mnwninlove


tw: NSFW high school vibes, underage sex, public sex, handjob, blowjob

Suara bel istirahat jam makan siang sudah berdering, membuat para siswa-siswi yang mengantuk kini segar kembali dan berdiri dari bangku mereka dan berhamburan keluar untuk menuju destinasi pengisi perut — kantin.

Sama halnya dengan kedua sejoli tenar kelas 12 di sekolah swasta itu yang sedang berjalan dengan tenang berdampingan ke arah yang sama dengan murid-murid lain.

“Mau makan siang apa kamu?” tanya pria manis berkacamata yang menggunakan cardigan oversized blue jeans yang melapisi baju seragamnya itu kepada pria tinggi berparas tampan di sebelahnya.

“Pengennya ‘makan’ lo, tapi ngga ada di menu.” jawab pria tampan tersebut sembari memberikan gestur tanda petik dengan kedua tangannya ketika menyebutkan kata makan kepada pria manis di sampingnya.

Wajah pria bermanik rubah cantik yang dibalut kacamata dengan frame hitam bulat itu memerah, pipinya yang sedikit berisi itu merona. “Ngga usah macem-macem.” jawab pria itu di balik senyumnya.

“Iya, Wonwoo cantik.” jawab pria tampan itu berbisik, menggoda pria yang ia panggil Wonwoo cantik itu.

*** Di Kantin

“Yah, anjir nasi ramesnya rame.” kata pria tampan itu ketika ia baru sampai ke dalam kantin yang dipenuhi oleh zombie kelaparan.

“Ganti menu, Mingyu. Kemarin kan udah nasi rames.” tegur Wonwoo kepada pria yang sedari tadi berjalan bersamanya. Pria yang dipanggil Mingyu itu mengamati booth makanan yang terdapat di kantin. “Kamu makan yang lain, bagian ramesnya biar aku aja yang remesin.” goda Wonwoo seraya berbisik nakal di telinga Mingyu ketika meminta pria itu untuk mengganti menu.

“Ngomong apa tadi?” tanya Mingyu kepada Wonwoo yang hanya dijawab dengan mengangkat bahunya, tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya centil dan berjalan ke arah tukang mie ayam, meninggalkan pria tampan itu sendirian.

Tak lama hiruk pikuk menggema di belakang antrian ice cream Singapore, “Permisi woy, gue mau ngantri di belakang cowok gue!” kata Mingyu menyerobot barisan demi berada di belakang kekasihnya.

“Woooo!! Bang Mingyu, ngantri dong!” omel orang-orang yang antriannya ia serobot.

“Gue udah pesen Nasi Goreng Mang Emin, cuma mau dibelakang laki gue woy! Kagak mesen! Heboh bener.” ucapnya santai, tanpa rasa takut. Ya bagaimana tidak takut, selain anggota OSIS pria tersebut juga terkenal di kalangan siswa-siswi karena ia merupakan ketua Tim Basket di sekolah ini. Antrian di belakang Wonwoo langsung ramai-ramai mengucapkan oh atau kata lega lainnya.

“Kamu tuh kenapa ngga cari kursi aja sih?” omel Wonwoo kepada kekasihnya yang sudah berdiri di belakangnya.

“Ya emang kenapa sih? Kan gue mau nemenin cowok gue ngantri?” tanya Mingyu sembari meremas pantat Wonwoo di dalam antrian. Pria yang merasakan kedua pantatnya diremas itu membelalakkan matanya, ia kaget.

“Mingyu!” omel Wonwoo sambil berbisik dan memukul tangan kekasihnya itu. Mingyu hanya tertawa tengil sembari mengulangi kegiatannya sekali lagi, dan mencium pipi Wonwoo, lalu keluar dari antrian untuk mencari tempat duduk.

Setelah membeli ice cream Wonwoo segera menghampiri kekasihnya yang sudah duduk di meja paling belakang kantin, saling berhadapan.

“Lo ngga makan siang, yang?” tanya Mingyu kepada kekasihnya, Wonwoo hanya menggeleng, dan terus memakan jajanannya.

“Nu?” tegur Mingyu kepada pria yang ada di depannya ketika ia merasakan kaki seseorang mengelus-elus bagian selatannya yang masih terlapisi celana seragam abu-abu.

“Yaaa?” jawab Wonwoo seolah acuh dan malah semakin menekan telapak kakinya yang berlapiskan kaos kaki ke benda empuk di sana. “Enak ngga aku sentuh kaya gini?” tanya Wonwoo sembari berbisik, Mingyu meringis.


tw: canon au, masturbasi, harsh word, video sex, toy sex, NSFW content.

Sudah hampir dua minggu ini Wonwoo seringkali ditinggal sendirian oleh Mingyu di apartemen mereka karena banyaknya kegiatan individual yang pria tampan itu ambil, sedangkan selain berlatih, dan rekaman Wonwoo tidak memiliki kegiatan lain belakangan ini. Jadi, sepulang dari studio pria bermanik rubah itu langsung diantar manager ke apartemennya.

“Di mana, Mingyu? Kapan pulang?” pertanyaan possessive yang Wonwoo kirimkan dari satu jam yang lalu di private room chat mereka berdua, belum ada balasan.

Dengan rasa bosan yang menggerogotinya, Wonwoo mengambil satu kamera Leica M10-P White miliknya, dan melihat-lihat isinya. Matanya sontak terkejut ketika melihat salah satu video yang ada di camera tersebut. Suara desahannya dan erangan Mingyu terdengar jelas dari kamera limited edition itu. Jantung Wonwoo berdetak lebih kencang ketika terdengar suara Mingyu memujinya di atas ranjang apartemen mereka.

“Aaah— kamu sexy banget, Nu!” kata Mingyu dalam erangannya sembari menggoyangkan pinggulnya acak saat kejantanannya sudah utuh masuk ke dalam lubang Wonwoo.

Wajah Wonwoo kini memerah ketika melihat betapa jelasnya tubuh lembab sawo matang Mingyu yang sexy itu sedang mendesak lubangnya berkali-kali, bayangannya kembali ke malam saat mereka sedang merekam video yang sedang ditontonnya.

“Aaahh— Gyu, lebih kenceng!” kata Wonwoo di dalam video memohon, “Ancurin aku!” pinta pria berkulit putih itu yang tidak terlapisi sehelai kainpun di sana.

Telinga Wonwoo memerah, segera ia matikan kameranya. Si dia yang manis bermanik rubah itu kini merasakan ada yang aneh dalam tubuhnya. Ia mencoba untuk mengacuhkannya dengan masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya, mencoba untuk memejamkan kedua matanya. Bukannya lebih tenang, justru darahnya semakin berdesir, jantungnya berdetak kencang, dan yang ia rasakan ada sesuatu yang bangun di bawah sana.

“Ah, Mingyu sialan!” omelnya sembari melempar acak bantal tidur miliknya.

Tentu saja Wonwoo marah, bukannya tenang saat mengejapkan matanya, ia malah membayangkan tubuh lembab Mingyu dan wangi pria tampan itu yang sudah bercampur dengan keringat tertinggal di tempat tidur milik mereka berdua.

Suhu diruangan yang biasanya terasa pas-pas saja malah terasa panas malam ini, Wonwoo menurunkan temperature-nya, dan nihil, tubuhnya malah semakin panas dan kejantanannya semakin meminta untuk disentuh. Ia memeluk bantal milik Mingyu, menghirupnya dalam-dalam dan membayangkan Mingyu sedang memanjakan penis-nya. Wonwoo mendesah pelan, namun, hanya berlangsung sebentar karena tangan lentiknya tak mampu menggantikan jari jemari gemuk Mingyu yang mampu memanjakan tubuhnya hingga ia mampu menggelinjang nakal.

Wonwoo membuka salah satu pintu di ruang kamar yang berisikan baju miliknya dan Mingyu. Tatapan mata si manis itu langsung tertuju pada sebuah kotak berukuran sedang, ia segera menghampiri dan membuka persegi panjang bervolume itu, dan tersenyum.

Pria manis itu menanggalkan celana boxer dan underware-nya tanpa dipinta oleh siapapun, lalu membalurkan lubricant pada benda silicone kecil di tangannya dan mulai menghidupkan vibrator benda itu, perlahan, mencari volume yang tepat.

Wonwoo naik kembali ke atas tempat tidur, memasukkan benda silicone bulat itu, “Aaahng!! Mingyuu—” Pria bermanik rubah itu mendesahkan nama pria yang membuatnya gelisah saat butt plug ungu sudah masuk dan bergerak di dinding dubur-nya. Pinggulnya bergoyang, dan tangannya mulai memainkan penisnya yang sudah mulai kembali mengeras perlahan.

Si dia yang bermanik rubah itu hanya tak sadar sedari tadi bahwa sudah ada seorang pria yang masuk ke apartemen mereka dan sedikit berlari kaget ketika mendengar namanya dipanggil dari dalam kamar. Namun ia terkejut melihat pemandangan indah di depannya, hingga ia mengurungkan niatnya untuk interupsi, bukannya menghampiri Wonwoo, ia malah menyilangkan tangannya di dada dan bersandar di daun pintu yang terbuka lebar, menatap pria yang sedang asyik sendiri dengan mainannya.

“Enak, Nu?” tanya pria tampan tinggi itu dari posisinya saat melihat Wonwoo sedang menunggingkan bagian bawah tubuhnya. Yang dipanggil tentu terkejut.

“Huh?” Wonwoo membalikkan tubuhnya dan melihat pria yang ada dipikiran kotornya sudah berada di satu atap yang sama dengannya.

“Hmm?” tanya Mingyu — pria yang sedari tadi memperhatikan kakak kesayangannya itu bermain sendiri atas tempat tidur — sembari mengangkat satu alisnya.

“Ih sini! Kok kamu lama, aku udah sange banget, Mingyu!” omel Wonwoo disela desahannya.

“Terus, aku harus ngapain?” tanya Mingyu, masih dari posisinya.

“Bantuin, please, mau dimainin kamu.” Wonwoo meminta dengan desahannya. Mingyu jujur saja sangat tergoda, jangan ditanya lagi apa kabar dengan kejantanannya yang mulai excited ketika melihat pemandangan dari tempat tidurnya.

Stay there!” pinta Mingyu, entah mengapa Wonwoo tidak bergerak dari tempatnya, hanya menurut.

Mingyu kemudian ke ruang tengah, mengambil kamera putih yang tadi Wonwoo tinggalkan, dan si dia segera membawa benda kotak tersebut ke tempat pria yang memanggil-manggil namanya penuh dengan nafsu.

Pria dengan dua canine-tooth di jajaran gigi atasnya itu tersenyum dan berjalan menuju ke tempat tidur mereka berdua sembari menekan play record di sana. “Lanjutin, sayang, aku mau liat kamu pegang ini sendiri.” kata Mingyu sembari memegang kejantanan Wonwoo yang sudah mengeras. Pria manis itu melenguh manja.

“Gimana rasanya, sayang?” tanya Mingyu saat jemarinya menekan pelan butt plug Wonwoo sembari tersenyum Miring.

“Aaaaahng—” desahan panjang keluar dari bibir Wonwoo.

Mingyu berjalan mundur, dengan kamera yang masih merekam setiap gerak-gerik Wonwoo, ia mengambil kursi hitam yang ada di kamar mereka dan duduk dengan kakinya yang terbuka lebar, memamerkan ke pria yang lebih tua setahun darinya itu bahwa miliknya pun sudah menggunung di balik celana pendek hitamnya.

“Kamu boleh naik ke sini setelah kamu cum with your own, I will pamper you.” janji Mingyu lagi sembari menepuk pahanya.

“Terus?” tantang Wonwoo, yang masih menggerakkan pinggulnya gelisah, tubuhnya sudah lembab sedari tadi. Ia sungguh kepanasan.

“Aku kangen banget rhimming kamu.” kata Mingyu seraya menjulurkan lidahnya, memperlihatkan gestur seolah ia sedang menjilati lubang Wonwoo.

Wonwoo tahu apa yang menantinya akan sangat memuaskan hawa nafsunya, ia pun mulai bergerak perlahan. Mingyu dan kamera putih ditangannya lah yang menjadi saksi betapa memesonanya Wonwoo ketika jari-jemari lentiknya memanjakan tubuhnya sendiri dengan mendesahkan nama Mingyu terus menerus hingga cairan putihnya keluar dan mengotori t-shirt oversized berwarna hitam yang ia pakai.

END


tw: blowjob, handsjob, cumshot, kissing.

Mingyu fall first and Wonwoo fall harder, itu yang banyak orang katakan, tapi pada kenyataannya adalah Mingyu INDEED fall first, and THEY fall harder TOGETHER. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan tingkah laku mereka seperti saat ini.

Mingyu yang baru saja tiba di hotel para member Seventeen menginap bukannya langsung menuju ke kamarnya untuk beristirahat, tetapi, sosok pria yang tinggi tampan dengan ribuan fans-nya itu malah segera pergi ke salah satu kamar member lainnya.

Sedangkan, Wonwoo yang baru saja membersihkan tubuhnya sehingga masih menggunakan bathrobe putih seketika keluar dari kamar mandi ketika ia mendengar seseorang menekan bel pintu kamarnya dan berteriak, “Room service.” Pria manis di dalam sana tentu saja sudah sangat hafal dengan suara pria di balik daun pintu cokelat itu dan segera membuka pintu kamarnya.

Bruk suara tas terjatuh saat sang pemilik kamar langsung menabrak tubuh besar pria di balik pintu dan memeluknya erat.

Finally, you’re here!” kata Wonwoo menghirup dalam wangi dari leher pria yang baru saja mendarat di Chicago itu. “Kangen banget, Mingyu.” lanjut pria kelahiran 1996 itu tanpa ingin melepaskan pelukannya.

Pria yang dipanggil Mingyu itu langsung mengangkat Wonwoo ke dalam gendongannya dan membawa pria itu ke dalam kamar. Mingyu sudah terduduk di pinggir tempat tidur double bed, membawa Wonwoo ke atas lahunannya.

Setelah membuka topi hitam dan melemparnya sembarang, dengan tanpa ragu Mingyu segera melumat bibir tipis Wonwoo yang kini sudah berada di lahunannya. Bibir orange tebal itu turun ke selangka milik Wonwoo — bagian kesukaannya. Wonwoo membanting kepalanya ke belakang, menikmati kecupan demi kecupan dari pria muda yang sangat ia rindukan itu.

“Coba liatin ke aku seberapa kangennya kamu, kak!” tantang Mingyu ketika melihat wajahnya prianya yang cantik seusai mandi.

Wonwoo hanya tersenyum, dan terbangun dari paha kekar Mingyu, “Sini, aku kasih tau!” ajak Wonwoo seraya berbisik di daun telinga Mingyu. Pria yang lebih muda itu berdiri dan kini mereka sudah saling berdiri berhadapan.

Pria bermanik rubah yang masih menggunakan batrobe-nya tersenyum manis dan dengan lincahnya tangan lentik Wonwoo melucuti fabric serba hitam yang Mingyu gunakan dari LA, hingga hanya menyisakan kain katun berlogo Celine di bawah sana. Tanpa ragu, pria manis itu mengecupi kulit sawo matang pria di depannya, dari bibir hingga turun ke leher jenjang Mingyu, lalu ke bagian depan tubuh kekar adik kesayangannya itu.

“Kamu diem aja, let me show you how much I miss you.” kata Wonwoo sedikit berjinjit dan berbisik menggoda, menggigit pelan daun telinga Mingyu.

Wonwoo mengambil posisi berlutut setelahnya, dan tatapannya berhenti di depan benda yang masih tertutup kain fabric berwarna putih. “Hello, you.” sapa Wonwoo pada benda yang mengeras di hadapannya, si pria manis itu menggenggamnya pelan dan mengecupi bagian yang menonjol di balik kain, dengan erangan pelan Mingyu sebagai backsound-nya.

“Iseppp, kak.” pinta Mingyu sedikit frustasi dan tak sabar ketika merasakan bibir lembut Wonwoo yang bermain dengan miliknya di bawah sana. Wonwoo bisa apa? Ia menuruti pinta dominannya.

“Ah, shit, Jeon Wonwoo, enak bangeetthh—” kata Mingyu bersemangat ketika Wonwoo sudah melakukan seperti apa yang ia inginkan.

Wonwoo tersenyum diantara gerakan wajahnya yang maju-mundur saat memanjakkan penis pria yang lebih muda itu dengan sempurna, Mingyu sangat menikmatinya hingga benda berurat itu mulai berkedut, perlahan ingin melepaskan putihnya.

“Gila, mau keluarin di muka kamu banget, kak!” erang Mingyu ketika sudah hampir sampai pada puncaknya.

Wonwoo melepaskan kejantanan Mingyu dari mulutnya, tanpa memberi jeda pria manis itu langsung menggenggam, serta memanjakan benda keras di hadapannya lagi, kali ini sambil memijat dengan jari-jemarinya yang lentik, semakin lama semakin cepat dan menatap ke arah Mingyu dengan tatapannya yang semakin sayu.

Shot me, Gyu!” kata Wonwoo ketika ia melihat tetesan putih mulai keluar dari penis kesayangannya itu.

Dirasa tak perlu menunggu Wonwoo untuk meminta lagi, Mingyu segera mengeluarkan cairan putih lengket ke wajah putih mulus milik pria yang masih berlutut di bawahnya. Sedangkan, Wonwoo masih menikmati cairan hangat itu menetes di wajahnya sembari memijat kejantanan Mingyu hingga tetesannya yang terakhir.

“Suka?” tanya Mingyu, Wonwoo mengangguk semangat, masih menikmati putih Mingyu diwajahnya itu dengan perlahan menowel jari telunjuknya dan menikmatinya.

Mingyu kini sudah membantu Wonwoo untuk bangun dari berlututnya, lalu membalikkan tubuh pria manis itu untuk menghadap ke arah cermin yang berada di dalam kamar itu.

Look how messy you are, kak.” kata pria di pantulan kaca itu, dan dengan jari jemari gemuknya, ia melepaskan ikatan bathrobe Wonwoo, melucuti satu-satunya kain yang pria manis itu gunakan.

Wonwoo membalikkan tubuhnya, mereka kembali saling berhadapan. Dengan intens, tatapan manik rubah yang erotic itu, menatap ke arah Mingyu, seraya menowel sisa sperma Mingyu pada wajahnya, “More, Gyu, please— Aku mau lagiii—” kata Wonwoo dengan nada suaranya yang manja. “Mau ini juga, mau dimasukin sama ini—” matanya yang semakin sayu dengan tangan lentiknya yang memegang kembali kejantanan Mingyu sekaligus mengelusnya.

Apa ada alasan yang bisa Mingyu katakan untuk menolak kakak manis yang seminggu ini tidak ia temui? Tentu saja tidak ada, sore ini mereka menghabiskan waktu berdua saling mendekap dengan desahan dan erangan mereka sebagai alunan lagunya.

END


tw: implicit content, kinda NSFW, still this is mature content tho’, please consider ur age

Oh my God— aahh— daddy.” desah Wonwoo ketika ponsel Mingyu berbunyi tak kalah berisiknya.

“Suka? Hmm?” tanya Mingyu, tak mengindahkan panggilan telepon yang sedari tadi berdering.

“Bangettthh— aaahh— gede banget punya daddy.” kata Wonwoo dengan suaranya yang memelas di atas tempat tidur kamar utama itu. Benda pipih Mingyu behenti berdering diantara desahan mereka.

“Kamu sexy banget, Baby Foxy. Enghhh—” erang Mingyu, masih menerjang sweet hole milik kekasih mudanya.

Tak lama, ponsel Mingyu kembali berdering lagi. Wonwoo merasa suara itu semakin mengganggu kegiatan mereka siang ini.

“Hnggg— Daddy — angkat aja telepon kamu.” pinta Wonwoo disela-sela desahannya.

“Ngga penting, hnggsayang.” jawab Mingyu di antara deruan nafasnya yang terengah.

“Berisik, ganteng. Takutnya telepon penting.” balas Wonwoo, menahan tubuh Mingyu untuk menghentikan kegiatan mereka pagi menuju siang itu.

Baby, saya udah kacau banget.” kata Mingyu.

“Bukan cuma kamu, Daddy, ngga liat aku kaya gimana sekarang? Angkat, please?” jawab Wonwoo, melihat ponsel Mingyu. Pria yang lebih tua itu mengerucutkan wajahnya. Sesungguhnya ia sangat kesal saat ini, tapi ia tetap menurut kepada pinta kekasih manisnya.

“Ngghh— iPhone putih kamu yang bunyi.” kata Wonwoo ketika Mingyu melepaskan tautan mereka dan melihat benda pipih yang disebutkan oleh Wonwoo.

“Ah, shit! Karina!” kata Mingyu semakin kesal ketika melihat nama ‘Mama’s Woozi 🚨’ mengganggu kegiatannya dengan si manis.

Wonwoo langsung turun dari tempat tidur dan merangkak di lantai.

“Ah damn pantat aku sakit banget!” kata Wonwoo berhenti merangkak dan memegang bagian bawah belakangnya.

Stay there, aku selonjoran gini, just keep quiet.” pinta Mingyu, mengambil posisinya, dan Wonwoo yang menuruti pinta dari pria yang lebih dewasa itu.

Baby, Yugyeom itu siapa?” tanya Mingyu kepada Wonwoo dari meja makan yang tersedia di caravan itu, pria manis dengan t-shirt oversized berwarna putih itu sedang membuat kopi espresso untuk pria tampannya dan teh hangat dengan sedikit gula untuk dirinya sendiri.

“Kenapa?” tanya Wonwoo menghampiri pria yang sudah duduk dan memberikan secangkir kopi yang biasa ia minum pagi hari — Wonwoo tentu saja sudah hafal dengan kebiasaan Mingyu. Wonwoo segera duduk di kursi yang berada di sebelah Mingyu.

“Ada chat dari dia tuh, ngajak ke festival musik.” jawab Mingyu dengan wajahnya yang sudah sedikit mengencang, tentu saja Mingyu cemburu ketika pria yang dia tidak tahu siapa itu mengajak kekasih manisnya untuk pergi ke acara hingar bingar yang selalu ia larang Wonwoo untuk menghadirinya.

“Yah, sayang banget aku lagi sama kamu.” jawab Wonwoo sembari tersenyum dan menyeruput tehnya, ia tahu sugar daddy-nya itu sedang cemburu.

“Maksud kamu?” tanya Mingyu, meletakkan cangkirnya. “Kamu mau pergi sama dia lagi kalau kamu sedang tidak bersama saya?” Mingyu menatap Wonwoo, pria berkacamata itu meletakkan cangkirinya, dan mengalihkan tatapannya ke arah om-om yang berada di sampingnya.

Who knows? Kayaknya seru, aku ngga pernah ke acara kaya gitu.” kata Wonwoo. “Selalu kamu larang karena takut aku diculik.” lanjutnya sembari mengelus rahang tegas kekasih tuanya itu.

“Ngga akan ada yang nyulik aku, daddy.” kata Wonwoo sembari mengecup bibir yang sudah wangi kopi paginya itu.

I know, tapi tetep aja saya khawatir.” jawab Mingyu, mengambil jemari lentik Wonwoo dan mencium punggung tangannya.

“Waktu sama Om Jeonghan, kamu juga gitu ngga?” tanya Wonwoo, masih membahas tentang mantan kekasih Mingyu.

Mingyu terdiam sejenak, ia sedang membayangkan dirinya saat itu, “Hmm, I was young back then, jadi sometimes saya ikut menonton juga.” jawab Mingyu seolah ingatannya berjalan ke 15 tahun yang lalu.

“Om Jeonghan so lucky, I'm si jealous on him.” kata Wonwoo sembari menunjukkan wajah sedihnya, Mingyu menarik kekasih mudanya untuk duduk di atas lahunannya. Mingyu membiarkan Wonwoo duduk menyamping agar dapat melihat kekasihnya itu.

Don't be, sayang.” jawab Mingyu, mengecup bahu kekasihnya yang masih terlapisi t-shirt kebesaran yang ia gunakan itu. “Kan kamu yang nyatanya sekarang ada di samping saya.” lanjut Mingyu, sembari memberi elusan lembut pada paha mulus kekasihnya yang sudah terdapat cetakan merah muda ke unguan bekas semalam.

“Terus, kalau di samping kamu? Ngga akan kamu tinggal?” tanya Wonwoo menatap tajam mata Mingyu dengan manik elangnya yang cantik di balik kacamata frame hitamnya.

“Ngga, I dare to leave everything for you.” jawab Mingyu dengan yakin. “At the right time, asalkan kamu selalu di samping saya.” lanjut Mingyu sembari membuka kacamata yang Wonwoo gunakan, dan mendekatkan wajahnya kepada pria manis dilahunannya.

Wonwoo tersenyum bahagia manis pagi itu, seolah ia hanya satu-satunya manusia yang memiliki Mingyu di dunia ini. “Kalau gitu, kiss and use me as you please then, karena aku mau kamu bikin ngga bisa bangun hari ini.” jawab pria manis itu.

Pleasuring you this morning will be my honor, baby.” jawab Mingyu dengan senyum tampan yang memperlihatkan taring gemasnya di sana. “I’m going to make you moan for hours, Jeon Wonwoo.” lanjut pria yang lebih dewasa itu.

“*You know I’m yours, Daddy.” jawab Wonwoo dengan mengerlingkang satu matanya, menggoda Mingyu untuk membawa pria yang lebih muda di lahunannya itu ke dalam kungkungannya dan mengerang memanggil namanya.

Merekapun saling menyatukan bilah bibir mereka, memulai kegiatan liburan mereka hari ini dengan lumatan-lumatan, serta ciuman yang semakin lama semakin dalam, dan semakin intens.

Mingyu membawa tubuh pria manisnya kembali ke kamar utama, dan menanggalkan semua fabric yang mereka gunakan pagi hari itu, membuangnya sembarang,

Wonwoo terbangun saat telepon yang berada di nakas samping posisi Mingyu tidur berbunyi beberapa kali, Mingyu masih belum terbangun dengan suara bising itu, hingga pria manis tersebut harus merangkak, menindih tubuh kekasihnya agar dapat mencapai benda yang berdering sedari tadi.

“Ya?” jawab Wonwoo dengan suara seraknya, sedangkan tangan Mingyu memeluk tubuh ramping pria itu yang kini sudah berada di atasnya.

“Iya, mas, dianter aja ke sini. Boleh— iya, oke. Terima kasih.” kata Wonwoo, kemudian menutup telepon itu.

“Siapa?” tanya Mingyu dengan suaranya yang juga tak kalah serak, masih memeluk Wonwoo, sesekali mencium bahu pria muda di atasnya yang

Breakfast, aku minta dianter aja ke kamar, sakit pinggulku.” kata Wonwoo.

THE OLD STORY



Wonwoo dan Mingyu kini sudah berada di perjalanan menuju tempat yang mereka rencanakan tiba-tiba siang ini untuk menghabiskan weekend berdua, Caravan Taman Safari, tempat yang Wonwoo request mendadak ketika Mingyu mengajaknya untuk bertemu. Untungnya CEO Hotel SVTStar itu memiliki asisten pribadi seperti Joshua, pria manis itulah yang mengatur semuanya, sehingga sepasang kekasih itu hanya tinggal datang dan menikmati liburan mereka saja, sedangkan Joshua akan mengasuh Woozi selama Mingyu dan Wonwoo pergi.

Disepanjang perjalanan, pria yang lebih muda itu bercerita banyak hal, seperti ada beberapa test ujian masuk universitas negeri berhasil ia bobol, kemudian meminta pendapat kepada pria yang lebih tua di samping kanannya, “Menurut daddy, aku perlu daftar ulang atau ngga? I mean this is my opportunity to get better future ngga sih? Universitas negeri di Indonesia.” tanya pria manis itu kepada kekasih tampannya.

Mingyu mengambil satu tangan kanan Wonwoo dan mengecup punggung tangannya yang lembut, lalu mengeluskan ke pipinya, kegiatan yang selalu pria tampan itu lakukan saat mereka sedang berdua, seperti saat ini.

“Ngga usah, baby, kan nanti kamu akan tinggal di Melbourne, atau Sydney, jadi buat apa?” tanya Mingyu dengan percaya diri.

“Kalau ngga keterima di sana, gimana?” tanya Wonwoo, Mingyu menggeleng yakin.

“Ngga akan, sayang. Kamu pasti bisa masuk dan lulus dari sana. I’ll do everything to support you, yang penting kamu percaya diri kalau kamu mampu.” jawab Mingyu sembari mengelus punggung tangan kekasih mudanya. “Modul yang sudah dikirim Joshua kamu bawa kan?” tanya pria berumur itu kepada Wonwoo yang mendadak untuk mencibikkan bibirnya.

What are we gonna do there sih sebenernya, daddy?” tanya Wonwoo sembari memainkan jari jemari Mingyu.

Everything, belajar, and cuddles is one of them.” jawab pria tampan itu sembari mencium pipi pria muda di sampingnya. Wonwoo hanya tersenyum.

***

Caravan Taman Safari salah satu pilihan sweet escape Wonwoo karena menurutnya tempat menginap ini cukup unik, para tamu diberikan satu mobil Caravan sebagia kamar hotelnya, nuansanya benar-benar seperti di tengah hutan, pria muda dan kekasihnya itu dapat melihat sisi kanan-kiri Caravan mereka adalah pepohonan yang tinggi. Pria manis berkacamata itu tidak membawa banyak barang, ia hanya membawa koper 24 inci berwarna ungu yang berisikan baju ganti untuk mereka berdua dan membiarkan pria dengann tinggi 187 sentimeter menurunkannya, sedangkan, leptop, pad dan barang elektronik lainnya berada di dalam tas ransel hitam miliknya.

Mingyu memasuki caravan tempat mereka akan menginap terlebih dahulu untuk melihat keadaan di dalamnya. Ketika masuk, ia disuguhkan dengan ruang utama yang terdapat tempat tidur double bed yang akan mereka tiduri, kemudian terdapat ruang tengah yang sudah diisi sofa, serta smart TV, lalu, tak lupa kamar mandi dalam yang bersih, dan ada dapur bersih di sudut caravan. Iya, Mingyu memesan caravan dengan dapur bersih karena berniat menghabiskan waktunya dengan kekasih mudanya hanya berdua di dalam sana.

“Waaaahhh, dingiiiin dingiiiin.” kata Wonwoo ketika masuk ke dalam, menutup pintu kamar hotel itu dan segera memeluk kekasihnya.

“Masih dingin?” tanya Mingyu sembari memeluk kekasihnya erat, dan menggosok-gosokkan telapak tangannya dengan lengan berotot tipis milik kekasihnya yang masih terlapisi jaket.

“Udah anget.” jawab Wonwoo manja, mengeratkan pelukannya.

“Manjanya, anak ini.” kata Mingyu sembari mengecup ujung kepala Wonwoo berkali-kali, kemudian menggendong pria manis itu ke sofa yang berada di ruang tengah, dan duduk serta membawa prianya ke lahunan, mereka kembali berpelukan.

“Kamu mandi gih, daddy, aku mau ganti baju.” pinta Wonwoo, ketika tubuhnya mulai terasa hangat.

“Iya, baby.” jawab Mingyu mengecup seluruh wajah Wonwoo yang membuat pria muda itu tertawa geli. “Saya mandi dulu, kamu ngga mau ikut?” tanya Mingyu setelah puas mencium seluruh wajah kekasihnya.

“Ngga, hehehe” tawa Wonwoo yang kemudian ikut berdiri, dan membuka jaketnya, sedangkan Mingyu membuka jas navy bermotif salur yang ia gunakan seharian, lalu meletakkannya di sandaran kursi yang ada di kamar utama.

“Oh iya, do you remember my one condition?” tanya Mingyu, ketika Wonwoo sudah duduk di lantai untuk membuka koper bawaannya, pria manis itu mendongakkan kepalanya, mengangguk polos.

“Saya ke depan dulu, sekalian cek mobil.” kata Mingyu, Wonwoo pun hanya mengiyakannya, dan sibuk dengan kopernya lagi.

Tak lama Mingyu kembali dengan membawa sebuah paper bag berwarna hijau, berisikan kotak panjang yang sangat mencurigakan untuk Wonwoo.

“Buat main.” bisik Mingyu, mengecup salah satu daun telinga Wonwoo dan meninggalkan pria manis itu dengan paper bag dipangkuannya.

Wonwoo membuka paper bag dan kotak yang ada di dalamnya, pria manis itu hanya tersenyum kecil ketika melihat ada beberapa benda yang disebut Mingyu buat main sebelumnya. Kagel balls dan dildo berwarna lylac adalah kedua benda yang menarik perhatian pria manis itu dibandingkan dengan benda lainnya, iya ada beberapa sex toys di dalam kotak tersebut. Wonwoo tahu apa yang ingin Mingyu ingin lakukan dengan benda-benda itu, tapi Mingyu tidak akan membayangkan apa yang sudah pria muda manisnya ingin lakukan.

Wonwoo mengeluarkan kedua benda pilihannya, meletakkan di dekat meja kaca dan mulai mengganti pakaiannya dengan salah satu koleksi lingerie yang ia punya, sheer lace bodysuit V neck tipis berwarna hitam motif bunga-bunga besar dengan tali yang dapat diatur, bagian belakang yang hanya dihias oleh tali-tali tipis, termasuk bagian bawah belakangnya. Wonwo merasa sangat cantik dan sexy sekarang — tentu Om Mingyu tak akan menolaknya. Untung saja ada penghangat ruangan di caravan ini, sehingga dingin daerah Puncak tidak menusuk tubuh Wonwoo dan menjadi penghalangnya untuk menggunakan pakaian tipis tersebut.

Pria yang memiliki badan ramping dan bahu bidang berkulit kuning langsat itu melenggak-lenggokkan tubuhnya di depan kaca, memperhatikan setiap inch dari pantulannya, tak lupa ia menggunakan bando fox ears yang juga dibawanya, dan membuka kacamatanya, meletakkannya di depan kaca meja rias.

What do you think?” tanya Wonwoo menatap Mingyu yang sudah menggunakan bathrobe putih, dan berdiri di depan pintu kamar sembari menyilangkan kedua tangannya di dada, menatap tubuh kekasihnya dari atas hingga bawah — menelanjanginya. Wonwoo menghampiri sang dominan dan memeluknya, Mingyu hanya mengelus lengan mulus pria manis itu perlahan dengan jari-jemari gemuknya lembut sebagai jawabannya.

Pria yang lebih tua mengecup lembut bibir kekasih mungilnya itu, “Kamu selalu cantik.” jawabnya.

“Kalau dari mantan kamu?” tanya Wonwoo iseng, ia teringat chat Mingyu yang akan membicarakan tentang mantan kekasihnya dulu.

“Kuping serigalanya juga cocok sama kamu, sayang. Gemes.” Mingyu seolah mengacuhkan pertanyaan Wonwoo. Belum ingin ia membahasnya. Kemudian, pria tampan itu menatap kekasihnya dengan lembut, melumat ranum pria manisnya, dan begitupun sebaliknya, Wonwoo bahkan sudah iseng menggoda sang daddy dengan lidahnya yang mengajak Mingyu untuk bermain. Mereka awali malam yang akan panjang itu dengan ciuman dalam.

Mingyu menggendong tubuh Wonwoo ala bridal ke atas double bed di kamar utama, meletakkan pria manisnya dengan lembut di sana, dan kembali menyatukan kedua bilah bibir mereka, saling melumat hingga bertukar saliva seolah dunia hanya dihuni oleh mereka berdua. Mingyu mengukung pria manis itu di bawahnya, seolah tak boleh ada seorangpun yang bisa mengambilnya.

“Gemesan aku atau mantan kamu?” tanya Wonwoo sembari mengelus surai gelap Mingyu, membersihkan bibir pria yang lebih tua dari saliva mereka yang sudah bercampur.

“Selalu kamu, jawabannya.” jawab Mingyu sembari memeluk tubuh Wonwoo, dan menghirup wangi amber vanilla fragrance dan plum dari parfume Tom Ford favorit pria manis di bawahnya.

Mingyu mengecap leher putih mulus dan menyisakan beberapa hickeys sebagai jejaknya di sana, dengan jemarinya yang menjelajahi tubuh bagian depan Wonwoo, mendengarkan lembut desahan si manis yang seolah mengundang pria yang dewasa untuk menyentuhnya lebih.

“Hhh— daddy, tunggu — tungguu sebentarrr—” kata Wonwoo diantara desahannya ketika Mingyu sudah memijat dan memainkan puncak dadanya.

Ia mendorong tubuh Mingyu, meminta pria itu melepaskan pelukannya. Mingyu menuruti pria muda bermanik rubah yang langsung berdiri dan berjalan ke arah koper yang sudah tertidur di lantai. Mingyu mengambil posisi dengan duduk sembari menyenderkan tubuhnya di headboard tempat tidur, matanya menatap kagum dan memperhatikan lenggokan tubuh Wonwoo yang hanya menggunakan kain tipis di hadapannya. Bahkan, dari ia menatap sekarang, punggung dan bokong sintal Wonwoo hanya terhalang oleh tali-tali tipis di sana.

“Nyari apa, Baby?” tanya Mingyu, seolah sudah rindu ingin baby foxy-nya kembali ke pelukannya saat itu juga.

Something.” jawabnya singkat.

“Cepetan, sayang, saya kangen.” jawab Mingyu sembari memijat kejantanannya pelan.

“Sabar, daddy.” kata Wonwoo, kembali berjalan menghampiri Mingyu yang duduk santai di atas tempat tidur setelah mendapatkan apa yang si pria bermanik rubah itu cari.

Wonwoo menaiki double bed dan segera duduk di atas paha kekar Mingyu yang masih menggunakan bathrobe-nya. Tanpa izin, pria bermanik rubah itu memasangkan dasi sebagai penutup mata yang barusan ia ambil untuk menutupi indera penglihatan kekasihnya. Mingyu memegang dasi yang bertengger menutupi matanya.

“Sayang? Saya ngga bisa lihat apapun lho ini.” panggil Mingyu.

“Iya, sengaja.” kata Wonwoo berbisik kepada Mingyu, dan menjilati pelan daun telinga pria yang lebih tua itu. “Rasain aja, daddy.” lanjut Wonwoo.

Remaja itu mulai dengan menyisir surai gelap Mingyu, lalu mengecup daun telinganya hingga Mingyu merasakan bulu kuduknya berdiri, kemudian turun ke rahang tegas om om di hadapannya, lalu menginvasi bibir Mingyu, pria yang tertutup matanya tersebut membalas ciuman Wonwoo, namun, remaja itu justru menggigit bibir orange itu dengan gemas. Pindah ke dagu Mingyu, dan memberikan bekas merah muda pada bagian leher jenjang berwarna sawo matang itu. Perlahan namun pasti, jari-jemari anak berumur delapan belas tahun yang lentik mulai menelusup masuk ke dalam bathrobe putih dan menjelajahi tubuh Mingyu, bahkan terkadang Mingyu tersentak kaget merasakan tangan kesayangannya bermain pada puncak di dadanya.

Setelah senang dan puas bermain di sana, Wonwoo turun dari tempat tidurnya, lalu mengambil kagel balls yang Mingyu bawakan untuknya, mengoleskan pelumas yang memang sudah ia bawa, kemudian menghidupkan vibrator pada benda dengan dua bulatan seperti bola itu.

“Ssssshhh—” desis Wonwoo ketika ia memasukkan satu bola pada kagel yang bergetar di antara tali lingerie tipis yang menutupi lubang belakangnya.

“Kenapa, sayang?” tanya Mingyu, ia terduduk tegak, khawatir ketika mendengar remajanya berdesis sedikit jauh dari jangkauannya.

“Nghhhh— ngga apa-apa, daddy — mphh—” desah Wonwoo terdengar lagi, ia masih mencoba memasukkan bola kagel keduanya agar benda itu masuk sempurna di dalam lubang hangatnya.

“Saya buka ya dasinya? Saya ngga bisa lihat apa-apa. Kamu kenapa?” tanya Mingyu, iya, ia masih khawatir apa yang terjadi pada kekasih mudanya.

“Ngga apa-apahh.” Wonwoo jalan dengan kagel yang sudah berhasil tertanam di dalam lubangnya, hanya menyisakan potongan karet silikon berwarna lylac yang nantinya akan berfungsi untuk mengeluarkan kagel di dalamnya.

Getaran dari benda bergetar itu membuat darah Wonwoo berdesir ke arah selatannya. Miliknya mengeras perlahan. Ia kembali ke atas tempat tidur, dengan sedikit gelisah.

Daddy—hh?” panggil sang kekasih mesra dengan suaranya yang menggoda disela desahannya, Mingyu sadar bahwa Wonwoo sudah melepas tali pada gaun handuk putih yang ia gunakan, dan merasakan semriwing angin pada bagian bawahnya karena sudah tak terlapisi apapun, Wonwoo perlahan memegang benda berurat itu dengan kedua tangannya.

Yes, baby? Hmm?” jawab Mingyu dalam gelapnya, merasakan miliknya sudah dipegang tangan lentik pria bermanik rubah miliknya.

“Cinta pertama kamu waktu di California, pernah giniin kamu?” tanya Wonwoo sembari memasukkan benda berurat milik Mingyu tanpa ragu ke dalam mulutnya. Erangan pelan keluar dari mulut sang pria tampan ketika merasakan ada sesuatu yang hangat menjalar di selatannya. Desahan dua sejoli itu saling bersahutan.

Belum ada jawaban dari pertanyaan pertama, kini pertanyaan Wonwoo berubah. “Atau dulu dia sering manjain kamu gini? Hmm?” tanya Wonwoo menjilat kedua tersticles Mingyu dan kejantanannya dari ujung hingga pangkal, memanjakannya. Benda berurat itu semakin mengeras, “Aahh— lebih cepet baby.” kata Mingyu diantara desahannya.

“Jawab dulu.” pinta Wonwoo dengan tangannya masih memijat benda itu dengan teratur.

“Tapi saya boleh buka dasinya? Saya ngga bisa liat kamu.” tanya Mingyu diantara desahannya. Ia sudah sedikit frustasi karena tidak dapat melihat langsung betapa binal kekasihnya, ia hanya mampu membayangkannya di dalam pandangannya yang gelap.

“Ngga boleh, daddy—” jawab Wonwo sembari mengecup ujung benda yang sudah mengeluarkan pre-cum itu. “Gimana rasanya waktu aku sepong kamu? Enakan aku atau cinta pertama kamu?” tanya Wonwoo masih melakukan kegiatannya.

Baby Kamu— aahhs — lebih cepet, sayanghhh—” pinta Mingyu, kini ia sudah menikmati setiap inchi dari sentuhan sang kekasih. Wonwoo tersenyum dan menyudahi pijatannya.

“Sayang?” tanya Mingyu ketika merasakan kekasihnya malah beranjak dari tempatnya, Wonwoo tertawa dan duduk di lahunan Mingyu, mengapit kedua paha kekar pria yang lebih tua di bawahnya.

“Iyaahhh, daddy?” tanya Wonwoo sembari menggesekkan selatannya yang sudah ia keluarkan dari bahan lace-nya akibat sesak efek stimulus yang ia dapatkan, baik dari kagel, ditambah lagi dengan kegiatan-kegiatan yang ia lakukan tadi — dengan milik Mingyu.

“Mau liat kamu.” kata Mingyu disela desahannya ketika mendapatkan rangsangan lain dari pria manis di atasnya, ia sudah merengkuh pinggang ramping Wonwoo, dan mulai meraba bokong sintalnya.

“Kamu udah pake kagel?” tanya Mingyu sedikit kaget ketika merasakan ada buntut silikon saat ia meremat bokong si manisnya. “Pinter banget, lacurnya siapa?” tanya Mingyu masih mendesah sembari memukul pelan pantat putih bersih Wonwoo hingga berbekas merah jambu karena pukulannya, dan kemudian merematnya gemas.

“Aah— lacurnya, Kim Mingyu.” jawab Wonwoo sembari membusungkan dadanya.

Setelah merasa puas menggesekkan kepemilikannya dengan Mingyu, Wonwoo menghentikan gesekannya, dan membuka dasi yang menutupi mata pria yang lebih tua darinya. “Baby foxy lebih suka tangan sama lidah Om Mingyu dari kagel.” bisik Wonwoo.

Wonwoo langsung telentang di samping Mingyu dan membuka lebar kedua kakinya, hingga pria yang lebih tua itu dengan jelas melihat kekasihnya yang menggunakan kain berbahan lace tipis dan lubang Wonwoo yang penuh karena sex toy yang sedari tadi sudah berada di dalam sana.

“Lacurnya Kim Mingyu nakal banget.” kata pria itu sembari Mingyu menanggalkan bathrobe-nya dengan benar dan membuang gaun handuk itu sembarang. Kini ia sudah berada di tengah-tengah kaki Wonwoo yang terbuka lebar. Menatap kagum tubuh ramping itu dengan balutan lingerie yang berantakan, lace tipis yang sudah tidak mampu menampung kejantanan Wonwoo di selatannya, hingga benda berurat itu keluar dari tempatnya, tali belakang yang seharusnya berada dilipatan pantatnya pun tidak di sana lagi, tali yang berada pada bagian atas lingerie-nya sudah terjatuh ke lengan mulus kekasihnya.

Wonwoo menarik jari-jemari gemuk Mingyu, menjilatinya, menghisapnya, lalu ia membawa ke lubangnya yang sudah terisi penuh toys sex berwarna lylac di dalamnya, dan menuntut jari itu untuk menambahkan sensasinya. Tubuh Wonwoo sudah dibasahi keringat dan hawa nafsu yang tak ingin lagi ia bendung malam ini, begitupun dengan Mingyu.

“Gimana rasanya? Aku? Atau mantan kamu?” tanya Wonwoo yang sedang memilin kedua nipplesnya dengan suara yang sensual ketika jari Mingyu sudah masuk ke lubangnya, terlebih lagi ketika Mingyu melepaskan kasar kagel dari dubur-nya. Erangan erotis Wonwoo menggema di dalam caravan itu, nafsu birahi pria yang lebih tua meningkat pesat hingga ke puncaknya.

“Kamu.” jawab Mingyu, mendekap tubuh ramping itu, lalu mengelap lembab kening kekasihnya, dan memberikannya lumatan-lumatan penuh nafsu.

Mingyu menjelajahi tubuh depan Wonwoo dengan bibirnya, suara kecupan demi kecupan terdengar hingga Mingyu sudah berada di bawah sana, bertemu dengan lubang Wonwoo yang berkedut dan basah efek kagel. Lidahnya bermain dipinggir lubang berkerut milik Wonwoo, lalu, sesekali memasukkan lidahnya ke lubang manis itu, membalas dendam atas kelakuan si pria muda.

Tanpa ragu, Mingyu memainkan penis-nya di depan lubang Wonwoo, memasukkan kepalanya lalu mengeluarkan lagi, membuat Wonwoo tampak frustasi.

Daddy, masukin aja, please!” rengek Wonwoo ketika merasakan Mingyu yang sedang menjahilinya.

“Jangan nangis ya?” tanya Mingyu semakin melebarkan kaki Wonwoo.

“Masukin aja, mau titit daddy banget.” rengeknya. Dan seperti yang sudah-sudah, Mingyu selalu mengabulkan keinginan remajanya itu, seperti saat ini. Mingyu akan menelusupkan penisnya.

“Jadi, mantan kamu? Nghh—” tanya Wonwoo. “Mau denger— ahh—” desahan Wonwoo menggila ketika Mingyu dengan sengaja perlahan memasukkan benda berurat miliknya ke dalam lubang Wonwoo.

“Mantan saya—” Mingyu berusaha menjawab diantara erangannya. “Dia masa lalu saya, baby.” Mingyu masih mendesah diantara setiap kalimatnya.

“Hhh— Ayo, cerita—” rengeknya sembari mendesah merasakan kejantanan Mingyu yang sudah mulai masuk setengahnya.

“Mau saya cerita sambil di ewe gini? Hmm?” tanya Mingyu, menekan pinggulnya dan memasukkan seluruh kejantannya ke dalam lubang Wonwoo yang sudah siap karena kagel sebelumnya. Mulut Wonwoo mengeluarkan desahnya, dan terbuka sembari mendesah keenakan karena serangan dari sang daddy.

Sebelum ia menggoyangkan pinggulnya, Mingyu melumat bibir ranum pria yang sudah tak berdaya di bawahnya. Wonwoo mengalungkan kedua tangannya di leher Mingyu, mengelus surai gelapnya dan mereka berdua tenggelam di dalam ciuman yang dalam, serta panjang.

“Mau! Ancurin aku, daddy.” kata Wonwoo dengan nafasnya yang tersenggal diikat nafsu.

“Ancurin kamu? As you wish, kalau gitu saya gerak?” tanya Mingyu dengan consent. Wonwoo memulai dengan menggerakkan pinggulnya, memberi lampu hijau untuk pria yang lebih tua dua puluh tahun darinya untuk bergerak juga.

Soohhh— your aahhh— exxhh?” tanya Wonwoo sembari meraba perut six pak Mingyu dan menikmati gerakan Mingyu.

I love him back then.” pria yang lebih tua itu mulai bercerita, sembari mengecup leher jenjang Wonwoo yang kini sudah telentang di bawahnya, sembari bergerak maju-mundur menusuk anal Wonwoo di belakang sana.

“Lebih dalem, Dad.” pintanya, Wonwoo kembali perlahan menggoyangkan pinggulnya berlawanan dengan arah gerakan Mingyu.

“Iyaahh—” jawab Mingyu. “Namanya Yoon Jeonghan, baby.” lanjutnya sembari mendesah, menekan kejantanannya hingga mengenai sweet spot Wonwoo. Pria muda itu semakin merasa gesekan yang terdapat dalam dinding anusnya dan selalu membuatnya menggelinjang keenakan.

“Tapi, mama saya ngga setuju karena dia berbeda.” cerita Mingyu disela-sela deruan erangannya. “Lubang kamu— enak banget!” pria yang lebih tua itu terdistraksi dengan lubang Wonwoo yang sangat pas dengan miliknya.

Suara tabrakan kulit lembab itu menjadi backsound Mingyu bercerita malam ini.

“Ya Tuhhh—aann, sebentarrr— aku mau keluarrr—” sela Wonwoo ketika Mingyu bercerita. Mingyu seolah tak ingin menghentikan gerakannya, membuat Wonwoo tak mungkin mengacuhkan nikmat duniawi yang disuguhkan sang Daddy.

“Aassshhhh— disitu daddy lebih dalem lagiiingg— nghhh— enak bangetttthhh” desah Wonwoo yang di balas dengan senyuman yang tersungging dari bibir Mingyu.

And there’s Karina—” lanjut Mingyu, “She’s my childhood friend—hhh” Mingyu mulai mempercepat temponya, dan Wonwoo mulai mengepalkan lubang anus-nya. Wonwoo sudah mulai semakin gelisah. “Dan dia suka saya sejak di SMA.” Mingyu mulai semakin dalam memasukkan miliknya, dan semakin merasakan lubang Wonwoo memijatnya.

Kaki Wonwoo mulai bergetar ketika ia merasakan stimulus Mingyu yang gila-gilaan pada lubangnya. Tak lama, cairan kental berwarna putih miliknya keluar tanpa tersentuh siapapun, dan Mingyu tetap melakukan kegiatannya dengan gerakan yang semakin cepat, dan dalam.

“Kenceng banget, sayanghhhh—” erang Mingyu, membuat anak muda semakin meliuk-liuk, dan mendesah tak karuan. “Dia adik kelas saya.” lanjut Mingyu masih menjelaskan di sela-sela kegiatan bersenggama mereka.

“Terussshhh— hngg?” tanya Wonwoo, ia menikmati semua pemberian Mingyu sembari berusaha tetap mendengarkan apa yang kekasihnya itu ceritakan. “Di dalem aja — anghh” desah Wonwoo semakin tak karuan ketika merasakan penis Mingyu mulai berkedut ingin mengeluarkan putihnya. Mulut Mingyu terdiam dari ceritanya, ia sedang menikmati anus Wonwoo dan puncak nikmatnya yang sebentar lagi keluar.

Hangat, itu yang kini Wonwoo rasakan. Mingyu sudah melepaskan semen-nya hingga tetes terakhir di dalam sana, lalu memeluk Wonwoo dan dibalas oleh pria manis itu, tubuh mereka yang lembab saling berpelukan.

“Enak banget, mau lagi.” bisik Wonwoo dengan suara yang mulai serak karena ronde pertama mereka. Mingyu tersenyum, lalu kembali membawa Wonwoo ke dalam lumatannya.

“Kamu mau di atas?” tanya Mingyu, Wonwoo mengangguk. Mingyu melepas tautan mereka di bawah sana. “Boleh, sayang, naik sini.” pria yang lebih tua itu membawa kekasihnya ke atas tubuhnya, Wonwoo duduk di perut Mingyu kali ini.

“Buka aja, sayang, saya lebih suka lihat kamu ngga pake apa-apa.” kata Mingyu meminta Wonwoo untuk melepaskan lingerienya yang sudah tak karuan lagi bentuknya. Remaja itu menurutinya.

Mingyu merubah posisinya, kembali bersandar lagi ke headboard tempat tidur, lalu, membawa Wonwoo untuk duduk di antara kedua kakinya yang sudah terbuka lebar, dan badan remaja itu membelakanginya. Wonwoo duduk bersandar pada dada bidang prianya sembari mengunci kakinya dengan milik Mingyu, sehingga kakinya pun sudah terbuka lebar. Mingyu memeluk perut Wonwoo.

“Terus, Om Yoon Jeonghan sekarang di mana?” tanya Wonwoo, ia mendekap tangan Mingyu yang sudah melingkar di perutnya. Mingyu mengecup tengkuk Wonwoo perlahan, namun meninggalkan bekas nyata, berwarna merah jambu keunguan di sana.

“Saya juga ngga tahu. Waktu itu kita udah tinggal bareng, di suatu pagi saat saya bangun, dia udah ngga ada di sana. Jeonghan menghilang.” jawab Mingyu, sembari mengelus paha Wonwoo mesra.

“Kamu ngga nyari dia?” tanya Wonwoo, sembari memainkan jari gemuk kekasihnya yang masih berada di paha mulusnya.

“Selalu, saya mencari dia selama di sana, sampai saya harus pulang ke Indonesia.” jawab Mingyu, sambil memainkan tangannya di testicles Wonwoo, pria manis itu menahan rasa gelinya. “Setiap mencari Jeonghan, entah mengapa hasilnya selalu nihil, bahkan informasi dari Joshua seolah tidak akurat.” cerita Mingyu, Wonwoo memiringkan tubuhnya untuk dapat menatap pria di belakangnya, lalu mengelus rahang pria itu. Wajahnya tampak sedih ketika mengingat cinta pertamanya, Mingyu seolah kembali ke 15 tahun yang lalu dimana ia mencari cinta pertamanya ke sana dan kemari. Wonwoo mengecup bibir sugar daddy-nya, agar Mingyu tahu ada dia di sana bersamanya saat ini.

So, is that the reason why you married Tante Karina?” tanya Wonwoo.

“Bukan alasan, tapi sebuah keharusan, mereka bahkan mengancam bahwa saya benar-benar bisa membahayakan Jeonghan dan masa depannya bila masih memberontak.” jawab Mingyu. “Under pressure itu datang dari mama dan keluarga.” lanjut pria tampan itu.

“Joshua saksinya.” Mingyu mengecup pipi pria muda direngkuhannya. “Saya takut kamu harus menghadapi mereka, I will take you away from them.” lanjut pria tampan itu, ia mengelus pipi Wonwoo.

“Jadi, itu alasannya aku harus kuliah di Melbourne atau Sydney?” tanya Wonwoo, Mingyu mengangguk. Wonwoo mengecup bibir pria yang lebih tua itu, tanda mengerti.

After that akhirnya you fell in love with Tante Karina until Woozi was born?” tanya Wonwoo, penasaran.

“Lebih tepatnya, trying really hard to love her, and act like a good husband, sampai kamu datang.” jawab Mingyu, mengecup bibir Wonwoo. “Terima kasih sudah menumpahkan kopi di kemeja saya waktu itu.” lanjut Mingyu, mengecup kembali bibir tipis Wonwoo, kali ini dengan lumatan, hingga permainan lidah yang membuat Wonwoo kembali mabuk kepayang.

“Sekarang, masih sayang sama Om Jeonghan?” tanya Wonwoo sedikit mendesah ketika Mingyu mulai memainkan nipples-nya dan mengecup leher jenjangnya.

“Dia sudah menjadi masa lalu saya, cuma kamu masa depan saya, baby foxy.” jawab Mingyu. “Saya sayang kamu.” lanjutnya.

“Ahmm — Sayang daddy juga.” desah Wonwoo ketika Mingyu mulai memaikan bagian selatannya.

Dan dari titik itu, mereka melanjutkan ronde kedua pada malam pertamanya di caravan hingga fajar di daerah Puncak mulai datang, bunyi burung yang bernyanyi dan cahaya yang masuk dari sela-sela jendela pada kamar hotel yang mereka tempati, menjadi saksi pelampiasan hasrat mereka.

We Fight, We Make Up


kissing kissing kissing, deep petting.

Menghindari Mingyu mati-matian, itu yang Wonwoo lakukan lima hari belakangan ini setelah Karina meninggalkan rumah untuk menenangkan dirinya. Pria manis itu selalu mematikan lampu kamarnya dan berpura-pura tidur lebih cepat dari kebiasaannya ketika mendengar pintu garasi terbuka, serta suara mobil sport memasuki pekarangan rumah mewah ini. Namun, ia dapat merasakan setiap harinya ada seorang pria dewasa yang masuk ke kamarnya untuk sekedar mengecup bibirnya atau keningnya dengan lembut, lalu mengelus surainya, kemudian pintu kamar kembali tertutup, dengan langkah kaki pria itu semakin menjauhi kamarnya. Tak hanya itu, ketika pagi hari datang, si dia yang manis akan bangun sepagi mungkin dan berangkat secepat kilat, sebelum pria yang ia hindari bangun. Pria manis itu hanya akan izin ke asisten rumah tangga yang dipanggil bibik dan langsung pergi ke sekolah atau ke rumah Vernon untuk mengganggu sahabatnya itu. Dan begitulah setiap hari untuk Wonwoo, sedikit lagi, hari ini adalah hari terakhirnya tinggal di rumah mewah ini dan sore nanti ia akan pulang ke apartemennya — pikirnya.

Tapi tidak dengan pagi ini, si pria manis itu kini sudah tidak bisa lagi menghindar karena Mingyu sudah duduk menyilangkan satu kakinya dengan gagah, sembari membaca The New York Times, menggunakan piyama hitam, sedang menyesap kopi hitam paginya di ruang keluarga yang selalu Wonwoo lalui.

Good morning, Kak Wonwoo.” sapa pria itu sembari melipat koran paginya, membalikkan tubuhnya, yang membuat pria yang dipanggil membeku.

Pria manis yang sudah menggunakan seragam itu berhenti berjalan dan terdiam membisu, seolah langkah kakinya terhenti. Jantungnya berdegup kencang seolah sedang tertangkap basah sedang melakukan kejahatan, Wonwoo gugup — sangat gugup. Mingyu berdiri dari duduknya, memutari sofa ruang tengah untuk dapat menghampiri Wonwoo, dan si pria dewasa yang tampan itu berbisik, “I told you, we need to talk, right, baby foxy?” tanya Mingyu.

Bulu-bulu halus Wonwoo berdiri tegak, ia merinding mendengar suara tegas Mingyu memasuki telinganya. Kalimat pertanyaan yang mutlak harus Wonwoo turuti. Ia sudah pernah mendengar dan bahkan mengenal jenis suara ini, suara yang sama seperti saat Mingyu menegur Wonwoo ketika pria manis itu ketahuan bolos sekolah kelas 2 SMA yang lalu — dan sama seperti kali ini, waktu itu juga Wonwoo melarikan diri dari sang om, walaupun pada akhirnya ia tetap tertangkap basah.

“Saya tunggu di ruang kerja saya, in 5 minutes.” lanjutnya, lalu meninggalkan Wonwoo yang masih berdiri kaku menuju ruangan yang ia sebutkan. Ruangan itu berada di paling ujung lorong lantai dua.

***

Kini Wonwoo sudah berdiri di depan meja kerja Mingyu, masih dengan seragam dan tas di punggungnya, sedangkan pria pemilik ruangan itu sudah berada di kursi kebangsaannya, menyenderkan tubuhnya pada kursi dan menatap tajam ke arah pria 18 tahun itu dengan manik elangnya.

“Ngga capek kamu menghindar dari saya terus? Or do you hate me that much? Ngga mau ngomong lagi sama saya?” tanya Mingyu bertubi-tubi, membuka suaranya sambil menatap pria manis itu, Wonwoo memberanikan diri untuk menatap tajam manik daddy-nya.

“Kamu pikir gampang untuk aku belakangan ini?” tanya Wonwoo melawan, tak ingin kalah sembari meremat tali tas ranselnya. “Emang kamu kira enak aku kaya gini?” tanyanya lagi.

Same here, baby. Saya capek mengejar kamu lari-larian kaya gini.” Mingyu menopangkan dagu di punggung tangannya dengan siku yang ia letakkan di atas meja. “You're too childish.” lanjut Mingyu, menyenderkan tubuhnya ke bangku empuk yang ia duduki.

“Aku emang masih kecil ngga sih, Om Mingyu?” tanya Wonwoo, menantang pria dewasa di seberangnya.

“Seharusnya ngga sih, kamu sudah punya KTP, dan unfortunatelly, kamu sudah legal secara hukum, Jeon Wonwoo.” jawab Mingyu, sembari menyilangkan tangannya di dada.

Age just a number and don't call me Jeon Wonwoo!” kata Wonwoo dengan kesal.

That's your name tho'” Mingyu tersenyum melihat kekasihnya mulai mengeluarkan sisi kekanakannya. Wonwoo membuka tas ranselnya, meletakkan tas itu sembarang, dan menghampiri Mingyu, pria manis itu berdiri di hadapannya.

“Kalau gitu, Jeon Wonwoo mau dipanggil apa sama Om Mingyu?” tanya Mingyu sembari mendongakkan kepalanya, dan tersenyum ketika melihat kekasih mungilnya sudah memanyunkan bibir ranum yang ia rindukan. “Baby Foxy?” tanya Mingyu. “If you were my baby foxy, you wouldn't let me wait for you for 3 months, dan jalan dengan sembarang pria di luar sana.” tegur Mingyu.

“Tapi kita lagi break, it's up to me dong if I walk with anyone else that you don't know.” bantah Wonwoo.

“Kita break, bukan putus. Kamu minta saya memberi kamu waktu untuk memikirkan tentang kita, and vice versa, you give me time to think about us. Betul begitu kan?” tanya Mingyu, menarik tangan Wonwoo hingga pria berseragam itu terduduk di lahunannya. Wonwoo sedikit kaget, dan masih terdiam.

“Asal kamu tahu, saya ngga pernah setuju untuk itu.” Mingyu memeluk tubuh ramping yang sudah berada di dekapannya dari belakang dan meletakkan dahinya di salah satu bahu bidang pria yang lebih muda. “I agree because I wanna respect your wishes, infact, I can't take any longer,” kata Mingyu dengan suara lembutnya, mengelus tangan pria yang sedang berada di dekapannya.

“Saya lelah dan ngga suka ketika saya ngga punya hak untuk bilang kalau saya cemburu. Saya ngga suka kalau kamu jalan sama cowo-cowo muda di luar sana.” kata Mingyu. “Don't you miss me?” tanya Mingyu kemudian mengecup punggung Wonwoo. Pria manis itu masih terdiam, menikmati setiap sentuhan yang Mingyu berikan. Dia sangat menyukai afeksi ini. Siapa yang bilang ia tidak merindukan daddy-nya? Siapa yang bilang ia benar-benar bahagia ketika jalan-jalan dengan pria lain, selain teman-temannya dan pria tampan di belakangnya ini. Memang t-shirt kebesaran siapa yang dibawanya dan selalu ia gunakan untuk tidurnya belakangan ini?

Let’s get back together, baby foxy.” kata Mingyu.

Wonwoo melepaskan pelukan Mingyu, berdiri dari lahunan pria kekar itu, dan membalikkan badannya, lalu kembali duduk di pangkuan daddy-nya, kini mereka sudah saling berhadapan dengan Mingyu yang memegang pinggang ramping pria manis itu agar tidak terjatuh dari lahunanannya.

“Apa aku juga bisa punya hak yang sama?” tanya Wonwoo menatap wajah Mingyu dari jarak sedekat ini. Dadanya bergemuruh, banyak hal yang ingin ia katakan pada pria yang lebih dewasa 20 tahun darinya. “Aku pernah bilangkan kalau aku ngga suka kamu mesra-mesraan sama istri kamu di depan mata aku, atau apapun itu? If i see and at that time i'm jealous, do i have the right too?” tanya Wonwoo lagi, memastikan tempatnya. Pria manis itu menatap lurus ke mata Mingyu, mencari jawaban yang ia inginkan.

I'm totally understand, kalau kalian sewajarnya melakukan apapun itu, tapi boleh ngga kalau aku sama sekali ngga usah tau? Aku juga mau punya hak cemburu.” kata Wonwoo sembari mengelus surai belakang pria yang berada di bawahnya.

You have the right, baby, kamu selalu punya.” jawab Mingyu sembari mengelus pinggang pria yang berada dilahunannya dengan ibu jari. “I want you to stay by my side, bukan hanya untuk memuaskan hawa nafsu saya.” lanjut Mingyu. “Saya hampir gila nahan cemburu karena kamu pergi dengan cowo-cowo lain di luar sana.” lanjut Mingyu mengambil salah satu tangan Wonwoo yang berada di bahunya, lalu mengecup punggung tangan pria manis di hadapannya.

“Kamu mau saya cerai dengan Karina? I'll do—” kata Mingyu menggantung, Wonwoo menghentikan ucapan kekasihnya sembari menutup mulut pria itu dengan jari telunjuk lentiknya.

No, no, no! Kasian Woozi, kamu harus pikirin Woozi.” jawab Wonwoo.

Don't worry, baby, he's my top priority, and you're the second one, kamu jangan khawatir untuk itu.” jawab Mingyu. “Jadi, kita baikan?” mencubit hidung bangir anak SMA yang berada dipangkuannya itu.

Tak ingin membohongi perasaannya, Wonwoo yang juga lelah menghindari Mingyu karena rasa cemburunya, dan ia lebih tahu dari siapapun bahwa seminggu ini si dia yang manis itu juga merasakan kesepian walaupun teman-temannya selalu berada disampingnya untuk menghibur, tapi rasanya sangat berbeda ketika ia berada di samping pria dewasa ini. Seperti saat ini, kupu-kupu bertebangan di dalam perutnya, aliran darahnya yang meningkat hingga jantungnya yang berdebar lebih cepat, padahal, mereka hanya saling menatap.

Tak perlu ada paksaan apapun, manik rubah itu menatap lurus ke mata Mingyu, “I love you, Daddy, so much. I hate when I miss you, it hurts.” kata Wonwoo, lalu anak remaja itu memeluk tubuh atletis Mingyu yang berada di hadapannya.

Pria bebaju piyama hitam yang lebih tua itu membalas dan mempererat pelukan itu. “Saya sayang kamu, Jeon Wonwoo.” kata Mingyu, Wonwoo melepas pelukannya, kaget, karena ini pertama kali seumur mereka berpacaran Mingyu mengungkapkan perasaannya terang-terangan.

“Tiga kata yang belum pernah saya ucapkan ke kamu, dan mulai sekarang kamu harus terbiasa mendengarnya. Saya sayang kamu.” kata Mingyu lagi sembari tersenyum manis sampai taring di gigi deretan rahang atasnya mengintip di sana.

Mingyu mengapit dagu Wonwoo dengan ibu jari dan telunjuknya, mendekatkan wajah mereka agar lebih dekat, tanpa ragu ia menyatukan kedua bilah bibir mereka, bibir pahitnya yang sudah tercampur rasa kopi espresso pagi itu dengan bibir ranum merah muda Wonwoo yang manis dengan rasa strawberry efek lipbalm. Lumatan demi lumatan seolah menghantarkan rasa rindu efek dari perang dingin mereka selama seminggu belakangan ini.

Ciuman mereka terhenti ketika mendengar langkah kaki seseorang mulai mendekat ke arah pintu kerja Mingyu, dan benar saja, tak lama seseorang mengetuk daun pintunya.

tok tok tok

“Tuan Muda, maaf mengganggu.” suara bibik dari luar daun pintu berkumandang.

Dengan reflex Wonwoo langsung melompat dari pangkuan Mingyu dan menundukkan tubuh rampingnya, masuk ke dalam kolong meja kerja milik pria bertubuh kekar itu. Sedangkan Mingyu merapihkan bajunya yang sedikit berantakan, lalu duduk dengan tenang, seolah tak terjadi apapun di ruangan itu. Ia memakai kacamata kerjanya, membuka leptopnya yang mati, dan memegang pulpen yang berada dekat dengannya.

“Ya, masuk, Bik.” pintanya setelah merasa semua baik-baik saja, wanita berumur itu masuk, namun ia menabrak tas ransel seseorang di sana. Wonwoo dan Mingyu lupa bahwa tas sekolah Wonwoo masih ada di sana, tak sempat mereka sembunyikan.

“Walah, kok tas Kakak Wonwoo ada di sini, ini saya letakkan di atas sofa saja ya, Pak?” tanya Bibik, wanita itu memungut tas Wonwoo dan meletakkannya tepat ditempat yang sudah ia sebutkan saat meminta izin, Mingyu mencoba tenang dengan mengangguk, sedangkan Wonwoo sudah hampir pingsan di dalam kolong meja kerja Mingyu.

“Kenapa, Bik?” tanya Mingyu setelah berdeham.

“Oh iya, Tuan, saya mau bilang kalau sarapan sudah siap, saya juga sedang mencari Kakak Wonwoo, karena tumben pagi ini pergi tidak membawa tas dan izin ke saya.” lanjut bibik, menatap tas ransel Wonwoo, lalu menatap ke arah Mingyu lagi.

“Tadi saya bawa ke sini, karena ada di ruang tengah, mungkin anaknya ada di kebun belakang atau masih di dalam rumah, coba bibik cari.” pinta Mingyu. “Untuk sarapan, nanti saya akan sarapan, Woozi suruh sarapan duluan ya, Bik. Saya masih ada beberapa pekerjaan yang belum selesai. Sebelum dia berangkat, saya turun.” lanjut Mingyu kepada asisten rumah tangganya itu.

“Baik, Tuan Muda, saya permisi dulu.” kata wanita paruh baya itu, menunduk, lalu berbalik dan meninggalkan ruang kerja Mingyu.

Setelah bibi keluar, Mingyu segera meminta kekasih gelapnya itu keluar dari dalam kolong mejanya. Membawa tubuh itu kembali ke pangkuannya.

“Kaget aku!” kata Wonwoo sembari memegang dadanya, Mingyu hanya tertawa renyah.

This is not your first time kan?” tanya Mingyu, lalu mencium pipi kenyal pria berkulit putih mulus itu.

“Iya, tapi tetep aja thrilling.” kata Wonwoo yang masih shock.

Everything's under my control. Tenang aja, cantik.” kata Mingyu, kalimatnya sedikit menenangkan untuk Wonwoo.

Tak perlu menunggu lama, mereka kembali melanjutkan ciuman mesra yang sempat tertunda tadi dengan lumatan-lumatan yang semakin lincah, kedua insan yang terpaut umur jauh itu saling memainkan lidah mereka, ciuman yang semakin dalam dengan desahan Wonwoo yang mulai tertahan saat Mingyu mulai meremat bagian sintalnya. Ciuman demi ciuman yang sama-sama saling ingin mendominasi permainan.

So, are we good?” tanya Mingyu ketika ciuman mereka sudah berhenti.

Good, aku juga capek bikin kamu cemburu, daddy” kata Wonwoo, bibirnya dengan lincah mengecupi rahang Mingyu, lalu menjalar ke leher jenjang sawo matang pria yang lebih tua darinya itu.

“Dan kamu berhasil membuat saya rungsing sepanjang waktu, bahkan setiap hari.” jawab Mingyu sembari membuka satu persatu kancing baju seragam Wonwoo satu persatu dengan satu tangannya yang sudah terlatih. “Jangan gitu lagi, sayang. Kalau kamu gitu terus aku takut Karina cari tau kenapa saya bisa marah-marah, dan akan berbahaya untuk kita berdua.” lanjutnya sembari membuka seragam atasan putih kekasihnya, menunjukkan bahu dan dada bidang milik pria manis itu, pemandangan yang Mingyu rindukan.

“Makanya, ngga usah mesra-mesraan di depan aku lagi.” jawab Wonwoo sembari membiarkan jari jemari Mingyu berjalan-jalan mengabsen serta bermain-main di sana bagian depan tubuhnya.

I’ll try my best, baby.” jawab Mingyu sembari mengecup dan menyisakan hickeys kecil leher serta collarbones si manis, Wonwoo membusungkan dadanya dengan spontan.

By the way, kalung kamu mana?” tanya Mingyu saat melihat kalung lifeguards yang ia berikan pada saat anak manis itu berulang tahun sekitar 2 tahun yang lalu tidak berada di leher mulus cantik kekasihnya.

“Hnghilang, daddy, sorry—.” jawab Wonwoo sembari mendesah pelan ketika merasakan benda hangat dan kenyal menguasai salah satu bagian puncak dadanya.

“Kok bisa? Di mana?” tanya Mingyu, menghentikan kegiatannya.

I don’t know.” jawab Wonwoo, pria manis itu refleks mengambil wajah kekasihnya dengan kedua telapak tangannya, ia baru teringat sesuatu. “Curiga aku di kamar 2523, waktu istri kamu tiba-tiba dateng. Ngga jatuh di sanakan, Dad?” tanya Wonwoo, Mingyu sedikit membelalakkan matanya, ia terkejut ketika mendengar pengakuan Wonwoo. Apa mungkin Karina yang menemukannya? Karena ia tidak melihat benda itu di sana.

“Aku udah tanya ke Kak Joshua, tapi kayaknya belum ketemu karena ngga ada kabar.” Wonwoo jadi mulai khawatir. Jangan ditanya lagi betapa takutnya ia. Mingyu tersenyum seolah mencoba membuang rasa khawatirnya.

“Saya akan minta Joshua untuk cari di sana, kalau ngga ketemu, kita beli yang baru ya? I like it when you wear a necklace.” kata Mingyu sembari mengecup kembali salah satu collarbones Wonwoo. “Kamu cantik.” lanjutnya.

“Cantikkan aku atau istri kamu?” tanya Wonwoo secara tiba-tiba sembari menatap foto besar Mingyu dan istrinya yang terpajang di salah satu bagian tembok ruang kerja Mingyu. “Coba liat ke sini, terus kesitu.” kata Wonwoo lagi sembari mengapit wajah pria yang lebih tua, ke arah wajah manisnya dan mengalihkannya kepada figura besar di sana.

“Ngga usah di jawab.” kata Wonwoo berdiri dari lahunan Mingyu, rasanya semua libido-nya menguap entah kemana karena pertanyaannya sendiri.

Pria yang manis itu kemudian mengancingi semua kemejanya, dan berjalan mengambil tas ranselnya. “Aku sarapan dulu sama Woozi, jangan lupa kamu mau turun sebelum Woozi berangkat sekolah.” kata Wonwoo mengingatkan Mingyu, dan pergi meninggalkan ruang kerja kekasihnya yang masih terdiam memperhatikan tingkah lakunya itu.

***

Wonwoo sudah duduk di satu meja makan dengan anak kekasihnya yang sedang sarapan sembari menghapal materi ujian hari ini.

You can do it, Woozi, hari terakhir ujian, semua yang susah udah keluar kemarin-kemarin.” kata Wonwoo santai, mengambil tab yang membuat fokus Woozi terbagi dua, antara sarapan dan hapalannya.

“Makan dulu, nanti belajar lagi, masih ada 1 jam setengah.” kata Wonwoo ketika Woozi hampir aja mengomeli tutornya karena mengambil benda pipih yang berisi materi yang harus ia hapalkan. Tapi, Wonwoo lebih tegas darinya, tentu saja anak SD itu menuruti sang kakak tutor.

Tak lama Mingyu menghampiri Woozi dan Wonwoo di ruang makan, sesuai dengan janjinya. Dalam diam, Wonwoo dan Mingyu kembali memutuskan untuk memulai kisah mereka.

Why don't we?

Kini sudah ada 4 orang teman Wonwoo yang masih asyik duduk di ruang tengah apartemennya, masih mengunyah pizza yang mereka beli tadi, tidak terlalu banyak yang tersentuh karena sibuk pada film horror yang sudah selesai mereka tonton. Mereka sedang mencari film horror lainnya sembari menunggu Wonwoo yang masih di minimarket.

Bunyi seseorang menekan password kamar Wonwoo, tentu saja teman-temannya acuh, mereka berfikir kalau yang datang memang pemilik dari apartemen yang sedang mereka kacaukan itu.

“Potabee gu—” Ryujin terlihat membeku ketika menyambut siapa yang datang, ditambah dengan Iyan yang ada di belakangnya lalu disusul oleh Doy dan Vernon. Mereka berempat tampak membisu, begitupun dengan sang tamu. Pria tinggi gagah dengan wajah tampan itu tidak menyangka akan menemui ke empat teman-teman yang sering diceritakan Wonwoo, termasuk adik sepupu dari asistennya, dan juga sahabat Wonwoo sedari SMP, Vernon. Yang lebih mengagetkan lagi, ia kembali dipertemukan dengan teman Wonwoo yang memiliki rambut ash grey dan seorang wanita yang berambut kecoklatan, mereka pernah bertemu di Singapura beberapa bulan yang lalu saat Mingyu mengajak kekasihnya untuk sweet escape sebentar ke negeri patung marlion itu sebelum musim ujian nasional.

Sorry, saya langsung masuk karena saya pikir tidak ada teman-temannya Wonwoo.” kata pria itu memecahkan suasana hening di apartmen Wonwoo ketika mengabsen teman-teman kekasihnya satu persatu.

“Ngga apa-apa, Om, santai. Wewe lagi ke bawah, silahkan duduk aja, Om. Anggep kaya rumah sendiri.” Vernon segera menjawab perkataan Mingyu, dengan santai dan suaranya yang nyaring, seperti Vernon biasanya. Menyambut kedatangan pria dewasa yang tak diundang itu.

Vernon, Doy, dan Iya langsung sibuk memainkan ponsel mereka, memberi tahu bahwa ada pria yang datang dengan cara mereka masing-masing. Setelah meng-click tanda panah pada imessage-nya, Iyan mengambil sekaleng coca-cola di lemari es Wonwoo dan memberikannya kepada Om yang sering ia lihat di Instagram Story close friend temannya itu.

“Ketemu lagi kita, om.” kata pria berambut ash grey itu sok asik dan duduk di sebelah Mingyu,

“Iya, Iyan ya? Saya baru tahu kalau kamu ternyata dekat ya dengan Wonwoo?” tanya Mingyu kepada Iyan sembari membuka kaleng coca cola itu perlahan.

“Deket, Om, tapi kami tidak sedekat nadi.” jawab Iyan santai.

“Kalau begitu perkenalkan, saya Mingyu, wali orang tua dari Wonwoo.” kata Mingyu memberikan tangannya pada Iyan, memperkenalkan dirinya dengan proper kepada pria remaja itu. Walaupun dengan embel-embel berbohong yang Iyan rasa percuma.

“Iyan.” pria muda itu menyambut tangan Mingyu. “Di sini kita santai aja, Om, kalau Om pacarnya Wonwoo juga ngga apa-apa.” kata Iyan santai sambil mengambil garlic bread di tangan Doy dan menggigitnya. “Om mau?” tanya Iyan kepada Mingyu, menawarkan makanan yang baru saja ia rampas dari temannya. Mingyu menggelengkan kepalanya dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Tanpa Iyan sadari, Vernon dan Doy sudah saling bertatap, ingin memasukkan wajah Iyan ke dalam toilet, lalu mem-flush-nya.

Tak lama Wonwoo sampai di apartemennya, ia membuka pintunya dengan cepat dan meletakkan semua eco goodie bag besar yang ia bawa ke atas counter top kitchen yang ada di daerah dapurnya, tidak terlalu jauh dari posisi teman-temannya berada. Ketika menerima chat dari Doy, si dia yang manis itu segera berjalan cepat sembari membawa kantong belanjaannya karena khawatir Iyan mengatakan sesuatu yang aneh-aneh. Aneh-aneh dalam segala aspek yang mungkin saja bisa terjadi, dilihat dari semua kelakuan-kelakuan teman prianya yang ajaib itu.

Keempat temannya langsung mengerubungi eco goodie bag yang Wonwoo bawa sembari mengambil pesanan mereka masing-masing, sedangkan Mingyu hanya menatap kekasihnya yang sudah melewatinya sembari membuka jaket navy berhoodie yang ia gunakan dan melenggok berjalan ke kamarnya. Pria berbadan tinggi gagah itu segera berdiri dari tempat duduknya dan mengikuti kemana Wonwoo melangkah.

“Wonwoo sama pacarnya lagi berantem?” tanya Ryujin ketika sudah memeluk pesanannya.

“Yang pasti complicated deh, kita yang ngurus beasiswa jalur prestasi sambil nangis ngga akan sampe ke sana!” jawab Vernon sembari mengambil sekotak ice crem Cornetto mini rasa tiramisu & dark chocolate yang Wonwoo beli asal tadi.

“Kalau denger cerita Mas Joshua sih, lebih dari sinetron Cinta Fitri.” sahut Doy sembari mengambil es krim yang berada didekapan Vernon.

“Gue kalau jadi Wonwoo akan berusaha merebut om-om kaya gitu sekuat tenaga sampai darah penghabisan.” kata Iyan dengan santai, dan melengos pergi.

“Alesannya?” tanya Ryujin, mengikuti langkah kaki Iyan.

Simple, gantengnya ga bosenin dan tajir. CEO nya SVTStar kan?” tanya Iyan. “Gue pernah liat mukanya di Indonesia’s 25 Richest.” lanjut pria manis itu sembari duduk di atas sofa dan mulai mem-play film pilihan Ryujin dengan sok berani.

***

Wonwoo sudah berada di dalam kamarnya, tepat di depan lemari pakaiannya untuk menyimpan kembali jaket hoodie navy yang ia pakai barusan, tak jauh dari sana Mingyu sudah menutup pintu kaca kamar satu-satunya apartemen itu. Mereka berdua masih terdiam, dapat dilihat oleh teman-temannya bahwa kedua pria di dalam ruangan kaca tersebut masih saling membisu.

Sedangkan di dalam ruangan itu, Wonwoo memperlakukan pria yang lebih tua 20 tahun darinya seolah tak ada di sana. Kemudian, si manis itu masuk ke dalam kamar mandi, Mingyu mengikutinya.

Ke tiga pria dan satu wanita remaja yang sedari tadi menjadi penonton kedua sejoli itu langsung membuang wajah mereka dari satu ruangan dengan pintu kaca dan kembali terfokus pada smart televisi yang berada di seberang mereka. Kembali menonton film horror yang membuat Iyan berteriak tak karuan di jam 10 malam ini.

Sedangkan di kamar mandi utama, Wonwoo membuka kacamatanya dan segera mencuci wajah, lalu menyikat giginya, Mingyu masih menatapnya sembari bersandar ke pintu.

“Gimana rasanya bikin adek buat Woozi? Enak?” tanya Wonwoo sinis saat sedang bersikat gigi, Mingyu sedikit terkejut, ia tidak tahu bila kekasih manisnya itu bisa tahu apa yang ia dan istrinya lakukan sore tadi. Mingyu terdiam, Wonwoo pun tak mengucapkan sepatah kata lainnya. Sesekali Wonwoo menatap sinis ke arah wajah kekasihnya, namun ia tetap mengacuhkannya.

Mingyu memberikan beberapa lembar tissue wajah kepada Wonwoo, seperti kebiasaan pria manis itu yang selalu mengelap wajahnya dengan tissue yang sangat lembut. Wonwoo menerimanya dan mengelap perlahan wajahnya, namun ketika pria manis itu berbalik, Mingyu mendekatkan badannya yang besar, mengapit tubuh ramping kekasihnya di antara dirinya dan meja kering di samping westafel dengan kaca besar di sana dengan beberapa rak yang berisi perlengkapan mandi, hingga skin care mereka berdua.

Pria tampan yang lebih tua itu memegang pinggang ramping pria manis yang berada di hadapannya, mata mereka bertemu, manik elang yang hangat penuh dengan rasa bersalah dengan manik rubah yang penuh kemarahan. Mingyu semakin mendekatkan tubuh remajanya, dan ingin mengecup bibir mengilat di hadapannya, namun di tahan oleh jari jemari lentik putih milik Wonwoo.

Don’t kiss me.” kata Wonwoo menahan bibir Mingyu. “I don't want you to kiss me.” lanjutnya.

Baby~” kata Mingyu.

“Ngga mau, aku marah sama kamu, and you know more than anyone else.” kata Wonwoo. “First, I already said that if you're being a good husband with a thousand affection to your wife, jangan di depan aku, aku cemburu!” lanjut Wonwoo dengan emosi yang tertahan, menatap tajam manik Mingyu dalam, seolah ia bisa mencabik-cabik wajah tampan kekasihnya. “Dan jangan dateng ke aku setelah kamu make love sama istri kamu.” lanjut pria manis, mendorong pelan tubuh Mingyu yang sangat besar.

Baby, ini ngga seperti yang kamu bayangin, coba dengerin saya dulu.” kata Mingyu menggenggam pergelangan tangan kekasihnya itu. Mingyu merapatkan tubuh Wonwoo semakin dekat dan bahkan mengunci pria yang lebih muda.

“Ngga mau! Kamu pergi aja dari aku, fokus sama kel—” Mingyu membungkam suara kesal kesal pria yang masih emosi itu dengan bibirnya. Pria yang lebih tua itu melumat sedikit kasar bibir tipis milik Wonwoo, memaksa bibir tipis kenyal itu membalas ciumannya, kemudian Mingyu membawa tangan pria manis yang ia genggam pergelangan tangannya ke samping perutnya yang six pack, memerintahkan pria manis yang sedang ia cumbu untuk memeluknya.

Wonwoo tak sanggup lagi untuk menolak ciuman Mingyu yang semakin lama semakin memabukkannya. Rasa marah Wonwoo seolah meluruh, kini indra perasa mereka sudah saling beradu intens di sana, dengan bertukar saliva, dan tak terhindar lagi bunyi kecapan basah, serta desahan tertahan yang tercipta di antara mereka di dalam ruangan hampa udara milik Wonwoo.

“Saya stress mikirin kamu.” kata Mingyu ketika sudah melepaskan tautan mereka, mengelap saliva yang sempat lolos dari bibir Wonwoo didagu tegasnya, kemudian mencium kening pria manis yang biasanya berkacamata itu.

Even when I make love with her, I still thinking about you.” kata Mingyu sembari mengecup pipi Wonwoo, lalu, bibir itu turun mencium rahang jenjang Wonwoo, “What I imagine is your hole, I even call your name, Baby Foxy.” lanjut Mingyu.

You're the person I want and the one I wish to moan to call my name.” kata pria tampan yang lebih tua itu sembari sesekali mengecup leher Wonwoo dan memberinya bekas berwarna merah jambu kecil di sana. Pria manis itu menahan mati-matian desahannya, ia harus fokus memberitahukan apa yang ia inginkan dari Mingyu.

Daddy, please stop!” Wonwoo menggenggam bahu Mingyu sebisanya untuk melepaskan kecupannya. “We have to talk, right? The real talk! kata Wonwoo, memegang kedua pipi Mingyu. Mingyu menatap anak remaja itu sayu.

Wonwoo menarik tangan Mingyu untuk keluar dari kamar mandi yang pengap itu dan mendudukkan daddy-nya pada pinggir tempat tidur king size yang selalu menjadi tempat mereka melepaskan rasa rindu setiap mereka bisa.

Wonwoo memegang tangan Mingyu, menggenggamnya seolah tak ingin melepaskannya, “Aku mau kita break, Daddy.” kata Wonwoo tanpa berbasa-basi. “Aku ngga mau minta kamu menceraikan istri kamu, it's not the right thing to do and you can't grant it either.” lanjut Wonwoo.

“Jujur, Daddy aku ngga tahu hidup aku akan seperti apa tanpa kamu, I don't know how crazy I would be without your touch, hugs, and kisses atau perhatian kamu, walaupun kadang lewat Kak Joshua.” mata Wonwoo mulai berkaca-kaca, menahan sesak didadanya. “Tapi—” suaranya tertahan. Kening Mingyu mengerut kencang. Pria yang lebih tua ini tidak pernah berfikir sebelumnya bahwa Wonwoo bisa mengatakan hal yang tidak pernah ia pikirkan dan bahkan terlintas dalam benaknya.

Don't say anything more, no break, baby. Tolong jangan buat saya semakin gila.” kata Mingyu, menolak mentah-mentah permintaan Wonwoo.

“Aku sedang ngga minta persetujuan kamu, daddy, aku yang memutuskan kali ini.” kata Wonwoo, matanya mulai berkaca-kaca, kata siapa dia tidak sedih mengatakan ini semua? Kata siapa dia tidak memikirkannya matang-mata tentang keputusan ini? Dia memikirkan ini sepanjang hari, dari ia berdiam diri di Lawsons ketika menunggu Iyan dan yang lain menjemput, sampai ia belanja ke Lawsons yang berada di gedung apartemennya. Ia berfikir, seperti semua kelelahannya akan hubungan terlarang ini menumpuk menjadi satu.

Si dia memang merasakan bahwa mungkin saat ini ia membutuhkan waktu sendiri untuk merenungi nasibnya, nasib dari perasaannya yang sudah terlalu dalam terhadap pria yang kini sedang berlutut di hadapannya mencium punggung tangannya, memeluk lututnya.

“Wonwoo—” kata Mingyu dengan wajah yang memelas, matanya mulai berkaca-kaca kali ini.

“Sebentar aja, daddy, kasih aku waktu 3 bulan untuk memikirkan tentang kita dari sudut pandang aku yang kekanakan ini.” kata Wonwoo. “Dan aku akan kasih Daddy waktu yang sama untuk memikirkan apakah kamu benar-benar membutuhkan aku or our relationship is just a lust, setelah itu, let's think about us, should our relationship continue, or should we end it?!” kata Wonwoo.

Stay by my side, Wonwoo.” pinta Mingyu, memeluk perut Wonwoo dengan posisi yang masih sama.

I will if we know that we really love each other, Daddy.” Wonwoo mendekap pria yang masih memeluk erat perut rampingnya.

His Silent Driving Me— Crazy!


tw: not-so-NSFW.

Setelah 4 jam perawatan dari mulai massage hingga mandi di jacuzzi, sepasang suami istri ini kembali ke kamar 2523, salah satu President Suite Room yang memang hanya dimiliki CEO hotel ini — Kim Mingyu. Bahkan baju, dan semua perlengkapannya bisa ditemukan di ruang hotel ini, seakan ini adalah tempat tidur keduanya (bagi Karina).

“Ada chat urgent dari siapa, Ma?” tanya pria gagah dengan postur kekar atletis yang masih menggunakan bathrobe-nya keluar dari kamar utama, menghampiri sang istri yang sudah meletakkan ponsel-nya dan duduk di seberang wanita cantik itu.

“Ngga apa-apa, Kak Wonwoo izin mau pulang ke rumahnya aja weekend ini, lagi pula Woozi juga libur tutor-nya.” jawab Karina — istri dari pria tampan yang bertanya tadi. Wanita cantik itu mengambil gelas dengan bibir yang lebih kecil dibandingkan dengan badan benda kaca yang sudah berisi wine.

“Kamu jawab apa?” tanya sang suami, mengambil gelas dengan bentuk yang serupa, menyilangkan kakinya santai dengan gagah, sembari memakan anggur hijau yang ada di hadapannya, seolah berbasa-basi dan tidak memperdulikan jawaban apapun yang akan wanita cantik itu jawab. Lain di bibir lain pula dihati, bila boleh ia jujur, si dia yang tampan ini sangat ingin tahu di mana kekasih remajanya berada, chat-nya sudah bagaikan koran, si dia yang manis berkacamata itu, tak pernah membalasnya belakangan ini.

“Boleh, masa aku larang, pa?” tanya wanita itu. Sebaliknya, kalau bisa Mingyu yang melarangnya untuk pulang, ia ingin menatap pria manisnya seperti 5 hari kemarin. Berjalan wara-wiri di rumahnya, mengkhayalkan seandainya saja ia bisa bebas merengkuh tubuh itu di istananya, akan semakin indah rasanya.

“Oh.” jawab Mingyu tenang, ia kini sudah tahu baby foxy-nya berada di mana. Lega rasanya.

***

Makan siang romantis yang Karina inginkan sudah terlaksana sesuai dengan rencananya, tanpa godaan dan halangan, selain Mingyu yang beberapa kali membahas tentang anak tunggalnya — Woozi, kemudian berakhir dengan Karina yang menceritakan tentang Kak Wonwoo. Topik yang sangat Mingyu sukai, apapun yang Wonwoo lakukan benar-benar menarik perhatiannya.

Saat ini Mingyu sudah sibuk menatap pergerakan forex dan beberapa berita ekonomi-bisnis melalui layar iPad-nya. Sebenarnya tidak ada yang serius, ia hanya berpura-pura sibuk agar Karina tidak mengganggunya, seperti biasa. Tapi, tampaknya tidak kali ini, wanita cantik itu sudah mengambil paksa benda pipih 11 inch dari tangan Mingyu dan duduk dipangkuan paha kekar suaminya, sembari memperlihatkan tubuhnya yang masih kencang dengan balutan kain tipis yang Mingyu belikan saat ia dan Wonwoo berlibur ke Singapore sekitar 3 bulan lalu, lingerie motif dan warna yang sama dengan yang Wonwoo miliki, bedanya bila yang remajanya miliki adalah lingerie two piece yang sangat gemas ketika pria manis itu gunakan, sedangkan lingerie yang Karina gunakan, ya hanya cukup bagus saja, ditambah lagi tubuh istrinya memang bagus, membuat semua yang ia gunakan tampak cocok-cocok saja.

Wanna play with me?” goda Karina kepada suaminya. Mingyu terdiam, dipikirannya masih ada Wonwoo, rasanya ini bukan hal yang tepat, namun, Karina terus menggodanya.

“Tunggu sebentar ya, Ma.” jawab Mingyu, ia membawa istrinya untuk duduk di samping tempat duduknya, mengecup cepat pipinya dan pergi ke kamar mandi dengan ponsel di kantong bathrobe-nya.

Sesampainya di kamar mandi, Mingyu langsung merogoh benda pipih di kantong robe putih yang ia kenakan dan mengetik ‘SOS 2523.’ hanya 8 characters itu di ruang chatnya, kemudian Mingyu pura-pura untuk flush toilet dan kembali lagi untuk duduk di sebelah sang istri.

Karina yang tampaknya sudah sangat merindukan sentuhan suaminya itu terlihat tak sabaran, ia segera naik ke atas lahunan Mingyu, dan menyatukan kedua bilah bibir mereka. Berawal dari Mingyu yang enggan membalas ciuman sang istri, hingga kini mereka sudah berada di atas tempat tidur yang tadi pagi sempat ditiduri oleh Wonwoo. Mingyu melupakannya? Tentu saja… tidak. Mata Mingyu seolah hanya ditutupi oleh semua tentang Wonwoo, bahkan seperti saat ini saja ia membayangkan Wonwoo yang berada di bawahnya. Pria manis itu yang mendesahkan namanya.

Mingyu membuka kondom favorite Wonwoo, lalu Karina menghentikannya, “Ngga usah pake, Pa.” dengan suara yang menggoda, mengingatkan Mingyu bahwa Wonwoo pun suka bila mereka melakukannya dengan raw sesekali. Mingyu melihat tubuh mulus istrinya, seolah itu tubuh manis pria manis remaja kesayangannya, ia melakukan hal-hal sama seperti yang biasa si pria tampan ini lakukan untuk memanjakan Wonwoo — tanpa Karina sadari. Karina menikmati sentuhan demi sentuhan yang Mingyu berikan, ia baru pertama kali merasakan Mingyu yang sangat bergairah kepadanya seperti saat ini. Mingyu bahkan melontarkan kalimat-kalimat sayang kepadanya, walaupun tanpa ia tahu, kalimat itu bukan ditujukan untuknya.

“Gyuhhh — aahhh —” desah Karina ketika Mingyu memasukkan kejantanannya pada miliknya. Fikiran Mingyu sedang berlarian kesana kemari, bukan di tempat tidur itu bersama Karina.

“Aaaah, yes, baby foxy —” desah Mingyu, bukan Karina yang ia panggil. Tentu saja.