mingyu membuka paksa cardigan Wonwoo hingga memperlihatkan bahu bidang mulus pria manis di hadapannya.

“Saya memang meminta kamu untuk melupakannya, but I can’t forget the taste of your hole from that day.” kata Mingu, mencium bahu putih lembut pria di hadapannya. “Sweet and intoxicating.” lanjutnya.

Wonwoo tidak mengingat kejadian itu sama sekali, ia benar-benar ada di bawah pengaruh obat perangsang saat itu. Ia menutup mulut dengan tangannya yang bebas, tidak menyangka bila ia pernah memohon pada Mingyu untuk membantunya. Kenapa ia tidak tahu? Mengapa ia lupa? Ia kini sedang merutuki dirinya sendiri.

Crazy Jeon Wonwoo.’ kata Wonwoo merutuki dirinya sendiri.

Since then I can't enjoy having sex with other people. Now, take me into your consideration, kamu harus tanggung jawab kan?” lanjut pria yang lebih tinggi itu, semakin mendekatknya tubuhnya. “Karena tubuh saya hanya bereaksi bila berada di dekat kamu.” bisiknya, Mingyu menyatukan bibir mereka.

Wonwoo memejamkan matanya, menemegang kedua rahang pria di hadapannya menikmati kembali lumatan, serta gigitan lembut Mingyu, pria manis itu membuka sedikit bibir tipisnya hingga Mingyu dapat menginvasi rongga mulutnya dan saling menyatukan lidah mereka. Bunyi kecapan terdengar acak di ruang ganti model itu.

“Ahh!” desah Wonwoo saat Mingyu sudah menurunkan paksa cardigan-nya dan pria dominan itu memainkan nipples-nya. Bibir mereka masih saling memagut.

Mingyu meraba tubuh putih mulus itu, mengabsen dengan jari jemarinya, membuka celana bahan hitam yang Wonwoo gunakan hingga merosot ke mata kaki, sedangkan tangan Mingyu sudah menelusup masuk ke dalam pakaian dalam pria di hadapannya, meremat benda sintal itu, memainkan jarinya di pinggiran lubang yang berkerut itu.

Pria yang lebih tua itu memasukkan satu jarinya, “Spread your legs ‘lil bit, cantik.” kata Mingyu dengan napas beratnya, berbisik pada Wonwoo, lalu mengecupi dan menggigit kecil daun telinga pria yang lebih muda itu. Wonwoo menurutinya, ia naikkan salah satu kakinya ke pinggang Mingyu. Mendekap pinggang itu dan memegang bahu pria yang masih menggunakan pakaian lengkap.

I couldn’t push him away. NO, I DIDN’T WANT TO PUSH HIM AWAY! Oh God, his touch drives me crazy, so good. I WANT HIM!’ rintih Wonwoo dalam hatinya ketika pria dipelukannya sudah menambah satu demi satu jari yang ia masukkan ke dalam lubang nya, menyentuh titik prostat Wonwoo berulang kali hingga pria manis itu tak mampu menahan erangan nikmatnya.

“Anghh— Gyuu—” desahnya tertahan, ia tidak mau orang yang berada di lokasi photoshoot mendengar. “Kiss me—” bisik Wonwoo, Mingyu tanpa berpikir menenggelamkan erangan pria manis dengan ciuman yang dalam.

President Director Be Model itu membalikkan tubuh pria yang lebih muda untuk menghadap ke kaca menunjukkan cerminan mereka saat ini, “Look at your face, Nu. You like it, don’t you?” bisik pria yang lebih tua kepada pria di depannya yang sudah memasang wajah sayu penuh nafsu. “Buka celana dalamnya, Kitty.” kata Mingyu kemudian mengecup tengkuk Wonwoo, pria muda itu menurut.

Kini Mingyu sudah membuka lebar kaki pria di hadapannya, menaikkan salah satu kaki pria manis itu ke atas meja rias yang masih kosong, membasahi lubang Wonwoo dengan saliva-nya, menjilatinya, menghisapnya, lalu mengabsen dinding-dindingnya, Wonwoo tidak bisa menahan nikmatnya, ia suka saat lidah hangat Mingyu berada di sana, bermain-main. Desahan lembut keluar dari bibir manis Wonwoo. Darahnya berdesir, jantungnya berdetak tak karuan, miliknya menegang, sudah mengeluarkan pre-cum-nya dan jiwanya sudah terbang entah kemana karena nikmat.

Mingyu berdiri, mensejajarkan tubuhnya dengan Wonwoo, membuka celana bahan yang ia gunakan, lalu kemejanya, dan mencium dalam bibir pria di depannya, sembari menjamah semua bagian depan tubuh mulus pria yang lebih muda, memijat kejantanannya yang menegang, bermain dengan testicles yang menggantung dan memilin gundukan merah jambu di dada Wonwoo. Pria cantik itu mendesah lagi di dalam ciuman yang Mingyu bawa, ia mengelus, lalu meremat surai sang dominan, menghantarkan napsunya yang disambut baik oleh pria yang lebih tua.

Do you know how troublesome you are, Jeon Wonwoo?” bisik Mingyu, menatap pantulan dirinya dan pria ramping di depannya tanpa menggunakan sehelai kainpun.

“Kamu tahu?” Mingyu menjilati perpotongan leher Wonwoo. “Saya ngga suka kamu menunjukkan badan kamu di depan kamera.” lanjutnya, menghisap kecil leher yang terasa manis itu. “Hanya saya yang bisa melihatnya.” Mingyu menggigit leher putih mulus itu pelan.

Don’t — ahhh — jangan ada — hngg bekashh.” pinta Wonwoo.

No hickeys — nggh—” Mingyu memegang pinggang Wonwoo dan dengan tergesa memasuki seluruh kejantanannya ke dalam lubang yang sebenarnya juga merindukan tuannya. Si dia membelalakkan matanya terkejut dengan reaksi yang tiba-tiba itu, menitikkan air matanya, air mata kenikmatan karena saat ini ia sedang terbang ke langit ke tujuh, ia sangat menyukai seluruh sentuhan dan gerakan yang Mingyu lakukan.

“Hngg—” Wonwoo berusaha menahan desahan dan ringisannya dengan membekap mulutnya. Suhu tubuhnya meningkat, gairahnya meledak.

Mingyu menggoyangkan pinggulnya, Wonwoo memejamkan mata, masih membekap mulutnya sendiri agar erangan nikmat penuh napsu tak terlepas sembarangan.

Perut Wonwoo terkocok, darahnya berdesir turun lalu mengisi kejantanannya. Miliknya sudah tegak semakin sempurna, pre-cum-nya semakin banyak keluar, benda panjang berurat itu sudah berkedut, meminta izin untuk keluar.

Why nghh do you drive ahh me insane aah?” tanya Mingyu ketika ia menghentakkan pinggangnya sedikit cepat, melakukan gerakan masuk dan keluar sembari memilin nipples Wonwoo. Wonwoo tak mampu menahannya lagi, kejantanannya memberontak, memuntahkan cairan putih kental hingga tercecer di tangan dan kaca di hadapannya kakinya gemetaran, sedangkan Mingyu masih memegangi prianya dan menumbuk titik sensitifnya berkali-kali, semakin dalam hingga Wonwoo mendesah tak karuan.

Sampai—

Mingyu menghetikan kegiatannya, membekap mulut Wonwoo lembut, menekan sekali kejantanannya agar masuk lebih dalam, ketika ada seseorang di depan daun pintu ruang ganti mencoba membuka.

Oh, terkunci, mungkin Mas Wonwoo lagi ganti baju.” kata orang di luar sana, “Nanti kita panggil kalau set outdoor-nya udah selesai aja.” kata suara lainnya.

Oh itu, ke Mas Kwan aja, nanti biar briefnya dijelasin ke Mas Wonwo.” terdengar kedua orang itu menghilang, suara kakinya perlahan semakin menjauh dan Mereka melanjutkan aktivitas yang tadi sempat tertunda.

Punggung Wonwoo yang sudah lembab bersentuhan dengan bagian dada Mingyu yang tak kalah lembab, tubuh mereka yang semakin memanas. Bunyi kulit basah yang beradu memenuhi ruang, desahan pelan yang berusaha mereka tahan.

Their sexual tension is getting higher and higher.

Wonwoo yang baru mencapai pelepasannya, seolah tak mengenal lelah dan melupakan betapa lemas kakinya, membantu Mingyu dengan memaju mundurkan pinggulnya berlawanan dengan gerakan Mingyu agar mereka bisa saling mengisi. “Mas, aanghh— more ahh deeper hnggg—”

“Kamu baru hngg keluar, Nu.” kata Mingyu menggodanya. Wonwoo mengangguk, tapi tak apa, ia tidak ingin connection ini terlepas.

“Ahh— faster, mas— anghhh—” Mingyu membekap erangan panjangnya dan Wonwoo dengan ciuman dalam ketika kejantanannya mengeluarkan pelepasan pertama di dalam lubang pria manis itu. Rasa hangat menjalar ke perut Wonwoo, ia merasakan benda besar dan panjang itu masih berkedut, hingga muatannya menetes di sela selangkangannya.

“Mas,” dengan napas yang terengah memanggil pria di hadapannya. “Jangan dilepas.” kata Wonwoo, menahan pinggul Mingyu yang ingin melepas koneksi mereka. Mingyu tersenyum miring. Menciumi punggung mulus Wonwoo hingga ke tengkuk.

Mingyu menggendong Wonwoo di dadanya, tanpa melepaskan kaitan merek, membawanya ke sofa. Wonwoo merasakan benda tak bertulang di masih berada di dalamnya kembali mengeras. “Ride me, Kitty.” bisik Mingyu.

Wonwoo melepaskan penyatuan mereka, membalikkan tubuhnya lalu duduk di lahunan pria yang lebih besar darinya itu. Ia memegang bahu Mingyu untuk dijadikan pegangannya.

Lalu, pria manis itu memasukkan kembali milik Mingyu yang sudah mengeras, menaik-turunkan pinggulnya dengan aktif, membuat si pria di bawahnya mendesah nikmat sembari memainkan lidahnya pada puting Wonwoo bergantian. “Don’t nghhh leave ahh hngg love mark, mas.” larangnya lagi. Karena seharusnya dalam waktu beberapa puluh menit lagi ia akan photoshoot shirtless untuk majalah dewasa pria.

I told myself that I don't want to sit on his lap this time, but look at me right now, mendesah penuh napsu, saling berbagi keringat, bertukar saliva, memintanya agar tak melepaskan tautan kami, membiarkan semennya memenuhi tubuhku, dan kini menungganginya penuh passion. It was clear that I was the fool for falling for this man. What can I do? I can’t hate him, I love him so much. Mas, aku sayang kamu.’ kata hati Wonwoo merintih.

Pria manis yang berada di atas lahunan Mingyu itu semakin memperdalam hentakannya, melahap seluruh kejantanan Mingyu, desahan serta suara kulit basah yang saling bertabrakan pun terdengar nyaring di ruang ganti itu.

I didn’t care if people call me crazy, because it obvious I wasn’t in the right mind when he touched my body softly. What should I do to make this man to be mine?’ Wonwoo bertanya dalam hatinya.

Kini ia sudah semakin berkeringat, AC diruangan itu tidak terasa apapun, begitupun pria yang ada di bawahnya. “Cantik, nghhh— shit Jeon Wonwoo — I wanna come again — aahh” kata pria itu, memegang pinggang Wonwoo, membantu pria manis itu menaik turunkan pinggangnya, memakan habis kejantanannya.

Don’t pull out! Keluarin — hngg — di dalem aj — ahh ahh” Wonwoo memijat kejantanan Mingyu yang sudah berkedut dengan lubangnya.

Yes, Jeon Wonwoo, it feels good. haaaa—”

“Mas, nggghhh— lets coming together ahh” kata Wonwoo saat Mingyu memijat kemaluannya yang juga sama-sama sudah berkedut.

Wonwoo memeluk leher Mingyu, dan menyatukan kedua bilah bibir mereka, menenggelamkan erangan nikmat agar tidak ada orang yang mendengarnya.

Mereka sampai pada puncak kenikmatan secara bersamaan, mengeluarkan putihnya. Cairan sperma Mingyu kembali menetes ke bawah paha Wonwoo, saat Mingyu melepaskan tautan mereka.

“Mas, mandi di sini aja. Aku ada handuk kok, kamu ngga mungkin keluar berantakan gini.” kata Wonwoo, meminta Mingyu melihat Kaca besar dengan bohlam lampu di pinggiran frame — Meja rias— saat mereka sudah berdiri dan membersihkan bekas mereka yang berantakan.

“Iya, manis.” kata Mingyu, menyisir surai Wonwoo dan mengecup keningnya lalu berjalan ke kamar mandi.

“Nu?” panggil pria dari kamar mandi itu.

“Ya, mas?” tanya Wonwoo.

“Sini masuk, aku bantuin bersihin kamu.” kata Mingyu, sebuah perintah.

Wonwoo tahu apa yang ingin Mingyu bersihkan, jari Mingyu terasa lebih menyenangkan dibandingkan bila dia harus membersihkan dengan jarinya sendiri. Pria manis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.

I will take all the risks to replace this happiness. I'm happy, God. Please slide this sin.’ katanya dalam hati ketika air pancuran terbuka membasahi tubuhnya dan badan besar Mingyu yang kembali merengkuhnya.

Side Effects of the Traps


tw: rimming, jerk off/orgasm, stimulant effect, light matured content.

Kini Mingyu sudah kembali ke penthouse-nya sembari menggendong ala bridal pria manis yang sudah berbalut bomber jacket yang tadi ia gunakan dengan terburu-buru saat menerima pesan yang datang dari salah satu model di agency yang ia kelola.

“Maashh— panashh—” kata pria manis itu, membuka bomber jacket yang kebesaran ditubuhnya, menampilkan tubuh indahnya yang hanya terlapisi celana dalam saat Mingyu sudah sampai di Queens Head — tadi.

Mingyu berjalan ke lemari pakaiannya dan memberikan Wonwoo t-shirt hitam miliknya, membantu pria manis itu memakainya. “Panas— Ngga mau—” kata Wonwoo, membukanya kembali.

Ia lalu menarik Mingyu lengan pria yang lebih besar darinya, wajah mereka hanya berjarak 5 centimeter saat ini, Wonwoo menatap manik elang pria yang ada di hadapannya, sama halnya dengan Mingyu, ia pun menatap manik rubah cantik pria di hadapannya. Wonwoo menyatukan kening mereka, putus asa. “Mas, tolong—” ucap Wonwoo, tentu saja dia masih dalam obat perangsang yang entah siapa berani mencampurnya ke dalam minuman pria polos ini.

“Aku straight, Wonwoo.” Wonwoo mengetahuinya, ia tahu pria di hadapannya tidak menyukai sesama jenis, ia sangat hafal karena pria di hadapannya adalah pria yang beberapa bulan terakhir ini ia kagumi, ia sayangi, ia cintai, Mas Mingyu-nya. Tapi sekarang, saat ini ia tidak mampu menahan hasratnya, tubuh itu seperti bukan miliknya. Ia butuh bantuan, dan hanya pria di hadapannya yang bisa.

I know, buthh, pleasehh — nghhh — help mehh, just this oncehh.” ia bicara terbata sembari mendesah, entah apa yang pria itu rasakan, namun, tubuhnya mengeluarkan banyak keringat, kejantanan yang sedari tadi sudah meminta untuk dilepaskan, pre-cum yang sudah keluar. Ia hanya butuh sesuatu yang dapat merangsang agar putihnya segera keluar.

“Hhh— Okay, tapi janji, besok pagi kamu lupa apa yang udah kita lakuin malam ini?” kata Mingyu, Wonwoo mengangguk pasrah.

Mingyu membuka satu-satunya fabric yang ada di tubuh Wonwoo, memutar tubuh pria itu hingga membelakanginya, menunggingkannya. Lubang merah jambu berkerut milik Wonwoo sudah berada di hadapannya, ia dapat melihat jelas lubang itu, ia sedikit terkejut, karena jujur ini adalah pengalaman pertamanya selama 32 tahun dalam kamus sex life-nya, president director muda itu belum pernah melakukannya dengan pria.

'Okay, Mingyu, lo bisa! Just licking or fingering, as long as he gets his orgasm. Gue pernah baca obat perangsang sembuhnya kalau si pengguna orgasm. Ini buat Wonwoo, lo sayang Wonwoo udah kaya adek lo sendiri, Gyu!' ungkap Mingyu dalam hatinya, meyakinkan dirinya sendiri. ‘Ini yang pertama dan terakhir.’ lanjutnya, menganggukkan kepalanya sendiri.

“Mas—” panggil pria itu tidak sabaran.

'Lick? Or — ah, persetan!' Mingyu segera memajukan wajahnya dan memberikan jilatan lembut pada lubang yang mengerut itu, Wonwoo mendesah tak beraturan, tubuhnya semakin banyak mengeluarkan peluh. Mingyu mencoba memasukkan lidahnya lebih dalam, namun ia takut melukai Wonwoo dan membuatnya mengingat malam ini, hingga ia mengurungkan niatnya.

Wonwoo sudah mendapatkan kenikmatan yang ia butuhkan dari belakang tubuhnya. Tanpa segan-segan, ia pun memanjakkan bagian depan tubuhnya, memilin nipples-nya sendiri dan memijat kejantanannya, dari gerakan perlahan hingga cepat, menggoyangkan pinggangnya, membantu Mingyu untuk semakin dalam menyentuh dinding-dinding lubangnya.

Mingyu meremat samping kedua benda sintal Wonwoo, agar tidak mendesaknya, sampai saat inipun Mingyu masih tidak tahu apa yang sedang ia lakukan pada lubang milik pria yang lebih muda itu. Ia memejamkan matanya, pria tampan itu kini membayangkan sedang menjilati the opposite of what he is doing now, agar ia dapat melanjutkan kegiatan yang menurutnya aneh ini.

Jilatan dan hisapan Mingyu berhenti sesaat ketika ia mendengar erangan panjang keluar dari bibir tipis Wonwoo. Wonwoo sudah sampai dipelepasannya yang pertama, ia langsung merebahkan tubuhnya. Merasakan lega pada tubuhnya. Badannya kini sudah ringan rasanya.

Are you okay?” tanya Mingyu pada pria itu.

Better, mas. Thank you.” kata Wonwoo, memejamkan matanya.

Please forget what we did. This isn't right.” kata Mingyu mengelus surai Wonwoo dan meninggalkan pria yang sudah tertidur pulas itu.

Mingyu membersihkan tubuh Wonwoo, memakaikan baju tidur miliknya kepada pria ramping itu, mengganti seprai tempat tidurnya dan membiarkan Wonwoo tertidur di sana, sedangkan ia sendiri membersihkan tubuhnya, memanjakan miliknya yang ia tidak tahu mengapa bisa terangsang hanya karena mendengar desahan, erangan dari Wonwoo saat ia menjilati lubang milik model yang bekerja di agency-nya atau karena ia memikirkan hal lain saat melakukannya? Ia pun tidak tahu pasti.

“Lee Ji Eun, abis lo sama gue! Gue akan bikin perhitungan sama lo!” kata Mingyu ketika sudah menggunakan baju lengkapnya dan duduk di ruang kerjanya. Mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

His First Time


TW: explicit sexual mature content, foreplay, NSFW, kissing, rimming, handjob, blowjob, petting, dirty talk, romance, vanilla sex, etc.

Pria yang menggunakan jaket hitam dengan ritsleting hingga ujung, menutupi lehernya, dipadu dengan celana jeans yang robek pada bagian lutut dan sepatu sneakers-nya itu sudah berada di lantai 15 gedung perkantoran yang sangat ia kenali dengan logo perusahaan bertuliskan Be Model di setiap sudutnya.

Entah apa yang selanjutnya akan terjadi, Wonwoo sudah kehilangan akal sejak nama dengan tanda silang merah muncul di layar ponselnya saat ia sedang membayangkan pria tersebut menyentuh seluruh tubuhnya.

'Oh, damn my hormones!' rutuknya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu merapihkannya lagi.

Wonwoo kini sudah berada di depan pintu dengan ruangan yang berada paling ujung dan bertuliskan “President Director Kim Mingyu” di depan kaca gelap. Nama pria yang sudah 3 tahun ini ia kenal, nama yang selalu memporak-porandakan perasaan Wonwoo setiap ada orang lain menyebut namanya.

2 jam yang lalu gue bilang gue ngga siap ketemu Mingyu, dan saat ini gue ada di sini karena gue tiba-tiba horny. Shit!’ rutuknya dalam hati.

But, I couldn’t stop it right now.’ kata Wonwoo masih dalam hatinya, entah apa yang tidak bisa ia hentikan, rasa ia sangat ingin berada dijamah president director itu dan mendengar deru napas mereka yang tersenggal serta saling memanggil nama satu sama lain dalam nikmat, atau perasaannya yang selama ini ia tahan sendiri karena ia tahu pria di balik daun pintu yang berada hadapannya tidak akan pernah membalas cintanya karena mereka berdua memiliki gender yang sama dengan ketertarikan sex yang berbeda.

Wonwoo menetralkan napasnya yang terengah-engah, megetuk pintu di hadapannya pelan, dan mendengar suara sayup pria yang sangat ia rindukan, memintanya untuk masuk ke dalam ruangan itu.

“Sudah sampai?” kata pria yang masih duduk di kursi kerjanya, merapihkan kacamatanya ketika melihat pria manis sudah berjalan masuk dan berdiri tak jauh dari mejanya.

“Silahkan duduk.” ini terlalu formal, mereka selalu seformal ini, pria itu memang sedingin ini, Wonwoo sangat memahaminya.

“Berdiri — aku berdiri aja, Mas Mingyu.” satu-satunya yang memanggil pria dengan jabatan tinggi di Be Model itu dengan kata ‘Mas’ di awal sebelum namanya.

“Nanti kamu capek, Wonu.” dan hanya ia satu-satunya manusia yang diperbolehkan memanggil Wonwoo dengan panggilan kecilnya, Wonu. “Kamu baru sampai, pasti capek” lanjut pria itu.

'Untuk apa dia peduli? Sejak kapan?' Wonwoo masih terdiam.

“Kalau kamu berniat reject proposal photoshoot lingerie, aku ngga mau. I want it!.” bantah Wonwoo.

No, and I will make it clear for you, the answer still no, forever.” tegas, nada suara itu terdengar sangat bold, setengah marah, dan Wonwoo tahu itu.

3 tahun memperhatikan pria di depannya ini dengan dekat, membuat Wonwoo mengetahui semua mood president director-nya itu, tapi tidak pernah mampu membaca hati pria tampan yang kini sedang menopang dagunya.

This will be a good opportunity for me, mas, portofolio ku akan lebih beragam, ngga stop di aku yang selalu senyum manis atau bergaya fierce di depan kamera, tapi bisa menunjukkan sisi aku yang berani.” suaranya tidak kalah tegas.

Why you so stubborn, Nu? Saya selalu berusaha memberikan dan memilihkan yang terbaik untuk kamu.” kata pria itu, si dia masih terduduk di singgasana-nya.

2 setengah tahun yang lalu, pria ini menggenggam tanganku dan membawaku ke dunia yang tidak pernah kuketahui, dunia permodelan yang tak hanya selalu melulu di depan kamera, disoroti lampu kamera dan bergaya sesuai dengan choreographer arahkan, tapi juga berjalan di dataran catwalk yang licin, yang selalu membuat jantung Wonwoo berdetak cepat karena excitement. “Kamu bisa, Won, jalan di atas sana, saya akan bawa kamu ke sana.” and he did it dengan semua yang ia miliki, waktu, uang, tahta, bahkan kehadirannya di setiap acara yang Wonwoo kunjungi. Semuanya, dan hal itu yang membuat my unrequited love untuknya tumbuh dengan sendirinya, sehingga aku tenggelam hingga ke dasar, jatuh terlalu dalam, dan tidak menemukan jalan untuk berlari keluar. Aku tidak bisa menghentikannya, aku tidak mau.

“Aku mau coba, mas.” kata Wonwoo, yakin.

“Kamu mau semua orang asing melihat tubuh kamu yang hanya berbalut bahan tipis? Bahkan mungkin tidak menutup kemungkinan semua akan terlihat di depan kamera.” dia kembali mengomel, “Kalau kamu memang ingin semua orang melihat tubuh kamu yang berharga, besok, saya akan menghubungi Seungkwan and I don’t care what happen next.” lanjutnya. Wonwoo terdiam, wajahnya meragu. Mingyu mampu melihat itu.

“Kenapa kamu tampak khawatir? Saya sudah setuju dengan omong kosong kamu.” ia melihat wajah manis Wonwoo dalam, menatap manik cantiknya. “Why? You not confident right now?” tantang Mingyu.

“Ngga, everything fits my style—” kata Wonwoo menggantungkan kalimatnya, memainkan jari jemarinya. “Tapi, aku mau kamu jadi orang pertama yang nilai, sebelum orang lain judge aku dengan sehelai kain.” Wonwoo mengeluarkan kalimatnya, mungkin ini efek wine yang sebelumnya ia minum.

Oh shit, I was nervous, gimana kalau dia nolak untuk liat gue dengan lingerie? I knew that I was speak nonsense. Gue kayaknya sudah hampir gila!’ rutuk Wonwoo dalam hati, ia bahkan tidak berani menatap wajah Mingyu saat mengatakannya, ia terlalu nervous untuk itu. ‘Gue mau Mas Mingyu menatap gue sebagai pria dewasa, pria yang memang pantas di sampingnya.’ dalam hatinya Wonwoo berkata.

What have you said?” Mingyu terkejut, dan itu adalah hal yang normal. “Kamu mau saya lihat dan nilai kamu ketika menggunakan lingerie?” ulang pria tinggi itu. Wonwoo mengangguk malu, wajahnya bersemu.

Then, show me.” Wonwoo membelalakkan matanya, ia tidak menyangka bahwa kalimatnya tersebut mendapat jawaban dengan 3 kata yang Mingyu ucapkan, hal itu sangat mengejutkan pria manis yang masih berdiri mematung di depan meja kerja Mingyu.

Pria yang masih terduduk itu menatap tajam ke arah Wonwoo, mengantisipasi apa yang ingin pria manis di hadapannya itu lakukan, sedangkan Wonwoo, kini jantungnya sudah berdetak lebih cepat, wajahnya semakin merona.

There’s no way out for this, kalau gue mundur sekarang, gue ngga akan pernah punya kesempatan lain karena 2nd chance never exist.’ Wonwoo bermonolog dalam hatinya.

Wonwoo membuka ritsleting jaketnya secara perlahan, menanggalkannya hingga terlihat jelas kain tipis berwarna putih renda lace see through dengan motif bunga yang menutupi dadanya tapi tidak di baliknya, nipples berwarna merah jambu itu tampak terlihat jelas di jarak Mingyu dan Wonwoo, tali tipis melingkar cantik di leher jenjang dan punggung mulusnya agar tidak terjatuh saat ia gunakan. Wonwoo salah tingkah, Mingyu membuka kacamatanya dan menopang dagunya dengan tangan yang terkepal, menatap tubuh atas pria di hadapannya.

Mingyu menatapnya dan berkata, “That’s it? Kalau kamu ragu-ragu seperti ini, pakai jaket kamu lagi, dan jangan pernah berharap saya akan setuju dengan ide kamu photoshoot menggunakan pakaian seperti ini, Wonu.” nadanya menantang pria di hadapannya dengan satu alis terangkat. “Saya ngga tau alasannya, why you forcing yourself to hard in front of me like this?

It's all because I love you, you moron!’ rutuk Wonwoo. 'Fine, as you wish.' lanjut Wonwoo, memegang perut depannya, menyentuh kancing celana jeansnya.

Pria yang berprofesi sebagai model itu membuka celana jeans yang ia gunakan, kini paha mulus berbalut short pants renda lace yang tidak kalah tipis dari atasannya dengan warna dan motif yang sama sudah terpampang jelas, dan celana g-string putih tipis terlihat jelas menutupi kejantanannya yang sedari tadi terasa ingin menyapa dunia.

Pria tampan dengan taring yang mengintip dari jejeran gigi atas itu menyeringai, Wonwoo belum pernah melihat wajah itu, wajah tampan yang membuat darahnya mengalir deras — Mimik wajah yang semakin membuat Wonwoo semakin ingin memohon untuk diberi kenikmatan di dalam rengkuhannya.

Wonwoo masih terdiam, ia bingung harus ber-pose seperti apa saat ini, seakan keahliannya selama menjadi model 3 tahun itu lenyap seketika. Ia semakin salah tingkah. Mingyu menghampirinya, berjalan perlahan dengan busana kerja yang masih lengkap, berdiri di depan pria manis itu, menatap tubuh mulus putih Wonwoo dari atas hingga bawah, lalu kembali lagi, mengabsen satu-persatu tubuh sempurna pria di hadapannya.

Stop looking at me!” pinta Wonwoo, Mingyu melangkahkan kakinya satu langkah ke hadapan Wonwoo.

“Saya sedang menilai kamu, as you wish.” suaranya sudah lebih hangat, walaupun bukan yang paling lembut, membuat Wonwoo terkejut, dadanya semakin berdegup lebih cepat.

Mingyu berjalan semakin mendekat ke arah Wonwoo, pria itu mematung. “Saya tidak tahu kalau kamu punya badan sebagus ini, this is more than my expectation.” kata Mingyu, senyum miringnya mengganggu kewarasan Wonwoo. “Kamu cantik, Wonu.” bisik Mingyu di daun telinga Wonwoo, mengelus rahangnya dengan jari telunjuknya menggoda, deru napasnya terdengar jelas, membuat bulu halus Wonwoo berdiri, ingin rasanya ia mendorong pria yang lebih besar itu ke atas kursi kerjanya, lalu duduk di lahunannya, menghentikan waktu, membiarkan pria itu menyentuh tubuhnya dan memberikan segala miliknya.

I couldn’t think of anything, dia semakin deket. I thought my heart is going to burst!’ Wonwoo bicara pada hatinya. 'Kim Mingyu, please stop!' lanjutnya merengek di dalam hatinya sembari memejamkan matanya.

Sembari tersenyum melihat pria di hadapannya, Mingyu mengelus rahang Wonwoo, membawanya lebih mendekat dan menyentuh bilah bibir ranum milik Wonwoo, passionate kiss dengan lidah yang saling bersilat, mengait, membuat saliva mereka tercampur menjadi satu, desahan pria yang lebih muda itu tertahan di dalam ciuman dalam itu. Kini Wonwoo sudah sangat mabuk akan ciuman panjang yang ia dan Mingyu lakukan. Mingyu menarik tubuh Wonwoo untuk mendekat, membawa kedua tangan pria cantik itu untuk memegang pinggangnya, sedangka si dia merengkuh lembut tubuh putih yang sudah tak berjarak, menyentuh pelan bagian belakang tubuh indah mulus pria yang lebih muda itu, mengabsennya dengan jari-jemari lembut hingga Wonwoo melenguh pelan yang teredam di bahu kekar Mingyu karena sensasi menggelitik.

Oh, shit Wonwoo. I can’t believe this.” Mingyu menempatkan tangannya masuk ke dalam short pants yang digunakan Wonwoo, meremat kedua bongkahan sintalnya. “Kamu membuat saya menggila, Jeon Wonwoo.” lanjutnya, mengecup daun telinga pria yang baru saja ia panggil.

Pria tinggi dan tampan itu segera membuka suit-nya, melucuti dasi, kemeja panjangnya, lalu membuka celana bahannya yang berwarna senada dengan jasnya, hanya menyisakan celana brief yang dilingkari nama brand terkenal. Wonwoo mengatup mulutnya dan membelalakkan matanya, terkejut melihat tubuh kekar pria di hadapannya.

“Kenapa kaget?” tanya Mingyu, Wonwoo menggelengkan kepalanya ribut.

“Mas—” Mingyu mengangkat tubuh ramping pria di hadapannya yang masih menggunakan lingerie, menggendongnya bridal style menuju ke sebuah pintu, satu tempat yang tidak pernah Wonwoo lihat sebelumnya.

I'll never let you go tonight, Wonu.” kalimat yakin yang diucapkan Mingyu, sama halnya dengan Wonwoo, ia juga tidak akan membiarkan atasannya itu pergi dari sisinya malam ini, ia ingin Mingyu tidak berhenti menyentuhnya, ia mau Mingyu mengerang sembari memanggil namanya.

Tidak perlu membohongi diri sendiri, Wonwoo memang sering membayangkan tubuhnya disentuh oleh Mingyu saat ia jerk off, tapi si dia ini tidak tahu bila hari itu akan datang menghampirinya — malam ini.

“Mas, aku bisa jalan.” rengek Wonwoo.

Its okay, Kitty. Kamu ngga berat kok, lagi pula this is your first time, right? I will make it smooth and gently.” kata Mingyu. “I will make this a pleasant experience for you.” lanjutnya sembari berbisik dan mengecup pipi Wonwoo yang masih ada digendongannya. Pertama kalinya Wonwoo mendengar itu, dengan refleks ia kalungkan tangannya di leher Mingyu.

Mereka sudah memasuki ruangan yang berbeda dari ruangan kerja Mingyu yang ada di belakang sana, di dalam sini sudah ada tempat tidur king size dengan jendela besar yang terbuka tanpa tertutup korden, mengelilingi ruangan itu, ruangan dengan aroma woody yang sexy meruak disegala penjuru ruangan.

President director itu meletakkan Wonwoo dengan perlahan seolah ia adalah benda rapuh yang kapan saja bisa rusak. “Damn, kamu sexy banget.” kata Mingyu, meraba seluruh tubuh bagian depan Wonwoo dengan gerakan lembut, pria yang sudah terlentang di atas tempat tidur dengan seprai abu-abu muda itu bingung menanggapinya, ia hanya memanggil nama Mingyu dengan suara erotisnya efek dari sentuhan yang diberikan pria yang kini sudah ada di hadapannya.

Why so tense? This cutie is getting tense too, Nu.” kata pria itu, memilin salah satu nipples Wonwoo dari luar lingerie yang masih menempel di tubuh Wonwoo.

“Ngghh— mas—” desah Wonwoo lalu menggigit bibir bawahnya. Pria yang merasakan rangsangan tersebut meregangkan dadanya, memberikan lebih banyak akses yang dapat Mingyu sentuh. Tubuh rampingnya yang membujur cantik dengan kedua tangannya yang meremat seprai karena sensasi aneh yang ia rasakan pada tonjolan dadanya, sentuhan Mingyu membuatnya kehilangan kesadaran dan diterbangkan ke langit — nikmat, Wonwoo menikmatinya.

Moaning as you can, jangan ditahan, cantik.” pinta pria yang sudah mennghisap dan memainkan nipples Wonwoo dengan lidahnya dari luar kain tipis itu. “Saya mau mendengar desahan kamu.” lanjutnya sembari menjamah nipples Wonwoo lainnya, mencubitnya lembut, memberinya lebih banyak rangsangan.

His wet lips, his tounge. I don’t think I’ll ever get used to it, but, oh My God, it feels good.

“Ah — ngghhhh—” Wonwoo merasakan gesekan kasar dari bahan kain yang ia gunakan bersamaan dengan gigitan serta hisapan Mingyu. “Oh— nghhh—” desahan demi desahan kembali mengisi ruangan. Wonwoo tak mampu menahannya, ia tak ingin lagi menahannya.

Tubuh Wonwoo memanas, kakinya melemah, ia semakin menginginkan pria yang 3 tahun ini ia cintai dalam diam untuk menjamahnya. Ingin rasanya ia menikmati ini lebih lama, saat seorang Kim Mingyu menikmati Jeon Wonwoo.

“Buka ya? I want to kiss all your naked body.” kata Mingyu, membantu Wonwoo untuk duduk, membuka pita yang tersimpul indah di leher dan punggungnya, membuang kain itu sembarang, mengecup leher Wonwoo, menggigitnya pelan hingga meninggalkan bekas tipis di sana. Napas berat Wonwoo memburu, kejantanannya sesak meminta untuk dibebaskan.

Pria ramping itu membuka lebar kakinya, membiarkan tubuh Mingyu yang sedang berlutut berada di tengahnya, mengaitkan kakinya dipinggang pria yang lebih tua 10 tahun darinya.

I wanna eat you right now” kata Mingyu, membawa tangan Wonwoo ke lehernya, mengecup tangannya, kecupan yang menjalar ke lengan, lalu ke bahu Wonwoo, turun ke collarbones-nya, tangan Mingyu yang mengelus lembut gundukan Wonwoo yang sudah mengeras.

Pria tampan itu melepaskan kedua tangan dan kaki Wonwoo yang menggelayuti tubuhnya, iya kembali mengecupi tubuh halus itu, sesekali menjilatinya, “Do you know if your body is sweet, Kitty?” tanya Mingyu saat tangannya sudah meraba selangkangan indah Wonwoo yang masih berbalut kain tipis. “I love sweet” lanjut Mingyu.

“Unghh— Ahh—” desahan Wonwoo saat Mingyu mengelus gundukan yang sudah mengeras dari luar kain tipis yang ia gunakan.

Do you like it?” tanya Mingyu, perlahan-lahan menelusupkan satu demi satu jarinya melalui sela kain yang digunakan Wonwoo. Wonwoo menggila, rasa menggelitik membuat napsunya semakin tak tertahan.

“Ngghhh—” hanya lenguhan erotis yang mampu keluar dari bibir tipisnya, iya, tentu saja ia menyukainya, ini adalah salah satu mimpinya.

Mingyu menurunkan posisi badannya, menggigit kain renda lace yang digunakan Wonwoo, dan menanggalkan g-string pria di bawahnya yang tampak sudah tak sabar untuk membebaskan miliknya. Kini pria berkulit tan itu sudah dapat melihat jelas kejantanan pria yang lebih muda sudah berdiri dan mengeluarkan cairan pre-cum-nya.

So cute.” ucapnya, lalu memasukkan benda tak bertulang itu ke dalam rongga mulutnya, memainkannya di dalam sana.

“Ahhng— Kim Mingyuu— nghhh—” kini desahan Wonwoo sudah tidak karuan, rasa hangatnya rongga Mingyu yang memanjakan kejantanannya, basahnya saliva pria tampan itu yang membaluri benda yang semakin mengeras, lembutnya rematan tangan besar itu pada kedua testicles-nya, Wonwoo tidak sanggup menahan nikmatnya. Ia mengulat, mengerang nikmat, membusurkan tubuhnya cantik, membuat Mingyu ingin lebih ingin menyiksanya.

Belum selesai dengan mouth job-nya, Mingyu mengelus pinggiran lubang mengerut milik Wonwoo yang terasa berkedut dengan gerakan memutar.

Oh My God — Shit — nghhh — so good, aaahh — Gyuu—” Wonwoo menelan ludahnya kasar, berteriak, merintih nikmat, Mingyu semakin menikmatinya. Badannya semakin memanas, tubuhnya mengeluarkan peluh, AC di ruangan itu tidak membantunya sama sekali.

Look at you, Kitty, your dick is so tense, your hole is twitching.” kata Mingyu menggoda Wonwoo dengan menyunggingkan senyumnya ketika melihat wajah pria yang terlentang itu bersemu merah, memalingkan wajahnya dan menutup bibirnya karena malu.

Sexy, hanya itu yang Wonwoo tahu, pria yang sedang menatap seluruh tubuhnya saat ini sangat sexy dan tampan, hingga tubuhnya seakan lebih panas lagi. Tubuhnya lengket, berkeringat.

What a lovely sight.” kata Mingyu sembari memasukkan satu jarinya ke dalam lubang merah jambu Wonwoo yang sedari tadi sudah berkedut saat ia menggodanya. Wonwoo membelalakkan matanya terkejut, berteriak dan mendesah tak karuan. Rasa aneh ini adalah hal baru baginya, sebuah jari yang sedikit gemuk itu memasuki lubangnya dan bermain-main di dalam sana.

“Ha!!! Nggghhhh—” ketika pria yang lebih tua sudah menambahkan jarinya di bawah sana, dengan ibu jari yang tidak bisa diam dan bercanda dengan testicle Wonwoo yang membuat pria di bawah sana merasakan tubuhnya seperti sedang diserang rasa nikmat bertubi-tubi.

Mingyu lalu mendekati tubuh mereka, ia kemudian memanjakan kedua gundukan merah muda di dada pria itu yang sudah sangat menegang, kembali menjilatinya, menghisapnya dan sesekali menggigitnya gemas.

“Gyu—” panggil Wonwoo.

“Hmm?” tanyanya yang masih sibuk bermain di dada Wonwoo, dengan jari-jari yang sudah mengacak lubangnya.

“Mmmff— Nghhh— I want to come — Ahhh!” Mingyu semakin menusuk dan memberikan gestur memutar di dalam lubang Wonwoo, menginvasi dinding-dindingnya dan menggempur titik sensitifnya saat pria berumur 24 tahun itu mengatakan “Mhhmm there!!* dengan erangan yang keras, menandakan dia sangat menikmati ketika titik itu disentuh.

Milik Wonwoo sudah menegang sempurna dan siap untuk mengeluarkan isinya, Mingyu mengeluarkan jarinya kasar dan memijat benda keras tersebut dengan cepat, mencium pria di bawahnya itu dalam hingga lidah mereka bertautan, berusaha untuk saling mendominasi. Wonwoo mengerang panjang ketika cairan semen-nya keluar bebas hingga mengotori perutnya, serta perut dan tangan Mingyu.

'It feels good, I couldn't my self to my own senses. I was drowning in his touch. Mingyu, I want you more— I want more. Please fill me with yours.' kata Wonwoo dalam hati, mereka masih memperdalam ciuman, semakin menuntut, bunyi kecapan yang mengisi seluruh ruangan, bahkan mereka tidak memperdulikan Wonwoo yang sudah mendapatkan pelepasan pertamanya.

Can't breathe, mereka kehabisan O2 dan melepaskan tautan itu perlahan, dengan benang saliva yang masih tersisa, Wonwoo yang sudah penuh dengan peluh, badan yang lengket, begitupun Mingyu.

“Gyuu— aahh!” suara erotis itu muncul tanpa Wonwoo harapkan saat Mingyu kembali menggigit perpotongan lehernya yang jenjang.

Mingyu menatap manik rubah pria itu, Wonwoo mendorongnya hingga pria besar itu terlentang, pria dengan badan atletis itu pasrah dan membiarkan si pria cantik itu menaiki tubuhnya, duduk di perutnya, menunggingkan badannya dan memegang kejantanan Mingyu yang sudah mengeras sedari tadi, memjitanya pelan — memasukkannya ke dalam mulut kecilnya, memberikan hands job dan blowjob bergantian. Pria tampan itu tersenyum miring saat melihat kedua benda sintal Wonwoo di hadapannya.

69 sex position? I won't let you rest tonight.” kata Mingyu, memegang pinggul pria yang ada di atasnya dan mendekati lubang yang sedikit basah karena ulahnya tadi dan menjilatinya dinding dalam lubang itu, menyelam di sana, sesekali memukul pelan benda sintal itu.

Wonwoo mendesah saat mulutnya penuh oleh kejantanan Mingyu, “Mhmmm— mmhmm—” desahan yang semakin erotis, sembari mendorong pinggulnya.

'Mingyu, depeer!!' pinta Wonwoo dalam hatinya.

“Ahh!! Jeon Wonwoo—” erang Mingyu memanggil nama pria itu, Wonwoo tersenyum senang dan kembali memanjakan kejantanan Mingyu.

“Ahhngg!!” Wonwoo mendesah ketika Mingyu benar-benar memasukkan lidahnya lebih dalam dan si dia kembali menenggelamkan milik Mingyu ke dalam rongga hangatnya dan dengan penuh napsu memanjakan milik Mingyu. Erangan dan desahan yang semakin lama semakin berisik mengisi ruangan istirahat Mingyu.

Mingyu memanggil nama Wonwoo panjang saat mendapatkan pelepasan pertamanya yang keluar di dalam mulut pria yang berada di atasnya hingga mengalir keluar bercampur dengan salivanya. Wonwoo sudah mencapai puncak keduanya ketika Mingyu memasuki lubangnya kembali yang masih menjilati tubuh bagian bahwa mulusnya. Wonwoo trembling.

Mereka belum selesai, Pria yang lebih tua membawa tubuh Wonwoo ke sampingnya, lalu memeluknya, mencium berkali-kali perpotongan leher Wonwoo yang masih terengah-engah.

Hang in there, even if it hurts a little. Breathe— Spread your legs wider. Perjalanan kita masih panjang, Kitty.” kata Mingyu saat kejantanannya kembali berdiri.

'He's body driving me crazy, the smell of his sweat makes me unable to think anymore.' kata Mingyu dalam hatinya.

Their brains freeze from lust.

Pria yang lebih tua itu menghantam spot sensitif Wonwoo berkali-kali dengan ketiga jarinya, hingga Wonwoo merasakan dirinya akan gila saat itu juga. Dengan kedua jari yang masih di dalam lubang milik pria ramping itu, Minggu memberikan gestur menggunting sebelum ia menggoda lubang yang sudah berkedut tak karuan itu dengan kepala penis-nya.

Wonwoo sudah terlentang dan menuruti semua perintah Mingyu, bernapas, membuka lebar kedua kakinya, dan membiarkan kejantanan Mingyu memasuki lubangnya, lalu menekan hingga lubang kecil itu sudah melahap semua benda kenyal berurat yang disambut dengan erangan panjang dan air mata yang keluar dari manik rubah cantik yang berada di bawah. Panas, tubuh mereka berdua semakin berkeringat. President Director and his passion memasukkan lalu mengeluarkan kejantanannya dengan tempo sedang, dan desahan Wonwoo sebagai backsound-nya.

Mingyu masih menggoyangkan pinggulnya, mendekatkan dada mereka untuk saling berbagi keringat yang keluar dari kulit mereka, mengelus surai Wonwoo yang sudah basah karena peluh, mencium bibirnya dalam. “You'll get used to this soon. Inikan yang kamu mau Wonwoo — ahg! — melakukan semua ini dengan saya? Isn't that right?” deru napas Mingyu di wajah Wonwoo.

“Ngghh — haa — ahhh!! — ngghhhh!” hanya itu yang mamppu Wonwoo ucapkan untuk menjawab pertanyaan pria yang semakin memperdalam dan mempercepat temponya.

They feel in pleasure. Strange wet sounds grew louder and louder. The bed was a mess and they're getting excited. Hot bodies.

Mereka mendapati puncak kenikmatan mereka secara bersamaan dengan erangan yang panjang — untuk kesekian kalinya. Namun, Mingyu seakan tidak bisa berhenti, ia terus menggempur lubang Wonwoo lagi dan lagi, doggy style, missionary position, all.

Wonwoo menikmati semuanya, 'his gentleness, I felt like I was going to lose my mind.' gumam Wonwoo di dalam hatinya.

Kini Wonwoo sudah duduk di atas tubuh pria yang menjadi crush-nya selama 3 tahun belakangan ini, menenggelamkan kejantanan pria itu ke dalam lubangnya, menaik-turunkan pinggulnya dengan spontan, mendesah erotis memanggil nama Mingyu dan pria yang dipanggil menjawab panggilannya dengan mendesahkan nama Wonwoo. Salah satu bucket list-nya — Checked.

“Mas — aaahhh — I can't anymore” kata Wonwoo mereka sudah berkali-kali mengeluarkan putih mereka hingga mengotori tubuh, tempat tidur, dan sekitarnya.

We're almost there, cantik.” kata Mingyu, Wonwoo sudah duduk dilahunannya, hanya saja mereka belum melepaskan penyatuan mereka di bawah sana, tangan Mingyu dipinggang Wonwoo dan membantu menaik-turunkan tubuhnya yang sudah kehabisan tenaganya. Semakin cepat.

“Tubuh aku aneh, Ming — aahh!! nnnn ngggghh!!” erangan berisik yang sudah seperti alunan melodi malam ini.

“Kamu yang mau, Kitty. Then see this to the end. Aku ngga bisa — ngg — berhenti sekarang.” kata Mingyu, semakin dalam menusuk prostat Wonwoo semakin dalam.

Wonwoo only can moan, his voice is hoarse, his body is exhausted, a strange feeling of pleasure

Mereka melakukannya hingga hari berganti, matahari sudah hampir naik dari timur. Mingyu masih mendominasi tubuh Wonwoo, sucking, moaning and panting saling memberi apa yang mereka miliki hingga mereka lelah dan tertidur, pria tampan itu memeluk Wonwoo dari belakang dengan tautan yang belum terlepas di bawah sana, di atas tempat tidur yang kotor, tubuh yang lembab dan kelelahan, memejamkan mata mereka, saling menenangkan.

Abang Sayang Inggu


tw: konten pacaran, kissing, hugging, cuddles, and a little panic attack.

“Assalammualaikum,” sapa pria dari daun pintu kamar itu dengn suara beratnya, perlahan masuk dan berjalan ke arah pria lain yang sedang tidur-tiduran di tempat tidur sedikit terkejut. Pria yang malam ini menggunakan kemeja panjang dengan lengan yang dilipat hingga siku itu langsung memasang wajah bahagianya ketika menatap kekasihnya yang mendudukkan tubuhnya dan menjawab salam pria yang baru saja pulang. Pria tampan itu langsung memeluk pinggang pria yang sedari tadi menunggunya dan menenggelamkan wajahnya di pinggul kekasihnya.

“Mandi gih! Kamu dari mana-mana tuh, seprainya kotor, abang.” pinta pria yang lebih muda itu sembari mengelus surai gelap kekasihnya yang masih memeluk pinggangnya posesif.

“Capek, Nggu.” rengeknya.

“Mandi dulu biar aku bisa peluk, banyak yang mau aku ceritain.” kata Inggu, mengambil wajah sang kekasih, menangkupnya dan mengecup sepintas bibir pria itu. “Tapi mau cerita sambil peluk, kalau ngga mandi dulu Inggu ngga mau peluk.” katanya lagi, kembali mengecup bibir pria yang lebih tua.

Plus, aku laper banget, ayo, abis kamu mandi kita makan.” ajaknya. Wonwoo yang sesungguhnya sudah lelah, menuruti permintaan Inggu untuk membersihkan tubuhnya dan makan malam bersama.

“Inggu, jadi nginep kan?” tanya mommy disela-sela Inggu sedang menyantap makan malamnya bersama sang abang yang berada di hadapannya.

“Iya, mom, kalau boleh sama abang.” jawab Inggu santai.

“Kalau ngga boleh sama abang ya nginep aja, ada kamar tamu kok.” kata mommy. “Mommy udah izin sama bunda, katanya boleh.” lanjutnya.

“Boleh kok, nanti tidur aja di kamarku.” kata Wonwoo, menatap wajah Inggu yang sudah tersipu malu, perutnya tergelitik dengan jantung yang berdebar tak karuan. Inggu salah tingkah.

“Hore, besok pagi kita bikin apa ya, Nggu? Inggu lagi mau apa?” tanya Mommy dengan ramah. Wanita separuh baya ini memang sangat menyayangi kekasih anak sulungnya.

“Mommy udah lama ngga bikin pancake, atau waffle?” tanya Mommy.

“Mommy, Inggu bisa bikin croffle.” jawab pria itu.

“Boleh boleh, nanti kita ngadon bahannya bareng ya?” kata sang Mommy, Inggu mengangguk semangat.

“Yasudah kalau gitu, lanjutin makan malamnya, mommy mau cari-cari temen croffle buat besok sarapan. Yang kenyang ya, sayang.” kata sang mommy mengecup pucuk kepala Inggu dan anak sulungnya bergantian, lalu menghilang di balik pintu kamar utama dari rumah itu.

***

Kedua pria itu kini sudah berada di dalam kamar Wonwoo yang berukuran 4x6 meter itu. Inggu juga sudah berganti pakaiannya dengan t-shirt dan boxer kebesaran milik Wonwoo.

“Gede banget.” kata Inggu berdiri di hadapan Wonwoo sembari merentangkan tangan, menunjukkan baju Wonwoo yang kebesaran di tubuhnya, serta boxer dengan karet yang melingkar diperut dan tali yang ia ikat kencang agar celana rumah itu tidak merosot.

“Ngga apa-apa, sayang. Kamu tetep lucu.” jawab Wonwoo. “Sini!” tarik pria yang lebih tua itu. Merebahkan tubuh Inggu di sampingnya, menyelimutinya dengan bedcover dan merengkuh tubuh pria kesayangannya.

Kini pria tampan bermanik rubah itu sudah bersandar pada headboard sedangkan Inggu sudah meletakkan kepalanya di dada sang kekasih, melingkarkan tangan kirinya ke perut Wonwoo. Pada saat yang sama, tangan kekasih Inggu yang bebas sudah menyisir surainya dengan sayang, sesekali mengecup ujung kepala, dan mengusap bahunya.

“Jadi, apa yang mau diceritain sama aku?” tanya Wonwoo dengan suara beratnya, mengelus lengan kekasihnya.

Inggu segera merubah posisinya, meletakkan kepalanya di lengan kiri kekar milik Wonwoo, pria yang lebih tua itu masih memainkan surai kekasihnya, serta mengusap lengan yang melingkar di perutnya, milik Inggu.

One good news, and two questions.” jawab Inggu. “Which one do you want to hear first?” tanya Inggu dengan suara lembutnya.

Good one.” tanya Wonwoo, lalu mengecup puncak kepala Inggu, merapihkan surai pria itu.

“Bulan depan aku sidang. Hehe.” cengirnya puas, Wonwoo yang mendengarnya ikut berbahagia dan memeluk tubuh pria manis di sampingnya semakin erat, bahkan melingkarkan kakinya pada kaki Inggu.

“Wah akhirnya, setelah nangis-nangis ngga mau skripsi, bisa juga sidang akhir. Selamat ya sayangnya abang.” kata Wonwoo, melepas pelukannya, lalu mengecup seluruh wajah Inggu, mengabsenya, dan memeluknya lagi dengan erat.

“Abang, aku ngga bisa napas.” kata Inggu memukul lengan kekar Wonwoo pelan, pria yang dipanggil abang itu hanya tersenyum. “Dateng ya ke sidang aku, aku mau liat kamu pas lagi pusing-pusing keluar ruang sidang.” lanjutnya.

“Okay, aku ajuin cuti dari sekarang.” kata Wonwoo lagi, yang dijawab dengan senyuman manis dari Inggu. “Terus, 2 questions-nya apa?” tanya Wonwoo.

“Oh iya,” kata Inggu langsung terbangun dari tidurnya, melepas pelukan Wonwoo yang membuat pria dominan itu terkejut.

“Kak Hao, dia ngga suka sama kamu kan? I mean, suka sama kamu wajar sih, maksudnya—” kalimat Inggu terputus, Wonwoo langsung menutup mulut Inggu dengan sebuah pelukan.

“Hao dan Joshua itu temen aku dari kuliah, dia emang suka komen-komen gitu kok. Ngga maksud jahat, orangnya emang iseng.” jawab Wonwoo, melepaskan pelukannya dan mengelus pipi Inggu dengan ibu jarinya. “Cuekin aja ya, ngga usah dipikirin.” pinta Wonwoo, Inggu mengangguk, menuruti. Wonwoo membawa wajahnya mendekat dan mengecup kening pria muda di hadapannya.

Last question,” kata Inggu, memegang jemari Wonwoo dengan tangan kanannya dan membuka laci nakas dengan tangan kirinya. “Ini apa?” Inggu langsung menunjukkan satu polaroid dari seorang pria cantik. Wonwoo tidak mengantisipasi hal ini akan terjadi.

‘Halah, kenapa lagi ada itu di sini?’ kata Wonwoo dalam hati.

Anak sulung dari keluarga Jeon itu langsung mengambil foto yang ada di tangan Inggu dan segera merobeknya. Lalu, berjalan dengan santai ke tempat sampah yang ada di kamar untuk membuang kertas tersebut dan kembali lagi ke tempat tidur, menghampiri pria yang terduduk sedari tadi masih mengedipkan matanya cepat sembari melihat langkah sang kekasih, terkejut dengan tingkah laku Wonwoo.

Wonwoo lalu mendekap wajah Inggu dan mengecup keningnya. “Abang cuma sayang, Inggu.” katanya, kemudian kembali mengecup pipi Inggu. “Jangan mikir yang aneh-aneh ya, sayang.” lanjutnya.

Inggu memeluk tubuh Wonwoo, “Aku ngga sempet rapihin kamar, sayang. Maaf.” kata Wonwoo.

Inggu mengangguk lucu, “Mulai hari ini, kamu boleh jadiin kamar aku jadi yang kamu suka.” pria manis itu mendongakkan wajahnya, menatap tajam manik rubah itu. “Biar aku ngerasa kamu selalu di sini.” lanjutnya.

“Serius?” tanya Inggu.

“Serius, sayang.” jawab Wonwoo yakin.

Inggu tersenyum, kembali memeluk Wonwoo dan menempelkan wajahnya di dada sang pria dominan. Merasakan detak jantung pria itu lebih cepat, sama dengannya. Pria manis dengan taring di kedua deretan gigi atas itu sedang menikmati debaran jantung karena pria yang berada dipelukan dan kupu-kupu yang sedari tadi menggelitiki perutnya.

Wonwoo mengambil lengan Inggu, menatap tajam manik elang cantik pria di hadapannya, masuk ke dalam tatapan lembut itu, lampu kamar yang sedari tadi remang, film yang hanya terputar dengan volume kecil, tanpa niat ditonton oleh pemiliknya, membuat suasana di kamar itu menjadi sangat hening.

Inggu berdiri dengan lututnya, mendekat ke arah Wonwoo yang masih menatapnya, melingkarkan kedua tangannya ke leher pria di hadapannya. “Inggu juga cuma sayang abang.” tersenyum, dengan kilat Wonwoo segera menarik tubuh pria di hadapannya, menidurkannya, dan mengukungnya.

Tangan Inggu yang masih melingkar di leher Wonwoo itu menarik tengkuk pria yang berada di atasnya dan menyatukan kedua bilah bibir mereka, mengelus tengkuk sang dominan. Wonwoo sudah mulai mendominasi permainan dengan memagut mesra, menggigit pelan bibir bawah Inggu hingga pria manis itu membuka dan memberikannya akses masuk ke dalam rongga mulutnya, mengaitkan lidah mereka, hingga kecapan terdengar, serta lenguhan pelan terlepas dari bibir Inggu. Wonwoo tersenyum menyeringai dan kembali tenggelam dalam ciuman dalam yang mereka ciptakan malam ini. Cukup lama hingga, bibir Wonwoo pindah ke perpotongan leher Inggu, menyesapnya, dan menggigitnya pelan — meninggalkan jejaknya.

“Bang—” kata Inggu dengan suara lemahnya, menggelengkan kepalanya saat tangan Wonwoo sudah mulai masuk ke boxer-nya, berjalan pelan meremat salah satu benda sintal di bawah sana. Inggu menepisnya dengan memegang pergelangan tangan Wonwoo pelan. Pria yang lebih tua itu mengerti, ia harus berhenti.

“Lo juga mau kan? Ngaku deh!” suara itu kembali menggema. “Ngga usah sok suci, Gyu! Lo tuh jalang!” suara jahanam itu lagi.

“Maaf,” kata Wonwoo ketika melihat reaksi pria muda di hadapannya. Inggu menggeleng cepat, menutup mata dan telinganya rapat. Wonwoo terkejut melihat kekasihnya seperti saat ini.

“Sayang, ini aku. Maaf, maaf.” kata Wonwoo mengangkat tubuh Inggu dan merengkuh tubuh itu, memeluknya erat. “Buka matanya, cantik, ini abang.” kata Wonwoo, mengelus punggung Inggu penuh sayang.

Inggu membuka matanya perlahan saat Wonwoo memberikan kalimat-kalimat sederhana yang membuat pria yang lebih muda itu tersadar, bayang-bayang pahit beberapa tahun lalu masih mengganggunya, ia masih belum bisa menepis bayangan buruk itu.

It’s okay, sayang. Ngga ada apa-apa, ini aku.” kata Wonwoo, mengecup kening Inggu berkali-kali. Inggu mengangguk.

“Abang~” panggilnya, memeluk erat tubuh Wonwoo.

“Iya, ini aku, sayang. Maaf, maaf.” kata Wonwoo, mengecup pundak kekasihnya. Inggu masih menggeleng kuat.

“Maafin Inggu, Inggu belum bisa—” katanya, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, telinganya memerah.

“Ngga apa-apa, sayang. Pelan-pelan ya, maafin aku.” kata Wonwoo dengan nada yang khawatir, menepis telapak tangan itu perlahan, menunjukkan wajah Inggu yang memerah, ingin menangis.

“Cupcup, jangan nangis. Sekarang bobok aja ya? Besok katanya mau bikin sarapan?” kata Wonwoo, memeluk pria manis itu, pelukannya semakin erat. Kalimat maaf pelan terdengar di sana, Inggu meminta maaf.

“Jangan tinggalin Inggu ya?” tanya pria itu dengan suara lemahnya.

“Ngga, Inggu, ngga ada yang ninggalin Inggu, abang yang salah sayang, abang yang minta maaf, yaa.” jawab Wonwoo yakin.

“Udah ya, sayang, kita bobok yuk! Abang peluk boboknya biar ngga ada yang gangguin Inggu.” kata pria tampan itu. Inggu mengangguk lemah.

Malam ini berlalu dengan Inggu yang tertidur di dalam pelukan kekasihnya. Sedangkan, Wonwoo masih terjaga, merutuki kebodohannya. Ia hampir membuat Inggu mengingat masa lalunya.

‘Dasar hormon bodoh!’ rutuknya.