Me in You
[Narasi 1]
tw//explisit matured content — details — 🔞
Please be wise readers
Tinggal 6 bulan panitia dari berbagai fakultas bersatu untuk penyelenggaraan event kampus tahunan dari Unvirsitas Swasta di bilangan Jakarta Barat itu. Akan ada puluhan jiwa mahasiswa dan mahasiswi yang konsentrasi di kelas turun drastis dan lebih memperdulikan event kampus ketika menjadi panitia serta ratusan mahasiswa serta mahasiswi yang berpartisipasi untuk mengisi acara, seperti membuka booths makanan ringan hingga berat sampai dengan penampilan band kampus untuk meramaikan acara.
Termasuk Seungcheol and the gank. Karena tahun ini Seungcheol menjadi anak tingkat 3, yang terpilih sebagai ketua panitia dan sudah pasti ini adalah acara kepanitiaan dia yang terakhir. Mengajak kekasihnya Joshi dan kembaran kekasihnya, Jeonghan yang kebetulan ada di satu fakultas dan tingkat yang sama. Hari ini mereka bertiga sedang mencoba untuk mempersuasi serta mengajak sembilan member dari gank tongkrongannya untuk ikut mengambil bagian pada event megah tahunan kampusnya ini. Termasuk love bird tongkrongan — Mingyu dan Wonwoo.
“Gue ngga ikut deh, Bang. Gue jadi penonton aja.” Kata Wonwoo di basecamp ketika mendengar ajakan Seungcheol barusan dan langsung menolak tanpa berpikir.
“Ikut aja Kak Won. Kan ada Bang Kiming.” Kata Seungkwan yang notabene adalah adik kandung dari Wonwoo. Tapi, dia lupa entah sejak kapan mereka berada di satu tongkrongan yang sama.
“Gue ngga maksa, Won. Cuma pengen lo pertimbangin lagi aja sih ajakan gue.” Beginilah cara seorang Seungcheol mempersuasi orang lain untuk mengiyakan ajakannya.
“Kalau lo iya, Mingyu pasti ngga ragu ikut kan, Ming?” Senggol orang yang biasa dipanggil Bang Cheol itu. Berkedip ke arah Mingyu yang ada di sebelahnya.
“Ngga usah lo kedap-kedip, lo kaya kremi. Gue pasti ikut.” Kata Mingyu yakin.
“Ada aku sih, yang. You'll be safe in my arms.” Kata Mingyu, memeluk pinggang sang kekasih mengajaknya duduk lebih dekat. Yang dibalas dengan ledekan teman-teman yang ada di sana dan hinaan-hinaan lainnya, yang membuat rona merah di wajah Wonwoo. Padahal, hal itu bukanlah kali pertama mereka diperlakukan seperti itu oleh teman tongkrongannya.
“Yang lain udah setuju kan ya? Tinggal Wonwoo aja?” Tanya Seungcheol kepada teman yang lainnya dan dijawab dengan anggukan.
“Hmm.. ya, boleh deh, Bang. Gue coba.” Jawab Wonwoo sedikit tidak yakin.
“Mantap! Ini gue share dulu ke Kak Heechul as a kordinator dan penanggung jawab.” Kata Seungcheol mengambil ponsel-nya dan mengetik beberapa pesan di sana.
“Sip, karena gue mau pacaran sama bebeb Joshi, besok kita ngumpul lagi ya. Bahas pembagian kerja.” Ujar Seungcheol.
“Nanti di chat dulu ya. Biar Han yang tanggung jawab sama bebeb gue. Sisanya lo bisa cari anggota sie kalian sendiri.” Kata Seungcheol.
“Kita bahas lebih lanjut di group chat kita bertiga belas ya. Gue chao dulu.” Kata Seungcheol sembari berdiri yang diikuti oleh Joshi dan keluar basecamp dengan berpegangan tangan.
“Yaudah, disband ajalah kita!” Kata Soonyoung setelah melihat punggung Joshi menghilang.
“Emang lu pikir ini boyband apa?” Tanya Seungkwan ke Soonyoung dengan decakan.
“Galak banget lu krucil! Let's go temenin gue beli longsay di kampus!” Ajak Soonyoung sambil menarik tangan Seungkwan.
“KAK WON!!” adu Seungkwan yang sudah ditarik oleh sahabat kakaknya sejak SMA itu.
“Tiati! Anterin adek gue balik, Nyong!” Teriak Wonwoo ketika melihat adiknya sudah menghilang dari pintu.
“Dahlah, gue balik dulu! bye!” Seru Jeonghan yang diikuti oleh Seokmin, Hao, Jun, Jihoon dan Hansol.
“Bang! Mau balik ke kontrakan ngga?” Tanya Ichan — adik kandung Mingyu yang kebetulan teman satu fakultas Seungkwan. Dan sama halnya dengan Wonwoo, Mingyu juga mempertanyakan, sejak kapan Ichan ada di tongkrongan yang sama dengannya.
“Balik. Nantian. Lo masih ada kelas, Dek?” Tanya Mingyu.
“Masih sampe jam 5, kalau lo mau balik kabarin gue ya. Yerim mau ngirim pudding regal.” Kata Ichan yang dijawab anggukan oleh Mingyu.
Dan tersisalah tinggal Mingyu dan Wonwoo di basecamp. Mereka masih betah berada di ruang santai apartemen itu, duduk di sofa yang cukup lebar.
Kalau ditanya basecamp ini tempat apa dan di mana, tempat itu adalah apartemen megah milik Wonwoo dan Seungkwan. Sejak mereka bertigabelas menjadi dekat, mereka sering menghabiskan waktu di sini, selain memang dekat dengan kampus jadi bisa rebahan sembari menunggu kelas selanjutnya, apartement Wonwoo dan Seungkwan ini memang tempat yang nyaman untuk melakukan segala hal, dari mulai iseng-iseng ngerjain tugas kelompok atau bermabuk-mabukan saat mereka sedang dilanda kemumetan — selain Ichan dan Seungkwan, tentu saja karena masih di bawah 20 tahun.
Mingyu yang biasa dipanggil Kiming oleh teman-temannya itu kini sudah meletakkan kepalanya di paha sang kekasih, dengan Wonwoo yang sedari tadi sudah disibukkan dengan membaca novel romansanya.
“Sayang, kok aku dianggurin sih?” Tanya Mingyu. Gemas sekali dia kepada kekasihnya, jelas-jelas tadi di chat sebelum pulang dia mau dicium sampai bibirnya bengkak. Sekarang gue malah dicuekin kan gara-gara novel. dumel Mingyu.
“Hmm..” dijawab Wonwoo dengan dehaman, masih sibuk membaca bukunya. Mingyu tersenyum jahil.
Wajah Mingyu kini menghadap ketubuh kekasih rampingnya, memeluknya dan mengecupi perut putih mulus kekasihnya, menjilatnya perlahan dan memberikan tanda bekas merah di sana.
“Hmph..” desah Wonwoo sembari mengulum bibirnya, berusaha untuk kembali fokus pada novelnya.
Mingyu semakin ingin menjahili kekasihnya, kemudian dia terduduk, menciumi leher jenjang sang kekasih yang sedang sibuk sendiri dengan kecupan erotisnya — kecupan yang mengeluarkan suara lembut.
“Tadi katanya mau kissing until dawn?” Tanya Mingyu jahil, mengecup kuping sang kekasih hingga mengeluarkan suara. Mingyu menurunkan kerah t-shirt V-Neck sang kekasih, agar leluasa untuk dia jajah senti demi senti kulit putih mulus kekasihnya. Memilin nipples Wonwoo dari luar t-shirt yang berakibat desiran-desiran pada darah Wonwoo akibat dari gesekan aneh di dadanya. Wonwoo menutup bukunya dan membuka kacamatanya, teringat akan keinginannya tadi siang. Pria yang biasa menggunakan kacamata itu menikmati kecupan demi kecupan, jilatan hingga lumatan yang diberikan Mingyu, menciptakan desahan sexy Wonwoo yang sangat Mingyu sukai.
“Hmph..” desah pria berkulit putih pucat itu menikmati hangatnya nafas Mingyu di sana. Wonwoo membawa tangan Mingyu yang ada di dadanya untuk menelusup masuk ke dalam celana pendek yang Wonwoo gunakan, mengarahkan tangan Mingyu untuk mengelus kejantanannya perlahan.
“Boleh?” Tanya Mingyu yang dibalas anggukan dan deruan nafas Wonwoo.
Mingyu menanggalkan celana pendek Wonwoo dan turun dari sofa, berlutut di antara kaki Wonwoo yang sudah dia buka lebar dan memperlihatkan kejantanannya. Mingyu tanpa keraguan melumatnya, membuat Wonwoo mendesah nikmat.
“Aangh.. Mingyu.” Katanya mengelus lembut surai pekat Mingyu, memilin beberapa helai rambut kekasihnya, menikmati rongga hangat sang kekasih di bawah sana.
“Hmh..” desah Mingyu ketika melumat kejantanan itu.
“Babe.. Deep more, please. Haaangh.” Pria ramping itu menekan kepala Mingyu, memerintahkan untuk melahap semua kejantanannya.
Badan Wonwoo melengkung membentuk busur cantik, indah di mata Mingyu. Semakin dalam, semakin cepat Mingyu memanjakan penisnya semakin dekat Wonwoo pada putihnya.
“Aaaaaaaaahhh.. I wanna cum, let it go, Gyu.. ngghhh..” erangnya, kaki Wonwoo trembling hebat. Mencoba melepaskan mulut Mingyu dari miliknya. Namun, Mingyu masih di sana, menunggu sang kekasih mengeluarkan muatannya, sampai pada puncaknya dengan terus melumat benda kenyal yang sedang berkedut itu.
Tak lama, Wonwoo mengeluarkan spermanya di dalam mulut Mingyu, Mingyu langsung berdiri mempertemukan belah bibir mereka, berbagi putih Wonwoo di dalam sana dengan Wonwoo yang masih terengah. “Hmh..” desahnya, menyeimbangkan ciuman Mingyu.
“Yours. Maniskan? That's why I like it.” kata Mingyu yang dijawab anggukan lemah sang kekasih.
Mingyu kembali mengulum bibir pria yang kini sedang duduk berada di bawah kungkungannya. Wonwoo menyeimbangi kembali ciuman tersebut, membuka bibir bawahnya memberikan ruang untuk lidah pria dia atasnya ini masuk dengan bebas mengabsen rongga mulutnya sembari merengkuh punggung sang kekasih.
“Nghh.. bentar..” kata Wonwoo menghentikan penyatuan bibir mereka yang penuh dengan nafsu.
“Pindah kamar yuk, Gyu. Nanti Kwan pulang.” Ajak Wonwoo, tanpa ragu Mingyu menggendong kekasihnya dan membawa sang prianya ke ruang tidur. Mengunci pintu kamar itu dengan satu tangannya. Membawa Wonwoo ke tempat tidur dengan queen size di sana. Meletakkannya dengan lembut, seakan Wonwoo adalah sesuatu yang mudah rapuh.
Mingyu merapihkan surai Wonwoo yang sedari tadi berantakan karena ulahnya. Mengecupi seluruh wajah Wonwoo dengan penuh sayang. Mengecupi beberapa kali bibirnya untuk menggoda sang kekasih hingga Wonwoo melingkarkan tangannya di leher Mingyu.
“Ngegodain akunya udah kali, yang.” Kata Wonwoo tersenyum, menarik tengkuk sang kekasih mendekatkan wajah mereka hingga tak berjarak. Wonwoo mengulum bibir pria tinggi di hadapannya, Mingyu membalas ciuman tersebut dengan suka cita. Lidah Wonwoo kini sudah ada di dalam rongga mulut Mingyu, mencari lidah sang kekasih untuk saling mengaitkan.
“Nghh..” desahan muncul dari bibir Mingyu ketika merasakan tangan Wonwoo mengelus kejantanannya, dengan lincahnya membuka celana jeans Mingyu dan menanggalkan seluruh bawahan pria itu.
“It's hard.” goda Wonwoo.
“Dari blowjob kamu udah sekeras ini, kamu ga ngerasa pas aku gendong kamu?” Tanya Mingyu.
“Nope, but, I can feel it right now.” kata Wonwoo, mengurut kejantanan Mingyu yang sudah mengeluarkan cairan bening pre-cum-nya.
Mingyu menanggalkan t-shirt-nya dan Wonwoo. Mengecupi leher Wonwoo, meninggalkan bekas keunguan di collarbone Wonwoo, tempat favorite-nya sembari memilin tonjolan merah muda di dada pria kesayangannya itu.
Desahan demi desahan memenuhi kamar Wonwoo. Mingyu yang mendesah memanggil nama Wonwoo dengan suara baritone-nya saat pria ramping di sampingnya memijat kejantanannya yang berukuran lebih thick dibandingkan pria pada umumnya dengan tangan lentiknya, sedangkan Wonwoo yang terus menyerukan nama Mingyu untuk terus memasukkan jarinya satu per satu ke dalam lubang yang berkerut ditengah bokong sintalnya. Mingyu terus memasuk dan keluarkan jarinya hingga menumbuk tempat tersensitif di dalam sana.
Mingyu menyatukan kejantanan mereka dan mengocoknya bersamaan dengan rhythm kocokan jarinya di belakang sana.
“Babe.. Oh My Gosh! Kim Minghhhh... ngghhh.. fuck me harder!” racau Wonwoo, menutup mulutnya dengan menghisap tonjolan di dada Mingyu yang bidang.
“Oh, Shit! Jeon Wonwoo! Nghhh.. keep going!” balas Mingyu.
Pelepasan kedua untuk Wonwoo sudah keluar, bersamaan dengan Mingyu. Menyembur ke perut mereka berdua. Meanwhile, jari Mingyu yang masih terus menerus bekerja di lubang prostat Wonwoo membuat Wonwoo merasakan nikmat hingga rasanya dia kini ke langit ke tujuh dan tak menyentuh tanah. Senikmat itu.
“Gyu, masukin!” Pinta Wonwoo manja ketika dia merasakan persiapannya sudah cukup, dan kerutan itu sudah basah sempurna.
“Iya, sayang. Sekarang kamu milin niples kamu sambil desahin nama aku.” Pinta Mingyu yang dituruti oleh Wonwoo. Tubuh ramping Wonwoo yang sempurna kini sedang menggeliat di hadapan Mingyu, membuatnya turn on. Mingyu mengocok miliknya yang mulai mengeras sebentar. Memasukkan kepala kejantanannya terlebih dahulu. Seketika mendengar suara rintihan dari Wonwoo.
“Sakit?” Tanya Mingyu, masih memegang kedua kaki kekasihnya dan membukanya dengan lebar yang dijawab anggukan dan setetes air mata dari manik rubah Wonwoo.
“Jangan dikencengin, I'll go in one at a time, relax. It's not your first time anyway, sayang.” Kata Mingyu meyakinkan, Wonwoo terasa lebih santai ketika Mingyu memijat paha dalam Wonwoo dengan sedikit remasan. Mingyu menumbukkan semua kejantanannya saat di rasa lubang itu mulai menerima kehadiran kejantanannya.
“Gyuh.. nghhh.. bentar. Jangan gerak dulu.” Pinta Wonwoo. Benar ini bukan yang pertama kalinya, tapi setiap melakukan ini tubuh Wonwoo seperti terbelah dua dengan perasaan nikmat, hingga ingin permainannya menjadi 2 ronde, 3 ronde dan ronde-ronde berikutnya. Sakit yang Wonwoo sukai.
Satu menit, dua menit, Mingyu menunggu kekasihnya agar dapat bergerak. Wonwoo perlahan menggoyangkan pinggulnya, Mingyu menerima kode itu, memegang pinggul sang kekasih, mengocok lubang itu dengan tumbukan-tumbukan dari yang pelan hingga dalam agar mencapai sweet spot sang kekasih. Meletakkan kedua kaki Wonwoo di bahunya.
“Wow, Saah.. ya... nghhh.. too deep!” erang Wonwoo yang tidak diperdulikan Mingyu, memgocoknya seakan tidak ada hari besok. Mingyu mengulum bibir Wonwoo dengan rakusnya. Wonwoo mendesah di dalam ciuman dan tumbukan yang semakin menggila.
“Take it slow, Babe. I wanna aaah haaahh.. cum” kata Wonwoo terengah. Mingyu memegang kepala kejantanan Wonwoo, dan menutup lubang pipis itu dengan jari manisnya.
“You can't, Baby.” ucap Mingyu yang masih menumbuk.
aaaahhh.. Mingyu.. nghhh... ganteng banget~ gumam Wonwoo dalam hatinya.
“Shit, Kim Mingyu. I can't take it... haaa... aah!” erang Wonwoo dengan badan yang bergetar.
“Fuck! Your hole is so.. nghhhhhh.. Jeon!” erang Mingyu, Wonwoo sudah merasakan kejantanan Mingyu yang mulai berkedut, mencari pelepasannya. Kejantanan itu terus menumbuk bagian sensitive berbentuk sekecil kacang di prostat Wonwoo.
“Gyu, lepasin! Aku mau keluar..” erang Wonwoo yang diselingi dengan desahan, kedua tangan Wonwoo meremat seprai-nya sambil merengek. Kakinya sudah bergetar hebat di bahu Mingyu karena ibu jari kekasihnya yang menghalangi pelepasannya.
“Tunggu, aku mau... aaaaahhhngggggg....” tumbukan terakhir Mingyu dan dia melepaskan ibu jarinya dari lubang penis Wonwoo dan memijat kejantanan sang submissive, Wonwoo sampai di pelepasan yang ke tiga kalinya sore ini. Sedangkan di lubang belakang itu, Mingyu juga sedang melepaskan muatannya yang cukup banyak hingga meleber di selangkangan putih mulus pacarnya.
“Enak?” Tanya Mingyu, mengecup pelipis kekasihnya penuh sayang, mengelap peluh yang keluar karena permainan mereka.
“Enak. Tapi, jangan tahan kaya tadi. Aku hampir gila!” Keluh Wonwoo, menarik tengkuk kekasihnya, memberikan peck kiss dibibir Mingyu yang kini berwarna ranum dan swollen, sama seperti bibirnya. Mengelap keringat yang ada di kening sang pria yang ada di atasnya itu.
“Haha. I love you.” Kata Mingyu yang mulai akan melepaskan connection mereka berdua di bawah sana.
“No! Jangan lepasin.” Kata Wonwoo.
“Jangan lepasin, let it be.” kata Wonwoo lagi, meminta Mingyu untuk tidak melepaskan kejantanannya. Menekan bongkahan Mingyu agar semakin rapat.
“Nanti keras lagi, sayang.” Kata Mingyu, berhati-hati memindahkan posisinya ke sebelah tubuh Wonwoo.
“Main lagi. I don't wanna feel empty there.” kata Wonwoo, setelah mendengar perkataan sang kekasih, Mingyu semakin mengeratkan tubuh mereka dan Wonwoo meletakkan sebelah kakinya ke pinggul Mingyu, pria dominant itu mengelus paham mulus sang kekasih. Mingyu mengecupi ujung kepala Wonwoo, mereka menjadi satu hingga keduanya terlelap saling mendekap sore itu.